Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Kegawatdaruratan Bencana
Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada pada suatu
kondisi ancaman kematian yang memerlukan pertolongan segera guna menghindari
kecacatan dan kematian (Pusponegoro, Aryono, 2011), bantuan hidup dasar merupakan
usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat
mengalami kegawatdaruratan. Bantuan hidup dasar (BHD) sudah sering diperkenalkan dalam
situasi kegawatdaruratan.
Bencana merupakan suatu kejadian yang sulit diduga dan tidak dikehendaki oleh
seluruh manusia.
2.2 Pengelolaan Kegawatdaruratan Bencana
Pengelolaan kegawatdaruratan bencana dapat dilakukan dengan empat tahap atau
yang biasa disebut terdiri dari 4 Cs seperti :
a. Command
Penorganisasian merupakan bentuk dari mengkoordinasi secara rasional
berbagai kegiatan dan sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama melalui
pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut jenjangnya secara tanggung jawab.
Denagn adanya pembagian tugas dan fungsi antar unit dalam upaya penanggulangan
bencana tersebut, diharapkan setiap unit dapat bekerja seoptimal mungkn membantu
semua masyarakat korban bencana, baik bencana eksternal maupun bencana internal
(TB IDI,2013).
Menurut Depkes RI (2009) setiap rumah sakit harus memiliki struktur
organisasi Tim penanganan bencana rumah sakit yang dibentuk oleh tim dan
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Organisasi pelayanan kesehatan pada suatu
bencana harus direncanakan lebih lanjut dan terutama mempunyai basis pada struktur
dan system pelayanan mdis dan pelayanan kesehatan yang sudah ada pada keadaan
normal. Dan struktur dan system tersebut berada pada ringkat regional dan tingkat
local (Kafifudin,1991)
b. Control
c. Coordination
d. Communication
Menurut Agriris (1994) menyatakan komunikasi merupakan sebagi suatu
proses dimana seseorang, kelompok maupun organisasi mengirimkan informasi pada
orang lain. Proses komunkasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pengirim pesan
mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau beberapa sarana
komunikasi, proses berlanjut pada saat menerima mengirimkan feedback atau umpan
balik pada pengirim pesan awal. Dalam proses tersebut terdapat distorsi-distorsi yang
mengganggu sliran informasi yang dikenal noise.
Adapun beberapa strategi komunikasi dalam penanganan bencana di Rumah
Sakit berdasarkan Depkes RI (2009). Dalam keadaan bencana diperlukan sistem
komunikasi terpadu, yang terdiri dari:
a) Komunikasi penyampaian informasi Informasi kejadian pertama dilakukan
oleh petugas yang mengetahui kejadian kepada operator, satpam atau petugas
yang yang ditetapkan dalam prosedur tetap dalam penanganan bencana tanpa
mengurangi fungsi sebagai tugas utamanya.
b) Komunikasi koordinasi adalah sistem komunikasi menggunakan jejaring yang
disepakati dalam pelayanan administrasi dan logistik. Koordinasi dapat melalui
internal antar unit rumah sakit dan instansi (eksternal).
c) Komunikasi Pengendalian adalah sistem komunikasi untuk mengendalikan
kegiatan operasional di lapangan selama keadaaan darurat bencana
berlangsung, diperlukan komunikasi yang baik guna menjamin kelancaran
upaya penanggulangan. Komunikasi dalam manajemen bencana. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah menentukan tempat pusat komando yang
diketahui oleh semua orang dengan ruangan yang respresentatif serta fasilitas
yang memadai seperti alat komunikasi, HT, komputer, printer, akses Internet
serta fasilitas lainnya. harus ada koordinasi yang terus menerus antar
penanggung jawab.
2.3 Perawatan Terhadap Individu dan Komunitas
2.4 Perawatan Psikososial dan Spiritual pada korban bencana
Kejadian bencana dapat berdampak pada masalah fisik maupun psikologis dan dapat
menyebabkan kerusakan yang serius sehingga mengganggu fungsi atau system pada
komunitas dan sosial tertentu serta menimbulkan kerugian pada manusia dan lingkungan.
Terdapat empat aspek utama pada manusia yang dapat ditangani saat terjadi dan pasca
bencana yaitu fisik, mental, spiritual dan sosial semuanya saling berkaitan (Stuart, 2013).
Pada aspek psikologis biasanya disebabkan karena kehilangan harta dan benda serta
kehilangan keluarga yang dimiliki. Pada aspek ini penangananya sangat penting tetapi juga
sangat rumit, karna penanganan aspek ini lebih berfokus pada psikis dan sosial manusia.
Menurut Zailani, dkk (2009) respon psikologis masyarakat yang bisa terjadi saat
berada pada situasi potensi terjadinya bencana adalah stress atau ansietas, disebabkan oleh
l9ngkungan atau tempat sekitar yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat
mempengaruhi cara berfikir individu serta mengubah cara pandangnya dalam menghadapi
masalah.
Perawatan psikososial paska bencana dapat dilakukan dengan cara pemberian
dukungan psikososial dengan tujuan mengembalikan individu atau keluarga maupun
kelompok paska kejadian bencana sehingga menjadi kuat secara individu dan dapat berfungsi
secara optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah, serta menjadi berdaya
dan produktif dalam mejalani hidupnya. Menurut Stuart (2013) kemampuan atau strategi
yang diperlukan untuk membantu dan menentukan apa yang harus ia lakukan saat berada
dlaam situasi bahaya, dapat ,menggunakan ketrampilan untuk menyelesaikan masalah dan
juga engan cara mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan
alternative, mengimplementasi rencana tindakan.
(ndut perawtane sek gak nemu)
Kejadian bencana juga dapat merupah pola spiritual seseorang dapat bersifat positif
maupun berubah menjadi negative. Aspek spiritual berkaitan dengan jati diri seorang
manusia yang berhubungan dengan sang pencipta. Aspek tersebut dapat digunakan untuk
menghadapi permasalahan pada manusia serta kehidupanya

Anda mungkin juga menyukai