Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DAN BAYI BBLR DENGAN KEJADIAN KEJANG

DEMAM PADA BALITA DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS


PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Herman

Akademi Keperawatan PPNI Kendari

(Alamat Koresponden : herman.medsurg@gmail.com / 0811406067)

ABSTRAK

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan gejala demam dan usia, serta tidak
didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan suhu tubuh
0 0
lebih dari 38 C rektal atau lebih 37,8 C aksila. Lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi pada anak
berusia di bawah 5 tahun. Kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan mencapai 2 – 4% ditahun
2009 – 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia kehamilan dan bayi
BBLR dengan kejadian kejang demam pada balita di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak balita yang sedang dirawat di Ruang
Perawatan Mawar Anak pada bulan Januari hingga Mei tahun 2016 adalah sebanyak 105 penderita
dengan penarikan sampel secara accidental sampling sebanyak 60 orang sampel. Analisis statistik
menggunakan odds ratio. Hasil uji statistik diperoleh nilai odds ratio untuk masing - masing variabel
usia kehamilan sebesar 7.500 dan bayi dengan BBLR sebesar 9.036. Sehingga disimpulkan bahwa
terdapat hubungan usia kehamilan dan bayi BBLR dengan kejadian kejang demam pada balita.
Disarankan kepada ibu, agar melakukan upaya yang dapat mencegah premature dan bayi BBLR
sehingga dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan maturitas bayi yang dilahirkan serta
terhindar dari kejadian kejang demam.

Kata Kunci : Usia Kehamilan, Bayi BBLR, Kejang Demam, Balita

PENDAHULUAN tahun. Berkisar 2%-5% anak di bawah 5 tahun


Masa kanak-kanak terutama saat balita pernah mengalami bangkitan kejang demam.
(bayi di bawah lima tahun) merupakan masa- Lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi
masa rentan terkena berbagai macam pada anak berusia di bawah 5 tahun.
penyakit. Setidaknya ada 10 gejala penyakit Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi
yang biasa atau umum dialami oleh balita. pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai
Tapi terkadang memang tidak mudah dengan 22 bulan, insiden bangkitan kejang
memprediksi apa yang terjadi dengan si kecil, demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan
karena sebagian besar anak belum bisa (Wijayahadi Noor dkk, 2010).
mengungkapkan keluhan apa yang Kejang Demam dapat dibagi menjadi
dirasakannya. Untuk itu orangtua harus cermat dua jenis yang berbeda berdasarkan pada
memperhatikan gejala apa yang biasa dialami fenotipe dan durasi kejang yaitu kejang
oleh anak balita. Seperti dikutip dari buku Your demam sederhana (65%) dan kejang demam
Baby Month by Month karangan Su Laurent komplek (35 %). Faktor resiko seperti usia,
dan Peter Reader, ada beberapa gejala yang durasi kejang, suhu pada saat kejang dan
umum terjadi pada balita dan kemungkinan riwayat keluarga dapat memberikan predictor
penyebabnya seperti batuk-batuk, diare, sulit akan berkembang menjadi masalah neurologis
bernapas, sakit telinga, menangis berlebihan, di masa depan (Redjeki Sri, 2014).
demam, kejang (konvulsi), ruam, sakit perut Di Amerika Serikat dan Eropa
dan muntah (Bararah Vera Farah, 2010). prevalensi kejang demam berkisar 2%-5%. Di
Kejang demam adalah kejang yang Asia prevalensi kejang demam meningkat dua
terkait dengan gejala demam dan usia, serta kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di
tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun Amerika. Di Jepang kejadian kejang demam
kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan berkisar 8,3% - 9,9%. Bahkan di Guam insiden
0
suhu tubuh lebih dari 38 C rektal atau lebih kejang demam mencapai 14%. Kejang demam
0
37,8 C aksila. Pendapat para ahli, kejang merupakan salah satu kelainan saraf tersering
demam terbanyak terjadi pada waktu anak pada anak. Kejang demam dikelompokkan
berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana

74
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
dan kejang demam kompleks. Faktor-faktor 2. Coding
yang berperan dalam risiko kejang demam Coding merupakan kegiatan pemberian
yaitu, faktor demam, usia, dan riwayat kode numerik (angka) terhadap data yang
keluarga, dan riwayat prenatal (usia saat ibu terdiri dari beberapa kategori.
hamil), riwayat perinatal (asfiksia, usia 3. Transfer Data
kehamilan, dan bayi berat lahir rendah) Transfer data adalah memindahkan data
(Wijayahadi Noor dkk, 2010). dari instumen penelitian berdasarkan hasil
Balita di Indonesia 16% diantaranya hasil yang peroleh melalui responden ke
mengalami gangguan saraf dan otak seperti dalam master table.
kejang-kejang, gangguan pendengaran, 4. Tabulasi Data
kepala membesar dan lain-lain (Depkes RI, Memasukkan data ke dalam tabel-tabel,
2006). Anak laki-laki lebih sering menderita dan mengatur angka-angka sehingga dapat
kejang demam dengan insiden sekitar dua kali dihitung jumlah kasus dalam berbagai
lipat dibandingkan anak perempuan. Sekitar kategori.
30 – 40% anak-anak satu kali kekambuhan 5. Data Entry
(Wong, 2009). Kejadian kejang demam di Data entry adalah kegiatan memasukkan
Indonesia dilaporkan mencapai 2 – 4% ditahun data ke dalam komputer yang telah
2009 – 2010. dikumpulkan ke dalam master tabel atau
Dari studi pendahuluan yang dilakukan database komputer, kemudian membuat
di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi distribusi frekuensi sederhana atau dengan
Tenggara dalam kurun waktu 3 tahun terakhir membuat tabel kontigensi.
didapatkan data tentang jumlah penderita 6. Penyajian Data
kejang demam pada anak pada tahun 2013 Data yang telah diolah disajikan dalam
sebanyak 17 orang kemudian pada tahun bentuk tabel disertai dengan penjelasan
2014 mengalami peningkatan sebanyak 87 mengenai besar risiko antara variabel
orang sedangkan pada tahun 2015 penderita independen dan variabel dependen.
kejang demam pada anak sebanyak 149
orang dan data terakhir dihimpun pada bulan Analisa Data
Januari – Mei 2016 sebanyak 105 orang anak 1. Analisis Univariat
yang menderita kejang demam. Diperlukan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan data secara sederhana.
BAHAN DAN METODE Cara penyajiannya, misalnya dengan
Lokasi, populasi, dan sampel presentase atau tabel distribusi frekuensi,
Desain yang digunakan dalam diagram batang (bar), diagram map dan
penelitian ini adalah penelitian observasional diagram pie (Budiharto, 2008).
analitik dengan pendekatan case control. Studi 2. Analisis Bivariat
penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran Pada penelitian case control analisis
pada variabel dependen yaitu kejadian kejang bivariatnya menggunakan ukuran odds
demam, sedangkan variabel independen ratio (OR). Odds rasio merupakan rasio
ditelusuri secara retrospektif untuk dari odds terjadinya penyakit pada
menentukan ada tidaknya hubungan usia kelompok paparan dibandingkan dengan
kehamilan dan bayi BBLR yang berpengaruh odds pada kelompok tidak terpapar atau
terhadap variabel dependen. kelompok control (Hidayat, 2010).
Penelitian ini telah dilaksanakan di
Ruangan Perawatan Mawar Anak RSU HASIL PENELITIAN
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara 1. Analisis Univariat
tanggal 15 Januari – 27 Mei 2016. Populasi Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
dalam penelitian ini adalah semua ibu yang berdasarkan umur balita di Ruangan
memiliki anak balita yang dirawat di Ruangan Perawatan Mawar Anak RSU Bahteramas
Perawatan Mawar Anak. Penarikan sampel Provinsi Sulawesi Tenggara Bulan Januari
secara accidental sampling sebanyak 60 – Mei 2016
orang sampel. Analisis statistik menggunakan Umur (Tahun) n %
odds ratio. Batita (1 – 3) 42 70.0
Balita (>3 – 5) 18 30.0
Pengolahan Data Total 60 100
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa Berdasarkan tabel di atas terlihat
kembali kebenaran data yang diperoleh jelas bahwa responden yang berusia batita
atau dikumpulkan. (1 – 3 tahun) sebanyak 42 responden
(70,0%), sedangkan responden yang

75
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
berusia balita (>3 – 5 tahun) sebanyak 18 kejang demam pada anak adalah sebanyak
responden (30,0%). 18 (60,0%) responden sedangkan yang
memiliki usia kehamilan tidak beresiko
Tabel 2. Distribusi frekuemsi responden yaitu sebanyak 12 (40,0%) responden.
berdasarkan usia kehamilan ibu di Sementara itu, dari 30 kelompok kontrol
Ruangan Perawatan Mawar Anak RSU yang memiliki usia kehamilan yang
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara beresiko terhadap kejadian kejang demam
Bulan Januari – Mei 2016 pada anak adalah sebanyak 5 (16,7%)
Usia Kehamilan n % responden dan yang memiliki usia
Beresiko 23 38,3 kehamilan yang tidak beresiko terhadap
Tidak beresiko 37 61,7 kejadian kejang demam pada anak yaitu
Total 60 100 sebanyak 25 (83,3%) responden.
Berdasarkan uji Odd Ratio (OR)
Dari tabel di atas menggambarkan diperoleh nilai OR = 7.500, dimana nilai
bahwa responden yang merupakan usia batas bawah 2.244 dan nilai batas atas
kehamilan beresiko sebanyak 23 25.026 tidak mencakup nilai 1, sehingga
responden (38,3%) dan responden yang secara statistik dianggap bermakna. Ini
memiliki usia kehamilan tidak beresiko berarti bahwa usia kehamilan merupakan
adalah sebanyak 37 responden (61,7%). salah satu faktor risiko terjadinya kejang
demam pada anak. Nilai OR = 7.500
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden menunjukkan bahwa responden yang
berdasarkan bayi BBLR di Ruangan mempunyai usia kehamilan beresiko,
Perawatan Mawar Anak RSU Bahteramas memiliki risiko 7 kali lebih besar akan
Provinsi Sulawesi Tenggara Bulan Januari terjadinya kejang demam bila dibandingkan
– Mei 2016 dengan responden yang mempunyai usia
Bayi BBLR n % kehamilan yang tidak beresiko terhadap
Beresiko 31 51,7 kejang demam pada anak.
Tidak beresiko 29 48,3
Total 60 100 Tabel 5. Hubungan Bayi BBLR Dengan
Kejadian Kejang Demam Pada Balita di
Berdasarkan tabel di atas Ruangan Perawatan Mawar Anak RSU
menunjukkan bahwa bayi BBLR yang Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
beresiko adalah sebanyak 31 responden
(51,7%) sedangkan bayi BBLR yang tidak Status
95%CI
beresiko adalah sebanyak 29 responden Responden
Bayi Total
(48,3%). O Up
BBLR Kasus Kontrol Low
R p
2. Analisis Bivariat n % n % n %
Tabel 4. Hubungan Usia Kehamilan Beresik 76, 26, 51,
23 8 31 9, 29,
Dengan Kejadian Kejang Demam Pada o 7 7 7 2,80
03 13
Balita di Ruangan Perawatan Mawar Anak Tidak 23, 73, 48, 2
7 22 29 6 4
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi beresiko 3 3 3
Tenggara Total 30 50 37 50 74 100
Status
95%CI Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Usia Responden
Total dari 30 kelompok kasus yang mempunyai
Kehamil O Lo Up
Kasus Kontrol bayi BBLR terhadap kejadian kejang
an R w p
n % n % n % demam pada anak adalah sebanyak 23
Beresik 60, 16, 38, (76,7%) responden sedangkan yang
18 5 23 mempunyai bayi yang tidak BBLR yaitu
o 0 7 3
7. sebanyak 7 (23,3%) responden. Sementara
Tidak 2.2 25.
40, 83, 61, 50 itu, dari 30 kelompok kontrol yang memiliki
beresik 12 25 37 44 026
0 3 7 0 bayi BBLR terhadap kejadian kejang
o
Total 10 10 demam pada anak adalah sebanyak 8
30 30 100 60 (26,7%) responden dan yang memiliki bayi
0 0
yang tidak BBLR terhadap kejadian kejang
demam pada anak yaitu sebanyak 22
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(73,3%) responden.
dari 30 kelompok kasus yang memiliki usia
Berdasarkan uji Odd Ratio (OR)
kehamilan yang beresiko terhadap kejadian
diperoleh nilai OR = 9,036, dimana nilai

76
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
batas bawah 2,802 dan nilai batas atas bahwa secara statistic memiliki hubungan
29,134 tidak mencakup nilai 1, sehingga yang bermakna antara usia kehamilan
secara statistik dianggap bermakna. Ini dengan kejadian kejang demam pada
berarti bahwa bayi BBLR merupakan salah anak.
satu faktor risiko terjadinya kejang demam 2. Hubungan Bayi BBLR Dengan Kejadian
pada anak. Nilai OR = 9,036 menunujukkan Kejang Demam Pada Balita
bahwa responden yang memiliki bayi Hasil penelitian di RSU Bahteramas
BBLR, memiliki resiko 9 kali lebih besar Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017
akan terjadinya kejang demam pada anak yang dilakukan terhadap 60 responden
bila dibandingkan dengan responden yang yang terdiri dari dua kelompok yaitu 30
memiliki bayi yang tidak BBLR terhadap responden kelompok kasus yang memiliki
kejang demam pada anak. bayi BBLR terhadap kejadian kejang
demam pada anak adalah sebanyak 23
PEMBAHASAN (76,7%) responden sedangkan yang
1. Hubungan Usia Kehamilan Dengan memiliki bayi tidak BBLR yaitu sebanyak 7
Kejadian Kejang Demam Pada Balita (23,3%) responden. Dari 30 responden
Hasil penelitian di RSU Bahteramas kelompok kontrol, yang memiliki bayi BBLR
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 terhadap kejang demam pada anak yaitu
yang dilakukan terhadap 60 responden sebanyak 8 (26,7%) responden dan yang
yang terdiri dari dua kelompok yaitu 30 memiliki bayi tidak BBLR terhadap kejadian
responden kelompok kasus yang memiliki kejang demam pada anak yaitu sebanyak
usia kehamilan beresiko terhadap kejadian 22 (73,3%) responden.
kejang demam pada anak adalah sebanyak Berdasarkan uji Odd Ratio (OR)
18 (60,0%) responden sedangkan yang diperoleh nilai OR = 9,036, dimana nilai
memiliki usia kehamilan tidak beresiko batas bawah 2,802 dan nilai batas atas
yaitu sebanyak 12 (40,0%) responden. Dari 29,134 tidak mencakup nilai 1, sehingga
30 responden kelompok kontrol, yang secara statistik dianggap bermakna. Ini
memiliki usia kehamilan beresiko terhadap berarti bahwa bayi BBLR merupakan salah
kejang demam pada anak yaitu sebanyak 5 satu faktor risiko terjadinya kejang demam
(16,7%) responden dan yang memiliki usia pada anak. Nilai OR = 9,036 menunjukkan
kehamilan tidak beresiko terhadap kejadian bahwa responden yang mempunyai bayi
kejang demam pada anak yaitu sebanyak BBLR, memiliki resiko 9 kali lebih besar
25 (83,3%) responden. akan terjadinya kejang demam pada anak
Berdasarkan uji Odd Ratio (OR) bila dibandingkan dengan responden yang
diperoleh nilai OR = 7,500, dimana nilai mempunyai bayi tidak BBLR terhadap
batas bawah 2,224 dan nilai batas atas kejang demam pada anak.
25,062 tidak mencakup nilai 1, sehingga Hasil penelitian ini sesuai dengan
secara statistik dianggap bermakna. Ini hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia
berarti bahwa usia kehamilan merupakan dkk (2012), yang dilaksanakan di RSUD
salah satu faktor risiko terjadinya kejang Daya pada tanggal 03 Juli – 03 Agustus
demam pada anak. Nilai OR = 7,500 2017 dengan jumlah responden sebanyak
menunjukkan bahwa responden yang 74 orang yang terdiri dari 37 responden
mempunyai usia kehamilan beresiko, kelompok kasus dan 37 responden
memiliki resiko 7 kali lebih besar akan kelompok control. Dimana hasil yang
terjadinya kejang demam pada anak bila ditemukan bahwa variabel BBLR
dibandingkan dengan responden yang merupakan faktor risiko kejadian kejang
mempunyai usia kehamilan yang tidak demam pada anak di RSUD Daya dengan
beresiko terhadap kejang demam pada nilai odds ratio sebesar 2,130. Hal tersebut
anak. menunjukkan bahwa secara statistic
Hasil penelitian ini sejalan dengan memiliki hubungan yang bermakna.
penelitian yang dilakukan oleh Fuady Penelitian sejenis ini juga pernah
(2009) di RS Dr. Kariadi Semarang dengan dilakukan oleh Fuady dkk (2009) di RS Dr.
jumlah responden sebanyak 164 orang Kariadi Semarang pada periode januari
yang dikelompokkan menjadi dua yaitu 82 2008 – maret 2009 dengan jumlah
responden kelompok kasus dan 82 responden sebanyak 164 orang yang terdiri
responden kelompok control. Hasil yang 82 responden kelompok kasus dan 82
ditemukan menunjukkan bahwa terdapat responden kelompok control. Hasil
pengaruh usia kehamilan dengan kejadian menunjukkan bahwa variabel BBLR
kejang demam pada anak dengan nilai memiliki pengaruh terhada kejadian kejang
odds ratio sebesar 4,010. Hal ini berarti demam pada anak dengan nilai odds ratio

77
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531
sebesar 2,160. Hal itu berarti bahwa ada SARAN
hubungan yang bermakna antara variabel 1. Bagi ibu anak disarankan agar kehamilan
BBLR dengan kejadia kejang demam pada berikutnya melakukan upaya yang dapat
anak dan dapat disimpulkan bahwa anak mencegah premature, BBLR dan bayi
yang memiliki riwayat BBLR memiliki resiko asfiksia sehingga secara tidak langsung
2 kali lebih beresiko mengalami kejang dapat mencegah terjadinya kejang demam
demam dibandingkan dengan anak yang pada anak berikutnya
tidak memiliki riwayat BBLR. 2. Bagi ibu anak agar selalu memberikan ASI
kepada bayinya lebih dari 6 bulan sehingga
dapat memberikan kekebalan secara
KESIMPULAN alamiah pada tubuh anak dan terhindar dari
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kejadian kejang demam
dilakukan pada anak kejang demam di RSUD 3. Bagi ibu yang memiliki anak dengan kejang
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara demam agar memberikan penanganan
dapat disimpulkan bahwa : yang tepat dengan membawa ke
1. Terdapat hubungan usia kehamilan pelayanan kesehatan terdekat agar
terhadap kejadian kejang demam pada mendapatkan penanganan sesegera
anak balita. mungkin.
2. Terdapat hubungan usia kehamilan
terhadap kejadian kejang demam pada
anak balita.

DAFTAR PUSTAKA
Bararah Vera Farah, 2010. 10 Penyakit Umum yang Dialami Balita, (online),
(http://health.detik.com/read/2010/06/28/094323/1388049/764/10-penyakit-umum-yang-dialami-balita, 24
Februari 2016)

Depkes, 2006. 16 Persen Balita di Indonesia Alami Gangguan Perkembangan Saraf, (online),
(http:www.depkes.go.id/index.php, 24 Februari 2016).

Dokter Sehat, 2015, Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan
Balita, (online), (http://doktersehat.com/mengatasi-step-stuip-kejang-demam-pada-bayi-dan-balita/, 20 Juli
2016).

Dwienda R Octa dkk, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatal, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para
Bidan, Deepublish, Yogyakarta.

Febry Ayu Bulan, Marendra Zulfito, 2010. Smart Parents : Pandai Mengatur Menu dan Tanggap Saat Anak Sakit,
Gagas Media, Jakarta.

Hidayat Alimul Aziz A, 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif, Health Book Publishing,
Surabaya.

Klinik Bayi Online, 2013. Asfiksia, Bayi Tidak Menangis Saat Lahir dan
Penanganannya,(online),(http://klinikbayi.com/2013/12/18/asfiksia-bayi-tidak-menangis-saat-lahir-dan-
penanganannya/, 12 Maret 2016).

Redjeki Sri, 2014. Kejang Demam, (online), (http://rsudbwi.banyuwangikab.go.id/artikel/detail/1220/kejang-


demam.html, 24 Februari 2016)

Wijayahadi Noor, Bahtera Tjipta, Fuadi, 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak, Sari Pediatri,
Vol. 12, No. 3, Oktober 2010, (online), (http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-3-2.pdf, 23 Februari 2016).

78
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 14 Nomor 1 Tahun 2019 ● eISSN : 2302-2531

Anda mungkin juga menyukai