Paper Thermal Pak Sweden Print PDF
Paper Thermal Pak Sweden Print PDF
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup manusia di muka bumi tidak bisa lepas dari kebutuhan
akan enegi listrik. Saat sekarag ini kebutuhan akan listik semakin hari semakin
meningkat seiring kemajuan teknologi yang ssemakin maju. Denga kemajuan
teknolgi yang semakin maju akan sangat membutuhan kebutuhan akan energy
listrik yang semakin banyak pula. Dapat dikatakan kemajuan teknologi akan
berbanding lurus dengan konsumsi energi listrik.
Oleh sebab itu dibutuhkan pembangkit listrik yang lebih banyak lagi untuk
mmenuhi kebutuhan listrik tersebut. Dengan menggunakan segala sumber daya
alam yang ada sebgai pembengkitnya. Salah satu pembangkit yang palingbanyak
beropersai untuk memenuhi kebutuhan listrik dunia dan termasuk di Indonesia
adalah Pembangkit listrik tenaga gas, sumber daya yang paling banyak digunakan
sebagai pembangkit pada Pembangit listrik tesebut adalah energy yang tidak dapat
diperbaharui seperti batubara, gas alam, maupun bahan bakar minya lainnya.
Pembangit tersebut merupakan pembangkit terbesar yang paling banyak
menghasilkan energy listrik di Indonesia.
1.3 Tujuan
PLTG, secara prinsip hampir sama dengan PLTU. Hanya saja uapnya
diganti dengan gas. Karena karakteristik uap dan gas secara umum berbeda, maka
akan ada beberapa prinsip dasar yang berbeda antara turbin uap dan turbin gas.
Selain itu, gas yang dipakai dalam PLTG bisa dibilang lebih mudah untuk disiapkan
daripada uap, sehingga sebuah PLTG bisa mulai berproduksi dari keadaan “dingin”
dalam hitungan menit, sebut saja sekitar 10 menit sampai 30 menit, jauh lebih cepat
dari apa yang bisa dilakukan oleh sebuah PLTU.
Satu hal yang menarik pada PLTG adalah gas yang keluar dari turbin
biasanya masih cukup panas. Cukup panas sehingga bila di sebelah PLTG ada
sebuah PLTU, maka gas hasil proses di PLTG masih dapat digunakan untuk
memanaskan boiler kepunyaan PLTU. Inilah kemudian yang dikenal dengan
sebutan combine cycle, sebuah pembangkit yang terdiri dari komponen utama
PLTG terdiri atas beberapa peralatan yang satu dengan yang lainnya terintegrasi
sehingga menjadi satu unit lengkap yang dapat dioperasikan sebagaimana mestinya
PLTG dan PLTU.
Dari segi operasi, unit PLTG tergolong unit yang masa startnya singkat yaitu
sekitar 15 ~ 30 menit dan umumnya dapat distart tanpa pasokan daya listrik dari luar,
karena menggunakan mesin diesel sebagai penggerak awalnya. (Diesel engine motor
start). Dari segi pemeliharaan, unit PLTG mempunyai selang waktu pemeliharaan
(time between overhaul) yang pendek yaitu sekitar 4000 ~ 5000 jam operasi. Selain
ukuran jam operasi juga dapat dipakai jumlah start-stop sebagai acuan dalam
penentuan waktu overhaul. Jadi walaupun belum mencapai 5000 jam operasi tetapi
telah mencapai 300 kali start-stop maka unit PLTG tersebut sudah harus di-inspeksi
untuk pemeliharaan. Dalam proses inspeksi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
bagian-bagian yang terkena aliran gas hasil pembakaran yang suhunya bisa mencapai
1.300 oC seperti ruang bakar, saluran gas panas (hot-gas-path) dan juga sudu-sudu
turbin. Bagian-bagian ini umumnya mengalami kerusakan (retak) sehingga perlu
dilas atau diganti bila perlu.
Proses start-stop akan mempercepat proses kerusakan (keretakan) karena
proses start-stop menyebabkan proses pemuaian dan pengerutan yang tidak kecil
pada bagian- bagian yang disebutkan di atas. Hal ini disebabkan sewaktu unit PLTG
dingin suhunya sama dengan suhu ruangan yaitu sekitar 30 oC namun pada saat
beroperasi suhunya dapat mencapai hingga 1.300 oC, demikian pula sebaliknya. Pada
saat unit PLTG shut- down, porosnya harus tetap diputar secara perlahan untuk
menghindari terjadinya pembengkokan pada poros hingga suhunya dianggap cukup
aman untuk itu.
Dengan memperhatikan buku petunjuk dari pabrik, ada unit PLTG boleh
dibebani lebih tinggi 10% dari ratingnya untuk waktu 2 jam yang diistilahkan sebagai
Peak Operation. Pengoperasian dalam kondisi seperti ini perlu diperhitungkan
sebagai proses pemendekan selang waktu inspeksi dan pemeliharaan karena peak
operation ini menambah keausan yang terjadi pada turbin sebagai akibat kenaikan
suhu operasi.
Dari segi aspek lingkungan, yang perlu mendapat perhatian adalah masalah
kebisingan, jangan sampai melebihi ambang batas yang diizinkan. Masalah lainnya
adalah masalah kebocoran instalasi bahan bakar yang perlu mendapat perhatian
khususnya dari bahaya kebakaran.
Unit PLTG umumnya merupakan unit pembangkit dengan efisiensi yang
paling rendah, yaitu sekitar 15 ~ 25 % saja. Sementara ini sedang dikembangkan
penggunaan Aero Derivative Gas Turbine yaitu turbin gas pesawat terbang yang
dimodifikasi menjadi turbin penggerak generator. Hal ini dilakukan karena untuk
daya output yang sama diperoleh dimensi yang lebih kecil.
Cara kerja PLTG tersebut bisa dijelaskan dalam satu siklus terbuka sebagai berikut:
Siklus PLTG berawal melalui udara yang masuk ke kompressor. Kompressor yang
berfungsi menaikkan tekanan udara kemudian memasukkan udara ke dalam ruang bakar
(Combustion room) bercampur dengan bahan bahan bakar (gas / bbm). Pembakaran di
ruang pembakaran menghasilkan gas bersuhu tinggi dan bertekanan sehingga dapat
memutar turbin gas. Turbin yang berputar mendrive generator berputar. Luaran sistem
tersebut menghasilkan produksi listrik dan setelah itu, gas akan dibuang ke atmosfir melalui
stack (cerobong asap).
1. Stator Differential
Fungsi ini menyediakan Proteksi dengan kecepatan tinggi selama terjadi
gangguan phasa-phasa, dan tiga phasa didalam stator generator. Stator differential
menggunakan sebuah produk restraint alogaritma dengan dual slope karakteristik.
Stator differential tidak akan bekerja untuk gangguan berulang pada belitan mesin.
Ini juga tidak akan bekerja untuk ganguan satu fasa ketanah, jika sistem tersebut
tidak ditanahkan atau ditanahkan dengan impedansi yang tinggi. Proteksi terhadap
hubung tanah akan berfungsi jika netral dari mesin ( atau salah satu mesin yang
dioperasikan parallel) ditanahkan. Sebuah bagian kecil dari belitan sampai titik netral
tidak dapat diproteksi, jumlah gangguan sangat ditentukan dari tegangan yang dapat
menyebabkan arus pick-up minimum yang mengalir sampai titik netral dan
impedansi pentanahan. Peralatan pembatas arus pada rangkaian netral tanah akan
meningkatkan impedansi netral dan akan menurunkan fungsi proteksi gangguan
tanah.
2. Current Unbalance
Di sini ada beberapa kondisi tidak normal pada generator, kondisi tidak
normal ini dapat berupa ketidakseimbangan beban, gangguan pada sistem dan
rangkaian terbuka. Komponen urutan negative (I2) dari arus stator berhubungan
langsung dengan kondisi tidak normal ini dan pengaturan jumlah putaran fluks
medan pada mesin. Kekurangan ini akan menyebabkan pemanasan pada inti rotor.
Kemampuan dari mesin untuk bertahan dari pemanasan yang disebabkan oleh arus
yang tidak terbatas (unbalance current). Proteksi current unbalance dari DGP sistem
menyediakan karakteristik waktu operasi yang cepat sesuai I2² T = K. Sebuah
karakteristik linear yang dibuat kira-kira untuk pendinginan mesin sementara pada
kondisi arus yang tidak terbatas ( unbalance current). Didalamya ditambahkan 46T,
DGP sistem juga memasukkan sebuah alarm unbalance current (46A) yang mana
dioperasikan oleh komponen urutan negative (I2) disesuaikan dengan pick-up dan
time delay.
3. Loss of Excitation
Fungsi ini digunakan untuk mendeteksi kekurangan eksitasi pada mesin
sinkron. DGP sistem memasukkan dua karakteristik mho, untuk mendeteksi mesin,
tiap bagian disesuaikan jangkauan, waktu mati dan pewaktuan. Logika disediakan
dalam DGP system untuk memblok fungsi ini dari adanya tegangan urutan negative
( dideteksi oleh sebuah Voltage transformer fuse failure condition) dan sebuah
eksternal VTFF Digital input DI6. Eksitasi dapat hilang karena tripnya field breaker,
rangkaian terbuka atau hubung singkat pada belitan medan, kerusakan pada
regulator, atau hilangnya sumber untuk meyupplai belitan medan. Ketika sebuah
generator sinkron kehilangan eksitasi, ini cenderung membuatnya menjadi sebuah
generator induksi. Jika ini berlangsung pada kecepatan normal, beroperasi dengan
daya yang berkurang, dan penerimaan daya reaktif (VARS) dari sistem. Impedansi
ini dilihat oleh relay, relay melihat generator bukan sebagai gangguan tetapi
merupakan karakteristik mesin. Aliran daya sebelumnya berkurang akibat eksitasi.
Studi mengindikasi bahwa fungsi dari zona mho dapat diset untuk mendeteksi kasus
kegagalan eksitasi dalam waktu yang singkat. Dan zona kedua dapat mendeteksi
semua kasus kegagalan eksitasi. Setting waktu yang lama dibutuhkan oleh second
zone (40-2) untuk keamanan selama kondisi ayunan daya untuk sistem stabil.
4. Anti Motoring
Fungsi ini untuk mengatasi terjadinya aliran daya aktif dari sistem ke
generator. Kondisi ini terjadi saat semua atau sebagian prime mover hilang daya
putarnya, dan saat itu juga daya yang dibangkitkan kurang dari daya beban. Daya
aktif / nyata akan mulai mengalir ke dalam generator dari sistem. Motoring power
secara khusus membedakan jenis penggerak mula seperti yang ditunjukkan oleh
Tabel di bawah. Untuk spesifikasi penggunaan, minimum penggerak daya dari
generator dapat diperoleh dari supply setiap unit.
DGP system menyediakan sebuah fungsi untuk reverse power (32-1) dan
disesuaikan dengan time delay
5. Time overcurrent with voltage restraint (51V)
Sebuah sistem harus dapat dilindungi dari gangguan, untuk itu time
overcurrent with voltage restraint yang terdapat pada DGP sistem berfungsi untuk
sebagai back up protection.
9. Over Voltage
Fungsi ini untuk mengatasi adanya tegangan lebih pada generator. Tegangan
yang berlebih yang melampaui dari batas maksimum yang diijinkan dapat
menyebabkan kerusakan isolasi dari belitan stator dan berakibat pada hubung singkat
antara belitan. Selain itu overvoltage dapat mengakibatkan terjadinya overspeed dan
merusak pengatur tegangan otomatis (AVR).
2.3.1.4 Sumber DC
Sumber DC yang digunakan pada sistem proteksi Generator PLTG GE
berasal dari sebuah batterai dengan tegangan 125 volt.
2. Proses kompressi
Udara dari luar kemudian dihisap melalui air inlet oleh kompresor dan
masuk ke ruang bakar dengan cara dikabutkan bersama bahan bakar lewat nozzle
secara terus menerus dengan kecepatan tinggi.
Keterangan :
1. Fuel Station
2. Pumping House
3. Fuel Pump
4. Electrik Power Diesel
5. Air Filter
6. Compressor
7. Combustor
8. Gas Turbin
9. Stack
10. Generator Main Transformer
11. Switch Yard
12. Sutet
13. Gas Line
Gambar 2.7 Diagram Alir Bahan Bakar Minyak Menuju Ruang Bakar
( PT. PLN Persero,2011)
Main Fuel Pump umumnya berupa pompa ulir atau pompa sentrifugal
bertingkat banyak agar tekanan bahan bakar yang dihasilkan cukup tinggi.
Beberapa model PLTG menggunakan pompa bahan bakar HSD yang diputar oleh
poros turbin. Pada model lainnya ada juga yang diputar oleh motor listrik. Pompa
ini mensuplai bahan bakar ke nozzle.
Untuk mendapatkan tekanan bahan bakar yang konstan disisi discharge ,
main fuel pump dipasang dua katup pressure regulator (6 & 7). Kelebihan tekanan
akan dikembalikan ke tangki.
Oversped trip valve adalah katup bahan bakar yang akan menutup apabila
turbin mengalami overspeed atau gangguan lain seperti overheat dan sebagainya.
Dalam keadaan normal atau tidak ada gangguan, katup ini akan terbuka terus.
Untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan dipasang
Flowmeter (9) sesudah Overspeed trip valve Governing Valve atau Throttle Valve
berfungsi untuk menaikkan/menurunkan putaran turbin gas pada saat start up dan
shut down, serta mengatur beban setelah turbin dibebani. Ada turbin gas yang
memiliki katup pengatur bahan bakar khusus untuk periode start up (dinamakan
Starting Valve).
Nozzle bahan bakar yang memiliki lubang sangat halus perlu dijaga agar
tidak dimasuki kotoran yang akan mengakibatkan penyumpatan. Oleh karena itu
bahan bakar minyak terlebih dahulu dilewatkan melalui filter yang sangat halus
(11). Isolation Valve (12) berfungsi untuk memblokir bahan bakar selama turbin
tidak dioperasikan.
Agar pembagian bahan bakar minyak ke setiap fuel nozzle merata, maka
sebelum fuel nozzle dipasang manifold (13), pembagian bahan bakar harus merata
untuk mencegah terjadinya perbedaan temeperatur antar ruang bakar . Pada turbin
gas tertentu fungsi manifold digantikan Flow Divider.
Pipa dan saluran sesudah Isolation Valve tidak boleh terisi bahan bakar
minyak pada saat turbin gas tidak beroperasi . Oleh karena itu semua bahan bakar
minyak yang ada di dalam manifold, dibuang melalui Manifold Drain Valve saat
turbin stop.
Agar tidak terjadi ledakan saat mulai penyalaan, maka sisa bahan bakar
yang ada di dalam Ruang Bakar dibuang melalui Combustion Shell Drain Valve
(16) . Katup ini terbuka terus selama turbin gas tidak beroperasi.
Bahan bakar minyak yang di Drain dari Combustion Shell ditampung dalam
drain tank (17) untuk selanjutnya dikembalikan ke tangki bahan bakar minyak oleh
transfer pump (18).
Flow Divider adalah suatu peralatan mekanis yang berguna untuk mengatur
serta membagi rata aliran bahan bakar minyak yang akan dibakar oleh setiap fuel
nozzle. Pada dasarnya, flow divider adalah pompa pompa yang dipasang pada satu
poros. Setiap pompa melayani satu fuel nozzle. Pompa pompa ini ada yang diputar
oleh motor listrik. Tapi juga ada yang diputar oleh bahan bakar minyak.
Selanjutnya gas akan melalui flowmeter guna mengukur jumlah gas yang
terpakai. Sama seperti pada sistem bahan bakar minyak, pada sistem bahan bakar
gas juga dilengkapi Overspeed Trip Valve yang terbuka terus selama turbin
beroperasi dan menutup segera jika ada gangguan tertentu.
Starting Valve berfungsi untuk mengatur aliran bahan bakar ke nozzle saat
start up, sedangkan apabila kondisi operasi sudah melampaui periode start up,
pengaturan bahan bakar dilakukan oleh governing valve atau throttle valve
Isolation Valve akan terbuka saat turbin start up dan menutup apabila turbin
shut down . Header sebagai penampung akhir sebelum bahan bakar gas diterima
oleh nozzle, berfungsi untuk menstabilkan tekanan, sedangkan nozzle untuk
pengabutan bahan bakar di dalam Combustion Basket
Gambar 2.8 Diagram Alir Bahan Bakar Gas ( PT. PLN Persero,2011)
2.7 Komponen-komponen
Berfungsi untuk menghasilkan kondisi udara yang baik, bebas dari debu dan
kotoran yang terbawa dalam udara sebelum masuk ke kompresor.
2. Compressor
a. Udara Primer (± 30%) yang masuk ke dalam ruang bakar sebagai udara
pembakaran.
b. Udara Sekunder (± 70%) yang masuk ke dalam ruang bakar dan bercampur
dengan gas hasil pembakaran dengan tujuan melindungi bagian dalam ruang
bakar dan gas hasil pembakaran guna mencegah panas lebih dari bagian
dalam ruang bakar.
c. Sebagian kecil udara sekunder digunakan sebagai pendingin suhu turbin.
3. Compressor Rotor Assembly
Posisi IGV berada sebelum rotor blade compressor stage 1, yang berfungsi
sebagai pengatur jumlah udara yang masuk agar sesuai dengan yang diperlukan
pada saat start dan pembebanan (load) Unit. Pada compressor berkapasitas kecil
dipasang fixed IGV, sedangkan pada kompresor berkapasitas besar dipasang
variable IGV. Pengaturan posisi IGV dilakukan oleh IGV control ring yang
digerakkan oleh hydraulic actuator.
6. Bleed Valves
7. Combustion Chamber
a. Turbin Rotor terdiri dari 3 wheel (1st, 2nd, dan 3rd), yang masing-masing
dilengkapi dengan bucket (sudu gerak). Untuk mencegah overheating pada
bucket, maka bucket didinginkan dengan udara yang diperoleh dari axial
compressor yang secara radial mengalir diantar wheel, bucket, dan stator.
b. Nozzle (fix blade / stator blade), yang berfungsi untuk mengarahkan gas
panas hasil pembakaran untuk memutar bucket rotor turbine.
Gambar 2.25 First Stage Nozzle
9. Exhaust
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai
saluran pembuangan gas panas sisa yang keluar dari turbin gas. Exhaust section
terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a. Pengaturan Frequency.
System tenaga listrik harus dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik
dari pada konsumen atau bagian/ department pengguna jika dilingkungan fabric.
Daya yang dibangkitkan harus sama dengan beban yang masuk pada jaringan
tenaga listrik tersebut. Frequency di Jaringan Tenaga Listrik PLN harus = 50 HZ,
di Cevron Pakanbaru F = 60 HZ terpisah atau tidak menggunakan Tenaga Listrik
dari PLN. Dengan kata lain PRODUCT POWER = DEMAND. Jika PRODUCT =
DEMAN maka frequency akan = 50 HZ atau 60 HZ tergantung frequency system
tenaga listrik yang digunakan. Jika PRODUCT > DEMAN, frequency akan NAIK.
Sebaliknya jika PRODUCT < DEMAND maka Frequency akan TURUN. Dengan
adanya penaikan dan penurunan frequency tentunya pada suatu system perlu diatur
mana yang standby, mana yang harus memikul beban dasar atau beban puncak yang
disesuaikan dengan karakteristik dan biaya operasi dari pembangkit itu sendiri.
Suatu contoh untuk di Gili Trawangan Lombok (NTB) system tenaga listrik
terpisah atau Island Mode hanya System di Gili Trawangan saja. Disana terdapat
PLTD yang terdiri dari beberapa Diesel Engine dan 1 PLTS yang on grid. Pada saat
siang hari ketika intensitas radiasi cahaya matahari tertinggi, PLTS beroperasi
dengan kapasitas penuh, ditambah beberapa atau haya 1 diesel saja (tergantung
beban yang ada) yang stand by untuk mengimbangi PLTS pada saat terjadi cuaca
redup. Pada sore atau malam hari berturut-turut sesuai frequency secara automatic
ada diesel yang jalan yang diurutkan sesuai dengan program yang direncanakan
sehingga beban diambil alih oleh Diesel engine semuanya.
b. Pemeliharaan Peralatan.
c. Biaya Operasi.
d. Perkembangan System.
Beban pada system jaringan di PLN selalu berubah sepanjang waktu kecuali
di Pabrik2 mungkin hanya pada saat2 penambahan mesin2 produksi dan hari2
lebaran, natal, dan tahun baru beban akan naik sesuai dengan kenaikan target
produksi. Perkembangan kegiatan di Masyarakat tidak dapat dihitung secara exact
sehingga perlu diamati terus menerus agar diketahui langkah pengembangan system
agar system selalu dapat mengikuti perkembangan beban sehingga tidak terjadi
pemadaman atau penurunan kualitas listrik.
2. Gejala Autoignitions
Gejala ini merupakan peristiwa penginjeksian bahan bakar oleh
injector yang dilakukan secara otomatis, meskipun ruang bakar
sedang tidak dioperasikan. Gejala ini dapat dihindari dengan cara
mendesain bagian premixer fuel injection berdasarkan karakteristik
waktu autoignitions. Sebagai tambahan, autoignitions time untuk
metana lebih lama daripada residence time di premixer sehingga
dengan metana, autoignition bisa dihindari. Bahan bakar minyak
yang mengandung metana antara lain HFO dan MFO.
Gambar 2.32 Kerusakan pada connecting Tube karena Denyutan Airflow (Angello and
Castaldini, 2004)
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha dan
kegiatan pembangunan atau proyek agar dapat berjalan secara sinambung tanpa
merusak lingkungan hidup. Kegiatan AMDAL ini dibuat saat mulai perencanaan
proyek, yakni sebelum pembangunan fisik (bangunan gedung, bendungan, saluran
irigasi dan sebagainya) dilaksanakan. Kegiatan yang akan dilaksanakan ini
diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Pengaruh terhadap lingkungan hidup yang dimaksudkan di sini adalah
pengaruh dari aspek fisik, kimia, ekologi, sosial ekonomi, social budaya dan
kesehatan masyarakat. Kegiatan AMDAL ini mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup. Secara umum, kegunaan AMDAL sebagai berikut :
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/ atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusun desain rinci teknis dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Keempat dokumen inilah yang nantinya akan dinilai layak atau tidaknya suatu
proyek dilaksanakan. Tujuan akhir dari kegiatan AMDAL ini adalah memberikan
alternatif solusi dalam mengurangi dampak negatif dari lingkungan. Dengan
demikian lewat kegiatan AMDAL pemerintah daerah dan pusat memiliki cukup
sumber informasi dalam mengambil keputusan boleh tidaknya dikembangkan usaha
atau proyek di tempat itu.
Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan di atas dibuat sebelum
kegiatan proyek dimulai, sehingga tekanannya pada aspek perencanaan. Butir-butir
perencanaan memuat aspek yang sifatnya preventif, yakni analisis mengenai dampak
lingkungan dari segi konsep. Sebagai gambaran misalnya apabila dalam suatu lokasi
akan didirikan suatu industri yang menggunakan mesin-mesin besar sehingga
dimungkinkan menghasilkan polusi kebisingan bunyi. Dari segi perencanaan perlu
dilakukan analisis, meliputi pemakaian teknologi yang dapat mengurangi gejala
polusi kebisingan yang mengganggu dan membahayakan masyarakat di sekitar lokasi
tersebut.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia
menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan
daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar
kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib
menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002. Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah
upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan
AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun
2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Berikut akan diuraikan langkah – langkah dari masing – masing jenis SOP
diatas.
Active Power Fuel Gas Flow Fuel Gas Flow Energy SFC
(MW) (kg/s) (MMSCF/h) (MMBTU/h) (MMBTU/KWh
)
70.01999664 5.71999979 0.896122104 1012.617978 0.01446184
75.54000092 5.849999905 0.916488534 1035.632044 0.013709717
80.98000336 6.03000021 0.94468823 1067.497699 0.013182238
87.05999756 6.46999979 1.013620636 1145.391319 0.013156344
90.01999664 6.369999886 0.99795418 1127.688223 0.012527086
95.75 6.639999866 1.040253648 1175.486623 0.012276623
99.91000366 6.78000021 1.062186762 1200.271041 0.012013522
104.9400024 7.039999962 1.102919547 1246.299088 0.011876301
105.0599976 7.059999943 1.106052838 1249.839707 0.011896438
110 7.440000057 1.165585446 1317.111554 0.011973741
114.9100037 7.550000191 1.182818585 1336.585001 0.011631581
119.8199997 7.670000076 1.201618332 1357.828715 0.011332238
124.6800003 8.010000229 1.254884357 1418.019323 0.01137327
129.9400024 8.399999619 1.315983498 1487.061353 0.011444215
134.9900055 8.680000305 1.359849724 1536.630188 0.011383289
140 8.729999542 1.36768284 1545.481609 0.011039154
142.1600037 8.930000305 1.399015901 1580.887969 0.011120483
Data ini merupakan biaya bahan bakar gas dalam satuan energi
MMBTU/KWh). Biaya tiap MMBTUnya sekitar USD 4.18. Biaya ini yang nanti
akan dibandingkan antara penggunaan sebelum dan sesudah optimasi beban pada
turbin gas.
Active Power Fuel Gas Flow Fuel Gas Flow Energy SFC
(MW) (kg/s) (MMSCF/h) (MMBTU/h) (MMBTU/KWh
)
70.01999664 5.71999979 0.896122104 1012.617978 0.01446184
75.54000092 5.849999905 0.916488534 1035.632044 0.013709717
80.98000336 6.03000021 0.94468823 1067.497699 0.013182238
87.05999756 6.46999979 1.013620636 1145.391319 0.013156344
90.01999664 6.369999886 0.99795418 1127.688223 0.012527086
95.75 6.639999866 1.040253648 1175.486623 0.012276623
99.91000366 6.78000021 1.062186762 1200.271041 0.012013522
104.9400024 7.039999962 1.102919547 1246.299088 0.011876301
105.0599976 7.059999943 1.106052838 1249.839707 0.011896438
110 7.440000057 1.165585446 1317.111554 0.011973741
114.9100037 7.550000191 1.182818585 1336.585001 0.011631581
119.8199997 7.670000076 1.201618332 1357.828715 0.011332238
124.6800003 8.010000229 1.254884357 1418.019323 0.01137327
129.9400024 8.399999619 1.315983498 1487.061353 0.011444215
134.9900055 8.680000305 1.359849724 1536.630188 0.011383289
140 8.729999542 1.36768284 1545.481609 0.011039154
142.1600037 8.930000305 1.399015901 1580.887969 0.011120483
Hubungan antara beban pada tiap turbin gas (MW) dengan energi yang
digunakan (MMBTU/KWh) dapat kita lihat hubungannya secara matematis
dengan meregresikan kedua nilai tersebut.
Regresi dua variabel
Regresi nilai beban pada turbin gas (MW) dan tingkat penggunaan bahan
bakarnya (MMBTU/KWh) dapat dicari dengan menggunakan perangkat lunak
Minitab versi 14.0. Salah satu fasilitas dari Minitab 14.0 adalah command untuk
dapat mencari regresi dari dua variabel dengan model linear, quadratic, maupun
cubic. Parameter yang digunakan untuk menentukan model regresi mana yang lebih
tepat adalah dengan menggunakan koefisien R2 (R Square) dari masing- masing
model. Semakin besar nilai R2, semakin tepat model regresinya.
Hasil Regerasi Turbin
Kesimpulan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan suatu pembangkit yang ramah
lingkungan karena tidak memerlukan gas buang yang menyebabkan polusi udara,
tetapi karena bahan bakar yang digunakan pada PLTG harganya sangat mahal dan
juga efisiensinya rendah, pembangkit ini tidak dijadikan pembangkit utama.
Melainkan menjadi pembangkit dimana ketika sedang terjadi beban puncak (peak
load) saja. Selain itu juga pembangkit kapasitasnya relatif kecil.