FENOMENOLOGISME
Seorang ahli berpendapat bahwa fenomenologi hanya suatu gaya berfikir, bukan suatu
mahzab filsafat. Sementara itu, anggapan para ahli tertentu lebih mengartikan fenomenologi
sebagai suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu
sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat. Edmund Husserl, seorang filosof dan matematikus
mengenai intensionalitas atau pengarahan melahirkan filsafat fenomenologi berdasarkan
pemikiran Brentano. Dalam pengertian sebagai suatu metode, Kant dan Husserlmengatakan bahwa
apa yang dapat diamati hanyalah fenomena, bukan neumenon atau sumber gejala itu sendiri.
Dengan demikian, terhadap sesuatu yang diamati terdapat hal-hal yang membuat pengamatannya
tidak murni sehingga perlu ada reduksi.
Setelah mengalami reduksi tingkat pertama, yaitu reduksi fenomenologi atau reduksi
epochal, fenomena yang dihadapi menjadi fenomena yang murni, tetapi belum mencapai hal yang
mendasar atau makna yang sebenarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan reduksi yang kedua yang
disebut reduksi eiditis (eiditische reduction). Melalui reduksi yang kedua, fenomena yang dihadapi
mampu mencapai inti atau esensi (eidos). Selain kedua reduksi tersebut, ada pula reduksi yang
ketiga dan berikutnya dengan maksud mendapatkan pengamatan yang murni, tidak terkotori oleh
unsur apapun, serta mencari kebenaran yang tertinggi.
Eksistensialisme terutama merupakan hasil pemikiran Soren Kierkegaard yang dikenal
banyak orang sebagai perlawanan atas materialisme ataupun idealism. Eksistensialisme adalah
aliran filsafat yang memandang segala hal yang berpangkal pada eksistensinya. Artinya bahwa
Eksistensialisme merupakan cara manusia berada, atau lebih tepat mengada di di dunia ini. Tokoh-
tokoh utama Eksistensialisme yang banyak dibicarakan orang adalah Kierkegaard, Sartre, dan
Heidegger. Tokoh lainnya, Albert Camus dan Simon Beauvoir.Hal pertama yang harus dilihat
adalah bagaimana Eksistensialisme menentang materialisme. Selain menentang materialism, ia
juga menentang idealisme. Pada prinsipnya, materialisme dinilai tidak lengkap, demikian pula
idealism. Secara materialism, manusia hanyalah resultante atau akibat dari proses unsur-unsur
kimia, sedangkan secara idealism, manusia cukup diwakili oleh kesadarannya.
Demikianlah prinsip perlawanan Eksistensialisme terhadap materialisme ataupun idealism.
Manusia bukan hanya objrk, bukan pula kesadaran. Meskipun demikian, manusia tidak berdiri
sendiri, melainkan senantiasa sibuk dengan pikiran dan kehendaknya sendiri. Ia memperdulikam
dunia luar. Ia berbuat karena berhubungan dengan dunia luar, memanfaatkan situasi, menghargai
alam, dan menggunakan barang. Dengan perbuatannya itu, ia berada di luar dirinya sendiri
sehingga dapat menyatakan saya sedang berbuat ini itu. Inilah yang disebuteksistensi, yaitu berdiri
sendiri dengan keluar dari diri sendiri.
Setelah masa modernism, datang masa pascamodern, yang dimulai pada tahun 1950.
Dalam mengantar “Psikologi dan Posmodernisme” Klave mengatakan bahwa pascamodernisme
mulai menjadi wacana di Amerika Serikat untuk bidang arsitektur,kritik sastra, dan sosiologi.
Kemudian, pada tahun 1970-an, pascamodernisme berkembang di Prancis sebelum 1980-an
hingga menjadi wacana mondial. Yang paling penting dalam memahami pascamodern ini adalah
pemakaian atas adanya tiga pengertian yang berbeda, yaitu pascamodernitas, pascamodernisme,
dan pemikiran pascamodern.
Pascamodernitas adalah suatu era yang menampilkan ketidakpercayaan atas mumpuninya
pengetahuan dan penelitian ilmiah. Pascamodernisme merupakan ekspresi kultural dimana terjadi
penjabaran antara realitas dan fiksi oleh media. Pemikiran pascamodern adalah pemikiran yang
menganti konsepsi ketidakbergantungan realitas dari peneliti dengan ide-ide tentang bahasa
sebagai hal yang sebenarnya mengandung struktur realitas sosial yang perspektial.
Pascamodernisme memiliki banyak kesamaan, tidak hanya dengan romantisme,
eksistensialisme, dan aspek-aspek psikologi james, tetapi dengan filsafat-filsafat dari kelompok
sofis dan skeptis. Para penganut pascamodernisme mendapatkan dukungan untuk relativisme
dalam konsep permainan bahasa seperti diajukan filosof yang berpengaruh, Ludwig Wittgenstein
(1889-1895). Kaitannya dengan pendapat Wittgenstein maka bahasa merupakan alat yang
digunakan anggota komunitas untuk saling berkomunikasi. Hal itu berarti bahwa setiap komunitas
menciptakan permainan bahasa sendiri, dan sebaliknya menciptakan “bentuk hidup” sendiri
BAB XIII
EKSISTENSIALISME
A. Terminologi Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata “eksistensi” dari kata dasar “existency” yaitu “exist”.
Kata “exist” berasal dari bahasa latin yang artinya: “ex”, keluar dan “sistare” artinya berdiri. Jadi
eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri.
Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama.
Manusia berada didunia;sapi dan pohon juga berada di dunia. Akan tetapi cara beradanya tidak
sama. Manusia berada di dalam dunia;ia memngalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari
dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang
dihadapinya. Manusia mengerti guna pohon, batu , dan salah satu diantaranya ialah ia mengerti
bahwa hidupnay mempunyai arti. Apa arti semua ini? Artinya ialah bahwa manusia adalah subjek.
Subjek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut objek.
Ada beberapa tokoh filsafat Eksistensialisme, diantaranya adalah: Martin Heidegger, J.P.
Sartre, dan Gabriel Marcel.
B. Martin Heidegger
Menurut Heidegger, manusia tidak menciptakan dirinya, tetapi ia dilelmparkan kedalam
ke dalam keberadaan. Walaupun keberadaan manusia tidak mengadakan sendiri, bahkan
merupakan keberadaan yang terlempar, manusia tetap harus bertanggung jawab atas
keberadaannya itu. Manusia harus merealisasikan kemungkinan-kemungkinanny, tetapi dalam
kenyataannya tidak menguasai dirinya sendiri. Inilah fakta keberadaan manusia yang timbul dari
Geworfenheid atau situasi terlemparnya itu.
Manusia yang tidak memiliki eksistensi yang sebenarnya menghadapi hidup yang semu. Ia
tidak menyatukan hidupnya sebagai satu kesatuan. Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya
itulah, cara bereksistensi yang sebenarnya. Inilah cara menemukan diri sendiri. Disinij, orang akan
mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang manusia dan dunia.
C. J.P. Sartre
J.P. Sartre lahir di Prancis pada tahun 1905 M dan meninggal pada tahun 1980 M. ia belajar
pada Ecole Normale Superieur pada tahun 1924-1928 M. setelah tamat dari sekolah itu, pada tahun
1929 M, ia mengajarkan filsafat di beberapa Lycess, baik di Prancis maupun tempat lain. Dari
tahun 1933 sampai tahun 1935, ia menjadi mahasiswa peneliti pada institut Francis di Berlin dan
di Universitas Preiburg. Pada tahun 1938 M, terbit novelnya yang berjudul La Nausee, sedangkan
Le Mur terbit pada tahun 1939 M. sejak itu munculah karya-karyanya yang lain dalam bidang
filsafat.
Menurut Sarte, eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini amat janggal
sebab biasanya harus ada esensinya lebih dulu sebelum keberadaannya. Bagaimana sebenarnya
yang dimaksud oleh Sarte? Filsafat eksistensialisme membicarakan cara berada di dunia ini,
terutama cara berada manusia. Dengan kata lain, filsafat ini menempatkan cara wujud manusia
sebagai tema sentral pembahasannya. Cara itu hanya khusus ada pada manusia karena hanya
manusialah yang bereksistensi.
D. Gabriel Marcel
Dalam filsafatnya, ia menyatakan bahwa manusia tidak hidup sendirian,tetapi bersama-
sama dengan orang lain.akan tetapi manusia mempunyai kebebasan yang bersifat otonom. Puncak
ajaran dari Marcel adalah tentang harapan. Harapan ini menunjukkan adanya Engkau Yang Tinggi
(tri Supreme), yang tidak dapat dijadikan objek manusia. Engkau Tertinggi inilah Allah, yang
hanya dapat ditemukan didalam penyerahan seperti halnya kita menemukan Engkau atas sesame
kita dalam penyerahan seperti halnya kita menemukan Engkau atas sesame kita dalam penyerahan
dan dalam keterbukaan dan partisipasi dalam berada yang sejati.
BAB XIV
RENAISSANCE DAN HUMANISME
A. Renaissance
Istilah Renaissance berasal dari bahasa prancis yang berarti kebangkitan kembali. oleh
sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menujukkan berbagai periode kebangkitan
intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Orang yang pertama menggunakan istilah
tersebut adalah Jules Michelet, Sejarawan Prancis terkenal. Menurutnya, Renaissance ialah
periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali
yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila dikaitkan dengan keadaan,
Renaissance adalah massa diantara zaman pertengahan dengan zaman modern yang
dipandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan
dalam bidang pemikiran.
Dalam bidang filsafat Renaissance dianggap kurang menghasilkan karya penting
bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun diantara perkembangan itu, terjadi
pula perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama
filsafat modern.Ciri utama dari Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari
agama(tidak mau diatur oleh agama), empirism, dan rasionalisme.
B. Humanisme
Humanisme, menurut Ali Syariati (1992:39), berkaitan dengan eksistensi manusia
bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah
kesempurnaan manusi. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk adalah
makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki
spesiesnya.
Ada empat aliran yang mengklaim sebagai bagian dadri humanisme, yaitu: (1)
liberalisme barat; (2) marxisme; (3) eksistensialisme;(4) agama.