Anda di halaman 1dari 12

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 0

Daftar Isi
Daftar Isi ................................................................................................................................................ 1

BAB I ...................................................................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 2

1.2 Tujuan.......................................................................................................................................... 2

1.3 Alasan Pemilihan Lokasi .......................................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................................................... 3

BAB III .................................................................................................................................................... 5

BAB IV.................................................................................................................................................... 8

4.1 Implikasi Teori terhadap Lokasi............................................................................................... 8

4.2 Kelemahan Kelebihan Jurnal ................................................................................................... 9

BAB V ................................................................................................................................................... 10

5.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 10

5.2 Lesson Learned ....................................................................................................................... 11

Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 11

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 1


PEMANFAATAN SIG UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL
PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
(STUDI KASUS KABUPATEN BOYOLALI)
Yoga Kencana Nugraha, Arief Laila Nugraha, Arwan Putra Wijaya
Jurnal Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Volume 3, Nomor4 Tahun 2014, ISSN :2337-845X

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk merupakan fenomena yang sangat lazim terjadi terutama
pada negara berkembang. Penduduk dimana yang dimaksudkan manusia sebagai individu
itu sendiri erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan manusia terdiri dari
kebutuhan pokok dan kebtuhan sekunder serta kebutuhan tersier. Berbicara masalah
kebutuhan, kebutuhan pokok manusia harus terpenuhi sebelum memenuhi kebutuhan
kebuutuhan yang lainnya. Kebutuhan pokok terdiri dari tiga yaitu sandang (pakaian), pangan
(makanan dan minuman) dan papan (tempat tinggal).
Permasalahan utama yang sering muncul adalah masalah pemenuhan kebutuhan
pokok akan tempat tinggal. Pertumbuhan penduduk pada Kabupaten Boyolali berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik disebutkan bahwa pada tahun 2006 jumlah penduduk adalah
944.141 jiwa, sedangkaan pada tahun 2010 mencapai 957.226 jiwa. Bahkan perkiraan
pada tahun 2025 mencapai 1.010.575 jiwa, hal ini menimbulkan kerusakan lahan dan
lingkungan apabila penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik.
Penentuan lokasi perumahan oleh pemerintah dan pengembang terlebih dahulu harus
menentukan kriteria ataupun parameter dalam menentukan lokasi yang berpotensi bagi
pengembangan perumahan. Pengambilan keputusan tersebut berdasarkan kriteria yang
telah di analisis sehingga dapat menentukan prioritas perumahan yang telah disesuaikan
dengan peraturan dan kebijakan mengenai pemanfaatan ruang.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah citical review ini adalah
 Untuk menentukan potensi lahan berdasarkan beberapa parameter untuk
pengembangan kawasan permukiman.
 Untuk mengetahui hubungan atau implikasi teori pemilihan lokasi tentang menentukan
potensi lahan untuk pengembangan kawasan permukiman.
Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 2
1.3 Alasan Pemilihan Lokasi
Kabupaten Boyolali adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah.
Pusat administrasi berada di Kecamatan Boyolali, terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota
Surakarta. Pada baguan utara Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Grobogan. Pada bagian timur berbatasan dengan Kabupaten
Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta (Solo. Pada
bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta di
selatan. Serta pada bagian barat Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Pemilihan lokasi yaitu Kabupaten Boyolali didasari pada letak dari Kabupaten Boyolali
yang berada pada jalur strategis Semarang – Surakarta. Pada jalur strategis tersebut terjadi
banyak perpindahan barang dan manusia, serta pergerakan tersebut memicu perubahan
nilai lahan yang selanjutnya mempengaruhi tata guna lahan. Hal tersbut selanjutnya memicu
konversi lahan non-mukim menjadi permukiman. Penggunaan lahan yang tidak terencana
tersebut akan menimbulkan kerusakan lahan dan lingkungan. Penentuan pemilihan lokasi
didasari oelh beberapa parameter untuk menentukan lokasi potensial dalam
mengembangkan perumahan dan permukiman.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI LOKASI

Pada penentuan pemilihan lokasi potensial untuk pengembangan kawasan


perumahan dan permukiman, digunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). AHP
merupakan metode yang dikembangkan dari metode perbandingan berpasangan. Metode
perbandingan berpasangan (pire wise comparioson) termasuk dalam cara untuk
pembobotan kriteria.
Pembobotan criteria dapat dilakukan dengan banyak cara, yaitu dengan metode
ranking, metode rating, metode trade-off analisis, metode perbandingan dan metode
perbandingan berpasangan (pair wise comparison) itu seindiri. Pembobotan kriteria
merupakan metode yang didasari oleh Aplikasi Multicriteria Analiysis untuk menentukan
pemilihan lokasi.
Multi-Criteria Decision Making (MCDM) atau pengambilan keputusan yang didasarkan
banyak kriteria merupakan sebuah metode atau prosedur yang memproses banyak kriteria
yang bertentangan untuk dapat digabungkan menjadi sebuah proses perencanaan. Atau
dengan kata lain dapat juga didefinisikan menjadi mengukur dan mengintegrasikan atribut
yang bervariasi untuk menjawab suatu tujuan.

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 3


Gambar Multiple Criteria untuk Menjawab Satu Tujuan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu menjawab satu tujuan (dalam hal ini
tujuannya adalah pemilihan lokasi) maka masing-masing kriteria harus diketahui bobotnya.
Tujuan dari pembobotan kriteria adalah untuk menjelaskan tingkat kepentingan masing-
masing kriteria relatif terhadap kriteria lainnya.
Aplikasi empiris menyarankan bahwa metode perbandingan berpasangan adalah
salah satu teknik yang paling efektif untuk pengambilan keputusan spasial yang memakai
pendekatan berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis). Metode AHP dibangun berdasarkan
tiga prinsip yaitu dekomposisi, penilaian komperatif dan sintesis prioritas. Selanjutnya
metode AHP dapat dibagi menjadi penyusunan hirarki AHP, dengan menguraikan
permasalahan menjadi sebuah hirarki merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam
prosedur AHP. Struktur hirarki tersebut terdiri dari tujuan, saran, atribut, dan alternatif.
Biasanya sebuah alternative direpresentasikan dalam GIS database yang dimana masing-
masing layer mengandung nilai atribut.
Selanjutnya adalah perbandingan atas elemen pengambilan keputusan, dimana
dirumuskan dalam tiga langkah. Langkah pertama yaitu mengembangkan matriks
perbandingan berpasangan dengan memasukkan nilai dalam skala 1 sampai 9. Langkah
kedua, melakukan bobot kriteria dengan cara dikomputasikan, dan langkah ketiga, yaitu
menentukan konsistensi perbandingan dengan mengestimasikan perbandingan rasio.
Bagian metode AHP yang terakhir adalah pembentukan peringkat prioritas , adalah dengan
menggabungkan bobot relative masing-masing tingkatan.
Pada Penelitian jurnal ini mempertimbangkan tujuh parameter untuk menentukan
lokasi potensial pengembangan perumahan dan permukiman, yaitu parameter kemiringan
lereng, ketersedian air tanah dan pdam, kerawanan bencana, Aksesbilitas, jarak terhadap
pusat perdagangan dan fasilitas pelayanan umum, kemampuan tanah dan perubahan lahan.

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 4


BAB III
REVIEW JURNAL

Jurnal yang berjudul “Pemanfaatan SIG untuk Menentukan Lokasi Potensial


Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman” memiliki tujuan untuk menentukan
potensi lahan dan memetakan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi
kawasan perumahan dan permukiman ditinjau dari beberapa parameter. Serta mengetahui
dan menentukan prioritas daerah pengembangan kawasan perumahan dan permukiman
sesuai Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Boyolali dengan memanfaatkan SIG.
Sebelum melakukan penelitian ditentukan nya terlebih dahulu penentuan parameter yang
digunakan, terdapat tujuh parameter yang digunakan yaitu parameter kemiringan lereng,
ketersedian air tanah dan pdam, kerawanan bencana, Aksesbilitas, jarak terhadap pusat
perdagangan dan fasilitas pelayanan umum, kemampuan tanah dan perubahan lahan.
Secara garis besar langkah penelitian digambarkan pada alur berikut :

Gambar alur penelitian


Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan metode AHP setelah dilakukannya
klasifikasi peta menggunakan SIG (sistem Informasi Geografis) dapat diketahui
perbandingan pasangan cukup konsisten dengan nilai rasio konsistensi (CR) sebesar 0,089
pada BAPPEDA dan 0,018 pada DPU, dianggap sudah memenuhi syarat _< 0,1. Hal
tersebut mengakibatkan nilai bobot ke-tujuh parameter dapat digunakan untuk menentukan

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 5


tingkat potensi lahan. Dalam pembobotan ketujuh parameter disajikan dalam bentuk
presentase perbandingan dalam diagram lingkaran, perhatikan diagram berikut.

Gambar diagram lingkaran terhadap bobot parameter

Dapat diperhatikan bobot yang paling besar adalah parameter Kerawanan Bencana
(27,5%) selanjutnya, tingkat kemiringan lereng (19,4%), Perubahan lahan (17,0%),
Aksesbilitas (15,0 %), Ketersediaan air (7,2%), Daya dukung tanah (7,0%) dan pelayanan
umum (6,9%). Dari persentase perbandingan tersebut parameter kerawanan bencana dapat
diartikan sebagai dalam pencarian lokasi untuk perumahan dan permukiman hal yang
paling diutamakan atau di prioritaskan adalah tingkat kerawanan terhadap bencana. Dengan
adanya pembobotan tersebut dapat dijabarkan penentuan prioritas pertama sampai ketujuh
yaitu dari parameter kerawanan bencana sampai tingkat pelayanan umum.
Analisis parameter yang dilakukan dilakukan untuk menentukan bobot serta skor dari
masing masing parameter, hasil analisis parameter yang disajikan dalam bentuk tabel, dan
selanjutnya dilakukan proses skoring untuk menentukan lokasi potensial dalam
pengembangan kawasan. Skoring ini memberikan nilai pada parameter berdasarkan skor
dan bobot ang dimiliki setiap parameter.

Peta Potensi Lahan


Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 6
Tabel Kelas Kawasan Potensial Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

Gambar Peta lokasi pontensi lahan

Selanjutnya hasil skoring dalam bentuk peta kabupaten Boyolali ini di overlay dengan
RTRW Kabupaten Boyolali tahun 2010-2030. Mengingat bahwa RTRW memberikan
rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang termasuk pula untuk kawasan permukiman,
maka perlu dilakukan analisis keselarasan antara hasil skoring dengan kesesuaian kawasan
untuk permukiman pada RTRW Kabupaten Boyolali yang bertujuan untuk mengetahui
penyebaran lokasi permukiman eksisting, antara RTRW dan kawasan yang berpotensi untuk
permukiman dan perumahan dari hasil skoring. Berikut adalah hasil dari overlay potensi
lahan dengan RTRW Kabupaten Boyolali 2010-2030.

Peta Potensi Lahan Peta RTRW Kabupaten Boyolali tahun 2010-2030

Peta overlay potensi lahan dengan RTRW Kabupaten


Boyolali 2010-2030.
Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 7
Tabel Kelas Kawasan Potensial Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

Berdasarkan evaluasi terhadap hasil penelitian tersebut dengan cara overlay potensi
lahan dengan RTRW 2010-2030 pada setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali, menunjukan
dominasi kesesuaian antara lahan sangat berpotensi dan RTRW terjadi pada semua
Kecamatan. Dapat dilihat pada peta sebagian besar wilayah yang berpotensi tersebar
cukup merata pada Kabupaten Boyolali terkecuali pada bagian bawah (berwarna merah,
dekatdengan gunung berapi). Kecamatan yang memiliki kawasan sangat berpotensi dan
menjadi prioritas daerah pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sesuai
RTRW paling luas berada di Kecamatan Andong dengan luas 1645,82 ha, Kemudian
Kecamatan Nogosari dengan luas 1578,40 ha, dan Kecamatan Boyolali seluas 1259,23 ha.

BAB IV
CRITICAL REVIEW

4.1 Implikasi Teori terhadap Lokasi


Dalam penelitian jurnal ini, penentuan lokasi perumahan permukiman menggunakan
metode AHP (Analytic Hierarchy Process). AHP merupakan salah satu teknik dalam
pengambilan keputusan. Dalam mengambil keputusan, sebelumnya tentukan kriteria atau
parameter sebagai dasar penilaian. Setelah menentukan parameter dilakukan tahap
pembobotan untuk mengetahui tingkat prioritas dari penentuan lokasi perumahan dan
permukiman. Selanjutnya dilakukan skoring dengan memberikan nilai pada parameter
berdasarkan skor dan bobot ang dimiliki setiap parameter.
Pada penelitian ini tahapan tahapan dalam metode AHP sudah dilakukan dengan baik
dan sesuai prosedurnya. Namun penekanannya terletak pada penggunaan SIG sebagai
tools dalam pengklasifikasikan peta parameter. Tools ini memudahkan dalam melakukan

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 8


klasifikasifikasi serta pembobotan dan skoring untuk masing-masing parameter sesuai
dengan atribut yang dimilikanya.
Pasalnya pada masing masing parameter memiliki atribut yang berbeda-beda.
Selanjutnya hasil yang di dapat atau outputannya adalah berupa peta lokasi potensi.
Penggunaan Sistem Informasi Geografis dalam metode AHP, sangat respresentatif dalam
outputannya. Sebab outputan peta lokasi potensi disinggungkan dengan peta RTRW
Kabupaten Boyolali tahun 2010-2013. Hal ini menyebabkan adanya lokasi-lokasi yang
bersinggungan (beririsan) terhadap potensi lokasi yang dirumuskan dengan kondisi eksiting
lapangan. Dengan adanya overlay tersebut pengembang (developer) tepat dalam memilih
lokasi untuk pembangunan perumahan dan permukiman. Terlebih lagi telah dilakukannya
validasi dengan RTRW Kabupaten Boyolali tahun 2010-2030, sehingga pembangunan
perumahan dan permukiman selain tepat terhadap lokasi, tepat dan selaras dengan
perencanaan yang telah dirumuskan.
Bertolak dari masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Boyolali mengenai
pertambahaan jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan akan kebutuhan tempat
tinggal atau perumahan semakin meningkat. Tentunya dalam pembangunan perumahan
perlu memperhatikan aspek tata guna lahan yang tepat, agar tidak terjadinya kerusakan
lingkungan. Penggunan metode AHP dalam terhadap lokasi (Kabupaten Boyolali) sudah
tepat sebab, dalam metode AHP diawali dengan penentuan kriteria atau parameter.
Parameter yang ditentukan tentunya sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Boyolali
dalam menjawab permasalahan mengenai lokasi yang berpotensi untuk pembangunan
perumahan dan permukiman. Dengan sesuainya parameter dalam menjawab permasalahan
yang dialami kabupaten Boyolali maka indikasi kesalahan dalam menentukan lokasi yang
berpotensi berkurang bahkan tidak ada , sehingga pembangunan perumahan dan
permukiman tepat sasaran.

4.2 Kelemahan Kelebihan Jurnal


Kelemahan yang terdapat pada jurnal ini adalah tidak adanya proses perhitungan
rasio konsistensi (CR). Sebab hasil yang disajikan dapat membuat pembaca kebingungan
dalam mencari input perhitungan tersebut. Serta dalam penyajian bobot parameter yang
berupa diagram lingkaran, tidak adanya perhitungan serta data sebagai input sehingga
pembaca tidak paham terhadap hasil yang disajikan walaupun pembaca paham akan
maksuddari diagram lingkaran tersebut. Selain pada perhitungan data, pada tahapan
klasifikasi peta menggunakan aplikasi SIG, lebih baik disertkan hasil nya dalam bentuk peta,
sebab yang hanya ditampilkan berupa hasil akhir pada tahap skoring untuk penentuan
lokasi yang potensial.

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 9


Kelebihan yang terdapat pada jurnal ini, adalah ketepatan dalam memilih metode
untuk penelitian pemilihan lokasi yang potensial. Sebab, berawal dari masalah yang
dihadapi oleh kabupaten Boyolali dalam pemenuhannya perumahan dan permukiman,
tentunya banyak kriteria yang mempengaruhi hal tersebut. Metode AHP digunakan dalam
pengambilan keputusan dalam jumlah kriteria yang tidak sedikit, sangatlah tepat untuk
digunakan, terlebih lagi menggunakan tools SIG dalam memperkuat penyajian dalam bentuk
Peta. Selain itu, uji validasi yang dialukan setelah mendapatkan peta lokasi yang berpotensi,
adalah dengan melakukan overlay terhadap Peta RTRW Kabupaten Boyolali tahun 2013-
2030. Validasi tersebut memperkuat lokasi yang berpotensi sebab telah disesuaikan dengan
rencana tata ruang. Oleh sebab itu dapat meminimalisisr terjadinya kerusakan lingkungan
dan pembangunan perumahan tepat pada lokasi yang berpotensi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan critical review pada jurnal yang berjudul
“Pemanfaatan SIG untuk Menentukan Lokasi Potensial Pengembangan Kawasan
Perumahan dan Permukiman” adalah :
a. Penentuan bobot serta prioritas pengaruh parameter dalam penentuan lokasi yang
berpotensi dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah sebersar 27,5
% untuk kerawanan bencana; 19,4 % kemiringan lereng; 17,0 % Perubahan Lahan;
15,0 % Aksesbilitas; 7,2 % Ketersediaan Air; 7,0 % Daya Dukung Tanah; 6,9 %
Pelayanan Umum.
b. Tingkat potensi lahan di Kabupaten Boyolali untuk dikembangkan kawasan
perumahan dan permukiman, terbagi menjadi 4 Kelas, yaitu :
 Sangat Berpotensi dengan luas 19944,92 Ha atau 18,20%
 Cukup Berpotensi dengan luas 63127,89 Ha atau 57,60%

 Kurang Berpotensi dengan luas 21302,52 Ha atau 19,44%


 Tidak Berpotensi dengan luas 5216,20 Ha atau 4,76 %
c. Karena adanya validasi peta potensi penggunaan lahan dengan Peta RTRW
Kabupaten Boyolali tahun 2010-2030 adanya kecamatan yang masuk wilayah yang
sangat berpotensi dan menjadi prioritas dalam pengambangan kawasan perumahan
dan permukiman adalahk Kecamatan Andong, Kecamatan Nogosari, dan Kecamatan
Boyolali.

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 10


d. Pemanfaatan SIG dalam metode AHP sangat memperkuat hasil analisis sebab
ditampilakan dalam bentuk peta persebaran, terlebih lagi diperkuat dengan overlay
terhadap peta RTRW Kabupaten Boyolali tahun2010-2030 dalam upaya penentuan
lokasi yang berpotensi dengan tetap memperhatikan rencana tata ruang.

5.2 Lesson Learned


Pelajaran yang dapat diambil dalam critical review jurnal yang berjudul “Pemanfaatan
SIG untuk Menentukan Lokasi Potensial Pengembangan Kawasan Perumahan dan
Permukiman” adalah, sebelum menentukan penggunaan metode dalam menentukan lokasi,
terlebih dahulu perhatikan permasalahan yang ada, sehingga dapat dikolerasikan dengan
metode pemilihan lokasi yang tepat. Peggunaan tools SIG (Sisitem Informasi Geografis)
dalam metode AHP sangat membantu dalam penyampaian informasi dengan lebih tepat.
Pasalnya tujuan dari penelitian adalah penentuan lokasi yang berpotensi, oleh karena itu
lokasi yang berpotensi dapat digambarkan dalam bentuk persebaran pada peta.
Dalam melakukan penelitian hal yang terpenting dalam proses pengambilan
kesimpulan dan keputusan adalah selalu berpatokan terhadap peraturan ataupun rencana
tata ruang yang telah disususun. Dalam jurnal ini, output dari perhitungan dengan metode
AHP adalah peta potensi penggunaan lahan, selanjutnya peta tersebut disinggungkan (di-
overlay) dengan peta RTRW Kabupaten Boyolali tahu 2013-2030 sehingga hasil overlay
menjadi sangat representastif baik dari segi perhitungan (penentuan lokasi) dan peraturan
(RTRW) sehingga dapat terwujudnya pembangunan perumahan dan permukiman pada
lokasi yang berpotensi dan sesuai dengan rencana tata guna lahan.

Daftar Pustaka
Direktorat Jendral Cipta Karya. 2007. Buku Panduan Pengembangan Wilayah
Pengembangan Permukiman.
Hartadi, Arief. 2009. Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik
Dasar Di Kota Fak Fak.Tesis. Semarang : Program Studi Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro
Kusumaningrum, Retno. 2006. Perancangan Model Pendukung Keputusan Untuk
Penentuan Lokasi Industri Berdasarkan Proses Hierarki Analitik. Tugas Akhir.
Semarang : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Bandung :
Rosdakarya Offset.
Asro. 2008. AHP (ditulis ulang). Tersedia : https://asro.wordpress.com/2008/06/26/ahp-
ditulis-ulang/. 17 Maret 2015.

Critical Review | Mata Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan 11

Anda mungkin juga menyukai