Golongan Obat
1. Antagonis H2
Dosis : dewasa 200 mg & 400 mg 3x / hari sebelum tidur atau 400 mg sebelum
sarapan & 400 mg sebelum tidur. Anak-anak 20-40 mg/kg BB/ hari.
Farmakokinetika:
Absorpsi: oral sebanding i.v = 50-70%, oral diperlambat oleh makanan, terjadi pada
menit 60-90.
Efek Samping : lelah, pusing, diare, ruam. Jarang : ginekomastia, rasa bingung yang
reversibel, impotensi (pria), reaksi alergi, artralgia, mialgia, gangguan darah, nefritis
interstitial, sakit kepala, hepatotoksik, pankreatitis.
Interaksi Obat : meningkatkan kadar lignokain, fenitoin, warfarin, teofilin, beberapa
golongan antiaritmia (benzodiazepin, β-bloker, vasodilator) dalam darah (Djuwantoro,
1992).
b) Famotidin
Memiliki struktur thiazole, serupa dengan Ranitidin pada aksi farmakologi.Memiliki
aksi 20-60 kali lebih potensial dari Simetidin dan 3-200 kali lebih potensial dari
Ranitidin.Famotidin dimetabolisme dalam hati.
c) Nizatidin
Dosis : tukak duodenum aktif dewasa 300 mg / hari sebelum tidur atau 150 mg 2 x /
hari selama 8 minggu. Perawatan tukak duodenum yang sudah sembuh dewasa 150
mg 1 x / hari sebelum tidur. Penyakit refluks gastroesofageal 150-300 mg 2 x / hari
selama 12 minggu. Tukak lambung aktif yang jinak 150 mg 2 x / hari atau 300 mg 1 x
/ hari selama 8 minggu.
Ampul infus iv kontinue : larutkan 300 mg dalam 150 mL larutan iv dan infus
ditingkatkan rata-rata 10 mg/jam.
Infus intermitten : larutkan 100 mg dalam 150 mL larutan iv dan infus lebih dari 15
minimal 3 x / hari. Maksimal 480 mg / hari (Djuwantoro, 1992).
d) Ranitidin
2. Antasida
Contoh obat: Antasida antara lain senyawa magnesium, aluminium, dan bismut
hidrotalsit, kalsium karbonat, Na-bikarbonat.
1. Antasida sistemik, diabsorpsi dalam usus halus sehingga dapat menyebabkan urin
bersifat alkali. Untuk keadaan pasien dengan gangguan ginjal, dapat terjadi alkalosis
metabolik sehingga saat ini penggunaannya sudah jarang. Contoh antasida sistemik
adalah Natrium bikarbonat (NaHCO3) (Soemanto, dkk, 1993).
Dosis natrium bikarbonat ternseduia dalam bentuk tablet 500-1000 mg. 1 gram
natrium bikarbonat dapat menetralkan 12 mEq asam. Dosis yang dianjurkan 1-4 gram
(Sylvianingrum, 2011).
Efek samping: selain menimbulkan alkalosis metabolik obat ini dapat menyebabkan
retensi natrium dan udem, adanya akali berlebihan di dalam darah dan jaringan
menimbulkan gejala mual, muntah, anoreksia, nyeri kepala dan gangguan perilaku
(Sylvianingrum, 2011).
2. Antasida non sistemik, tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan
alkalosis metabolik. Salah satunya adalah Magnesium [Mg(OH)2], Aluminium
[(Al(OH)3], Kalsium (CaCO3), Magnesium trisilikat (Mg2Si3O8.nH2O), Magaldrat
Mg(OH)2 memiliki efek netralisasi yang lebih lama dibandingkan NaHCO3 atauo
CaCO3, sedangakan Magnesium trisilikat, Al(OH)3 dan Aluminium fosfat memiliki
aktivitas antasid yang lemah (Soemanto, dkk, 1993).
Dosis Al (OH)3: antasida Al tersedia dalam bentuk suspensi Al(OH)3 gel yang
mengandung 3,6-4,4% Al2O3. Dosis yang dianjurkan 8 ml tersedia dalam bentuk
tablet. 1 gram Al2O3 dapat menetralkan 25 mEq asam. Dosis tunggal yang dianjurkan
0,6 gram (Sylvianingrum, 2011).
Dosis CaCO3: kalsium karbonat tersedia dalam bentuk tablet 600 dan 1000 mg. 1
gram kalsium karbonat dapat menetralkan 21 mEq. Dosis yang dianjurkan 1-2 gram.
Pemberian sebanyak 4 gram dapat menyebabkan hiperkalsemia ringan. Efek samping:
hiperkalsemia, insufisiensi renal, konstipasi, mual mutah, pendarahan saluran cerna
(Sylvianingrum, 2011).
Dosis (Mg2Si3O8.nH2O): dalam bentuk tablet 500 mg, dosis yang dianjurkan 1-4
gram. 1 gram magnesium silikat dapat menetralkan 13-17 mEq asam (Sylvianingrum,
2011).
Dosis: PO 30 mg/hari.
Farmakodinamika: memasuki sel parietal melalui peredaran darah dan karena sifat
basa lemahnya akan terakumulasi dalam kanalikuli sel parietal pensekresi asam
(Sylvianingrum, 2011).
Mekanisme kerja obat-obat golongan proton pump inhibitor mengurangi sekresi asam
lambung dengan jalan menghambat enzim H+, K+, ATPase (enzim ini dikenal
sebagai pompa proton) secara selektif dalam sel-sel parietal. Enzim pompa proton
bekerja memecah Karbohidrat ATP yang kemudian akan menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen
lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat dengan gugus sulfhidril dari enzim ini yang
menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim. Kemudian dilanjutkan
dengan terhentinya produksi asam lambung (Djuwantoro, 1992).
1. Omeprazol
4. Analog Prostaglandin
Efek samping yang sering timbul adalah diare dan mual. Selain itu, menyebabkan
kontraksi uterus dan menjadi kontraindikasi selama kehamilan (Djuwantoro, 1992).
1. Sukralfat
Dosis: 2 sendok teh (10 mL), 4 kali sehari, sewaktu lambung kosong ( 1 jam sebelum
makan dan tidur).
Mekanisme kerja: Sukralfat atau aluminium sukrosa sulfat adalah disakarida sulfat
yang digunakan dalam penyakit ulkus peptik. Mekanisme kerjanya diperkirakan
melibatkan ikatan selektif pada jaringan ulkus yang nekrotik, dimana obat ini bekerja
sebagai sawar terhadap asam, pepsin, dan empedu. Obat ini mempunyai efek
perlindungan terhadap mukosa termasuk stimulasi prostaglandin mukosa. Selain itu,
sukralfat dapat langsung mengabsorpsi garam-garam empedu, aktivitas ini nampaknya
terletak didalam seluruh kompleks molekul dan bukan hasil kerja ion aluminium saja
(Soemanto, dkk, 1993).
Inpepsa® dapat mengurangi absorbsi atau bioavailabilitas obat-obatan: simetidin,
ciprofloxacin, digoxin, ketakonazol, norfoxacin, fenitoin, ranitidin,
tetraxyclindanteofilin, sehingga obat-obatan tersebut harus diberikan dalam waktu dua
jam sebelum pemberian Inpepsa® (Sylvianingrum, 2011).
2. Senyawa Bismut
Senyawa bismut juga bekerja secara selektif berikatan dengan ulkus, melapisi dan
melindungi ulkus dari asam dan pepsin. Postulat lain mengenai mekanisme kerjanya
termasuk penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi muklosa, dan
meningkatkan sintesis prostaglandin. Obat ini mungkin juga mempunyai beberapa
aktivitas antimikroba terhadap H pylori.Bila dikombinasi dengan antibiotik seperti
metronidazol dan tetrasiklin, kecepatan penyembuhan ulkus mencapai 98%.Biaya dan
potensi toksisitas dari regimen ini dapat membatasi penggunanya pada ulkus yang
serius atau pada penderita yang sering kambuh.Garam bismut tidak menghambat
ataupun menetralisasi asam.
Interaksi obat : Trikalium disitratobismutat dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin
(Syam, dkk, 2001).
6. Antibiotik
Pengobatan ini ditujukan untuk memberantas infeksi bakteri (dikenal sebagai ‘terapi
eradikasi’) dan mengurangi produksi asam di perut.Ulkus kemudian dapat
disembuhkan dan mencegah kekambuhan karena bakteri tidak lagi di usus.Pada terapi
erakdisi ini ada beberapa protokol pengobatan berbeda yang sering digunakan, tapi
NICE (National Institute for Health and Clinical Excellence) merekomendasikan
‘terapi tiga regimen’ sebagai baris pertama (Nathan, 2012).
1. Metronidazol
Metronidazol diserap dengan baik setelah pemberiaan oral dan dianjurkan sebagai
obat penyeling atau pengganti pada penyakit intestinal yang ringan dan berat, serta
yang tanpa gejala. Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral
diperoleh kadar plasma kira-kira 10 μg/mL. umumnya untuk kebanyakan protozoa
dan bakteri yang sensitif, rata rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 μg/mL (Syarif
dan Elysabeth, 2013; Foye, 1996).
Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Pada beberapa kasus terjadi kegagalan
karena rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin disebabkan oleh absorpsi yang buruk
atau metabolisme terlalu cepat. Obat ini diekskresi melalui urin dalam bentuk asal dan
bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Metronidazol juga diekskresi
melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan seminal dalam kadar yang rendah
(Syarif dan Elysabeth, 2013).
Efek samping nampaknya banyak dan terutama menyangkut saluran lambung-usus,
persendian, dan saraf rasa. Adapaun efek samping tersebut adalah mual, muntah,
gangguan pengecapan, lidah kasar, gangguan saluran cerna, ruam, urtikaria dan
angioudem; kadang kadang timbul rasa lesu, mengantuk pusing, ataksia, urin bewarna
gelap dan anafilaksis. Neuritis perifer pada penggunaan jangka panjang, serangan
epilepsy transein, leukopenia (Foye, 1996; Sukandar, dkk., 2008).
Interaksi obat: Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis
antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi. Pemberian alkohol selama terapi
dengan metronidazole dapat menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual,
muntah, sakit perut dan sakit kepala. Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim
mikrosomal hati seperti simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole
(Sylvianingrum, 2011).
7. Anti muskarinik