Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KESEMPATAN DALAM KESEMPTIAN

( SEKS BEBAS ILEGAL TERASA LEGAL)

Mata Pelatihan : Public Speaking

Disusun oleh :

1. Abubakar Zubedi
2. Dhea Indika
3. Fidelis Yoan Krista
4. Ivan Renaldi Sudarso
5. M. Naufal Yusuf Alkaaf
6. Natalia Fitri Sandangan
7. Rivan

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan penulisan karya
ilmiah yang berjudul “Kesempatan dalam Kesempitan, Seks Bebas Ilegal Terasa
Legal” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada pelatih materi
Public Speaking yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga
hendak kami ucapkan kepada rekan-rekanku satuan madya praja IPDN Kampus
Papua yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga karya ilmiah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk


menunjang penyusunan karya ilmiah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam
karya ilmiah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta
kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca
demi tersusunnya karya ilmiah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami berharap agar
karya ilmiah ini bisa memberikan informasi mengenai pergaulan bebas dalam
wujud seks bebas yang sedang terjadi dan memberikan solusi agar tidak terjerumus
sehingga generasi bangsa sehat secara mental dan fisik.

Waena, 23 Oktober 2019

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................ ii
Bab 1 ............................................................................................ 1-2
1.1 Latar Belakang.............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................... 2
Bab 2 ............................................................................................ 3-5
2.1 Sudut Pandan Seks Bebas dari Kajian Ilmiah .............. 3
2.2 Pengaruh Media yang Menjerumuskan ke Gaya Hidup
Seks Bebas .................................................................... 3
2.3 Kasus Seks Bebas ......................................................... 3
2.4 Dampak bagi yang Terlibat dalam Seks Bebas ........... 4
2.5 Upaya-Upaya Pencegahan dan Penanganan yang
Terlibat dalam Seks Bebas ........................................... 5
Bab 3 ............................................................................................ 6
3.1 Kesimpulan ................................................................... 6
3.2 Saran ............................................................................ 6
Daftar Pustaka .............................................................................. 7

ii
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Remaja edisi sekarang bisa dibilang hampir tak memiliki batasan dalam
bergaul. Berlaku bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Pengaruh
westernisasi yang bertolak dari nilai luhur dan budi pekerti yang selama ini
dipegang bagi remaja dan sudah diajarkan sejak kecil oleh keluarga sebagai unit
sosial terkecil dan melekat pada mereka.Banyak sekali sampel yang bisa diambil.
Salah satunya pergaulan bebas yang menjerumuskan perilaku seks bebas.
Pergaulan bebas secara terminologi dari kata ‘bebas’ yang dimaksud
sebebas-bebasnya tanpa memperhatikan norma-norma yang mengikat untuk
menciptakan suatu ketertiban. Dalam HAM memang pelanggaran tidak bisa
dibatasi oleh karena esensi manusia sebagai homo socius. Bergaul menandakan
adanya sifat saling bergantung dan memiliki (independent ) Apabila dalam bergaul
terjadi suatu penyimpangan sebagaimana diatur dalam etika bergaul yang telah
disepakati harus bisa berdampak sesuatu yang tidak diinginkan.
Remaja yang dikategorikan sebagai suatu masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa . Banyak perubahan yang bisa dirasakan baik secara psikis maupun
fisik. Tetapi yang menjadi perhatian utama yaitu muncul rasa ketertarikan lawan
jenis (sexual intercourse). Secara fisik, mulai matang organ reproduksi dan hormon
sebagai penanda maskulinitas bagi kaum adam dan feminim bagi kaum hawa.
Menurut riset dari Handbook Physchology oleh Irving B.Weiner bahwa hal yang
paling lazim kaum remaja adalah adolesecent sexual activity. Emosi yang tak
terkontrol memungkinkan membungkam hati nurani mereka ketika mereka tertarik
satu sama lain. Oleh karena itu, ketertarika jenis sebagai penanda masa remaja.
Sudah digalakkan pendidikan seks sejak dini tetapi hasilnya tidak terlalu
signifikan oleh karena ada anggapan tabu saat membicarakan tentang seks. Menurut
dr.Helena Rahayu Wonoadi selaku Direktur CSR Reckittt Benckiser Indonesia
(Sumber Liputan 6), bahwa penelitian yang dilakykan oleh Recckit Benckiser
Indonesia terhadap 500 remaja di lima kota besar di Indonesia yang menunjukkan
33 persen remaja pernah melakukan hubungan seks penetrasi. Begitu krusial namun
pihak yang bertanggunga jawab dalam mendidik mulai orang tua di rumah maupun
guru di sekolah tahu akan hal ini, sebagian hanya menganggap hal ini sepele.
Dikhawatirkan apabila rasa ketertarikan mereka diungkapkan dalam
pergaulan mereka dengan pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah mereka
dapatkan lebih sering dari media massa. Media massa cukup apik dalam
menampilkan gaya hidup yang diadopsi dari kebudayaan barat. Kedekatan antara
laki-laki dengan perempuan begitu intik dianggap suatu hal yang wajar. Dampak
negatif lebih dominan dan seks bebas menunjukkan rasio yang besar dari dampak
negatif yang ada.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini , ada masalah-masalah yang dibahas untuk menguraikan
pergaulan bebas yang mengarah ke seks bebas. Berikut rincian permasalah yang
dari makalah ini :
1. Bagaimana sudut pandang seks bebas dari kajian ilmiah?
2. Apa pengaruh media yang menjerumuskan ke gaya hidup seks bebas?
3. Apa saja kasus seks bebas dari SD sampai Perguruan Tinggi?
4. Bagaimana dampak bagi yang terlibat dalam seks bebas ?
5. Apa upaya-upaya pencegahan dan penanganan yang terlibat dalam seks bebas
?

1.3. Tujuan Penulisan


Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang
pergaulan yang sehat dan menghindari pergaulan bebas yang menjerumuskan ke
perilaku seks bebas. Selain itu menambah referensi bagi pembaca lainnya dalam
mengerti untuk mengevaluasi diri terutama bagi kalangan remaja .

2
BAB II
ISI

2.1. Sudut pandang seks bebas dari kajian ilmiah


Seks bebas dari bahasa Inggris yang diterminologikan yakni Free Sex
mengenai prilaku bebas terkait aktivitas seksual, pendapat Sarwono Sarlito W
mengenai masalah seks pada remaja manakala perilaku seksual adalah segala
tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun
dengan sesama jenis. Perilaku seks dibatasi yang diperbolehkan oleh pasangan yang
secara matang reproduksi dan sah secara hukum sebagai pasangan suami istri
2.2. Pengaruh media yang menjerumuskan ke gaya hidup seks bebas

Media massa memiliki peranan yang besar dari berbagai macam faktor yang
ada dalam memengaruhi kepribadian seseorang yang menikmatinya. Media massa
memiliki dua macam jenis yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak
menyajikan informasi berupa tulisan yang dibaca seperti koran, majalah, dan
tabloid sedangkan media elektronik merupakan penyampaian informasi lewat
elektronik untuk kontennya seperti internet, televisi, dan radio. Telah diketahui
semakin majunya media dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan,
sehingga menimalisikan informasi yang disampaikan.

2.3. Kasus Seks Bebas


Kasus yang diambil mengenai seks bebas diambil dari di Indonesia dan luar
Indonesia sebagai referensi dalam menyikapi tindakan tercela yang perlu dihindari
bagi kita.
Dilansir dari laman detiknews.com, pada tanggal 09 Maret 2017
yakni”Kasus Remaja Mesum di Kamar Pas di Mata Komnas Perlindungan Anak”
Dari informasi yang disampaikan, perbuatan yang dilakukan oleh remaja tersebut
sudah direncanakan dan merupakan dampak dari globalisasi yang tersaring atau
lebih tepatnya imbas dari pornografi. Sekretaris Jenderal Komnas HAM
menyebutkan bahwa ini merupakan kurangnya jangkauan pengawasan dari orang
tua dan guru selaku pihak yang mendidik mereka secara langsung. Menjadi
perhatian penting bagi kita terhadap remaja yang perlu diberi arahan dalam
menyalurkan keinginan ke kegiatan yang positif sebagai solusi utama.
Kasus yang lain didapati dari metro.sindonews.com, pada tanggal 27
Agustus 2019 dengan headline “Akibat Perilaku Seks Bebas Ratusan Remaja
Bekasi Terkena Penyakit Menular“ Dilaporkan sudah terjadi 696 kasus pada tahun
2019 terkait penderita penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) akibat perilaku seks
bebas dan gonta ganti pasangan. HIV/AIDS menjadi urgensi terkait akibat dari
perilaku seks bebas sehingga pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banten yang
digalakkan oleh Kemenkes untuk melakukan pemeriksaan bagi wanita pekerja seks,
lesbian, gay, bisexual, dan transgender.

3
2.4. Dampak bagi yang Terlibat dalam Seks Bebas
Perasaan menyesal selalu ada setelah berbuat bagi remaja yang telah
melakaukan. Menyesal karena perasaan berdosa telah melakukan demikian yang
menandakan hati nurani berfungsi sebagai penegur terhadap hal yang tidak sesuai
dengan etika yang selama ini ditanamkan pada remaja tersebut. Menurut John
Dollard salah satu tokoh psikologi mengenai psikologi kepribadian bahwa dalam
teori belajar sosial merupakan perilaku manusia yang dihasilkan dari interaksi
pribadi dengan lingkungan secara terus-menerus. Remaja yang selama ini diajarkan
oleh keluarga dan dari gurunya mengenai etika dan moral serta ajaran sesuai dengan
keyakinan yang telah melekat sehingga koginisi itu memperbaiki apa yang tidak
sesuai melalui rasa bersalah yang muncul. Rasa bersalah sebagai wujud penyesalan
apabila tidak kunjung reda dapat mengganggu kondisi emosional. Apalagi remaja
merupakan masa instabilitas dalam kematangan emosi (maturing emotional self)
yang menyangkut semua wilayah perilaku afektif dengan meilbatkan aspek
biologis, kognitif, dan sosial (Gorlow; Lugo dalam Haryono, 1996)
Penyakit bermacam-macam menghinggapi dikarenakan infeksi HIV
(Human Immune Deficiency Viruses). HIV tak lagi asing di telinga apalagi remaja
yang sudah mendengar dan mempelajari di sekolah atau di media. HIV menurut
laporan kasus Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yakni yang menyebabka
imunitas atau sel-sel kekebalan tubuh. Penderita ini gampang terserang penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan lainnya namun sulit untuk sembuh. Virus
menyerang makrofag sebagai komponen imunitas yang bertugas fagosit terhadap
substansi asing yang dianggap mengancam kekebalan tubuh. Seseorang yang
terkena virus influenza sekaligus menderita HIV sulit untuk sembuh seperti yang
disampaikan tadi bahwa tidak ada sel kekebalan tubuh.
Aborsi sebagai kasus solusi darurat yang dilakukan khususnya remaja
wanita apabila melakukan seks bebas tanpa alat kontrasepsi. Dalam istilah klinisnya
sebagai KTD (Kehamilan yang Tak Diinginkan). Sebagaimana dimaksud dari
penulisan jurnal ilmiah Aborsi Akibat Kehamilan yang Tak Diinginkan
menerangkan secara definitif aborsi adalah berhentinya dan dikeluarkannnya
kehamilan sebelum 20 minggu (dihitung dari hari terakhir) ata berat janin kurang
dari 500gr, panjang kurang dari 500gr. Dampak kesehatan bagi remaja wanita
adalah dapat menurunkan fungsi reproduksi mulai dari pendarahan vagina berat,
rentan bakteri masuk melaui liang bagina (sepsis), endometritis ( radang pada
lapisan rahim) dilansir dari hellosehat.com. Dan dari ajaran agama manapun, aborsi
merupakan tindakan pembunuhan dikarenakan tanda-tanda kehidupan diputuskan
hanya karena KTD.

4
2.5. Upaya-Upaya Pencegahan Dan Penanganan Yang Terlibat Dalam Seks Bebas

Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tuadari
anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalampendidikan seksual.
Dalam membicarakan masalah seksual adalah yangsifatnya sangat pribadi dan
membutuhkan suasana yang akrab, terbukadari hati ke hati antara orang tua dan
anak. Hal ini akan lebih mudahdiciptakan antara ibu dengan anak perempuannya
atau bapak dengananak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat
terwujudbila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengananak
perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai munculkeluhan seperti tidak
tahu harus mulai dari mana, kekakuan,kebingungan dan kehabisan bahan
pembicaraan.Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu
sampaianak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikandengan
terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak.Sebaiknya pada saat anak
menjelang remaja dimana proseskematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai
timbul danberkembang kearah kedewasaan.Beberapa hal penting dalam
memberikan pendidikan seksual, sepertiyang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa
(1995) berikut ini, mungkinpatut anda perhatikan:

1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, janganterlihat ragu-


ragu atau malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun janganmenerangkan
yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anaktidak akan bertanya
lagi, boleh mempergunakan contoh atausimbol seperti misalnya : proses
pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa
uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikandengan
kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9
atau 10 tahun tentu belum perlu menerangkansecara lengkap mengenai
perilaku atau tindakan dalam hubungankelamin, karena perkembangan
dari seluruh aspekkepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematanganuntuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalahtersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luassempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahapperkembangan tidak
sama buat setiap anak. Dengan pendekatanpribadi maka cara dan isi
uraian dapat disesuaikan dengankeadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan
melaksanakanpendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain
itu jugaperlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian
barudapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar
menjadi bagian dari pengetahuannya.

5
Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan uraian di atas dapat menyimpulkan, yaitu :Pemuda atau
pemudi haruslah diperhatikan sering lagi karena tanpa perhatian dariorang tua, guru
dan lembaga sosial lainnya seorang anak dapat melakukan penyimpangan sosial.
Karena hanya merekalah penerus bangsa ini. Arahan-arahan perlu diberikan kepada
remaja, karena dampak awal yang palingterasa adalah pada orang yang ada
disekitarnya. Pendukungan mereka sangat perlu untuk memupuk rasa patriotisme
dan nasionalisme bangsa Indonesia.
3.2. Saran
Remaja perlu tuntunan lebih apalagi kematang emosi diri sendiri yang
belum stabil. Pendidikan menjadi senjata utama untuk membaharui akhlak, moral,
dan kognisi. Remaja menjadi peka dengan lingkungan sekitar untuk memproteksi
diri dari perbuatan yang merugikannya yang mengancam masa depannya.

6
Daftar Pustaka

B. Weiner, Irving. 2003. Handbook of Psychology Volume 6


Developmental Psychology. Canada: John Wiley & Sons, Inc

Indarjo, Sofwan dan Dewi Sartika Rahadi. 2017. Journal of


Health Eduation , Perilaku Seks Bebas pada Anggota Club Motor X
Kota Semarang Tahun 2017. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Semarang

NN. Artikel Publikasi Ilmiah , Hubungan Penggunaan Media


Sosial dengan Perilaku Seks Siswa SMP di Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai