Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2009). Oksigen
dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali
menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya.
Fungsi sistem pernapasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen
tubuh (Potter & Perry, 2008). Oksigen merupakan gas yang sangat vital
dalam kelangsungan hidup sel dari jaringan tubuh karena oksigen diperlukan
untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari
atmosfer melalui proses bernapas (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Oleh karena pentingnya oksigenasi, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus dengan gangguan kebutuhan oksigenasi yang sangat
mempengaruhi dan berperan penting dalam kebutuhan dasar manusia untuk
dapat hidup dengan layak dan nyaman.

B. Perumusan Masalah
Pasien dengan diagnosa medis PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) akan
mengalami gangguan kebutuhan dasar manusia yang akan mempengaruhi
proses penyembuhan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah bagaimana mengelola asuhan keperawatan dengan
diagnosa medis PPOK di Ruang Melati RSU SANTA MARIA CILACAP ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Tujuan umum dari laporan kasus ini adalah untuk
memperoleh pengalaman nyata, mengidentifikasi dan merencanakan
2

pemberian asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar


oksigenasi di RSU Santa Maria Cilacap
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
2. Mengidentifikasi perumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
3. Mengidentifikasi penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
4. Mengidentifikasi implementasi yang dilakukan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
5. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pasien dengan masalah
kebutuhan dasar oksigenasi.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam
pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
2. Manfaat Praktis
a. Praktik Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan
dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
3

b. Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi yang dapat digunakan
sebagai pedoman bagi praktik mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran
dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan personal dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan
dasar oksigenasi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika).Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan O2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup berbahaya terhadap aktifitas sel (Wahit Iqbal
Mubarak, 2009).
4

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dari
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 setiap kali bernapas (Lyndon Saputra, 2013). Oksigenasi adalah
memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan cara melancarkan
saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2)
sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

2. Anatomi Sistem Pernapasan

1. Saluran Nafas Atas

a. Hidung
1) Terdiri atas bagian eksternal dan internal
2) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang
hidung dan kartilago
3) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi
vertikal yang sempit, yang disebut septum
4) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat
banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
5) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru
6) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru-paru
b. Faring
1) Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring
2) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral
(orofaring), dan laring (laringofaring)
5

3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus


respiratorius dan digestif
c. Laring
1) Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago
yang menghubungkan faring dan trakea.
2) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi
3) Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batu
4) Laring sering disebut juga sebagai Kotak Suara
d. Trakea
1) Disebut juga batang tenggorok
2) Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut
karina
a. Saluran Nafas Bawah
a. Bronkus
1) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
2) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris
kiri (2 bronkus)
3) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental
dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
4) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki
: arteri, limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
1) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
2) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
bagian dalam jalan napas
c. Bronkiolus Terminalis
6

1) Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus


terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
2) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
3) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional
antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
1) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli
f. Alveoli
1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu
lembar akan seluas 70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli
b) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara
metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar
tidak kolaps)
c) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan
sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan
g. Paru-paru
1) Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
2) Terletak dalam rongga dada atau toraks
3) Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar
4) Setiap paru mempunyai apeks dan basis
5) Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris
7

6) Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus


7) Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya
h. Pleura
1) Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan
jaringan elastis.
2) Terbagi mejadi 2 :
a) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
c) Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan
tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua
permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-par
3. Fisiologi Sistem Pernapasan
Bernafas/pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara
individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2
yang dibuang (ekspirasi).
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru
dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot
pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen, dan pusat
pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara
12-15 kali per menit.
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi
Yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-
paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada
inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru
bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
8

a. Tekanan udara atmosfir


b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi
Yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveolus dan kapiler paru-paru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
Yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan
tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-
paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin
di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)
4. Etiologi
a. Faktor Fisiologi.
1) Menurunnya kemampuan mengikatO 2 seperti pada anemia.
9

2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi


saluran pernafasan bagian atas.
3) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka,
dll.
b. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernafasan individu.
1) Bayi prematur.
Bayi yang lahir prematur menyeabkan kekurangan
pembentukan sunmbatan
2) Bayi dan anak-anak.
Beresiko mengalami infeksi saluran pernafasan da merokok
3) Dewasa muda dan paruh baya.
Diet yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas
4) Lansia.
Adanya proses penuaan yang mengakbatkan kemungkinan
arteriok kleorosis, okspansi paru penurunan
c. Faktor Perilaku.
1) Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang.
2) Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner
3) Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat. (Tarwoto,
Wartonah, 2006)
d. Faktor Kesehatan
Pada orang sehat system kardiovaskuler sering mempengaruhi
distribusi oksigen dalam sel tubuh, penyakit system pernafasan dapat
menyebabkan hipoksemia karena hemoglobin membawa CO2 dan O2.

5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
10

1. Pemantauan atau melakukan pemberian hemodinamika


2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh
dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu
pemberian oksigen jika diperlukan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
i. Atur posisi pasien ( posisi fowler )
ii. Pemberian oksigen
2. Gangguan Pertukaran Gas
i. Atur posisi pasien (semiifowler)
ii. Pemberian Oksigen

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
A. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami
a) Pernah mengalami perubahan pola pernafasan ?
b) Pernah mengalami batuk dengan sputum ?
c) Pernah mengalami nyeri dada ?
d) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejal-gejala
diatas ?
B. Riwayat penyakit pernafasan
a. Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dll ?
11

b. Bagaimana frekuensi setiap kejadian ?


C. Riwayat kardiovaskular
a) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
D. Gaya hidup
a. Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja dengan perokok
E. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
a) Konjungtiva pucat (karena anemia)
b) Konjungtiva sianosis
c) Konjungtiva terdapat pethichial ( Karena emboli lemak atau
endokarditis)
b. Kulit
a) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
b) Sianosis secara umum(hipoksemia)
c) Penurunan turgor
d) Edema
e) edema periorbital
c. Jari dan Kuku
a) Sianosis
b) Clubbing finger
d. Mulut dan bibir
a) Membrane mukosa sianosis
b) Bernafas dengan mengerutkan mulut
e. Hidung
a) Pernafasan dengan cuping hidung
f. Vena Leher
a) Adanya distensi/bendungan
g. Dada
a) Retraksi otot bantu pernafassn (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obtruksi jalan nafas)
12

b) Pergerakan tidak simestris antara dada kiri dan dada kanan


c) Suara nafas normal (vesicular, bronkovesikular, bronchial
d) Suara nafas tidak normal ( crakles, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
e) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernafasan
a) Pernafasan normal (eupnea)
b) Pernafasan cepat( takipnea)
c) Pernafasan lambar(bradipnea)
F. Pemeriksaan penunjang
a. Tes yang menentukan keadekuatan system konduksi jantung
a) EKG
b) Exercise Stress Test
b. Tes untuk enentukan kontraksi miokardium aliran darah
a) Kateterisasi jantung
b) Angiografi
c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
a) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri
b) Pemeriksaan darah lengkap

d. Melihat struktur system pernafasan


a) Foto thoraks (X-ray)
b) CT scan Paru
e. Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernafasan
a) Kultur apus tenggorok
b) Specimen sputum (BTA)

C.Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
13

2) Pola napas tidak efektif


3) Gangguan pertukaran gas
4) Intoleransi aktifitas
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
a. Bunyi napas yang abnormal
b. Batuk produktif atau non produktif
c. Sianosis
d. Dispnea
e. Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :

a. Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi


b. Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
c. Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
d. Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
e. Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
f. Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit
untuk di expektoran
g. Immobilisasi
h. Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
2. Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2
kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
a. Dispnea
b. Peningkatan kecepatan pernapasan
c. Napas dangkal atau lambat
d. Retraksi dada
e. Pembesaran jari (clubbing finger)
14

f. Pernapasan melalui mulut


g. Penambahan diameter antero-posterior
h. Sianosis, flail chest, ortopnea
i. Vomitus
j. Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :


a. Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas,
nyeri
b. Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala,
keracunan obat anasthesi
c. Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
d. CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
e. Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
f. Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau oedema
g. Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3. Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis
respiratori dan alkalosis respiratori.
Tanda-tandanya :
a. Dispnea
b. Abnormal gas darah arteri
c. Hipoksia
d. Gelisah
e. Takikardia
f. Sianosis
15

g. Hipoksemia
h. Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

Kemungkinan penyebab :

a. Penumpukan cairan dalam paru


b. Gangguan pasokan oksigen
c. Obstruksi saluran pernapasan
d. Bronkhospasme
e. Edema paru

D.Rencana Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran
napas dapat berkurang dengan kriteria hasil:
a) saluran pernafasan pasien menjadi bersih
b) pasien dapat mengeluarkan secret
c) suara nafas dan keadaan kulit menjadi kulit menjadi normal.

Intervensi:

c. Monitor status pernafasan dan oksigen


Rasional : untuk mengetahui status pernafasan & oksigen pasien
d. Lakukan pengisapan jalan napas bila diperlukan
Rasional : Merangsang terjadinya batuk atau pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien yang tak mampu batuk secara efektif dan
penurunan kesadaran
c. Auskultasi suara nafas.
16

Rasional : Mengetahui area yang ventilasinya menurun atau tidak


adanya suara tambahan
d.Instruksikan untuk batuk efektif & teknis napas dalam untuk
memudahkan keluarnya sekresi.
Rasional : memudahkan ekspansi maksimal paru atau jalan napas lebih
kecil dan membantu silia untuk mempermudah jalan napas
e. Kolaborasi dengan berikan obat sesuai indikasi: mukolitik,
ekspektoran, bronkodilator, analgesik,
Rasional : Untuk menurunkan sesak nafas atau kesulitan bernafas yang
di derita.
f. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer
dan fisioterapi lain mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase
postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret.

4. Pola napas tidak efektif


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 ke jaringan
adekuat dengan kriteria hasil:
a) Pasien yang mendemonstrasikan pola pernafasan yang efektif.
b) Data objektif menunjukan pola pernafasan yang efektif.
c) Pasien merasa lebih nyaman dalam bernafas..

Intervensi:
a. Monitor kecepatan, kedalaman, dan kesulitan bernafas
Rasional : Mengetahui kecepatan, kedalaman dan kesulitan bernafas
b. Bantu klien untuk melakukan batuk efektif & napas dalam
Rasional : Meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas, sehingga
mudah untuk dikeluarkan
c. Berikan tambahan oksigen masker/ oksigen nasal sesuai
indikasi
17

Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan


sirkulasi.
d. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran
Rasional : Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk
dikeluarkan
e. Kolaborasi dengan bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer
dan fisioterapi lain mis : spiromerti iasentif, perkusi, drainase postural.
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan secret

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Tn. B dengan gangguan sesak nafas di
Ruang Melati RSU Santa Maria Cilacap pada tanggal 10 Juli 2018.
Pengkajian dilakukan oleh penulis pada tanggal 10 Juli 2018 pada Tn. B
dengan sesak nafas di Ruang Melati RSU Santa Maria Cilacap, setelah
dilakukan pengkajian selama 3 hari diperoleh data sebagai berikut :
18

1. Identitas
Pada data didapat bahwa nama klien adalah Tn. B, umur 64 tahun,
jenis kelamin laki-laki, alamat rumah Tegalreja, Cilacap, agama
Katolik, klien sudah menikah. Klien masuk rumah sakit pada tanggal
09 Juli 2018, dan dikaji oleh penulis pada 10 Juli 2018, diagnosa medis
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis). Sumber informasi diperoleh
dari klien.
2. Riwayat Penyakit
Saat pengkajian dilakukan keluhan utama yang dirasakan klien
yaitu klien mengatakan sesak nafas. Klien mengatakan ada keluhan
tambahan yaitu sesak nafas meningkat ketika setelah pasien batuk..
Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan pernah dirawat di RS
sebelumnya, klien mengatakan mempunyai riwayat asma. Riwayat
penyakit keluarga, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit keluarga.
3. Pola Fungsional Menurut Gordon
Pada pengkajian pola eliminasi didapatkan data bahwa sebelum
sakit BAB lancar 2x sehari, warna kuning, bentuk padat dan BAK
lancar 6x sehari, warna kuning, bau khas, selama sakit klien BAB 5x
sehari sekali berwarna kuning, dan BAK 7x sehari.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data bahwa sebelum
sakit semua aktivitas seperti makan / minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur dan berpindah dilakukan secara
mandiri. Tetapi selama sakit sebagian besar aktivitas dibantu orang
lain ( keluarga atau perawat ) dan hanya mobilitas ditempat tidur yang
dapat dilakukan sendiri,
4. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pada Tn. B didapatkan hasil kesadaran
compos metis, hasil tanda vital sign TD : 180/110 mmHg, Nadi : 88
x/menit, RR : 28 x/menit, Suhu 36oC, Berat badan : 70 kg, Tinggi
Badan : 160 cm.
19

Pemeriksaan kepala : Bentuk mesochepal, tidak memiliki cidera.


Pemeriksaan mata : konjungtiva anemis. Pemeriksaan hidung :bersih,
tidak keluar cairan. Pemeriksaan telinga : simetris, bersih, tidak ada
serumen. Pemeriksaan mulut :membran mukosa bibir lembab dan lidah
bersih. Pemeriksaan leher : tidak ada pembesaran thyroid dan tidak ada
jejas.
Pada pemeriksaan thorak : Jantung : hasil palpasi jantung denyut
jantung teraba, perkusi jantung redup, auskultasi bunyi jantung normal,
Paru : didapatkan hasil inspeksi simetris, pengembangan pada kanan
dan kiri sama, auskultasi bunyi wheezing, palpasi paru tidak ada nyeri
tekan, perkusi ronkhi. Pada pemeriksaan abdomen hasil inspeksi
simetris dan tidak ada bekas operasi, auskultusi normal(timpani),
palpasi tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan Genetalia tidak terpasang kateter. Pemeriksaan
punggung simetris tidak ada ruam kulit dan tidak ada jejas. Selain itu
didaerah ekstremitas atas didapatkan data bahwa terpasang infuse RL
di tangan kanan.

5. Program Terapi
Terapi yang diberikan saat pasien masuk rumah sakit yaitu infus
RL 20 tpm, Injeksi masuk Anbacim 2x1 gram, Syrup Lasal Exp 3x5
mL, Injeksi Methilprednisolon 4x62,5 mg, dan Nebulizer Combiven
4x2,5mg dalam sehari per 6 jam
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang Hematologi darah rutin didapatkan
hasil Hb 15 g/dL, Hematokrit 43%, Trombosit 224 103/µl, Leukosit
16200 mm³
B. Analisis Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan
1. Analisis Data
20

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. Ds : Pasien mengatakan sesak nafas,, tidak Hiperventilasi Ketidakefektifan pola


nyaman dengan kelelahan sesak nafas
nafasnya.

Do : Terdapat retraksi dinding dada

RR= 28 x/menit

SpO2= 92%

N= 88x/menit

S= 36º C, TD= 180/110 mmHg

2. Ds : Pasien mengatakan sesak nafas saat Imobilisasi Intoleran aktifitas


melakukan aktifitas

Do : Dispnea saat melakukan aktivitas

Pasien tampak selalu dibantu dalam


melakukan aktifitasnya

3. Ds : Pasien mengatakan sulit untuk tidur Gejala Terkait Gangguan Pola Tidur
karena merasakan sesak nafas Penyakit

Do : Terdapat kantung mata, lemas

2, Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan imobilitas

3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit

C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi


1. Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
Tujuan :
21

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan inspirasi dan ekspirasi dapat memberi ventilasi adekuat,
dengan kriteria hasil :

Indikator Awal Tujuan

Frekuensi pernafasan 2 5

Irama Pernafasan 3 5

Kedalaman Inspirasi 2 5

Keterangan:

1. Sangat Terganggu
2. Banyak Terganggu
3. Cukup Terganggu
4. Sedikit Terganggu
5. Tidak Terganggu
Intervensi :

1. Monitor tanda-tanda vital.


2. Monitor kecepatan, kedalaman, dan kesulitan bernafas
3. Monitor keluhan sesak nafas
4. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
5. Monitor SpO2
6. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan & retraksi pada
otot dada
7. Auskultasi Suara Nafas.
8. Berikan bantuan terapi nafas
b. Diagnosa Keperawatan 2

Intolean aktifitas berhubungan dengan imobilitas

Tujuan :
22

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas harian dengan baik,
dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan

Kemudahan dalam melakukan aktifitas harian 2 5

Kemampuan berbicara ketika melakukan aktifitas 4 5

Keterangan :

1.Sangat terganggu
2.Banyak terganggu
3.Cukup terganggu
4.Sedikit terganggu
5.Tidak terganggu
Intervensi :

1. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan


potur tubuh yang benar.
2. Instruksikan pasien untuk menghindari tidur dengan posisi
telungkup.
3. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik
terkait dengan aktivitas harian
4. Bantu klien dengan aktivitas fisik secara teratur
5. Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien dapat
melakukan pergerakan otot
6. Kolaborasikan dengan keluarga untuk membantu
perkembangan pasien

c. Diagnosa Keperawatan 3

Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit

Tujuan :
23

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan pasien mendapatkan periode tidur yang berkualitas
dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan

Pola Tidur 3 5

Kualitas Tidur 2 5

Jam Tidur 3 5

Keterangan :

1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

Intervensi :

1. Monitor pola tidur pasien


2. Monitor jumlah jam tidur pasien
3. Bantu klien untuk menghilangkan situasi stres sebelum tidur
4. Anjurkan klien untuk menghindari makanan / minuman yang
mengganggu tidur
5. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
6. Memposisikan posisi tidur klien dengan posisi fowler

2. Implementasi
Selasa, 10 Juli 2018
a. Diagnosa Keperawatan 1
1. Memonitor TD, Suhu, Nadi. (08:30 WIB)
Ds : -
Do : TD: 180/110 mmHg, N: 88x/mnt, RR: 21x/mnt, SpO2:
93%
24

2. Memonitor Keluhan Sesak Nafas


Ds : Pasien mengatakan sesak nafas meningkat setelah batuk
Do : Pasien Kooperatif
b. Diagnosa Keperawatan 2
1. Menginstruksikan pada klien untuk menghindari posisi tidur
dengan telungkup. (09:30 WIB)
Ds : Pasien mengatakan tidak pernah tidur dengan posisi
telungkup
Do : -
2. Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien agar dapat
melakukan pergerakan otot. (12:30 WIB)
Ds : -
Do : Pasien tampak melatih otot-ototnya seperti duduk.
c. Diagnosa Keperawatan 3
1. Memonitor pola tidur klien. (10:30 WIB)
Ds : Pasien mengatakan sulit untuk tidur
Do : Terdapat kantung mata
2. Membantu klien untuk meghilangkan situasi stress sebelum
tidur. (11:30 WIB)
Ds : Pasien mengatakan merasa nyaman
Do : -
3. Menciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung. (13:30
WIB)
Ds : -
Do : Pasien tampak istirahat dengan tenang setelah lingkungan
sekitar sudah tenang

Rabu, 11 Juli 2018


a. Diagnosa Keperawatan 1
1.Memberikan bantuan terapi nafas Nebulizer Combiven (16:00
WIB)
25

Ds : Pasien mengatakan merasa nyaman setelah memakai Nebu


Do : Pasien Kooperatif
2. Memonitor SpO2 (18:00 WIB)
Ds : -
Do : SpO2: 94 %
3. Memonitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
(18:25 WIB)
Ds : -
Do : Terdengar bunyi wheezing
b. Diagnosa Keperawatan 2
1. Mengkaji komitmen pasien untuk menggunakan postur tubuh
yang benar. (15:00 WIB)
Ds : Pasien mengatakan sudah melakukan sesuai instruksi
sebelumnya
Do : -
2. Membantu pasien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik
terkait dengan aktivitas harian (17:25 WIB)

c. Diagnosa Keperawatan 3

1. Memberikan edukasi kepada pasien untuk menghindari makanan


atau minuman yang mengganggu tidur. (19:00 WIB)

Ds : Pasien mengatakan paham dengan yang dijelaskan


perawat

Do : Pasien kooperatif dengan instruksi perawat

2. Memonitor jumlah jam tidur pasien. (19:30 WIB)

Ds : Pasien mengatakan sudah bisa istirahat atau tidur dengan


cukup

Do : Pasien kooperatif
26

3.Memposisikan posisi tidur pasien fowler

Kamis, 12 Juli 2018

a.Diagnosa Keperawatan 1

1. Mengauskultasi suara nafas. (15:00 WIB)


Ds : -
Do : Wheezing
2. Memberikan bantuan terapi nafas Nebulizer Combiven 1 ampul
(16:00 WIB)
Ds : pasien mengatakan sesak nafas berkurang setelah
diberikan nebu
3. Memonitor SpO2. (18:30 WIB)
Ds : -
Do : SpO2: 94 %
d. Diagnosa Keperawatan 2
1. Membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
(17:30 WIB)
Ds : Pasien mengatakan ingin berjalan
Do : pasien kooperatif
2. Membantu aktivitas fisik secara teratur. (19:00 WIB)
Ds : -
Do : pasien terlihat melatih persendian dan anggota geraknya
3. Mengkolaborasikan dengan anggota keluarga untuk memantau
perkembangan pasien. (19:30 WIB)
Ds : Keluarga mengatakan bersedia memantau perkembangan
pasien
Do : Keluarga kooperatif

3. Evaluasi

Selasa, 10 Juli 2018.


27

Jam 14.00 WIB


a. Diagnosa Keperawatan 1
S : Pasien mengatakan sesak nafas
O : RR=21 x/menit
TD=180/110 mmHg
N=88 x/menit
SpO2= 93%
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi.

Indikator Awal Tujuan Akhir

Frekuensi pernafasan 2 5 3

Kedalaman Inspirasi 2 5 3

Irama pernafasan 3 5 3

P : lanjutkan intervensi:

3. Monitor suara nafas tambahan


4. Monitor saturasi O2
8. Berikan bantuan terapi nafas Nebulizer

b. Diagnosa Keperawatan 2
S : Pasien mengatakan tidak pernah tidur dengan posisi telungkup
O : Pasien tampak sedang melatih otot-otot persendian
A : Masalah intoleran aktifitas belum teratasi.

Indikator Awal Tujuan Akhir

Kemudahan dalam menjalankan aktifitas 2 5 3


harian

Kemampuan berbicara ketika melakukan 4 5 4


aktifitas

P : lanjutkan intervensi :
28

1.Kaji komitmen pasien untuk belajar dan menggunakan postur


tubuh yang benar
3. Bantu pasien menjadwalkan waktu spesifik terkait aktivitas
harian
c. Diagnosa Keperawatan 3
S : Pasien mengatakan sulit untuk tidur
O : Tedapat kantung mata
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir

Pola Tidur 3 5 4

Kualitas Tidur 2 5 4

Jam Tidur 3 5 4

P :Lanjutkan intervensi

2. Monitor Jumlah jam tidur

4. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan atau minuman


yang mengganggu tidur

6. Memposisikan posisi tidur pasien dengan posisi fowler

Rabu, 11 Juli 2018


Jam 20:30WIB
a.Diagnosa Keperawatan 1
S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang setelah diberikan Nebulizer

O : SpO2= 94%,

A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi.

Indikator Awal Tujuan Akhir


29

Frekuensi Pernafasan 2 5 4

Irama Pernafasan 3 5 4

Kedalaman Inspirasi 2 5 4

P : lanjutkan intervensi nomer 4,6 dan 8

b. Diagnosa Keperawatan 2

S : Pasien mengatakan sudah melakukan sesuai instruksi sebelumnya

O : Pasien kooperatif dengan menyebutkan waktu spesifik dengan aktivitas


harian

A : Masalah intoleran aktifitas belum teratasi.

Indikator Awal Tujuan Akhir

Kemudahan dalam 2 5 4
melakukan aktivitas
harian

Kemampuan berbicara 4 5 5
ketika melakukan
aktivitas

P : lanjutkan intervensi :

4. Bantu Klien dengan Aktivitas fisik secara teratur


5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan

c. Diagnosa Keperawatan 3

S : Pasien mengatakan merasa nyaman ketika di posisi fowler

O : Pasien sudah tidak terdapat kantung mata

A : Masalah gangguan pola tidur teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir

Pola Tidur 3 5 5
30

Kualitas Tidur 2 5 5

Jam Tidur 3 5 5

P : Hentikan Intervensi

Kamis, 12 Juli 2018

Jam 20:10 WIB

a.Diagnosa Keperawatan 1

S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang

O : SpO2= 94%,

A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir

Frekuensi Pernafasan 2 5 5
Irama Pernafasan 3 5 5
Kedalaman Inspirasi 2 5 5

P : Hntikan Intervensi

b.Diagnosa Keperawatan 2

S : Keluarga pasien mengatakan bersedia memantau perkembangan pasien

O : Pasien sudah bias berjalan atau mobilisasi sendiri

A : Masalah intoleran aktifitas teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


Kemudahan dalam 2 5 5
melakukan aktivitas
harian
Kemampuan berbicara 4 5 5
ketika melakukan aktivitas
31

P : Hentikan Intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan


Keperawatan pada Tn. B dengan gangguan Oksigenasi di ruang Melati RSU Santa
Maria Cilacap mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pembahasan ini,
penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat tentang pasien
dengan kondisi pasien.
32

A. Pengkajian
Muttaqin tahun 2009 menjelaskan definisi pengkajian adalah salah satu
dari komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang
dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan pasien, meliputi usaha
pengumpulan data dan membuktikan data tentang status kesehatan seorang
pasien. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan
pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka. Dalam
pengumpulan data, penulis menggunakan pengkajian pola fungsional
Gordon. Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional menurut
Gordon adalah bahwa pola fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas
untuk para perawat dengan latar belakang praktek yang beragam. Model pola
fungsional kesehatan terbentuk dari hubungan antara pasien dan lingkungan
dan dapat digunakan untuk perseorangan, keluarga dan komunitas. Setiap
pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat
mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data (NANDA,
2012)

B. Analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang
pengalaman/ respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap
masalah kesehatan/ proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan (NANDA, 2012).
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata yang sesuai
dengan teori
a) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi adalah
pertukaran udara inspirasi dan/ atau ekspirasi tidak adekuat.(Nanda
Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2015).
33

2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada
di konsep teori
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas (Nanda Internasional Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2015).
b) Gangguan pertukaran gas, adalah kelebihan atau kekurangan dalam
oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membrane
kapiler alveoli (Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi, 2015).
3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata tetapi tidak ada
di konsep teori
a) Intoleran aktifitas berhubungan dengan imobilisasi, adalah
ketidakcukupan energy secara fisiologis maupun psikologis untuk
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas sehari-hari.(Nanda
Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2015).
b) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan gejala terkait penyakit
adalah merasa kurang terpenuhi kebutuhan istirahat sehari-hari (Nanda
Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2015)

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari data saat dilakukan pengkajian pada pasien menggunakan pola
fungsional Gordon di peroleh data pasien mengalami sesak nafas dan sesak
nafas meningkat pada pasien meningkat setelah pasien batuk.
Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada kasus pasien dengan
gangguan oksigenasi, ditemukan ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi. Intervensi keperawatan yang dirumuskan untuk
diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diantaranya posisikan untuk
34

meringankan sesak nafas, kolaborasi pemberian obat. Implementasi


keperawatan yang dilakukan selama 3x24 jam untuk diagnosa
ketidakefektifan pola nafas, intoleran aktifitas, dan gangguan pola tidur.
Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari pertama, kedua dan ketiga dengan
menggunakan SOAP pada catatan perkembangan. Diagnosa ketidakefektifan
pola nafas, intoleran aktifitas, dan gangguan pola tidur sudah teratasi
Dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien Tn B menggunakan
pola fungsional Gordon, dalam menegakkan diagnosa penulis memakai
NANDA sebagai acuan, untuk menyusun intervensi keperawatan penulis
menggunakan NIC NOC, dan dalam penulisan evaluasi penulis menggunakan
SOAP pada catatan perkembangan.

B. Saran
1. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan
dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah
atau menangani gangguan oksigenasi ini.
2. Institusi Pendidikan
Perlu ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas
tentang pembelajaran praktek yang sesuai dengan teori.
3. Rumah Sakit
Perlu adanya kerjasama antara ruangan dengan bagian tenaga kesehatan
yang lain untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.
35
36

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2.
Jakarta :SalembaMedika.

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta :Salemba Medika.

Guyton, A. C, dan Hall, J. E. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2.


Jakarta :Salemba Medika.

NIC, NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis


NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action

Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis


NANDA NIC NOC. Yogyakarta :Media Action.

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :EGC Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai