Anda di halaman 1dari 10

MEMBANGUN DESA MANDIRI DENGAN DANA DESA

MELALUI PENGEMBANGAN SEKTOR USAHA POTENSIAL


DAN KOPERASI DESA YANG SALING TERINTEGRASI
Oleh: Muth Syaqoful Fikri

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki 34 provinsi, 94 kabupaten/kota, dan 6.542
kecamatan, serta 76.632 desa yang masing-masing memiliki potensi yang berbeda-beda. Di
mata dunia, Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang sangat besar. Tumbuhan
pangan dapat ditemui di setiap penjuru kota, tambang mineral dengan jumlah yang tak
terhingga, dan tumbuhan penghasil minyak terproduktif di dunia dapat ditemui di Indonesia.
Namun, dengan segala kekayaan alamnya, Indonesia belum bisa menjamin kemakmuran bagi
setiap rakyatnya, terutama rakyat yang tinggal di desa. Pada tahun 2016, 30% dari 76.632 desa
atau sekitar 22 ribu desa di Indonesia masih berada pada kondisi tertinggal dan sangat
tertinggal. Jumlah tersebut tidaklah sedikit, mengingat Indonesia sudah merdeka selama 73
tahun lamanya. Kondisi tersebut diperparah dengan jumlah desa mandiri yang tidak sampai 2
persen (Kementerian Keuangan RI, 2016). Disebabkan oleh kondisi tersebut, Pemerintahan
Indonesia era Joko Widodo pada tahun 2015 meluncurkan program dana desa.
Program dana desa pada dasarnya adalah salah satu langkah Joko Widodo dalam
mewujudkan salah satu Nawa Citanya, yaitu “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan
Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa dalam Kerangka NKRI”. Pada dasarnya, dana desa
adalah dana APBN yang diprioritaskan untuk pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Tujuan akhir dari pemberian dana desa ini adalah membangun desa yang mandiri.
Selama tiga tahun pelaksanaannya, hampir 90% dana desa digunakan untuk pembangunan
infrastruktur, dan kurang dari 7 persen yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat
(Kementerian Keuangan RI, 2016).
Mulai Januari 2018, berdasarkan titah Presiden Joko Widodo, penggunaan dana desa akan
lebih difokuskan ke sektor padat karya sekaligus pemberdayaan masyarakat. Salah satu bentuk
dari sektor padat karya dan pemberdayaan masyarakat desa adalah pengembangan usaha
potensial desa. Pengembangan usaha di setiap desa yang didasarkan pada potensi terbesar yang
dimiliki oleh masing-masing desa. Pada pelaksanaannya, pengembangan usaha ini dapat
melibatkan banyak masyarakat desa, sehingga pemanfaatan dana desa dapat langsung dirasakan

1
oleh masyarakat. Pengembangan sektor usaha ini akan dibarengi dengan pengembangan
koperasi desa, dan keduanya akan saling terintegrasi satu sama lain.

ISI
Pemanfaatan dana desa saat ini
Program dana desa sedikit demi sedikit telah berhasil memperbaiki kondisi pedesaan,
terutama desa-desa tertinggal. Berdasarka evaluasi tiga tahun pelaksanaannya, dana desa telah
terbukti menghasilkan sarana dan prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat seperti yang
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sarana/prasarana yang berhasil dibangun dengan menggunakan dana desa pada
periode 2015-2016 (Kemenkeu, 2016)
Sarana/Prasarana Nilai Besaran
Jalan desa >95.200 km
Jembatan 914.000 m
Instalasi air bersih 22.616 unit
Tambatan perahu 2.201 unit
PAUD 14.957 unit
Polindes 4.004 unit
Sumur 19.485 unit
Pasar desa 3.106 unit
Drainase dan irigasi 103.405 unit
Posyandu 10.964 unit
Embung 1.338 unit

Keberhasilan dana desa dalam memperbaiki infrastruktur, sarana/prasarana, dan perekonomian


pedesaan membuat pemerintah semakin bersemangat dalam membangun pedesaan
menggunakan dana desa. Hal ini terbukti dengan pengalokasian APBN untuk dana desa yang
selalu meningkat setiap tahunnya seperti yang disajikan pada Gambar 1.

2
Gambar 1. Alokasi dana desa dari periode 2015 hingga 2017 (Katadata Indonesia, 2016)

Berdasarkan gambar di atas, dana desa pada periode 2017 adalah sebesar 60 triliun rupiah atau
sekitar 800 juta untuk tiap desa. Nilai tersebut naik menjadi 2 kali lipat pada periode 2018, yaitu
sebesar 120 triliun rupiah, sehingga setiap desa akan mendapatkan minimum dana desa sebesar
1 triliun rupiah (Sandjojo, 2018).
Namun, selama ini pemanfaatan dana desa masih kurang melibatkan partisipasi
masyarakat desa. Hanya segelintir masyarakat yang bisa menikmati perputaran uang dari
penggunaan dana desa. Sebagai contoh, dalam pengadaan infrastruktur umum seperti jalan,
jembatan, dan bangunan, pihak desa lebih menyerahkan proyek-proyek tersebut kepada
kontraktor. Hal ini menyebabkan singkatnya perputaran uang dana desa yang terjadi di desa
tersebut. Idealnya, dana desa dapat menjadi modal awal dalam menggerakkan roda
perekonomian desa secara mandiri, sehingga perputaran uang terjadi di masyarakat desa.
Adanya perputaran uang tersebut akan mengurangi kemiskinan di desa dan mempercepat

3
perkembangan desa. Hal ini juga sesuai dengan arahan dari Presiden Joko Widodo, bahwa dana
desa harus lebih difokuskan ke sektor padat karya dan pemberdayaan desa.

Dana desa untuk pengembangan usaha potensial yang terintegrasi dengan koperasi desa
Mengacu pada arahan Presiden Joko Widodo, sudah seharusnya mulai tahun 2018
pemanfaatan dana desa lebih difokuskan kearah sektor padat karya dan pemberdayaan desa.
Salah satu sektor yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan menggunakan dana desa
adalah sektor usaha potensial desa. Setiap desa memiliki potensi alam yang berbeda-beda.
Dalam pengelolaannya, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak yang ada di desa. Pihak-
pihak tersebut antara lain adalah Pemerintah Desa, pelaku bisnis, konsumen, produsen, dan
distributor. Sektor usaha tersebut kemudian dikelola mandiri oleh masyarakat dengan
pembiayaan berasal dari dana desa. Pemerintah Desa berperan menjadi ‘rekan bisnis’ sekaligus
pengawas keberjalanan usaha.
Di sisi lain, diperlukan sebuah sistem untuk menaungi keberjalanan usaha potensial desa.
Usaha desa adalah usaha bersama antar warga desa dan/atau Pemerintah Desa, sehingga sistem
yang cocok menjadi dasar untuk merealisasikan usaha ini adalah sistem koperasi. Sistem
koperasi dilaksanakan dengan berlandaskan asas usaha bersama secara kekeluargaan. Di dalam
bukunya yang berjudul ‘Membangun Koperasi & Koperasi Membangun’, Bung Hatta
menuliskan bahwa sistem koperasi bukan hanya untuk memajukan perekonomian negara.
Koperasi juga bermanfaat untuk memajukan moral masyarakat, karena dalam pelaksanaannya
diperlukan kepercayaan, kejujuran, dan solidaritas antar-anggota.

Potret keberhasilan pemanfaatan dana desa untuk pengembangan potensi desa


Pemanfaatan dana desa untuk mengembangkan potensi desa telah berhasil dilakukan oleh
beberapa desa di Indonesia, seperti desa Ponggok, Panggungharjo, dan Huntu. Desa Ponggok
berhasil memanfaatkan dana desa untuk mengembangkan sektor potensial desanya, yaitu
pariwisata. Desa yang terletak di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten ini memiliki
beberapa sumber mata air yang jernih dan kolam alami. Sejak adanya program dana desa yang
dimulai di tahun 2015, desa ini berhasil mengembangkan sektor pariwisatanya melalui Badan
Usaha Milik Desa (BUM Desa). Salah satu usaha pariwisata unggulan yang berhasil dibangun
adalah wisata snorkeling kolam Umbul Ponggok dan Ponggok Ciblon seperti yang disajikan
pada Gambar 2.

4
Gambar 2. Wisata unggulan Umbul Ponggok (sumber: steemkr.com)

Sedangkan di desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul, dana desa dimanfaatkan untuk


pengembangkan sektor budaya dan kesenian. Desa ini berhasil membangun workshop seni rupa
dan seni musik untuk komunitas difabel, serta mengadakan pagelaran budaya yang melibatkan
masyarakat luar desa. Di samping itu, desa ini juga berhasil menciptakan sistem pengolahan
sampah desa terpadu, dengan pengadaan program pembayaran uang SPP dengan sampah.
Sistem pemilahan sampah sudah berjalan dengan baik di desa ini. Melalui Badan Usaha Milik
Desa (BUM Desa), sampah organik akan diolah menjadi pupuk, sedangkan sampah non-
organik akan dipilah lebih lanjut, didaur ulang, dan dijual. Lain halnya dengan desa Huntu yang
terletak di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Desa ini memanfaatkan dana desa untuk
membangun ekonomi lokal melalui pertanian ikan air tawar.

Skema pemanfaatan dana desa untuk pengembangan usaha berbasis potensi desa yang
terintegrasi dengan koperasi desa
Dana desa disalurkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
dua tahap. Tahap pertama sebesar 60% yang turun pada bulan Maret, sedangkan tahap kedua
sebesar 40% turun pada bulan Agustus. Dana yang telah sampai ke pemerintah daerah
kabupaten/kota harus segera didistribusikan ke setiap desa paling lambat 7 hari setelah dana

5
tersebut turun. Skema penyaluran dana desa dapat dilihat pada Gambar 3. Selanjutnya, dana
yang sudah diterima oleh pemerintah desa bebas untuk digunakan sesuai dengan Permendes
No. 19 Tahun 2017.

Pusat

Dana desa 30%


dari pusat Operasional desa

Sosialisasi penggunaan dana desa

Kab/Kota Desa
Pengajuan kebutuhan desa

70%
Pencairan dana desa dan pengawasan Membangun usaha
sektor potensial desa

Gambar 3. Skema penyaluran dana desa (Asmara, 2015)

Dari seluruh dana yang diterima oleh desa, 30% diantaranya dialokasikan untuk
pembiayaan operasional desa, sisanya 70% digunakan untuk pembangunan desa dan
pemberdayaan masyarakatnya. Salah satu langkah pembangunan dan pemberdayaan desa
beserta masyarakatnya adalah dengan mengembangkan sektor usaha berbasis potensi yang
dimiliki oleh setiap desa yang dijalankan dengan prinsip koperasi. Skema dari pemanfaatan
dana desa untuk pengembangan usaha potensial desa disajikan pada Gambar 4.

6
dikumpulkan di koperasi

Pembangunan
Infrastruktur Desa
Wirausaha 1

Wirausaha 2
DESA Koperasi Dipasarkan
70% dana desa Desa PRODUK langsung ke
konsumen
Wirausaha 3

Distribusi dan
pemasaran produk
Wirausaha - n

Pendapatan

Gambar 4. Skema pemanfaatan dana desa untuk mengembangkan usaha potensial desa
(sumber: dokumen pribadi)

Sebanyak 70% dari dana desa dikelola oleh Pemerintah Desa melalui koperasi desa.
Koperasi tersebut dijalankan oleh masyarakat bersama dengan Pemerintah Desa. Dana tersebut
kemudian di distribusikan sebagai modal usaha kepada masyarakat, baik individu atau
kelompok, yang mau berwirausaha mengolah potensi desa yang dimilikinya. Produk dari hasil
usaha tersebut kemudian dibawa ke koperasi untuk dipasarkan. Keuntungan yang diperoleh dari
penjualan produk tersebut sebagian akan diambil oleh koperasi sebagai cicilan pinjaman yang
tentunya tanpa suku bunga. Besarnya nominal cicilan yang akan diambil oleh koperasi
disesuaikan dengan kesepakatan yang dibuat di awal. Selanjutnya, sebagian kecil dari
keuntungan tersebut juga akan digunakan sebagai iuran tetap koperasi. Kedua uang tersebut
disimpan di koperasi dan akan didistribusikan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
modal untuk membuka usaha. Masyarakat yang berperan sebagai wirausahawan akan
memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk dan keuntungan yang telah dikurangi biaya
cicilan dan iuran tetap koperasi.
Konsep pemanfaatan dana desa yang telah dijelaskan di atas dapat diaplikasikan ke lebih
dari 690 desa maju, 2.100 desa berkembang, maupun 1.300 desa yang masih tertinggal,
sehingga dapat menciptakan desa yang mandiri. Dari ribuan desa tersebut tentu memiliki
potensi yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah Desa Mekarwangi yang terletak di
Kabupaten Garut. Desa ini memiliki potensi alam berupa pohon aren. Satu buah pohon aren
dapat menghasilkan setidaknya 4 buah produk yang berbeda, yaitu gula aren, kolang-kaling,
ijuk, dan lidi. Dari keempat produk tersebut masih dapat diolah lebih lanjut untuk memproduksi

7
produk-produk kreatif lainnya yang memiliki nilai ekonomi jauh lebih tinggi. Sedangkan di
Desa Cibeusi yang terletak di Kecamatan Jatinangor, Sumedang, memiliki potensi alam berupa
pohon kopi. Dari pohon kopi dapat menghasilkan biji kopi yang dapat diolah lebih lanjut untuk
menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Masih banyak potensi-potensi lain yang sampai saat ini
belum diolah dengan manajemen yang baik. Pemanfaatan dana desa untuk mengembangkan
potensi-potensi tersebut dengan konsep koperasi desa adalah salah satu jawaban untuk
memandirikan desa-desa yang ada di Indonesia, sehingga target Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk 2.000 desa mandiri pada tahun 2019 dan salah satu
tujuan dari Nawa Cita Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia dari daerah
pinggiran dapat tercapai.

PENUTUP
Indonesia memiliki 76.632 desa yang masing-masing memiliki potensi alam yang
berbeda-beda. Namun, sebagian besar dari potensi-potensi tersebut belum termanfaatkan
dengan baik oleh pemerintah desa dan masyarakatnya. Hal ini menjadi salah penyebab
lambatnya pertumbuhan ekonomi desa yang berdampak pada rendahnya jumlah desa mandiri
yang ada di Indonesia. Di sisi lain, pada tahun 2015 Pemerintah Pusat ingin mempercepat
pembangunan desa melalui program barunya, yaitu dana desa. Program ini dinilai telah berhasil
meningkatkan pertumbuhan desa. Namun, jika dilihat dari data penggunaan dana desa, sebagian
besar dana tersebut digunakan untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur desa, seperti
jembatan dan jalan. Baru sedikit Pemerintah Desa yang menggunakan dana desa untuk
mengembangkan sektor padat karya dan pemberdayaan desa. Salah satu bentuk sektor padat
karya dan pemberdayaan desa adalah pengembangan usaha berbasis potensi desa yang
terintegrasi dengan koperasi desa. Pemanfaatan dana desa untuk mengembangkan sektor usaha
berbasis potensi desa dan koperasi desa menjadi salah satu jawaban untuk mewujudkan desa
mandiri. Dengan cara ini Pemerintah Desa dapat memberdayakan dana desa untuk
menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, sehingga
Pemerintah Desa akan memiliki sumber pendapatan baru untuk membangun infrastruktur desa.
Sedangkan untuk masyarakat desa, akan semakin banyak sumber penghasilan baru yang dapat
meningkatkan kondisi ekonominya. Selain itu, dengan menerapkan sistem koperasi desa dapat
memajukan moral masyarakat desa. Hal ini akan berdampak pada semakin harmonisnya
hubungan antara pemerintah desa dengan masyarakat dan antar-masyarakat desa sehingga
tercipta desa yang mandiri dan madani.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Desa PDTT Republik Indonesia. 2015. Indeks Desa Membangun 2015.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2017. Buku Pintar Dana Desa : Dana Desa untuk
Kesejahteraan Rakyat.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Indeks Pembangunan Desa 2014.
Menteri Desa PDTT. 2017. Salinan Peraturan Menteri Desa PDTT Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018.
Menteri Keuangan RI. 2017. Salinan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
199 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengalokasian Dana Desa Setiap Kabupaten/Kota dan
Perhitungan Rincian Dana Desa Setiap Desa.
http://ekonomi.kompas.com/read/2015/10/20/141445026/20.168.Desa.di.Indonesia.Masih.Ter
tinggal diakses pada hari Minggu, 25 Februari 2018 pukul 09.00 WIB.
http://ditjenpdt.kemendesa.go.id/news/read/161019/228-26-persen-desa-di-indonesia-masuk-
kategori-tertinggal diakses pada hari Minggu, 25 Februari 2018 pukul 09.10 WIB.
http://industri.bisnis.com/read/20151020/45/484100/bappenas-targetkan-muncul-2.000-desa-
mandiri-hingga-2019 diakses pada hari Minggu, 25 Februari 2018 pukul 10.00 WIB.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/08/04/berapa-anggaran-untuk-dana-desa
diakses pada hari Senin, 26 Februari 2018 pukul 08.30 WIB.
https://bisnis.tempo.co/read/860400/naik-50-persen-dana-desa-tahun-2018-rp-120-triliun
diakses pada hari Senin, 26 Februari 2018 pukul 09.00 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2017/11/03/19450781/jokowi-tetapkan-dana-desa-untuk-
padat-karya-dimulai-januari-2018 diakses pada hari Senin, 26 Februari 2018 pukul 10.00
WIB.
http://bisnis.liputan6.com/read/3068600/ponggok-jadi-contoh-keberhasilan-pengelolaan-dana-
desa diakses pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 pukul 10.00 WIB.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/01/12/183555926/Desa.Huntu.Barat.Jadi.Conto
h.Sukses.Pemanfaatan.Dana.Desa diakses pada hari Sabtu, 10 Maret 2018 pukul 10.30
WIB.

9
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Muth Syaqoful Fikri


Alamat : Wonorejo RT004 RW003 Polokarto, Sukoharjo,
Jawa Tengah 57555
Jenis kelamin :L
NIK : 3311072603960002
Riwayat Pendidikan :
SD SMP SMA Universitas
SD Muhammadiyah SMPN 1 SMAN 1 Institut Teknologi
Nama Institusi
Wonorejo Mojolaban Sukoharjo Bandung
Jurusan - - IPA Teknik Kimia
Tahun Masuk-
2003-2009 2009-2011 2011-2014 2014-Sekarang
Lulus

Karya tulis yang pernah dipublikasikan:


Tempat Tahun
NO. Judul Karya Tulis
Publikasi Publikasi
Industri Berbasis Biomassa Lignoselulosik Majalah Kampus
1. 2017
yang Terintegrasi “Equilibrium”
BaToX : Perancangan Pabrik Bio-BTX National Chemical
2. Berbahan Baku Limbah Pabrik Kertas Black Engineering Symposium 2017
Liquor (NACES) 2017
BTEX Berbasis Biomassa Lignoselulosa,
3. medium.com 2018
Peluang Industri Petrokimia Generasi Dua

10

Anda mungkin juga menyukai