Anda di halaman 1dari 21

ENERGI

I. PENDAHULUAN

Energi merupakan kebutuhan primer industri


Bentuk energi yang dibutuhkan suatu pabrik adalah :
1. Energi panas, digunakan untuk reaksi kimia dan proses pemisahan komponen
2. Energi Mekanik digunakan untuk pencampuran, pemisahan, transportasi dan penyesuaian
ukuan
3. Energi Listrik, diperlukan untuk reaksi kimia, sumber panas, energi mekanik dan
penerangan

II. Konversi Energi

Gambar 1 Konversi Energi

III. Konversi Energi

Penghematan energi yang digunakan industri :


1. Perencanaan jadwal produksi terpadu dengan utilitas
2. Meningkatkan efisiensi alat-alat
3. Penggantian alat-alat yang boros energi
4. Penggunaan bahan baku proses berkualitas tinggi
5. Penyempurnaan rancangan sistem pemrosesan
IV. Bahan Bakar

Bahan bakar dibedakan menjadi :


1. Padat, Contoh : Batu bara, biomassa, arang, pellet
2. Cair, Contoh : bahan bakar minyak (BBM), bioethanol, dan biodiesel
3. Gas, Contoh : Gas alam dan biogas
Industri Kimia menggunakan bahan bakar gas alam, batu bara dan biodiesel
Industri Agro menggunakan limbah padat

4.1. Bahan Bakar Padat


1. Batu Bara
 Merupakan batuan yang mengandung karbon lebih dari 50%
 Termasuk bahan bakar fosil
 Kelompok batu bara : antrasit, bituminous, lignit, peat
 Tersusun dari berbagai polimer senyawa aromatik yang memiliki gugus fungsional
karboksilat, fenol, karboksil atau eter

2. Biomassa

 Biomassa merupakan sisa material sisa tanaman atau hewan, seperti limbah sisa pertanian,
kehutanan, dan perkebunan
 biomassa juga memiliki volatile matter yang lebih tinggi sehingga biomassa lebih mudah
tersulut dan terbakar

3. Arang

 Arang adalah residu non-volatile yang kaya akan karbon arang dapat diproduksi melalui
proses pirolisis
 Perolehan arang dapat dimaksimalkan dengan kondisi slow pyrolysis, temperatur rendah,
laju kenaikan temperatur rendah, dan biasanya menggunakan reaktor jenis fixed bed

4. Pellet

 biomassa terkadang mengalami pengolahan lanjut menjadi pellet


 Keunggulan biomassa pellet dengan biomassa biasa adalah densitasnya yang lebih besar,
bentuk dan kadar air yang seragam
 Karakteristik ini memudahkan dalam proses pengiriman dan penyimpanan
Karakteristik Bahan Bakar Padat
1. Titik leleh abu (ash fusion temperatur)
Merupakan temperatur dimana abu menjadi lunak atau meleleh

2. Caking dan Free Sweling Index

 Merupakan Pemanasan batubara mengakibatkan perubahan fisik


 Pemanasan batubara jenis tertentu dapat mengakibatkan pelunakan batubara
(softening).Keadaan ini biasanya diikuti dengan penggembungan dan pelunakan (caking)

3. Sifat mempan gerus

• Sifat mempan gerus dengan Hardrove Gridability Index (HGI)


• HGI adalah ukuran kemudahan batubara untuk digerus dengan nilai indeks untuk batubara
standar adalah 100.
• Semakin tinggi nilai HGI maka batubara semakin mudah digerus

4. Analisis proksimat

• Menyatakan bagaimana batubara terbakar


• Kadar air (moisture)
• Abu (ash)
• Zat mudah menguap (volatile matter)
• Karbon tetap (fixed carbon)

5. Analisis Ultimat

• Menyatakan besarnya kandungan C, H, O (by difference), N, S, dan abu dalam Batubara

4.2 Bahan Bakar Cair


1. BBM
 Hasil pengolahan minyak bumi
 Campuran hidrokarbon dengan rentang titik didih tertentu
a. Gas dan hidrokarbon ringan yang terpisah pada rentang temperatur 20°C

Komponen gas ini mencakup alkana (metana hingga butana), olefin (etilen hingga butilen)

b. Gasoline (bensin)
Bensin memiliki angka oktan tinggi dan terpisah dari campuran minyak bumi pada
temperatur 150°C. Unjuk kerja bahan bakar bensin dinyatakan dengan angka oktan (octane
number)

c. Kerosin

Kerosin banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet pesawat terbang, motor bakar,
pelarut, dan lain-lain

d. Minyak diesel (solar)

Solar memiliki angka setana tinggi. Unjuk kerja bahan bakar bensin dinyatakan dengan
angka setana (cetane number)
i. Automotive Diesel Oil (ADO) digunakan untuk mesin diesel dengan putaran tinggi (> 1000
rpm)
ii. Industrial Diesel Oil (IDO) digunakan untuk mesin diesel dengan putaran rendah dan
sedang (300-1000 rpm)

e. Minyak bakar (fuel oil)

Minyak bakar digunakan sebagai bahan bakar di industri

2. Biodiesel

 Biodiesel adalah senyawa metil ester dari minyak nabati. Biodiesel dibuat dengan reaksi
esterifikasi/transesterifikasi dari asam lemak dan alkohol (methanol, etanol, atau
propanol)
 Biodiesel memiliki keunggulan dibandingkan dengan solar, yaitu emisi gas yang ramah
lingkungan, bebas sulfur dan angka setana yang lebih tinggi (46-70)
 Tingginya angka setana pada biodiesel disebabkan karena panjangnya rantai
hidrokarbon yang terdapat pada ester (fatty acid alkyl ester)

3. Bioetanol

 Bioetanol (C2HOH) merupakan sumber energi terbarukan sebagai pengganti minyak


tanah atau subsidi parsial bensin
 Sumber bahan baku etanol sangan mudah ditemukan di lingkungan sekitar seperti tetes
tebu, sorgum, sagu, nipah, jerami padi, bonggol pisang, tandan kelapa sawit, dan bahan
lainnya yang mengandung karbohidrat (gula, pati, selulosa, dan hemiselulosa)
 Melalui proses sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana),
fermentasi, dan pemurnian (distilasi) bahan-bahan tersebut dikonversi menjadi
bioetanol

4. Metanol

 Metanol merupakan salah satu bahan bakar cair sekunder yang sangat fleksibel, dibuat
dari biomassa atau batubara melalui berbagai proses
 metanol juga dapat dimanfaatkan sebagai pendingin anti beku, pelarut, dan aditif bagi
industri etanol
 Penggunaan metanol sebagai bahan bakar sangat diminati, dari segi emisi yang
dihasilkan berupa CO2 dan air

Karakteristik Bahan Bakar Cair


1. Densitas
 Densitas BBM dinyatakan dengan °API (American Petroleum Institute). Semakin tinggi
nilai °API, denstias bahan bakar akan semakin rendah.

2. Nilai kalor (heating value)

 Nilai kalor tinggi BBM dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan empirik

3. Viskositas

 Beberapa jenis BBM yang memiliki viskositas tinggi membutuhkan pemanasan sebelum
digunakan sebagai bahan bakar

4. Titik tuang (pour point)

 Menyatakan temperatur bahan bakar cair mulai mengalir dalam kondisi pengujian.
 Bahan bakar cair disimpan dalam tangki pada temperatur 3°C di atas titik tuang

5. Titik nyala (flash point)

 Menyatakan temperatur terendah agar uap BBM tesulut, tetapi segera padam kembali.
 Nilai titik nyala menyatakan tingkat bahaya api dari bahan bakar.
 Titik nyala bahan bakar digunakan untuk pengendalian temperatur penyimapan bahan
bakar.

6. Angka oktan

 Semakin tinggi angka oktan, semakin cocok bahan bakar dibakar di mesin Otto

7. Angka setana

 Semakin tinggi angka setana, semakin cocok bahan bakar digunakan di motor diesel

4.3. Bahan Bakar Gas dan Gas Bumi

Bahan bakar gas dapat berupa bahan bakar gas yang tersedia alami (gas alam) maupun
bahan bakar gas yang dibuat (gas produser, coke oven gas, biogas)
Gas Alam
 Gas alam tersusun dari senyawa hidrokarbon, terutama metan, sedikit etana dan
sejenisnya sebagai ikutan
 Dari sumbernya, gas alam juga mengandung CO2, H2S (atau senyawa belerang lainnya),
dan N2

1. Liquefied Natural Gas (LNG)

LNG adalah gas alam yang dicairkan kemudian disimpan dalam tangki pada temperatur
sekitar -150°C dan tekanan 1 atm. LNG sebagian besar tersusun oleh metana, sedikit etana,
dan propane. Gas alam tersusun dari senyawa hidrokarbon, terutama metan, sedikit etana
dan sejenisnya sebagai ikutan. Dari sumbernya, gas alam juga mengandung CO2, H2S (atau
senyawa belerang lainnya), dan N2

2. Compressed Natural Gas (CNG)

 CNG adalah gas alam dalam tekanan tinggi. Gas alam ditekan untuk memudahkan
penyimpanan dan transportasi.
 CNG memiliki densitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gas alam sehingga
membutuhkan ruang yang lebih kecil untuk penyimpanannya

3. Liquefied Petroleum Gas (LPG)

 LPG semula adalah gas ikutan minyak bumi mentah dengan kandungan utama berupa
propana (C3H8),
 saat ini komponen penyusun LPG diekstrak dari gas bumi.
 Kandungan propana mencapai 95%, sisanya butana, etana dan senyawa hidrokarbon
lainnya

5. Biogas

Biogas adalah gas yang berasal dari limbah organik. Biogas dibuat dengan fermentasi
anaerobik senyawa organik. Biogas mengandung campuran gas, terutama metana (CH4),
karbondioksida (CO2), nitrogen (N2), dan lain-lain

Karakteristik Bahan Bakar Gas

1. Komposisi

Komposisi bahan bakar gas akan menentukan nilai kalor bahan bakar dan karakteristik
pembakaran lainnya (kebutuhan udara, temperatur pembakaran, kecepatan api,
flammability limits, karakteristik api, dsb)

2. Densitas

Densitas gas sangat rendah (1/6000-1/1000 densitas BBM)

3. Nilai kalor (Heating Value)

Nilai kalor bahan bakar gas merupakan jumlah nilai kalor komponen penyusunnya

4. Kebutuhan udara pembakaran

 Pembakaran yang terjadi dalam burner diharapkan adalah pembakaran sempurna.


 Pada umumnya udara disuplai secara berlebih untuk kesempurnaan reaksi pembakaran
5. Temperatur pembakaran
6. Karakteristik api

 Meliputi bentuk, panjang dan warna lidah api

7. Flammability limits

 Bahan bakar gas memiliki batasan konsentrasi dalam campurannya dengan udara agar
dapat terbakar
 Konsentrasi bahan bakar gas terendah dinamai lower flammability limit dan konsentrasi
paling tinggi disebut upper flammability limit

8. Kecepatan rambat api (flame speed)

 Nilai flame speed umumnya menjadi salah satu parameter dalam menentukan konfigurasi
dan kapasitas burner
 Jika flame speed lebih tinggi daripada kecepatan linier campuran gas-udara pada ujung
burner, api mungkin lepas dari ujung burner (blow-off)

9. Kecepatan rambat api (flame speed)

 Nilai flame speed umumnya menjadi salah satu parameter dalam menentukan konfigurasi
dan kapasitas burner
 Jika flame speed lebih tinggi daripada kecepatan linier campuran gas-udara pada ujung
burner, api mungkin lepas dari ujung burner (blow-off)

10. Kandungan pengotor lain

 disyaratkan secara spesifik oleh pengguna gas, misalnya konsentrasi dan ukuran
partikel debu, konsentrasi tar
BOILER
I. PENDAHULUAN

Boiler (generator kukus, ketel) merupakan rangkaian peralatan untuk mengubah energi kimia
dalam bahan bakar menjadi energi termal atau panas laten dalam kukus. Boiler terdiri dari
berbagai sub-peralatan yang dapat dikelompokkan ke dalam

a. Peralatan untuk menangani udara pembakaran,


b. Alat-alat penanganan bahan bakar,
c. Unit pengolahan air umpan boiler,
d. Pembakar (burner) dan tungku (furnace, ruang bakar),
e. Penguap (evaporator), pemanas lanjut (superheater) dan pemanas ulang (reheater)

II. Steam System


 Sebagai sumber panas proses reaksi (reboiler pada kolom distilasi, steam jacket)
 Sebagai penghasil tekanan vakum
 Fluida kerja penggerak
 Fluida kerja pembangkit energi listrik

III. Boiler
 Boiler dengan bahan bakar gas dan cair memiliki ukuran paling kecil,
 Bahan bakar padat memerlukan ukuran yang lebih besar untuk menangani sistem
pembakaran dan sisa pembakaran seperti abu
 Keberadaan abu dapat menyebabkan slagging dan fouling
 Slagging adalah lelehnya abu dan menutupi permukaan dinding boiler
 Fouling adalah abu teruapkan dan kemudian terkondensasi pada dinding superheater dan
reheater
 Hal ini akan mengganggu perpindahan panas di dalam boiler
 Maka dari itu, dalam perancangan dan pengoperasian boiler, karakteristik abu seperti
komposisi dan titik leleh abu menjadi sangat penting

IV. Klasifikasi Boiler

Berdasarkan titik kritik air


1. Boiler sub-kritik beroperasi pada tekanan di bawah titik kritik air yaitu kurang dari
220 bar
2. Boiler Superkritik beroperasi di atas titik kritik air

Berdasarkan pembuatan

1. Package Boiler dibuat sampai jadi di pabrik pembuatnya dan ditransportasikan secara
utuh kepada pengguna
2. Field Erected Boiler boiler dengan kapasitas besar biasanya difabrikasi di tempat
pengguna

Berdasarkan aliran air

1. Boiler buluh-api (firetube)

beroperasi dengan melewatkan gas pembakaran/flue gas melalui serangkaian tabung


lurus yang dikelilingi oleh air panas yang disimpan dalam bejana yang sama

Gambar 2 Firetube

2. Boiler buluh-air (watertube)

Boiler buluh-air terdiri dari beberapa


komponen dasar:
a. Drum uap (steam drum)
b. Drum lumpur (mud drum)
c. Buluh-buluh aliran air turun (downcomer)
d. Buluh-buluh aliran air naik (riser)

Gambar 3 Watertube
Selain komponen utama tersebut, boiler industri juga dilengkapi dengan :
a. Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur kukus yang keluar dari drum-kukus
(evaporator) menjadi kukus panas (superheated steam).
b. Economizer berfungsi untuk memanaskan air umpan sebelum masuk ke dalam boiler.
c. Steam reheater berfungsi untuk menaikkan temperatur kukus bekas dari turbin agar
derajat panasnya (degree of superheated) meningkat.

Berdasarkan teknik pembakaran

1. Stoker-fired boiler

Boiler yang bekerja dengan pengumpanan mekanik stoker ke tungku boiler. Boiler jenis ini
digunakan pada sebagian boiler biomassa.

2. Burner-fired boiler

Boiler jenis ini digunakan untuk bahan bakar cair dan gas.

3. Fluidized bed boiler

Boiler yang bekerja dengan unggun bahan bakar yang terfluidisasi

4. Pulverized fuel (PF) boiler

Boiler yang bekerja menggunakan bahan bakar serbuk (powder). Boiler jenis ini banyak
digunakan untuk boiler serbuk batubara

5. Waste heat boiler (WHB)

Boiler yang memanfaatkan panas buang gas panas hasil reaksi atau keluaran turbin gas.

V. Neraca Energi Boiler

Gambar 4 Neraca Energi Boiler

Persamaan :
( ) ( )

Keterangan :

Efisiensi boiler
( ) ( )
( )

VI. Panas yang Hilang

a. DGL (dry gas losses) adalah panas sensible gas cerobong bebas air
b. ML (Moisture Losses) adalah panas yang hilang dalam uap air pada cerobong
c. MCAL (moisture in combustion air losses) adalah panas yang hilang pada uap air dari udara
pembakaran
d. ICL (incomplete combustion losses) adalah panas yang hilang akibat pembakaran yang tidak
sempurna
e. UCL (uncombusted carbon losses) adalah panas yang hilang akibat karbon dari bahan bakar
tidak terbakar
f. RUL (Radiation and Unaccounted-for losses) adalah panas yang hilang akibat panas yang
lolos dari dinding boiler
TURBIN
I. PENDAHULUAN
 Turbin adalah salah satu jenis mesin panas yang mengubah panas menjadi kerja
 Turbin gas industri menggunakan udara sebagai fluida kerja dan panasnya dimasukkan ke
dalam fluida kerja melalui pembakaran bahan bakar secara internal
Keunggulan :
1. Turbin gas membutuhkan pemeliharaan yang relatif ringan
2. Unit yang berdiri sendiri dengan sedikit peralatan pembantu dan membutuhkan sedikit
ruang
3. Efisiensi panas tinggi dan dapat dikembangkan ke arah pengoperasian ramah lingkungan

II. Komponen Utama Pembangkit


1. Kompresor untuk kompresi udara sebagai fluida kerja.
2. Ruang bakar, tempat pembakaran bahan bakar untuk meningkatkan temperatur fluida
kerja.
3. Turbin tempat ekspansi gas panas hasil pembakaran untuk menghasilkan kerja

Gambar 5 Komponen Utama Pembangkit

Kompresor Udara

 Kompresor menyediakan udara sebagai fluida kerja sistem turbin gas, oksidan pembakaran
bahan bakar dan pendinginan permukaan logam turbin

 Laju alir spesifik udara antara 0,0050 – 015 kg/kWh tergantung pada faktor beban, jenis
dan ukuran turbin gas
 Daya yang digunakan untuk kompresi gas berkisar antara 40%-60% dari daya total yang
diproduksi turbin

Ruang Pembakaran

 ruang pembakaran harus dapat melayani pembakaran sempurna dengan hilang tekan aliran
minimum

 Berdasarkan posisinya terhadap poros turbin, ada dua jenis ruang pembakaran

1. Annular combustion chamber ditempatkan dalam suatu annulus di sekeliling poros


turbin.

2. Can type combustion chamber adalah satu ruang pembakaran berbentuk tabung kecil
yang dipasang menempel pada bagian utama turbin membentuk sudut tertentu
terhadap poros turbin

Turbin Ekspansi

 Di dalam turbin, gas panas dari ruang pembakaran diekspansikan dan entalpinya diubah
menjadi kerja.

 Berdasarkan fungsinya, turbin dibagi menjadi

a. gas producer turbine: tugasnya terutama menghasilkan gas panas dengan semburan
kuat. Turbin ini menghasilkan sedikit kerja, yang hanya mengerakkan kompresor udara.

b. power turbine : mengekspansikan gas panas sejauh mungkin dan menghasilkan daya
keluar poros untuk mengerakkan beban

Efisiensi Turbin

Efisiensi internal kompresor dan efisiensi turbin internal dapat didefinisikan sebagai berikut :

III. Klasifikasi Turbin


a. Jalur fluida kerja: siklus terbuka dan siklus tertutup (fluida kerja keluar turbin
didinginkan dan kemudian dikembalikan ke kompresor untuk siklus berikutnya).
b. Tata letak poros: turbin gas satu poros atau multiporos (single shaft atau multishaft).
Turbin Gas Satu Poros

 Jenis ini biasanya digunakan untuk menggerakkan pembangkit listrik dengan kecepatan
tetap dan tepat

 Turbin gas satu poros tidak cocok sebagai penggerak beban dengan kecepatan yang
bervariasi

Turbin Gas Multi Poros

 sesuai untuk menggerakkan beban dengan kecepatan bervariasi

 digunakan untuk menggerakkan kompresor gas proses atau pompa sentrifugal

 Beban start-up motor untuk turbin gas multiporos lebih rendah daripada turbin satu poros
karena hanya poros kompresor gas yang berakselarasi hingga mencapai kecepatan putar
dengan efisiensi maksimum

c. Berdasarkan Kukus yang Keluar

1. Turbin tak-kondensasi
 Kukus keluar masih berupa uap-panas (tekanan relatif tinggi)
 Kukus keluar turbin akan digunakan untuk pemanasan, misalnya pamanas awal boiler atau
dipanaskan ulang atau untuk pemanas proses (co-generation dan non-straight steam and
power balancing)
 Turbin jenis ini banyak digunakan di industri

2. Turbin Kondensasi
 Uap keluar turbin adalah uap-jenuh atau/dan mengandung sedikit kondensat
 Jenis ini banyak digunakan di pembangkit listrik komersial yang tidak memerlukan kukus
sebagai media pemanas

3. Turbin ekstraksi

 Turbin jenis ini digunakan jika sebagian kukus dikeluarkan di tengah ekspansi untuk
dipergunakan pada proses memanaskan air pengisian.

 Banyak digunakan di industri kimia


 Hal lainnya yang dapat terjadi yakni aliran kukus tambahan dimasukkan ke dalam turbin di
tengah ekspansi kukus. Kukus tambahan ini misalnya berasal dari kukus bekas pemanas
proses dengan temperatur tinggi

IV. Bahan dan Peralatan Pendukung


1. Bahan Bakar
2. Sistem Pengendalian
 Starting dan Stopping
 Pengaturan Beban dan Kecepatan
 Sistem Perlindungan (sensor)
3. Sistem Minyak Pelumas
Turbin gas industri biasanya dilengkapi dengan dua macam sistem minyak pelumas. pompa
minyak utama yang digerakkan dengan turbin sendiri dan digerakan dengan motor listrik
4 Filter Udara : diperlukan untuk mencegah kontaminan dalam udara memasuki turbin gas.
AIR
I. PENDAHULUAN

Air merupakan bahan penunjang untuk kegiatan langsung maupun tidak langsung. Penggunaan air
untuk industri umumnya digunakan untuk :
1. sistem pembangkit kukus (boiler),
2. sistem pemroses (reaktan, pelarut),
3. sistem pendingin,
4. sistem pemadam kebakaran, dan
5. keperluan domestik (air untuk perkantoran maupun air minum)

II. Sumber Air Industri


a. Air laut, memiliki kandungan garam yang cukup banyak.
b. Air tawar, yang dapat dikelompokkan menjadi:
 Air permukaan, berupa sungai, danau, mata air, waduk, empang, air saluran irigasi, yang
merupakan air baku utama untuk memproduksi air domestik di perkotaan
 Air tanah, merupakan sumber air yang berbentuk mata air, sumur dangkal (kedalaman 5-
50 meter) atau sumur dalam (deep well) dengan kedalaman sekitar 60-250 meter.
 Air hujan, merupakan sumber air yang sangat penting terutama bagi daerah yang
tidak/atau sedikit memiliki sumber air tanah maupun air permukaan

III. Zat Pengotor dalam Air


a. Padatan tersuspensi dalam air
Terdiri dari lumpur, humus, limbah, dan bahan buangan industri
b. Padatan terlarut
Bahan-bahan mineral yang umumnya terkandung dalam air hasil dari proses kontak dengan
batuan diantaranya: CaCO3, MgCO3, CaSO, NaCl, Na2SO4, SiO, dan sebagainya

IV. Analisis Air

a. Analisis kekeruhan (turbidity), merupakan analisis terhadap sifat penerusan cahaya


dalam air.
b. Total Dissolved Solid (TDS) adalah jumlah zat padat/ion yang terlarut; TDS dapat
ditentukan dengan cara evaporasi setelah penyaringan
c. Keasaman (asiditas) adalah kapasitas air untuk menetralkan OH-(basa); derajat keasaman
ditentukan dengan titrasi
d. Kebasaan (alkalinitas) adalah kapasitas air untuk menetralkan asam; derajat kebasaan
ditentukan dengan titrasi
e. Salinitas menyatakan kandungan garam yang terlarut; salinitas suatu benda dinyatakan
dengan kadar masing-masing ion terlarut
f. Kesadahan, menyatakan kadar ion-ion Mg2+ dan Ca2+ yang menyebabkan kesadahan

g. Daya hantar listrik, menyatakan jumlah total ion-ion yang terkandung dalam air, semakin
banyak ion-ion maka konduktivitasnya akan semakin tinggi

h. Oxygen Demand, menyatakan kebutuhan oksigen dalam air

i. Gas terlarut, berbagai gas dapat larut di dalam air, antara lain: CO2, O2, N2, NH3, H2S

V. Kesadahan Air

Air sadah adalah air yang mengandung mineral ion (kation) terlarut seperti besi, silika, kalsium,
magnesium. Senyawa-senyawa seperti senyawa kalsium dan magnesium dapat bereaksi dan
membentuk endapan (scale) di dalam boiler, penukar panas, dan peralatan proses lainnya.
Endapan akan menempel membentuk lapisan kerak yang tebal dan keras. Kerak ini
menyebabkan hambatan dalam proses perpindahan panas sehingga kinerjanya menjadi
menurun

 Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan


 Kesadahan tetap disebabkan oleh ion-ion klorida, sulfat, nitrat, dan sebagainya. Kesadahan
tetap tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan, tetapi dengan proses pelunakan
(softening)

VI. Alkalinitas Air

Alkalinitas adalah ukuran dari kapasitas air untuk menetralkan asam. Alkalinitas air disebabkan
oleh adanya senyawa alkalis di dalam air. Alkalinitas dalam air ada tiga jenis, yaitu :

a. Alkalinitas hidroksida (OH-alkalinity)


b. Alkalinitas karbonat (CO-alkalinity)
c. Alkalinitas bikarbonat (HCO3-alkalinity)
d. Penentuan alkalinitas dilakukan dengan titrasi menggunakan larutan HCl

VII. Permasalahan Air Umpan Boiler


a. Pembentukkan kerak
Kerak pada boiler dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung dari zat
pengotor pada permukaan perpindahan panas, atau karena pengendapan zat tersuspensi
dalam air yang kemudian melekat pada logam dan menjadi keras
b. Korosi pada Boiler

Proses korosi dapat menimbulkan kerusakan yang luas pada permukaan logam. Penyebab
utama timbulnya korosi adalah pH yang rendah, gas-gas yang terlarut di dalam air seperti O,
dan lain-lain, serta garam-garam terlarut dan padatan tersuspensi

c. Pembentukkan busa

Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan gelembung-gelembung di atas


permukaan air di dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa adalah adanya kontaminasi
oleh zat-zat organik atau kontrol terhadap zat-zat kimia yang ada di dalam air boiler yang
kurang baik

VIII. Permasalahan Air Pendingin


Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar panas dengan
maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya
a. Korosi pada sistem air pendingin
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah penyumbatan dan
kerusakan pada sistem perpipaan, kontaminasi produk yang diinginkan karena adanya
kebocoran, dan menurunnya efisiensi perpindahan panas
b. Pembentukan kerak dan endapan pada sistem air pendingin
Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara lain: penurunan efisiensi
perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya tahanan dalam pipa serta
penyumbatan pada pipa-pipa berukuran kecil
c. Fouling pada sistem air pendingin
Fouling dapat ditimbulkan akibat adanya pertumbuhan mikroorganisme yang terbawa oleh
air maupun udara
IX. Pengolahan Air

Pengolahan air diklasifikasikan dalam dua golongan, yaitu:

a. Pengolahan eksternal,
 dilakukan di luar titik penggunaan air yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan zat-zat pengotor (impurities).
 Jenis-jenis pengolahan eksternal: sedimentasi, filtrasi, pelunakan (softening), deionisasi
(demineralization), dan aerasi.
b. Pengolahan internal,
 merupakan pengolahan air yang dilakukan pada titik penggunaan,
 ditujukan untuk menyesuaikan (conditioning) air kepada kriteria kondisi sistem di mana
air tersebut akan digunakan.

Pengolahan Air Eksternal


1. Sedimentasi
 Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan zat-zat
padat atau suspensi non-koloidal dalam air
 Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gravitasi
2. Aerasi
 Aerasi adalah proses pencampuran air dengan udara menggunakan aerator
 Membantu proses pemisahan logam yang tidak diinginkan terutama besi (Fe) dan
mangan (Mn)
 Menghilangkan gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat korosif
 Menghilangkan bau, rasa, dan warna yang disebabkan oleh mikroorganisme
3. Klarifikasi
 Klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, baik yang kasar, halus,
atau bersifat koloid
 Proses klarifikasi terdiri dari
1. Koagulasi, merupakan proses penetralan muatan di dalam air yang dilakukan
dengan cara menambahkan bahan kimia penetral muatan dan pengadukan secara
cepat
2. Flokulasi, merupakan kelanjutan dari proses koagulasi, dengan menambahkan
bahan kimia pengendap dan pengadukan lambat
3. Pengendapan, merupakan tahap akhir klarifikasi, yaitu memisahkan endapan dari
air
4. Filtrasi
Filtrasi bertujuan untuk menahan padatan tersuspensi (suspended matter) dalam suatu
fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan berpori, misal: pasir,
antrasit, karbon, dan sebagainya
Proses filtrasi digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Berdasarkan siklus operasi: batch atau kontinu
b. Berdasarkan produk yang diinginkan: filtrate atau cake
c. Berdasarkan gaya pendorong: gravity filter dan pressure filter

5. Proses Pertukaran Ion


Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan limbah cair terutama pada
proses penghilangan kesadahan dan dalam proses demineralisasi air

6. Desalinasi
 Desalinasi adalah proses pengurangan kandungan mineral (salinitas) air. Prinsip proses
desalinasi adalah evaporasi.
 Jika larutan garam dipanaskan sampai titik didihnya, maka akan terbentuk uap yang
bebas garam dan larutan sisa penguapan yang lebih pekat
 Uap yang terbentuk kemudian didinginkan sehingga diperoleh air bebas garam yang
siap pakai

7. Reverse Osmosis
 Proses osmosis adalah proses di mana pelarut bergerak dari larutan yang
konsentrasinya rendah menuju larutan dengan konsentrasi tinggi melewati membran
semipermeabel
 Zat terlarut tidak dapat melewati membran
 Jika tekanan dibuat cukup tinggi, maka proses yang terjadi adalah sebaliknya, pelarut
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah

Anda mungkin juga menyukai