Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Haruki Agustina, M.Env.Eng.Sc.
Beata Ratnawati, ST, M.Si.
Asisten Dosen :
Mufti Zuchair, A.Md.
Fiha Nurfatharani, A.Md.
Dimas Aprianto, A.Md.
Oleh :
i
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami proses pengolahan air limbah melalui proses
koagulasi/flokulasi dan mengetahui proses pengolahan limbah dari proses fisika – kimia –
biologi secara sekaligus.
1.3 Manfaat
Praktikum ini diharapkan member manfaat kepada pembaca dalam mengetahui dan
memahami proses pengolahan air limbah melalui proses koagulasi dan flokulasi dan
mengetahui laju endapan dari proses koagulasi dan flokulasi.
1
1.4 Metode
Alat
Bahan
1. Air limbah pabrik tahu 500 ml
2. NaOH
3. Koagulan PAC bubuk dan allum
4. Flokulan polimer
5. Kiambang
Metode
Proses Fisika-Netralisasi-Flokulasi/Koagulasi
Tuangkan masing-masing air limbah 500 ml ke dalam gelas piala
Lakukan penyaringan sesuai perlakuan
Lakukan proses pengendapan selama 10 menit
Pisahkan endapan dengan air limbah ke dalam Erlenmeyer 250 ml
Ukur pH, suhunya dan laju pengendapan
Tambahkan NaOH sampai pH air limbah berubah menjadi 9
Lakukan proses koagulasi dengan menambhakan PAC atau Allum, dengan kecapatan shaker
250 rpm.
Lakukan proses flokulasi dengan menambahkan polimer, dengan kecepatan 125 rpm.
Apabila ada perubahan pH maka lakukan kembali netralisasi sampai ketemu pH netral
Amati kembali kondisi floc dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk proses
pengendapan stelah floc terjadi
Air limbah yang sudah dipisahkan dari endapan dimasukkan ke dalam akuarium yang
diletakkan kiambang dan aerator dipasang pada akuarium.
Lakukan pengamatan suhu dan pH selama 24 jam.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan Pengolahan Limbah Tahu secara Biologi
2.2 Pembahasan
Pengolahan limbah secara sederhana yaitu pengolahan dengan biofilter aerob
menggunakan bioball dan tamanam, tanaman yang biasa digunakan adalah tanaman kiambang.
Konsep teknologi pengolahan dengan biofilter aerob merupakan suatu istilah dari reaktor yang
dikembangkan dengan prinsip mikroba tumbuh dan berkembang menempel pada suatu media
filter dan membentuk biofilm (attached growth). Pengolahan ini adalah pengolahan yang sangat
mudah dan sangat murah dari segi operasional. Biofilter dapat digunakan untuk air limbah
dengan beban BOD yang cukup besar dan dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS)
dengan baik. (Wijeyekoon dkk 2000 dalam Filliazati M 2013).
Praktikum kali ini membahas mengenai pengolahan limbah tahu secara biologi yaitu
aerasi dan fitoremediasi. Sebelum melakukan proses tersebut tetap dilakukan proses
penyaringan (screening), sedimentasi, dan netralisasi. Pengolahan limbah tahu ini dilakukan
tiga perlakuan yaitu limbah tahu tanpa saringan (TS), saringan kasar (SK), dan saringan halus
(SH) pada proses screening. Proses koagulasi flokulasi memerlukan zat tambahan kimia, yaitu
koagulan dan flokulan. Penambahan koagulan ini ditujukan dapat mereduksi tingkat kekeruhan
dari air. Jenis koagulan yang dipakai adalah alumunium sulfat (alumunium) dan poly
alumunium chloride (PAC), sedangkan jenis flokulan adalah polimer. Setelah proses koagulasi
dan flokulasi terjadi proses sedimentasi kedua dimana air limbah yang bebas dari endapan akan
ditambahkan oksigen (O2) melalui proses aerasi dengan penambahan tanaman kiambang
sebagai fitoremediasi (Gambar 1).
3
Gambar 1. Proses aerasi dan fitoremediasi pengolahan limbah air tahu
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa volume endapan terbanyak sebesar 115 ml dan
volume endapan terkecil sebesar 20 ml. Pada seluruh perlakuan dilakukan penambahan
koagulan dan flokulan dengan ukuran yang sama yaitu PAC/Allum sebanyak 2 ml dan polimer
sebanyak 3 ml. Menurut Hasil pengamatan Sutapa IDA (2014) pada kedua jenis koagulan
menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis alum dan PAC yang ditambahkan akan semakin sulit
flok-flok tersedimetasi, oleh karenanya nilai kekeruhan semakin tinggi. Hasil praktikum juga
menunjukkan bahwa proses aerasi pada limbah air tahu berhasil karena proses aerasi
menghasilkan busa. Proses aerasi terjadi ketika gelembung udara dilarutkan ke dalam air limbah
yang disebarkan oleh aerator. Pada proses ini gelembung udara akan mengangkat partikel-
partikel atau padatan yang tidak larut menuju ke permukaan bersama dengan terbentuknya busa.
Busa dan padatan ini pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) akan diambil secara berkala.
Pada akhir proses aerasi juga menghasilkan air limbah dengan pH netral yaitu 7-8.
Tanaman kiambang dalam kemampuan sistem perakaran serta penyerapan hara yang
membentuk filter dapat menahan partikel solid yang terdapat dalam air limbah, hal ini karena
akar merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai alat penyerapan air dan unsur hara serta
mineral akar tanaman berfungsi sebagai filtrasi dan mampu mengadsorpsi padatan tersuspensi
serta tempat hidup mikroorrganisme yang mampu menghilangkan unsur hara (Filliazati M dkk
2013). Penambahan tanaman kiambang sebagai salah satu tanaman fitoremediasi bertujuan agar
menghilangkan polutan dari perairan yang terkontaminasi. Proses pengolahan yang dilakukan
hingga proses kimia dan biologi masih mengandung polutan, seperti logam-logam atau bahan
organik yang dapat mencemari lingkungan, sehingga tanaman fitoremediasi akan membantu
untuk menyerap polutan tersebut. Penyerapan logam oleh tanaman fitoremediasi membuat air
limbah menjai jernih dan tidak berbau (Sutapa IDA 2014).
Proses fitoremediasi pada pengolahan limbah air tahu mengalami kegagalan. Hal ini
dikarenakan air limbah tahu semakin keruh dan bau. Hal ini dapat terjadi karena pada proses
sedimentasi endapan tidak banyak, maka air limbah masih keruh atau banyak suspensi yang
terlarut dalam air limbah tersebut. Padatan terlarut dalam media yang menempel di akar diduga
dapat mengganggu penyerapan air dan mineral oleh akar, dan dapat mempengaruhi
metabolisme dan sintesa protein. Parameter BOD yang Tinggi pada limbah tahu juga
menyebabkan mikroorganisme mati yang menyebabkan kekeruhan semakin tinggi. Kadar BOD
yang tinggi dalam air dapat menurunkan kadar Dissolved Oxygen (DO atau oksigen terlarut).
Penurunan DO dalam perairan dapat mengakibatkan kematian ikan dan mikroorganisme air
(Rahmawati A dkk 2016).
4
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses
fitoremediasi dengan menggunakan media Kiambang pada pengolahan limbah air tahu
mengalami kegagalan dikarenakan parameter – parameter kimia dan fisika yang melampui batas
baku mutu.
Daftar Pustaka
Ariani NM. 2011. Otomatisasi Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Sistem Mobile di
Baristand Industri Surabaya. Jurnal Riset Industri. 5(2): 183-194.
Filliazati M , Apriani I , Zahara TA. 2013. Pengolahan Limbah Cair Domestik dengan Biofilter
Aerob Menggunakan Media Bioball dan Tanaman Kiambang . Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan Basah. 1(1): 1-10.
Rahmawati A, Zaman B, Purwono. 2016. Kemampuan Tanaman Kiambang (Salvinia Molesta)
Dalam Menyisihkan BOD dan Fosfat pada Limbah Domestik (Grey Water) dengan
Sistem Fitoremediasi Secara Kontinyu. Jurnal Teknik Lingkungan. 5(4): 1-10.
Muhajir MS. 2013. Penurunan limbah cair bod dan cod pada industri tahu menggunakan
tanaman cattail (typha angustifolia) dengan sistem constructed wetland [Skipsi].
Semarang (ID): Universitas Negeri Semarang.
Sudaryati NLG, Kasa IW, Suyasa IWB. 2012. Pemanfaatan Sedimen Perairan Tercemar
Sebagai Bahan Lumpur Aktif dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Jurnal
EcotrophiC. 3(1): 21 – 29.
Sutapa IDA. 2014. Perbandingan Efisiensi Koagulan Poli Aluminium Khlorida dan Aluminium
Sulfat dalam Menurunkan Turbiditas Air Gambut dari Kabupaten Katingan Provinsi
Kalimantan Tengah. Jurnal RISET Geologi Dan Pertambangan. Vol.24(1): 13-21.