Anda di halaman 1dari 23

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Sejarah Keraton

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terletak di pusat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).


Ketika diambil garis lurus antara Gunung Merapi dan Laut Kidul, maka Keraton menjadi
pusat dari keduanya. Keraton Yogyakarya merupakan kerajaan terakhir dari kerajaan yang
berjaya di Jawa. Keraton ini didirikan oleh Sultan Hamengku Bowono I pada tahun 1755.

Perjanjian Giyanti tahun 1755 membagi kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu wilayah timur
(Keraton Surakarta) dan wilayah barat (Keraton Yogyakarta). Menurut cerita, lokasi keraton
adalah bekas pesanggarahan bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat
iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang akan dikebumikan di Imogiri.

Keraton Yogyakarta

Fungsi Keraton Yogyakarta adalah sebagai pusat kebudayaan Jawa, tempat tinggal raja dan
keluarganya, serta tempat wisata. Keraton Yogyakarta menyuguhkan bangunan megah
bernuansa Jawa dan aneka benda koleksi raja dan keluarganya. Di sana juga ada pertunjukan
seni, seperti gamelan, wayang orang, wayang kulit, wayang golek, macapat, dan tari-tarian.
Ada juga hasil budaya, seperti batik, lukisan, keris, tombak, kereta kencana, foto raja-raja
Jawa, dan silsilah raja Jawa. Di dalam sana juga dipamerkan pakaian adat dan kehidupan para
abdi dalem (penjaga khusus Keraton).

Di kompleks Keraton Yogyakarta terdapat ruang pamer benda-benda kuno seperti keramik,
batik kuno, gamelan, lukisan, dan benda-benda pribadi raja.
1
Dalam bangunan yang menyimpan aneka koleksi batik terdapat sumur kuno yang dasarnya
penuh dengan uang. Setiap hari Selasa Wage di lapangan Kemandungan Kidul (bagian
belakang Keraton) selalu dilaksanakan lomba memanah gaya Mataraman. Semua pemanah
memakai busana tradisional Jawa dan memanah dengan posisi duduk.

Bagian-bagian Keraton

1. Alun-alun Utara (Lor)


2 .Pagelaran
3. Sitinggil
4. Kemandungan Lor (Keben)
5. Kompleks Sri Manganti
6. Pelataran Kedaton (Kompleks Halaman Keraton)
7. Kemagangan
8. Kemandungan Kidul
9. Sitinggil Selatan
10. Alun-alun Selatan (Kidul)

Fungsi Keraton Yogyakarta adalah sebagai pusat kebudayaan Jawa, tempat tinggal raja dan
keluarganya, serta tempat wisata.

Keraton Yogyakarta menyuguhkan bangunan megah bernuansa Jawa dan aneka benda
koleksi raja dan keluarganya.

Di sana juga ada pertunjukan seni, seperti gamelan, wayang orang, wayang kulit, wayang
golek, macapat, dan tari-tarian.

Ada juga hasil budaya, seperti batik, lukisan, keris, tombak, kereta kencana, foto raja-raja
Jawa, dan silsilah raja Jawa.

Di dalam sana juga dipamerkan pakaian adat dan kehidupan para abdi dalem (penjaga
khusus Keraton).

2
CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur – Candi Borobudur merupakan salah satu Candi terbesar di Indonesia.
Candi borobudur merupakan salah satu Candi Buddha yang terletak di Magelang, provinsi
Jawa Tengah. Candi Borobudur terletak kurang lebih 40 km di sebelah barat laut kota jogja.
Dengan kendaraan umum, mobil dan sepeda motor hanya memakan waktu sekitar 1 jam
perjalanan dari kota Jogja.

Candi Borobudur di bangun pada masa penganut ajaran Buddha Mahayana tepatnya sekitar
tahun 750-800 an Masehi. Candi Borobudur pun masuk dalam 7 keajaiban dunia, selain
karena menjadi yang terbesar, Candi Borobudur menjadi Candi Buddha yang tertua karena di
bangun jauh sebelum Candi Angkor Wat di Kamboja yang masih baru dibangun kira-kira
pada pertengahan abad ke-12 oleh Raja Suryavarman II.

Sejarah menyebutkan, pastinya, Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan dinasti
Syailendra. Sedangkan untuk asal-usulnya, Candi Borobudur pun masih diliputi misteri dan
menyebabkan banyak pertanyaan mengenai siapa pendiri awalnya.

Letak Candi Borobudur

Lokasi Candi Borobudur sendiri terletak di kota Magelang, Jawa Tengah. Untuk alamat pasti
dan lengkapnya, Candi Borobudur berada di Jalan Badrawati, Borobudur, Kota Magelang,
Jawa Tengah. Lokasi Candi Borobudur sendiri berada di tengah-tengah dan sangat strategis.

Candi Borobudur berada sekitar 100 km dari kota Semarang, jarak 86 km dari Surakarta dan
berjarak 40 km dari DI. Yogyakarta.

3
Sejarah Candi Borobudur

Candi Borobudur memiliki catatan sejarah yang panjang. Candi Borobudur dibangun pada
saat masa pemerintahan dinasti Syailendra tepatnya ketika masa banyak pengikut ajaran
agama Buddha Mahayana.

Berikut akan dibahas mengenai sejarah asal usul dibangunnya Candi Borobudur, mulai dari
awal mula berdirinya, penemuannya kembali hingga tentang proses pemugaran Candi
Borobudur kembali.

Asal Usul Candi Borobudur

Nama Candi Borobudur sendiri berasal dari kata bara dan budur. Dalam
istilahnya, bara memiliki arti kompleks biara dan kata budur yang mempunyai arti atas. Yang
kemudian, jika digabungkan menjadi kata barabudur dibaca borobudur yang berarti
kompleks biara di atas.

Sesuai dengan namanya juga, Candi Borobudur terletak tepat di atas sebuah bukit sebagai
komplek biara yang sungguh megahnya.

Tidak ada yang tahu siapa pasti yang membangun Candi Borobudur. Tidak ada bukti tertulis
maupun bukti-bukti lainnya yang menjelaskan sejarah pasti tentang Candi Buddha terbesar
ini. Setelah penemuannya, para peneliti hanya memperkirakan bahwa Candi Borobudur
dibangun antara tahun 750-800 an Masehi.

Perkiraan waktu pembangunan ini pun didasarkan pada perbandingan antara jenis aksara
yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga Candi Borobudur dengan jenis aksara
umumnya yang digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9 Masehi.Dasar ini
kemudian memperkirakan bahwa Candi Borobudur dibangun pada masa kerajaan dinasti
Syailendra di Jawa Tengah yang bertepatan antara kurun waktu 760 sampai dengan 830
Masehi.

Memilih lokasi di atas perbukitan tinggi, kompleks biara Candi Borobudur melalui proses
pembangunan dengan memakan waktu dari 75 sampai dengan 100 tahun lebih lamanya.
Candi Borobudur pun diperkirakan baru benar-benar rampung 100 persen pada masa
pemerintahan Raja Samaratungga pada tahun 825.

4
Pendiri Candi Borobudur

Siapakah yang membangun Candi Borobudur pada masa itu? Catatan sejarahpun tidak
mampu memberikan bukti dan perkiraan siapa pasti yang pendiri awal Candi Borobudur.
Catatan sejarah hanya menyebutkan bahwa Candi Borobudur dibangun pada masa kejayaan
dinasti Syailendra.

Meski dikenal sebagai Candhi Budha namun sebenarnya sempat ada ketidakjelasan Candi
Borobudur merupakan peninggalan agama apa, apakah peninggalan agama Buddha ataukah
Hindu pada waktu itu.

Dalam sejarah, diketahui bahwa masyarakat pada masa dinasti Syailendra adalah penganut
agama Buddha ber-madzhab atau beraliran Mahayana yang taat. Kendati demikian, pada
temuan yang didasarkan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa awalnya mereka mungkin
beragama Hindhu Siwa.

Di Jawa, masa itu, banyak sekali terjadi pembangunan berbagai candi Hindu di dataran Kedu.
Beberapa contoh misalnya, seperti Candi suci Shiwalingga yang lokasi nya pun berdekatan
atau berada di sekitar kawasan Candi Borobudur. Meski begitu umumnya kemudian Candi
Borobudur disepakati menjadi candi peninggalan kerajaan Buddha.

Meski sejarah menyebutkan juga bahwa Candi Borobudur sendiri dibangun pada kurun
waktu yang hampir bersamaan dengan dibangunnya candi-candi di Dataran Prambanan,
meskipun Candi Borobudur selesai dibangun lebuh dahulu sekitar tahun 825 an Masehi.

5
CANDI PRAMBANAN

Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9. Menjulang setinggi 47 meter dengan ornamen
yang mengagumkan, kecantikan candi Hindu ini tak tertandingi. Candi Prambanan terletak 17
km ke arah timur dari pusat Kota Jogja dan bisa dijangkau dengan bus Trans Jogja.

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia sekaligus salah satu candi yang
terindah di Asia Tenggara. Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada masa
pemerintahan Rakai Pikatan (pertengahan abad ke-9) dari Kerajaan Mataram Kuno.

Namun, oleh sebab yang masih misterius, pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur di akhir abad
ke-10. Candi yang megah ini pun terbengkalai dan sebagian tertimbun material letusan
Gunung Merapi. Perlahan-lahan, wilayah Prambanan menjadi hutan lebat.

Beratus-ratus tahun kemudian barulah reruntuhan candi ini ditemukan kembali. Pada saat itu
belum diketahui sejarah candi ini sehingga terciptalah legenda Roro Jonggrang yang
diceritakan turun temurun.

Upaya pemugaran candi secara serius dimulai sejak 1930-an dan pemugaran candi utama
baru rampung tahun 1953.

Kompleks Candi Prambanan

Diperkirakan ada 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Namun, hanya 18
candi yang berhasil dipugar, sisanya adalah tumpukan batu yang berserakan.

6
Tiga dari 8 candi utama disebut candi Trimurti ("tiga wujud"), dipersembahkan untuk 3 dewa
Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wisnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang
Pemusnah.

Candi Siwa yang berada di tengah-tengah adalah bangunan terbesar di kompleks Candi
Prambanan dan memiliki 5 ruangan: timur, selatan, barat, utara, dan sebuah ruangan utama di
tengah candi. Ruangan timur terhubung dengan ruangan utama yang berisi arca Siwa
Mahadewa setinggi 3 meter. Ruangan utara berisi arca Durga Mahisasuramardini, istri Siwa.
Arca Durga inilah yang disebut sebagai Roro Jonggrang dalam legenda setempat.

Tepat di depan candi Trimurti terdapat 3 candi yang lebih kecil untuk kendaraan atau wahana
dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang
Garuda wahana Wisnu.

Candi Prambanan dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana dan Krishnayana. Kisah
Ramayana dimulai dari kelahiran Rama, penculikan Sinta (istri Rama) oleh Rahwana, upaya
penyelamatan Sinta oleh Hanoman (panglima kera), pertemuan kembali Rama dan Sinta,
hingga penyerahan tahta Rama kepada anaknya.

Relief cerita Ramayana ini dipahat pada dinding sebelah dalam pagar sepanjang lorong galeri
yang mengelilingi candi utama. Relief ini dibaca dengan cara mengitari candi searah jarum
jam, dimulai dari sisi timur candi Siwa (42 adegan) dan dilanjutkan ke candi Brahma (30
adegan).

Tak jauh dari Candi Prambanan, kisah cinta Rama dan Sinta yang terpahat abadi ini juga
dipentaskan dalam bentuk sendratari setiap Selasa malam, Kamis malam, dan Sabtu malam.
Sendratari Ramayana Prambanan memegang rekor dunia Guinness World Records sebagai
pentas tari Ramayana yang paling banyak melibatkan penari sekaligus sebagai sendratari
yang paling lama dan rutin mementaskan tari Ramayana sejak 1961 hingga 2012. London dan
New York memiliki The Phantom of the Opera, Jogja punya Sendratari Ramayana. Pada
musim kemarau, pementasan dilakukan di luar ruangan dengan Candi Prambanan yang
disorot lampu sebagai latar belakangnya.

7
Taman Sari Jogja

Taman Sari Yogyakarta, merupakan salah satu bangunan milik kesultanan Yogyakarta yang
difungsikan sebagai destinasi wisata. Namun selain sebagai destinasi wisata, taman sari pada
saat tertentu juga masih digunakan sebagai tempat ritual oleh keluarga raja.

Dengan bentuk bangunan arsitektur ala Portugis-Jawa, bangunan di taman ini menjadi daya
tarik utama. Meskipun sekarang kondisi bangunan tak lagi utuh seperti saat masih
difungsikan sebagai taman kesultanan, namun tetap saja aura keindahan terpancar kuat dari
bangunan bangunan di taman ini.

Taman Sari Jogja kini telah menjadi landmark bagi daerah istimewa Yogyakarta. Konsep
gaya arsitektur di taman sari, berbeda dengan konsep arsitektur di dalam keraton Jogja. Hal
ini karena bangunan di taman sari lebih condong tematik dengan lebih mengutamakan bagian
pemandian yang memiliki julukan “Istana Air Jogja”.

Dengan adanya perbedaan gaya arsitektur ini, membuat pengunjung yang sudah terlebih dulu
mengunjungi istana keraton Jogja, akan menikmati kesan beda saat mengunjungi ke taman
sari. Pemandangan yang disuguhkan taman sari amat berbeda dengan di dalam keraton.

Taman Sari jogja, dahulu bukan sekedar taman rekreasi semata, melainkan juga sebagai
benteng pertahanan. Ini terlihat dari tembok mesjid taman yang tebalnya mencapai 125 cm.

Taman sari jogja, atau yang juga dikenal dengan nama pemandian putri, beralamat di Jalan
Tamanan, Patehan Keraton, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

8
SITUS WARUNG BOTO

Mirip dengan yang ada di Taman Sari. Situs Warung Boto diketahui merupakan tempat
pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwono II. Situs ini telah diresmikan oleh Balai
Pelestarian Cagar Budaya tanggal 23 Desember 2016.

Masih kemarin rasanya, namu foto-fotonya sudah beredar di media sosial. Banyaknya situs
yang ada di Yogyakarta, Situs Warung Boto ini turut melengkapi kehadiran situs lain yang
ada di Yogyakarta terlebih pada peninggalan bangunan pesanggrahan.

Lokasi situs Warung Boto ini berada di tengah kota yang berada di Jalan Veteran No. 77
Umbulharjo, Yogyakarta. lebih tepatnya berada dekat dengan XT Square. Lokasinya setelah
melalui Jalan Veteran adalah SD Muhammadiyah Warung Boto lalu ada gapura dengan jalan
menurun, ikuti jalan tersebut lalu ambil kiri. Dari sini, pengunjung bisa dengan mudah
mengikuti papan petunjuk.

Keistimewaan yang ada di situs Warung Boto ini sekilas mirip dengan arsitektur Taman Sari.
Di situs ini pengunjung bisa dengan mudah menuju ke lorong yang menarik mirip juga
dengan yang ada di Taman Sari. Namun memasuki kawasan, pengunjung dibuat merasakan
masa lalu dari bangunan pesanggrahan ini.

9
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Sejarah Singkat

Benteng pertama kali dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas
permintaan Belanda yang pada masa itu Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa
dipimpin oleh Nicolaas Harting. Adapun maksud bangunan benteng dibangun dengan dalih
untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya, akan tetapi dibalik itu maksud Belanda
yang sesungguhnya adalah memudahkan dan mengontrol segala perkembangan yang
terjadi didalam keraton. Benteng pertama kali dibangun keadaannya masih sangat
sederhana, temboknya hanya dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari
kayu pohon kelapa dan aren, dan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kayu
dengan atap hanya ilalang, dibangun dengan bentuk bujur sangkar, yang di keempat
sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh Sultan keempat
sudut itu diberi nama Jaya Wisesa (sudut barat laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya
Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya Prayitna (sudut tenggara).

Kemudian pada masa selanjutnya, Gubernur Belanda yang dipimpin oleh W.H. van
Ossenberg mengusulkan agar benteng dibangun lebih permanen agar lebih menjamin
keamanan. Kemudian tahun 1767, pembangunan benteng mulai dilaksanakan dibawah
pengawasan seorang ahli ilmu bangunan dari Belanda yang bernama Ir. Frans Haak dan

10
pembangunan baru selesai tahun 1787, hal ini dikarenakan Sultan HB I sedang disibukkan
dengan pembangunan keraton. Setelah pembangunan benteng selesai kemudian diberi
nama 'Rustenberg' yang berarti benteng peristirahatan. Pada tahun 1867 di Yogyakarta
terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga mengakibatkan rusaknya sebagian bangunan
benteng. Setelah diadakan perbaikan, nama benteng diubah menjadi 'Vredeburg' (benteng
perdamaian). Hal ini sebagai manifestasi hubungan antara Belanda dan keraton yang tidak
saling menyerang.

Koleksi Museum

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyajikan koleksi-koleksi sebagai berikut:

A. Koleksi Bangunan:

Selokan atau parit, dibuat mengelilingi benteng yang pada awalnya dimaksudkan sebagai
rintangan paling luar terhadap serangan musuh yang kemudian pada perkembangan
selanjutnya karena sistem kemiliteran sudah mengalami kemajuan hanya digunakan sebagai
sarana drainase atau pembuangan saja.

Jembatan, pada awalnya dibuat jembatan angkat (gantung), tetapi karena berkembangnya
teknologi khususnya kendaraan perang kemudian diganti dengan jembatan yang paten.

Tembok (benteng), lapisan pertahanan sesudah parit adalah tembok (benteng) yang
mengelilingi kompleks benteng, berfungsi sebagai tempat pertahanan, pengintaian,
penempatan meriam-meriam kecil maupun senjata tangan.

Pintu gerbang, dibangun sebagai sarana keluar masuk di kompleks benteng. Pintu gerbang
tersebut berjumlah tiga buah yaitu di sebelah barat, timur, dan selatan. Tetapi khusus sebelah
selatan hanya dibuat lebih kecil saja.

Bangunan-bangunan di dalam benteng (di bagian tengah benteng) yang berfungsi sebagai
barak prajurit dan perwira, yang kemudian pada perkembangan selanjutnya difungsikan
sebagai tangsi militer.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.

B. Koleksi Realia, merupakan koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar nyata
bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa sejarah. Antara
lain berupa: peralatan rumah tangga, senjata, naskah, pakaian, peralatan dapur, dan lain-lain

11
C. Koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, dan atau benda hasil visualisasi lainnya.

D. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk diorama, yaitu:

Ruang Diorama I, terdiri dari 11 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah yang
terjadi sejak periode Perang Diponegoro sampai masa pendudukan Jepang di Yogyakarta
(1825-1942)

Ruang Diorama II, terdiri dari 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak
Proklamasi atau awal kemerdekaan sampai dengan Agresi Militer Belanda I (1945-1947)

Ruang Diorama III, terdiri dari 18 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah
sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949)

Ruang Diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah
periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai Masa Orde Baru (1950-1974)

Fasilitas Baru

Ruang Pengenalan

Ruang ini berfungsi sebagai studio mini dengan kapasitas kurang lebih 50 orang, yang
memutar film-film dokumenter dengan durasi 10-15 menit. Pengunjung museum dapat
menyaksikan film-film tersebut sambil beristirahat sebelum melanjutkan kunjungan ke ruang-
ruang diorama.

Media interaktif

Mulai tahun 2012 ini, di Diorama I dan II dilengkapi dengan sarana media interaktif yaitu
berupa media layar sentuh. Pengunjung dapat menggunakan media ini untuk mengetahui
sejarah suatu peristiwa secara lebih luas lagi.

Ruang Audiovisual untuk Pemutaran Film Perjuangan

Tepatnya di Gedung F, lantai 2, saat ini para pengunjung dapat menikmati sajian film-film
perjuangan koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Film-film tersebut diputar
setiap hari Jumat jam 13.00 WIB dan hari Minggu jam 10.00 dan 13.00 WIB pada minggu
kedua, ketiga, dan keempat setiap bulan dengan jadwal film yang berbeda.

12
Kotagede Yogyakarta

Kota ini merupakan kawasan bersejarah yang merupakan The Old Capital City yang
menyimpan sejarah mengenai lahirnya Mataram Islam. Berawal dari berdirinya sebuah
kerajaan di tengah hutan pada tahun 1575 yang diprakarsai oleh Ki Ageng Pemanahan yang
merupakan asal mula berdirinya kerajaan Mataram. Seluruh tanah Jawa merupakan daerah
kekuasan dari kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan tersebut mempunyai peradaban yang luar
biasa dan kemakmuran masyarakat yang berkecukupan sehingga mampu membangun candi-
candi yang megah dengan arsitektur yang menawan Seperti Candi Borobudur dana lain lainya,

Sekitar abad ke-10 kerajaan ini memindahkan pemerintahannya ke Jawa Timur sehingga
rakyat berbondong-bondong meninggalkan Mataram sampai akhirnya habis dan wilayah ini
kembali sepi dan menjadi hutan kembali.

Sekitar 6 abad kemudian, Pulau Jawa merupakan kekuasaan dari Kesultanan Pajang yang
berpusat di Jawa Tengah. Sultan Hadiwijaya yang berkuasa saat itu memberi hadiah kepada
Ki Gede Pemanahan karena prestasinya dalam mengalahkan musuh-musuh dari kerajaan.
Hadiah tersebut berupa hutan yang dikenal dengan nama Alas Mentaok. Ki Gede Pemanahan
beserta keluarga dan pengikutnya akhirnya pindah ke tempat tersebut yang sebenarnya
merupakan hutan bekas kerajaan Mataram Hindu pada waktu yang lalu.

Ki Gede Pemanahan membangun desa kecil di hutan tersebut dan perlahan-lahan desa
tersebut semakin berkembang sampai Ki Gede Pemanahan wafat. Kepemimpinan selanjutnya
diteruskan oleh puteranya yang bergelar Senopati Ingalaga. Desa tersebut di bawah

13
kepemimpinan Senopati Ingalaga tumbuh dan terus berkembangan dengan pesat sehingga
berubah menjadi sebuah kota yang sangat ramai dan makmur dan akhirnya disebut dengan
Kotagede atau Kota Besar.

Dalam kiprahnya sebagai pemimpin, Senopati Ingalaga juga membangun benteng dalam
( cepuri ) yang cakupannya mengelilingi kraton dan juga dibangun benteng luar ( baluwarti )
yang mengelilingi wilayak kota seluas sekitar 200 Ha. Selanjutnya Senopati Ingalaga menjadi
raja pertama Mataram Islam yang bergelar Penembahan Senopati dengan pusat
pemerintahanya di Kotagede.

Selanjutnya dibawah kepemimpinan Panembahan Senopati, kerajaan Mataram yang


dipimpinnya berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Pati, Madiun, Kediri dan
Pasuruan. Hampir seluruh Tanah Jawa menjadi wilayah kekuasaanya kecuali Batavia dan
Banten.

Kerajaan Mataram Islam ini mencapai puncak kejayaan pada masa kepemimpinan raja yang
ke-3 yaitu Sultan Agung yang merupakan cucu dari Panembahan Senopati. Sultan Agung
dalam pemerintahannya pada tahun 1613 memindahkan pusat kerajaan ke wilayah Karta
Pleret Bantul.

Seiring dengan perkembangan waktu, Kotagede saat ini menjadi kota yang semakin ramai
kendati sudah tidak sebagai ibukota kerajaan Mataram. Saat menyusuri Kotagede, anda akan
banyak menemukan bagunan tua yang dibangun sekitar tahun 1930 dengan berbagai macam
bentuk dan arsitek yang berbeda dan unik. Sepanjang jalan anda akan menemukan deretan
toko yang hanya menjual kerajinan perak yang sebelumnya merupakan kerajinan yang turun
menurun yang sudah ada pada zaman Mataram dahulu.

Selain mengekplorasi dan melihat peninggalan pada zaman dahulu yang berupa bangunan tua,
ada juga tempat lain yang tepat untuk anda kunjungi karena masih dalam wilayah Kotagede.
Tempat-tempat ini juga banyak menyimpan sejarah yang luar biasa bila dibuka.

Tampat-tempat tersebut meliputi : Masjid Agung Kotagede, Makam Raja-Raja


Mataram, Pasar Kotagede dan sejumlah peninggalan sejarah Mataram yaitu Situs Watu
Gilang. Di tempat ini juga dapat bekas reruntuhan benteng yang dapat ditemukan di kawasan
tertua di daerah ini. Anda juga dapat melihat toponim perkampungan yang masih
mempertahankan tata kotanya seperti jaman dahulu.

14
Lokasi

Kotagede sekarang ini merupakan sebuah Kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berjarak 5 km dari pusat Kota Yogyakarta.

Akses

Akses menuju Kotagede sangat mudah dilakukan baik dengan kendaraan pribadi maupun
dengan kendaraan umum. Dari Teminal Giwangan menggunakan bus Transjogja trayek 3A
yang akan mengantarkan anda ke Kotagede.

15
Museum Gunung Merapi

Museum Gunung Merapi merupakan salah satu museum bersejarah yang ada di Jogjakarta
yang di dalamnya berisi tentang Gunung Merapi. Museum ini berada di dekat kawasan objek
wisata Kaliurang jaraknya sekitar 5 km. Semua aktivitas yang berhubungan dengan Gunung
Merapi tersimpan di museum ini. Museum ini sangat cocok untuk keluarga yang
menginginkan berlibur sambil belajar. Museum ini diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2009
oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro. Dengan luas
bangunan sekitar 4,470 yang berdiri di atas tanah seluas 3,5 hektare. Museum ini sering
dikenal sebagai Gunungapi Merapi dengan semboyan Merapi Jendela Bumi.

Museum Gunung Merapi ini dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan informasi
tentang Gunung, dan tentang bencana geologi lainnya yang bersifat rekreatif dan edukatif
untuk seseorang yang ingin mengetahui sejarah tentang Gunung Merapi dan sumber bencana
lainnya. Museum ini dapat menjadi solusi untuk sarana yang penting dan sebagai pusat
layanan informasi tentang Gunungapi dalam upaya mencerdaskan kehidupan masyarakat,
serta menjadi media agar masyarakat sadar dan waspada tentang manfaat dan ancaman
bahayanya letusan Gunungapi serta bencana lainnya. Museum ini juga memiliki koleksi
gambar dan video tentang gempa dan letusan Gunungapi.

Terdapat dua lantai di Museum Gunung Merapi ini. Pada lantai pertama Anda akan melihat
foto erupsi Gunung Merapi sampai ke alat pemantaunya. Di museum ini Anda juga bisa
melihat secara dekat alat-alat pengamat seperti seismograf, radio hingga komputer. Selain itu
Anda juga bisa menambah wawasan tentang mitos yang ada pada Gunung Merapi, dari
lavanya sampai ke perkembangan pemantaunya. Bahkan, disana juga ada barang yang

16
berperan pada peristiwa Gunung Merapi ini tetapi hanya kerangkanya karena terhempas oleh
awan panas.

Pada lantai kedua Anda dapat melihat lantai dasar dan menikmati replika merapi dari atas.
Terdapat lorong di lantai ini yang berisi peraga simulasi yang ditampilkan di dalam LCD.
Peraga yang ditampilkan ada dua macam yaitu mulai dari peraga gempa bumi, peraga
bencana tsunami sampai replika gunung. Pada lantai ini juga terdapat bioskop mini yang
isinya film dokumentasi “Mahaguru Merapi”.

Lokasi Museum Gunung Merapi sangat mudah dijangkau dan ditemukan, jika Anda melewati
Jalan Kaliurang maka Anda akan menemuka museum ini. Alamat tepatnya berada di Jl.
Kaliurang No.Km, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Fasilitas Museum Gunung Merapi

Fasilitas yang ada di Museum Gunung Merapi sudah cukup lengkap dan dapat membuat
pengunjung merasa nyaman diantaranya :

1. Terdapat kamar mandi


2. Terdapat taman
3. Area parkir yang luas
4. Souvenir shop
5. Terdapat kantin
6. Koperasi
7. Ruang audio visual
8. Terdapat Ayunan

17
Museum Batik Yogyakarta

Museum Batik Yogyakarta terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13 A Yogyakarta dan didirikan
pada tanggal 12 Mei 1977 atas prakarsa keluarga Hadi Nugroho. Masih adanya perhatian
yang besar dari masyarakat termasuk wisatawan asing pada batik, mendorong keluarga ini
merintis pengumpulan kain batik. Dimulai dari kerabatnya sendiri, orang tua, eyang dan
generasi Hadi sendiri, hingga upaya merintis sebuah museum batik terlaksana.

Koleksi Batik yang ada di Museum ini sangat lengkap. Berbagai jenis batik dari berbagai
daerah di Indonesia ada di sini, mulai dari Batik Yogyakarta, Indramayu, sampai daerah-
daerah pengrajin Batik Indonesia lainnya. Koleksinya meliputi kain panjang, sarung dan
sebagainya yang hingga kini telah mencapai jumlah 400 lembar kain ditambah beberapa
peralatan membatik. Koleksi tertuanya adalah batik karya tahun 1700-an.

Selain dari koleksi batiknya, Museum Batik juga menyimpan berbagai koleksi sulaman
tangan. Koleksi sulaman tangan sangat beragam bahkan museum ini pernah mendapatkan
penghargaan dari MURI atas karya Sulaman terbesar, yaitu kain batik berukuran 90 x 400 cm
dan setahun kemudian museum ini dianugerahi piagam penghargaan dari lembaga yang sama
sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.

Saat ini Museum Batik dikelola oleh Ibu Dewi Sukaningsih atau lebih akrab dipanggil
dengan Oma Dewi. Oma Dewi juga merupakan pembuat sulaman-sulaman tangan yang
sangat indah karena tampak nyata dengan foto aslinya. Namun, meskipun museum ini
memiliki aset seni dan budaya yang bahkan diakui oleh dunia, peran serta pengelolaan dari
pemerintah masih kurang. Hal tersebut membuat Museum ini masih kurang berkembang dan
dikenal oleh masyarakat luas.

18
Koleksi Museum Batik :

Jumlah koleksi di Museum Batik mencapai 1219 buah,meliputi :

 500 lembar kain batik


 600 jenis cap batik
 124 canting
 35 koleksi alat dan perlengkapan membatik (wajan,anglo,pewarna alam,pacar air,kulit
pohon mengkudu,kayu pohon tegeran,getah pohon pinus.
 berbagai macam kain batik dari tahun 1960 yang berupa kain panjang
sarung,selendang dan tokwi (taplak tutup meja saji)
 Batik karya Van Zuylen (Belanda)
 Batik karya Oey Soe Tjoen (Cina)
 Koleksi kain batik tahun 1700-an dengan berbagai corak
 Koleksi sulaman karya Dewi Nugroho yang dibuat tahun 1980
 Sulaman terpanjang dengan ukuran 400cm x 90cm dan meraih penghargaan dari
MURI sebagai sulaman terpanjang.

19
Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta

Museum yang didirikan pada tanggal 4 April 1969 di jalan Tanah Abang, Bukit, Jakarta oleh
Panglima Angkatan Udara Laksmana Udara Rusmin Nuryadin. Bulan November 1977
dipindahkan dan digabungkan dengan Museum Ksatrian AAU (Akademi Angkatan Udara) di
pangkalan Adisucipto Yogyakarta. Pada tanggal 29 Juli 1978 diresmikan sebagai Museum
Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Pada tahun 1984, museum dipindahkan ke Wonocatur, tepatnya ke sebuah gedung bekas
pabrik gula yang dibangun semasa penjajahan Belanda. Museum ini menyajikan secara
lengkap sejarah penerbangan dan dunia aviasi di Indonesia. Bangunan museum, semula
merupakan pabrik gula, kemudian beralih fungsi menjadi hanggar pesawat tempur dan
pesawat angkut yang pernah dimiliki TNI Angkatan Udara.
Pada awalnya museum ini berada di Jakarta, namun karena Yogyakarta merupakan kota
kelahiran TNI AU, maka dipindahlah museum ini. Apabila berkunjung, Anda akan melihat
beragam pesawat hebat di masanya. Anda pun diperkenankan untuk berfoto di pesawat
bahkan mengenakan pakaian penerbang, bergaya bak pilot pesawat tempur di pesawat
sungguhan koleksi museum.
Bisa melihat pesawat terbang dari dekat. Saat ini, museum ini memiliki koleksi sejumlah
10.000 buah, 36 pesawat terbang, 1.000 foto, 28 diorama, lukisan-lukisan, tanda kehormatan,
pakaian dinas, dan sejumlah koleksi buku yang disimpan di perpustakaan. Koleksi
masterpiece adalah repliKa pesawat Dakota VT-CLA milik perusahaan penerbangan India
yang ditembak jatuh di daerah Ngoto, bantul oleh Belanda ketika hendak mendarat di
Maguwo Yogyakarta.
20
Makam Imogiri Yogyakarta

Makam Imogiri Yogyakarta merupakan makam raja-raja Mataram terletak di perbukitan


Imogri Bantul. Makam Raja ini merupakan bukit yang dapat dilalui dengan menaiki anak
tangga berjumlah sekitar 409. Makam ini memang diperuntukkan untuk makam raja dan
kerabat kerajaan Mataram Islam beserta keturunannya. Masyarakat jawa meyakini, bahwa
gunung atau bukit dapat menyimbolkan status sekaligus merupakan upaya untuk lebih
mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Memilih perbukitan yang dinamai Pajimatan Girirejo untuk membangun makam raja ternyata
mempunyai cerita sejarah sebelumnya. Menurut masyarakat setempat, sewaktu Sultan
Agung sedang mencari tanah yang akan digunakan untuk tempat pemakaman khusus sultan
dan keluarganya, beliau melemparkan segenggap pasir dari Arab. Pasir tersebut dilempar
jauh hingga akhirnya mendarat di perbukitan Imogiri. Atas dasar itulah selanjutnya Sultan
Agung menentukan membangun makam raja di Imogiri. Pada tahun 1632 M, kompleks
makam Imogiri mulai dibangun oleh arsitek yang bernama Kyai Tumenggung
Tjitrokoesoemo atas perintah dari Sultan Agung. Selang 13 tahun kemudian pada tahun 1645
Sultan Agung wafat dan dimakamkan di Imogiri.
Sultan Agung merupakan raja ketiga Mataram setelah Penembahan
Senopati dan Panembahan Seda Krapyak. Mataram mencapai kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Agung karena mampu menguasai hampir seluruh tanah Jawa. Pada masa
pemerintahannya, beliau memberikan perlawanan kepada penjajah Belanda. Pada tahun 1628
dan 1629 pasukan Mataram pernah menyerang markas VOC di Batavia walaupun sering

21
gagal. Kegagalan ini menurut cerita karena adanya punggawa dari Mataram yang sebelumnya
membocorkan rencana penyerangan tersebut. Punggawa Mataram tersebut menurut cerita
adalah Tumenggung Endranata yang juga dikuburkan di Makam Imogiri.
Karena adanya seorang penghianat tersebut, tempat-tempat logistik berupa lumbung-lumbung
padi sebagai tempat persiapan perjalanan pasukan Mataram menuju Batavia dibakar oleh
Belanda yang berakibat pasukan Mataram dapat dengan mudah dikalahkan. Sultan Agung
akhirnya mengetahui ada salah satu pasukannya yang berkhianat. Sultan Agung selanjutnya
mengambil tindakan tegas dengan menangkap dan menghukum mati Tumenggung Endranata.
Kepala penghianat tersebut dipenggal dan selanjutnya tubuh tanpa kepala tersebut ditanam di
salah satu tangga dibawah pintu gerbang makam.
Para peziarah bisa menemukan tempat tersebut yang berupa sebuah anak tangga dari batu
yang memanjang yang merupakan makam penghianat tersebut. Anak tangga yang terbuat dari
batu tersebut sekarang sudah berlekuk karena sudah banyak orang yang menginjaknya. Anak
tangga batu tersebut merupakan monumen yang merupakan sebuah peringatan bagi pengikut
Sultan Agung agar tindakan penghianatan tersebut tidak terulang kembali.
Saat memasuki lokasi makam raja tersebut, aroma kembang bercampur dupa seakan
menyambut kedatangan para pengunjung. Abdi dalem Keraton hampir setiap hari meletakkan
sesajen khusus di makam tersebut. Menurut keterangan juru kunci makam raja tersebut,
makam Sultan Agung selalu harum semerbak dikarenakan beliau sekarang sudah sampai
tingkatan waliyullah ( kekasih Allah ).
Di tempat ini selain makam Sultan Agung , dimakamkan juga 23 raja keturunan Sultan
Agung, makam dinasti Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakara. Makam raja-rajja
ini dibagi menjadi 8 kelompok yaitu :
1. Kasultanan Agungan (Makam Sultan Agung, pemaisuri, Hamangkurat Mas dan
Hamangkurat Amral.
2. Paku Buwanan ( Makam Paku Buwono I dan Paku Buwona II dan Hamangkurat
Jawi )
3. Kasuwargan Yogyakarta ( Makam HB I dan HB III )
4. Besiyaran Yogyakarta ( Makam HB IV, HB V dan HB VI )
5. Saptorenggo Yagyakarta ( Makam HB VII, HB VIII dan HB IX )
6. Ksuwargan Surakarta ( Makam PB III, PB IV dan PB V )
7. Kapingsangan Surakarta ( Makam PB VI, PB VII dan PB IX )
8. Girimulya Surakarta ( Makam PB X, PB XI dan PB XII )

22
Struktur dan susunan makam raja ini berbentuk segitiga. Makam Sultan Agung terdapat di
bagian atas. Sedangkan disisi Timur merupakan tempat makam raja-raja Kasultanan
Yogyakarta dan pada sisi Barat terdapat makam Raja dari Kasunanan Surakarta. Pemisahan
makam raja keturunan Sultan Agung tersebut karena imbas dari perpecahan di dalam
keluarga Keraton yang berawal dari perlawanan Pengeran Mangkubumi ( HB I ) terhadap
kakaknya Paku Buwono II. Akibat perpecahan tersebut yang akhirnya muncul Perjanjian
Giyanti pada tahun 1755 M yang berisi kerajaan Mataram Islam di bagi dua menjadi
Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Hingga kini makam Sultan Agung sangat dikeramatkan sehingga tidak sembarang orang bisa
memasuki kompleks makam tersebut. Adanya persyaratan yang harus dipenuhi bila berniat
melakukan ziarah pada makam Sultan Agung yaitu : para peziarah dilarang menggunakan
alas kaki, membawa kamera, memakai perhiasan terutama dari emas dan harus mengenakan
pakaian khas Jawa atau peranakan. Untuk peziarah laki-laki harus mengenakan pakaian jawa
berupa blangkon, beskap, kain, sabuk, timang dan samir. Sedangkan untuk peziarah
perempuan harus mamakai kemben dan kain panjang.
Di area makam dan hutan tersebut secara umum para pengunjung dilarang berbuat tidak
sopan, berburu, memotong pohon, mengambil kayu dan mencabut / merusak tanaman yang
ada.
Masih dalam kompleks makam raja, pengunjung bisa melihat dan menyaksikan ada 4
gentong atau padhasan yang menurut cerita merupakan persembahan dari kerajaan-kerajaan
sahabat kepada Sultan Agung. Gentong-gentong tersebut mempunyai nama-nama yang
berbeda :
 Gentong Nyai Siyem dari Siam
 Gentong Kyai Mendung dari Rum atau Turkey
 Gentong Kyai Danumaya dari Aceh
 Gentong Nyai Danumurti dari Pelembang
Gentong-gentong tersebut konon memiliki khasiat tertentu seperti untuk kesehatan,
penyembuhan ataupun kesuksesan sehingga banyak para peziarah yang percaya berebut
untuk mendapatkan air ini.
Walaupun makam Imogiri buka setiap hari akan tetapi pada hari-hari tertentu makam ini
dipadati banyak pengujung. Seperti waktu malam Jumat Kliwon dan malam Selasa Kliwon.
Para peziarah pada waktu tersebut banyak melakukan ritual doa id sekitar makam, terutama
pada tengah malam. Para peziarah datng dengan berbagai maksud dan tujuan masing-masing
seperti berdoa untuk kesuksesan, karir atau menambah ilmu kanuragan.
23

Anda mungkin juga menyukai