PEMODELAN LENTURAN/LENDUTAN
Dalam perencanaan suatu bagian mesin atau struktur selain perhitungan
tegangan (stress) yang terjadi akibat beban yang bekerja, besarnya lenturan
seringkali harus diperhitungkan. Hal ini disebabkan walaupun tegangan yang
terjadi masih lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan oleh kekuatan bahan,
bisa terjadi besar lenturan akibat beban yang bekerja melebihi batas yang
diijinkan. Keadaan demikian dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada
bagian mesin seperti :
a. Keretakan pada bahan
b. Bantalan pada poros yang berputar cepat rusak.
c. Bidang kontak antara roda-roda gigi menjadi tidak sempurna.
Besarnya lenturan yang terjadi pada suatu bagian mesin terutama tergantung
kepada beberapa faktor sbb.
a. Sifat kekakuan bahan (modulus elastisitas)
b. Posisi batang terhadap beban dan dimensi batang, yang biasanya
ditunjukkan dalam besaran momen inertia batang.
c. Besarnya beban yang diterima
Lenturan pada suatu batang dapat terjadi akibat adanya beban gaya geser
atau momen lentur. Lenturan akibat beban geser umumnya sangat kecil
dibandingkan dengan lenturan akibat beban momen. Lenturan akibat beban
geser biasanya hanya diperhitungkan untuk batang yang sangat pendek,
sehingga proporsi terhadap lenturan yang terjadi karena beban momen menjadi
cukup berarti. Penyelesaian kasus lenturan dapat digunakan dengan metode
analitis, eksperimental maupun dengan metode numerik.
1
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
1 EI 2
M1, 1
x, u
L
M2, 2
Y 1, v 1 Y2, v2
2
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
3x 2 2x 2 3x 2 x2 2x 3 x3 2x 3
v(x) = v1 + x 1 - v1 - 1 + v 2 - 2 + v1 + 1 - v2 +
L2 L L2 L L3 L2 L3
x3
2
L2
dibentuk menjadi rumusan akhir berikut :
v(x) = N1(x) v1 + N2(x) 1 + N3(x) v2 + N4(x) 2
2 3
x x
dengan : N1(x) = 1 – 3 + 2
L L
x2 x
3
N2(x) = x – 2 + 2
L L
2 3
x x
N3(x) = 3 - 2
L L
x2 x
3
3
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
=EI
0
( N1’’(x) v1 + N2’’(x) 1 + N3’’(x) v2 + N4’’(x) 2 ) N1’’(x) dx
dengan : k11 = E I
0
N1 (x) N1 (x)
’’ ’’
k12 = E I
0
N1’’(x) N2’’(x)
L L
k13 = E I
0
N1 (x) N3 (x)
’’ ’’
k14 = E I
0
N1’’(x) N4’’(x)
Contoh kasus : Hitung displacement di titik 2 pada kasus beam di bawah ini.
PL P
2EI
EI
L 2L
1 EI 2 2E I 3
Y1, v1 Y 2, v 2 Y3, v3
L 2L
4
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
Y1
M K][ global as embly
1
Y2 k1][ &[k2] v1
1
v2
M2
2
v3
3
Y3
M
3
Masukkan harga pembebanan (Y2 = -P, M2 = PL dan M3=0) dan harga
displacement kondisi batasnya (v1 = 1 = v3 = 0), sehingga:
5
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
Y1
M
1
P [ K ] g lo b al a s em b ly 0
0
v2
PL [k1]&[k2] 2
0
3
Y 3
0
Dihitung [k] lokal masing-masing elemen [k]1 dan [k]2
v1 1 v2 2 v2 2 v3 3
6
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
12 6 12 6 v1
L2 L L2 L
6
2 1
k 1 EI 4
L k 2 EI
L L
12 6 v2
simetri
L2 L
4 2
3 3 3 3 v2
L2 L L2 L
3
4 2 2
L
3 3 v3
simetri
L2 L
4 3
7
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
12 6 12 6
L2 0 0
L L2 L
6
Y1 4 2 0 0 0
M L 0
1 12 3 6 3 3 3
P 2 EI v2
PL 2 L L2 L2 L L L2 L
3 2
Y3 44 2 0
0 L
3 3 3
L2 L
4
18 30
15 3 3 28 L L
v2 v2 39
P 2 L
PL 2 EI L L L3 51
8 2
2L 2 2 = 276 EI L2 L2
0 4 3 3
111
L2
P
PL
0
v2 10
PL3 33
=
276 EI
2
3 L
9
L
Fi =
0
p ( x) . N i ( x) dx
8
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
L
p( x) . N1 ( x) dx
0
Y1 L
M p ( x) . N 2 ( x) dx
1 0
= L
Y2 p( x) . N 3 ( x) dx
M 2 0
L
p ( x) . N 4 ( x) dx
0
Contoh soal
1. Hitung lendutan di tengah batang kasus berikut.
p(x) = -p
EI
L/2 L/2
1 EI 2 2E I 3
Kasus ini merupakan kasus simetri sehingga bisa dimodelkan dengan ½ bagian.
Model Elemen hingga dapat disederhanakan dengan minimal 1 elemen saja.
1 EI 2
M1, 1 M2, 2
Y1, v1 L/2 Y 2, v 2
9
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
Y1 v1
M [k1 ]
1 1
Y2 v2
2
M 2
Masukkan harga displacement kondisi batasnya (v1 = 2 = 0), sehingga
penyelesaian matrik bisa dikurangi ukurannya menjadi:
48 12 48 12
Y1
L2
L L2 L 0
M 12
1 EI 4 2 1
Y2 L / 2 L v2
48 12
simetri
0
M 2 L2 L
4
dan di kasus ini beban merata perlu ditranformasikan dulu menjadi beban
ekuivalen node, dimana:
L
2
x2 x3 p L2
M1 =
L
p . x 4 4 3 dx
L
=
48
0
L
2 x 2 x
3
pL
Y2 =
0
p . 12 16 dx =
L L 4
12
4 1
M 1 L3 L 1 1 PL3
Sehingga : 48 = 51
Y2 48 EI 12 v2 v2 24 EI 16
L L2
x
p(x) = -p
L
P0
EI
L
1 EI 2
M1, 1 M2, 2
10
Y1, v1 L Y2, v2
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
12 6 12 6
L2
L L2 L v1
Y1
M 6
1 EI 4 2 1
Y2 L L 0
12 6
simetri
0
M 2 L2 L
4
dan di kasus ini beban merata perlu ditranformasikan dulu menjadi beban
ekuivalen node, dimana:
p0 x x
L 2 3
x 3 p0 L
Y1 = . 1 3 2 dx =
0
L L L 20
L
p0 x x2 x3 p L2
M1 =
0
L
. x 2
L
3 dx = 0
L 30
12 6
Y1 EI L2 L v1
Sehingga :
M 1 L 6
1
4
L
6 3 p0 L L
v1 L 4 3
L
20 p L3 30
= 12 p L2 = 0 1
1 12 EI 6 0 EI
L L2 30 24
11
Pemodelan Kasus Beam
Oleh : Dr. Eng., Moch. Agus Choiron, ST., MT.
12