Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK


“HIPERTENSI”

Oleh :

SISKA WULANDARI

NIM: 2030023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS : PROGRAM PROFESI STIKes
KEPANJEN MALANG
2020
A. HIPERTENSI
1. Pengertian Hipertensi
Menurut Ariyanto (2011) hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah atau tensi
diatas batas tertentu. Penyakit Hipertensi atau biasa disebut penyakit darah tinggi merupakan
keadaan dimana seseorang mengalamai peningkatan tekanan darah diatas normal dimana
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic diatas 90 mmHg. Sedangkan normalnya
tekanan darah systolic hanya 110 mmHg dan diastolicnya 70-90 mmHg. Hipertensi
merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di dunia penyakit ini juga
dikategorikan sebagai The Silent Disease karena keberadaanya sering kali tidak disadari oleh
penderita karena tidak menimbulkan keluhan-keluhan seperti penyakit lainya sampai
terjadinya komplikasi.
Tekanan darah tinggi yang diderita terus menerus tanpa mendapatkan pengobatan dan
penanganan akan menyebabkan jantung seseoang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini
berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, mata dan lainya.
Penyakit hipertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung.
(Susilo,2011) .
2. Klasifikasi Hipertensi
a Hipertensi Primer
Hipertensi Primary merupakan hipertensi idiopatik karena hipertensi ini beum
diketahui penyebabnya, tapi pada hipertensi primer ini sering dihubungkan dengan gaya
hidup seseorang dan fakor lingkungan. Dampak dari gaya hidup seperti pola makan
seseorang yang tidak terkontrol dan akhirnya mengakibatkan meningkatnya berat badan
atau bahkan obesitas, hal itu merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan
darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada di suatu lingkungan atau kondisi stressor
yang tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi.
b Hipertensi Sekunder
Hipertensi Secondary merupakan suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan
tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh penyakit lain seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh.
Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya yakni :
a. Hipertensi diastolic
Hipertensi diastolic merupakan hipertensi yang ditemukan pada anak-anak
atau pada dewasa muda. Hipertensi ini disebut hipertensi diastolic dikarenakan
adanya peningkatan pada diastolic tetapi tidak diikuti dengan peningkatan pada
sistolik.
b. Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik merupakan peningktan yang terjadi pada tekanan
sistoliknya saja dan tanpa disertai dengan peningkatan pada diastoliknya.
c. Hipertensi campuran
Hipertensi campuran ini berbeda dengan hipertensi diastolic dan sistolik. Pada
hipertensi campuran ini yng mengalami peningkatan adalah kedua tekanan tersebut
yaitu tekanan diastolic dan tekanan sistolik.
d. Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal merupakan suatu keadaan medis yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah yang terjadi pada pembuluh darah arteri paru saat
beraktivitas. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pusing, sesak nafas, hingga
pingsan.
e. Hipertensi pada Kehamilan
Hipertensi yang terjadi pada seseorang yang mengalami kehamilan. Penyebab
hipertensi pada saat kehamilan ini belum diketahui dengan jelas. Hipertensi pada saat
kehamilan memiliki dampak yang sangat bahaya pada pertumbuhan janin dan
terganggunya pelepasan plasenta karena risiko keracunan kehamilan.
3. Penyebab Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang memiliki
potensi menimbulkan masalah disebut faktor resiko. Pada kejadian hipertensi faktor resiko
dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor resiko dapat diubah dan tidak dapat diubah.
1) Faktor yang dapat diubah
Faktor risiko yang dapat dirubah merupakan faktor yang dicetuskan oleh gaya
hidup seseorang seperti :
a. Obesitas
Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi diakibatkan karena
terganggunya aliran darah yang disebabkan oleh penumpukan kadar lemak dalam
darah sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Sehingga penyempitan dapat
memicu jantung untuk memompa darah lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat
lainya terpenuhi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah
atau Hipertensi.
b. Merokok
Merokok juga menjadi salah satu pemicu terjadiya hipertensi, hal itu
disebabkan karena saat merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami meningkatan. Selain itu,
karbonmonoksida yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan hemoglobin dalam
darah dan mengetal dalam darah. Dalam hal ini, karbonmonoksida menggantikan
ikatan oksigen dalam darah sehingga memaksa jantung memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup dalam orgam dan jaringan tubuh. Hal inilah yang
dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Konsumsi alcohol dan kafein berlebih
Alcohol dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah karena diduga
adanya peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah, dan
kekentalan darah yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sementara itu,
kafein diketahui dapat membuat jantung berpacu lebih cepat sehingga mengalirkan
darah lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi, dalam hal ini kafein memiliki reaksi
yang berbeda pada setiap orang.
d. Konsumsi garam berlebih
Sudah banyak diketahui bahwa konsumsi garam berlebih dapat memicu
peningkatan tekanan darah. Hal itu disebabkan karena kandungan dalam garam yang
mengandung natrium yang dapat menarik cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan
sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Dan hal inilah yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam tubuh.
e. Stress
Keadaan yang menyebabkan stess seperti tertekan, murung, dendam, takut
dan rasa bersalah dapat merangsang timbulnya hormone adrenalin dan memicu
jantung berdetak lebih kencang, sehingga memicu peningkatn tekanan darah.
2) Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor risiko tidak dapat dirubah seperti :
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak
dapat diubah. Pada umumnya, semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula
resiko terjadinya hipertensi. Hal itu disebabkan karena adanya perubahan struktur di
pembuluh darah seperti penyempitan leumen, serta dinding pembuluh darah menjadi
kaku dan kelastisanya berkurang sehingga meningkatnya tekanan darah.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dirubah,
dalam hal ini pria cenderung lebih anyak menderita hipertensi hal itu disebabkan
karena pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat dari pada wanita. Akan tetapi,
wanita juga mengalami peningkatan darah tinggi setelah memasuki menopause, hal
itu disebabkan karena adanya perubahan hormonal yang dialami oleh wanita yang
telah menopause.
c. Keturunan (Genetik)
Keturunan atau genetic juga merupakan salah satu faktor resiko yang tidak
dapat diubah, hal itu disebabkan karena risiko hipertensi akan lebih tinggi pada orang
dengan keluarga terdekat yang memiliki resiko hipertensi. Selain itu, faktor
keturunan dapat berkaitan karena metabolisme pada pengaturan garam dan rennin
membrane sel.
4. Manifestasi Klinis Hipertensi
 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
 Kelelahan , letih
 Nafas pendek
 Sakit kepala, pusing
 Mual, muntah
 Gemetar
 Nadi cepat setelah aktivitas
 Sulit bernafas saat aktivitas
 Gangguan penglihatan
 Sering marah
 Mimisan
 Kaku pada leher atau bahu
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada modulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simoatis yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spnalis, ganglia simpatis di toraks dan
abdomen rangsangan vasomotor dihantarkan dalambentuk impuls yang bergerak kebawah emlalui
system saraf simoatis ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan easeikolin yang
akan merngsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan dilepaskanya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembulih darah. Berbagai faktor kecemasan dan ketakutan
dapat mempengarugi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin meskipuntidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bia terjadi.
Pada satat bersamaan saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan
emosi,kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Nedulla
adrebnal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi.korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainya yang dapt memperkuar respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah keginjal menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensinII suatu
vasokontriktor kuat yang pada giliranya merangsang sekresi alderosteron oleh korteks
adrenal.hormon ini menyebabkanretensi natrium dan air tubukus ginjal menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua gfaktor ini cenderung mencetuskan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontogis dimana terjadi embentukan structural dan fungsional pada
system pembluh darah perifer bertanggung jawab terhadp perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi ateroklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan
distensi dan daya renggang pembuluh darag. Konsekuaensinya aorta dan arteri besar berkurag
kemampuanya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompaa oleh jantung mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan perifer.
6. Pathway Hipertensi

7. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup menjadi
yang lebih sehat seperti:
a. Menerapkan pola hidup yang sehat
b. Batasi garam dan makanan olahan
c. Konsumsi makanan tinggi serat
d. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium, kalsium, isoflavon.
e. Hindari minuman beralcohol dan mengandung kafein
f. Rutin berolahraga
g. Pengendalian Stress
h. Berhenti merokok
i. Rutin periksa tekanan darah
8. Penatalaksanaan Hipertensi
Pengobatan dan penanganan pada hipertensi dapat terbagi menjadi 2 golongan,
sebagai berikut :
1) Pengobatan Non Farmakologis
Pengobatan non farmakologis dapat dilakukan dari kesadaran kita sendiri dan
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan berat badan
b. Rutin berolahraga dan beraktivitas
c. Mengurangi konsumsi garam berlebih
d. Hindari merokok dan mengkonsumsi alcohol
e. Hindari stress dan pemicu stress
2) Pengobatan Farmakologis
Ada beberapa golongan yang digunakan untuk obat anti hipertensi, pada
dasarnya berfungsi untuk menurunkan atau menstabilkan dan mengkontrol tekanan
darah dengan cara mempengaruhi jantung atau pembuluh darah, atau keduanya.
Biasanya obat anti hipertensi memiliki jenis seperti berikut :
a. Diuretic
Obat-obatan jensi diuretic ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
lewat urin sehingga volume dalam tubuh berkurang yang dapat menagkibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja saat kita beraktivitas).
c. Betabloker
Betabloker bekerja melalui penurunan daya pompa jantung, obat jenis
betabloker tidak dianjurkan pada orang yang menderita gangguan pernafasan.
d. Vasodilator
Obat jenis vasodilator ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pmbuluh darah).
9. Komplikasi Hipertensi
 Stroke
Pada orang hipertensi akan mengalami komplikasi stroke. Hal itu disebabkan
karena terputusnya pasokan darah ke otak yang disebabkan oleh penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah. Penyumbatan tersebut disebabkan oleh penyakit seperti
aterosklerosis dan hipertensi yang tidak terkontrol.
 Jantung
Tekanan darah tinggi dapat memicu terjadinya penyakit jantung. Hal itu
disebabkan tekanan darah tinggi membuat otot jantung memompa lebih keras dari
biasanya untuk memompa darah. Kerja keras jantung tersebut dapat mengakibatkan
pembesaran ukuran jantung sehingga suplai oksigen tidak cukup, sehingga hal
tersebut dapat meneybabkan gangguan aliran oksigen dan terjadilah serangan jantung
bahkan munculnya gagal jantung.
 Gagal Ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan bagian dalam arteri atau pembekuan
darah yang terjadi pada ginjal, sehingga menyababkan penurunan bahkan kegagalan
fungsi pada ginjal. Tekanan darah tinggi juga memicu kerusakan progresif pada
kapiler dan glomerulus ginjal. Kerusakan yang terjadi pada glomelurus
mengakibatkan darah mengalir ke unit fungsional ginjal. Hal ini menyebabkan
terjadinya gangguan pada nefron dan terjadi hipoksia, bahkan kematian.
 Kerusakan mata
Kerusakan mata sampai terjadinya kebutaan biasanya diakibatkan oleh
penyakit hipertensi. Hal itu disebabkan karena hipertensi yang berkepanjangan dapat
merusak arteri pada mata dan memungkinkan untuk terjadinya pembekuan darah
pada mata. Jika hal ini terjadi pada retina mata maka hal itu dapat memicu kerusakan
mata atau retinopati hingga kebutaan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
a. Riwayat atau adanya factor resiko
1. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
2. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
b. Aktivitas / istirahat
1. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Perubahan irama jantung
4. Takipnea
c. Integritas ego
1. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.
2. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
d. Makanan dan cairan
1. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
2. Mual, muntah.
3. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
e. Nyeri atau ketidak nyamanan
1. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
2. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
3. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
4. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit
cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok
2) Diagnosa Keperawatan
a. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
b. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d (px mengeluh lelah, px merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas, frekuensi nadi 90x/menit)
c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d (px mengeluh nyeri terutama di belakang kepala,
tengkuk pegal dan menyebar ke bahu)
3) Intervensi keperawatan
1. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung meningkat
dengan kriteria hasil:
1. Kekuatan nadi perifer meningkat
2. eTekanan darah <140/90 mmHg
3. Frekuensi nadi 60-100 kali/ menit
4. CRT < 2 detik
5. Tidak pucat
b. Intervensi
1 Perawatan jantung
2 Edukasi pengukuran nadi radialis
3 Pemantauan ttv
2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d (px mengeluh lelah, px merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas, frekuensi nadi 90x/menit)
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktifitas dapat
meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Frekuensi nadi 60-100 kali/menit
2. Jarak berjalan meningkat
3. Keluhan telah menurun
4. Perasaan lelah menurun
5. Tekanan darah <140/90 mmHg
b. Intervensi
1. Manajemen energy
2. Dukungan kepatuhan program pengobatan
3. Edukasi latihan fisik
4. Promosi latihan fisik

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d (px mengeluh nyeri terutama di belakang kepala,
tengkuk pegal dan menyebar ke bahu)
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat yeri menurun
b. Intervensi
1. Manajemen nyeri
2. Edukasi teknik napas dalam
3. Manajemen medikasi
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset Teori dan Praktek Edisi 5.

Wulanasri, J. (2013, Februari). Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan

Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam

RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Biomedika, 5, 17-22.

Widyasari, D. F., & Candrasari, A. (2010, Maret). Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi

Pada Lansia Di Posyandu Lansia Dukuh Gantungan Desa Makamhaji Kartasura

Sukoharjo. 13, 28-36.

Ridwan, M. (2002). Mengenal, Mencegah, Mengatasi, Sillent Killer Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai