Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PROSES FLOKULASI KOAGULASI LIMBAH TAHU

Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Haruki Agustina, M.Env.Eng.Sc.
Beata Ratnawati, ST, M.Si.

Asisten Dosen :
Mufti Zuchair, A.Md.
Fiha Nurfatharani, A.Md.
Dimas Aprianto, A.Md.

Oleh :

Khalid Alfian Pradana J3M117076


Nurrahma Khairunnisyah J3M117104
Fani Marrita Putri J3M117137
Hanum Hydena Hadianti J3M117159
Fahreza Aswin Fadillah J3M217176
Alya Alfiyah J3M217188

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................................................ 1

1.3 Manfaat ...................................................................................................................................... 1

1.4 Metode ....................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3

2.1 Hasil ............................................................................................................................................ 3

2.2 Pembahasan ................................................................................................................................ 4

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 5

3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 5

3.2 Kendala yang di hadapi ............................................................................................................... 5

Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 5

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri tahu merupakan salah satu kegiatan usaha yang banyak dilakukan di Indonesia
dalam bidang pangan. Setiap proses dalam industri akan menghasilkan limbah, secara umum
proses pembuatan tahu meliputi perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan,
pengumpalan, pencetakan/pengerasan, dan pemotongan. Limbah industri seperti hasil
pembuangan limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair yang jika dibuang langsung akan
menyebabkan pencemaran. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan
tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih (Muhajir MS
2013).
Menurut Nuriswanto 1995 dalam Sudaryati NLG dkk 2012 dalam penelitiannya bahwa
air limbah industri tahu memiliki angka COD (Chemical Oxygen Demand) antara 1940-4800
mg/L, BOD (Biological Oxygen Demand) antara 1070-2600 mg/L, padatan tidak larut antara
2100-3800 mg/L dan pH antara 4,5-5,7. Air limbah tersebut dihasilkan dari ± 875 L per 35 kg
bahan baku kedelai. Jika limbah cair industri tahu tersebut dibuang langsung ke badan perairan
tanpa proses pengolahan akan terjadi blooming (pengendapan bahan organik pada badan
perairan), proses pembusukan dan berkembangnya mikroorganisme patogen. Kondisi ini
menimbulkan bau busuk dan sumber penyakit, sehingga penetrasi sinar ke dalam air berkurang
(Sudaryati NLG dkk 2012).
Limbah cair yang mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, mengalami
perubahan fisik, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau menciptakan
media untuk tumbuhnya kuman. TSS (Total Suspended Solid) adalah residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan (Muhajir MS
2013). Limbah dengan kandungan tertentu harus dilakukan penetralan dengan netralisasi.
Kondisi limbah yang akan diolah harus dikondisikan netral sebelum masuk ke proses
selanjutnya, maka dalam pelaksanannya perlu ditambahkan larutan penetral, seperti larutan
asam (H2SO4) atau larutan basa (NaOH) (Ariani NM 2011).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami proses pengolahan air limbah melalui proses
koagulasi/flokulasi dan mengetahui proses pengolahan limbah dari proses fisika – kimia –
biologi secara sekaligus.

1.3 Manfaat
Praktikum ini diharapkan member manfaat kepada pembaca dalam mengetahui dan
memahami proses pengolahan air limbah melalui proses koagulasi dan flokulasi dan
mengetahui laju endapan dari proses koagulasi dan flokulasi.

1
1.4 Metode

Alat

1. Gelas piala 1500 ml


2. Erlenmeyer 250 ml
3. Bulb
4. Batang pengaduk
5. Sudip
6. Pipet mohr
7. Aerator
8. Neraca Hidraulik
9. Termometer
10. Saringan kasar
11. Saringan halus
12. pH indicator
13. Shaker
14. Akuarium

Bahan
1. Air limbah pabrik tahu 500 ml
2. NaOH
3. Koagulan PAC bubuk dan allum
4. Flokulan polimer
5. Kiambang

Metode

Proses Fisika-Netralisasi-Flokulasi/Koagulasi
 Tuangkan masing-masing air limbah 500 ml ke dalam gelas piala
 Lakukan penyaringan sesuai perlakuan
 Lakukan proses pengendapan selama 10 menit
 Pisahkan endapan dengan air limbah ke dalam Erlenmeyer 250 ml
 Ukur pH, suhunya dan laju pengendapan
 Tambahkan NaOH sampai pH air limbah berubah menjadi 9
 Lakukan proses koagulasi dengan menambhakan PAC atau Allum, dengan kecapatan shaker
250 rpm.
 Lakukan proses flokulasi dengan menambahkan polimer, dengan kecepatan 125 rpm.
 Apabila ada perubahan pH maka lakukan kembali netralisasi sampai ketemu pH netral
 Amati kembali kondisi floc dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk proses
pengendapan stelah floc terjadi
 Air limbah yang sudah dipisahkan dari endapan dimasukkan ke dalam akuarium yang
diletakkan kiambang dan aerator dipasang pada akuarium.
 Lakukan pengamatan suhu dan pH selama 24 jam.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan Pengolahan Limbah Tahu secara Biologi

Suhu (°C) pH V Volume


V V Volume
PAC/ endapan
KelLimbahPerlakuan NaOH Polimer air akhir
Setelah Setelah Setelah Setelah (ml) Allum (ml) (ml)
total
AwalAkhir AwalAkhir (ml) (ml)
Shaker Aerasi Shaker Aerasi
Air TS I 29 30 30 4 8 8 10 2 3 260 35
1
tahu TS II 29 30 30 4 8 8 10 2 3 260 45
Air SH I 28 30 30 4 9 7 10 2 3 275 25
2
tahu SH II 28 29 30 4 8 7 10 2 3 275 25
Air SK I 28,5 29,5 30 4 9 8 10 2 3 230 20
3 28 8
tahu SK II 28,5 30 25 4 8 7 12,3 2 3 230 25
Air SH I 27 29 29 4 9 7 10 2 3 150 115
4
tahu SH II 27 30 29,5 4 9 7 10 2 3 175 90
Air SK I 27,5 29 28 4 8 6 10 2 3 230 35
5
tahu SK II 27,5 29 28 4 8 6 10 2 3 230 35
Catatan : TS = Tanpa Saringan, SH = Saringan Halus, SK = Saringan Kasar

2.2 Pembahasan
Pengolahan limbah secara sederhana yaitu pengolahan dengan biofilter aerob
menggunakan bioball dan tamanam, tanaman yang biasa digunakan adalah tanaman kiambang.
Konsep teknologi pengolahan dengan biofilter aerob merupakan suatu istilah dari reaktor yang
dikembangkan dengan prinsip mikroba tumbuh dan berkembang menempel pada suatu media
filter dan membentuk biofilm (attached growth). Pengolahan ini adalah pengolahan yang sangat
mudah dan sangat murah dari segi operasional. Biofilter dapat digunakan untuk air limbah
dengan beban BOD yang cukup besar dan dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS)
dengan baik. (Wijeyekoon dkk 2000 dalam Filliazati M 2013).
Praktikum kali ini membahas mengenai pengolahan limbah tahu secara biologi yaitu
aerasi dan fitoremediasi. Sebelum melakukan proses tersebut tetap dilakukan proses
penyaringan (screening), sedimentasi, dan netralisasi. Pengolahan limbah tahu ini dilakukan
tiga perlakuan yaitu limbah tahu tanpa saringan (TS), saringan kasar (SK), dan saringan halus
(SH) pada proses screening. Proses koagulasi flokulasi memerlukan zat tambahan kimia, yaitu
koagulan dan flokulan. Penambahan koagulan ini ditujukan dapat mereduksi tingkat kekeruhan
dari air. Jenis koagulan yang dipakai adalah alumunium sulfat (alumunium) dan poly
alumunium chloride (PAC), sedangkan jenis flokulan adalah polimer. Setelah proses koagulasi
dan flokulasi terjadi proses sedimentasi kedua dimana air limbah yang bebas dari endapan akan
ditambahkan oksigen (O2) melalui proses aerasi dengan penambahan tanaman kiambang
sebagai fitoremediasi (Gambar 1).

3
Gambar 1. Proses aerasi dan fitoremediasi pengolahan limbah air tahu

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa volume endapan terbanyak sebesar 115 ml dan
volume endapan terkecil sebesar 20 ml. Pada seluruh perlakuan dilakukan penambahan
koagulan dan flokulan dengan ukuran yang sama yaitu PAC/Allum sebanyak 2 ml dan polimer
sebanyak 3 ml. Menurut Hasil pengamatan Sutapa IDA (2014) pada kedua jenis koagulan
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis alum dan PAC yang ditambahkan akan semakin sulit
flok-flok tersedimetasi, oleh karenanya nilai kekeruhan semakin tinggi. Hasil praktikum juga
menunjukkan bahwa proses aerasi pada limbah air tahu berhasil karena proses aerasi
menghasilkan busa. Proses aerasi terjadi ketika gelembung udara dilarutkan ke dalam air limbah
yang disebarkan oleh aerator. Pada proses ini gelembung udara akan mengangkat partikel-
partikel atau padatan yang tidak larut menuju ke permukaan bersama dengan terbentuknya busa.
Busa dan padatan ini pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) akan diambil secara berkala.
Pada akhir proses aerasi juga menghasilkan air limbah dengan pH netral yaitu 7-8.
Tanaman kiambang dalam kemampuan sistem perakaran serta penyerapan hara yang
membentuk filter dapat menahan partikel solid yang terdapat dalam air limbah, hal ini karena
akar merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai alat penyerapan air dan unsur hara serta
mineral akar tanaman berfungsi sebagai filtrasi dan mampu mengadsorpsi padatan tersuspensi
serta tempat hidup mikroorrganisme yang mampu menghilangkan unsur hara (Filliazati M dkk
2013). Penambahan tanaman kiambang sebagai salah satu tanaman fitoremediasi bertujuan agar
menghilangkan polutan dari perairan yang terkontaminasi. Proses pengolahan yang dilakukan
hingga proses kimia dan biologi masih mengandung polutan, seperti logam-logam atau bahan
organik yang dapat mencemari lingkungan, sehingga tanaman fitoremediasi akan membantu
untuk menyerap polutan tersebut. Penyerapan logam oleh tanaman fitoremediasi membuat air
limbah menjai jernih dan tidak berbau (Sutapa IDA 2014).
Proses fitoremediasi pada pengolahan limbah air tahu mengalami kegagalan. Hal ini
dikarenakan air limbah tahu semakin keruh dan bau. Hal ini dapat terjadi karena pada proses
sedimentasi endapan tidak banyak, maka air limbah masih keruh atau banyak suspensi yang
terlarut dalam air limbah tersebut. Padatan terlarut dalam media yang menempel di akar diduga
dapat mengganggu penyerapan air dan mineral oleh akar, dan dapat mempengaruhi
metabolisme dan sintesa protein. Parameter BOD yang Tinggi pada limbah tahu juga
menyebabkan mikroorganisme mati yang menyebabkan kekeruhan semakin tinggi. Kadar BOD
yang tinggi dalam air dapat menurunkan kadar Dissolved Oxygen (DO atau oksigen terlarut).
Penurunan DO dalam perairan dapat mengakibatkan kematian ikan dan mikroorganisme air
(Rahmawati A dkk 2016).

4
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses
fitoremediasi dengan menggunakan media Kiambang pada pengolahan limbah air tahu
mengalami kegagalan dikarenakan parameter – parameter kimia dan fisika yang melampui batas
baku mutu.

3.2. Kendala yang Dihadapi


Kendala yang dihadapi saat menulis makalah ini yaitu waktu praktikum yang tidak
cukup untuk mengetahui data secara lengkap dan akurat, alat yang kurang memadahi,
serta human error yang masih sering terjadi.

Daftar Pustaka

Ariani NM. 2011. Otomatisasi Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Sistem Mobile di
Baristand Industri Surabaya. Jurnal Riset Industri. 5(2): 183-194.
Filliazati M , Apriani I , Zahara TA. 2013. Pengolahan Limbah Cair Domestik dengan Biofilter
Aerob Menggunakan Media Bioball dan Tanaman Kiambang . Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan Basah. 1(1): 1-10.
Rahmawati A, Zaman B, Purwono. 2016. Kemampuan Tanaman Kiambang (Salvinia Molesta)
Dalam Menyisihkan BOD dan Fosfat pada Limbah Domestik (Grey Water) dengan
Sistem Fitoremediasi Secara Kontinyu. Jurnal Teknik Lingkungan. 5(4): 1-10.
Muhajir MS. 2013. Penurunan limbah cair bod dan cod pada industri tahu menggunakan
tanaman cattail (typha angustifolia) dengan sistem constructed wetland [Skipsi].
Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.
Sudaryati NLG, Kasa IW, Suyasa IWB. 2012. Pemanfaatan Sedimen Perairan Tercemar
Sebagai Bahan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Jurnal
EcotrophiC. 3(1): 21 – 29.
Sutapa IDA. 2014. Perbandingan Efisiensi Koagulan Poli Aluminium Khlorida dan Aluminium
Sulfat dalam Menurunkan Turbiditas Air Gambut dari Kabupaten Katingan Provinsi
Kalimantan Tengah. Jurnal RISET Geologi Dan Pertambangan. Vol.24(1): 13-21.

Anda mungkin juga menyukai