Anda di halaman 1dari 7

ISSN

ISSN0125
0125--1790
1790(print),
(print),ISSN
ISSN2540-945X
2540-945X (online)
(online)
Majalah
MajalahGeografi
GeografiIndonesia
IndonesiaVol.
Vol.32,
32,No.2,
No.2,Maret 2018 (2018
September 115 -(170
122 -) 176)
DOI:10.22146/mgi.33755
DOI: 10.22146/mgi. 32330
©©2018
2018Fakultas
FakultasGeografi
GeografiUGMUGMdan danIkatan
IkatanGeograf
GeografIndonesia
Indonesia(IGI)
(IGI)

Deteksi
AnalisisPerubahan
Potensi danLuasan
StrategiMangrove Teluk Youtefa
Pengembangann KotaBerkelanjutan
Pariwisata Jayapura Menggunakan Citra
Berbasis Komunitas
Landsat Multitemporal
di Desa Sembungan, Wonosobo, Jawa Tengah

Baigo Hamuna
Sri Rahayu Budiani, Windarti Wahdaningrum, Dellamanda Yosky, Eline Kensari, Hendra S Pratama, Henny
Jurusan IlmuHeru
Mulandari, Kelautan dan Nur
Taufiq Perikanan, FMIPA,
Iskandar, MicaUniversitas Cenderawasih,
Alphabettika, Kota Jayapura,
Novela Maharani, RizkaPapua,
FitriaIndonesia
Febriani, Yanti Kusmiati
Email Koresponden: bhamuna@yahoo.com.sg
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Email Koresponden: srbudiani@yahoo.com
Diterima: 8 Maret 2018 /Refisi: 03 September 2018 Disetujui: 19 Sepetmebr 2018
© 2018 Fakultas Geografi UGM dan Ikatan Geograf Indonesia (IGI)
Diterima: Janurai 2018 /Refisi: September 2018 Disetujui: September 2018
© 2018 Fakultas Geografi UGM dan Ikatan Geograf Indonesia (IGI)

Abstrak
Abstrak Kondisi mangrovememiliki
Desa Sembungan di kawasan Teluk Youtefa,
sumberdaya alambaik
yangdari aspek kualitas
potensial, namun maupun kuantitasnya
saat ini hanya terus
dua objek mengalami
wisata alam yang
penurunan dari tahun ke tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
dikembangkan, yaitu Bukit Sikunir dan Telaga Cebong sehingga masih sangat mungkin untuk ditemukan objek perubahan luasan mangrove
wisata yang
yang terjadi
memiliki dayaditarik.
kawasan
OlehTeluk
sebabYoutefa, Kota Jayapura
itu, pemetaan di bidangdari tahun sangat
pariwisata 1994 sampai tahununtuk
bermanfaat 2017inventarisasi
dengan menggunakan
dan analisiscitra
potensi
satelit Landsat
pariwisata 5 TM
di Desa dan Landsat
Sembungan. 8 OLI.
Tujuan Pengamatan
penelitian kondisi
ini untuk mangrove
melihat di lapangan
potensi, melakukan dilakukan dengan
perencanaan danmenggunakan
Pengembangann
GPS dan pengolahan
pariwisata yang penting citradilakukan
menggunakandi Desaalgoritma NDVI Metode
Sembungan. dengan yang
klasifikasi supervised.
digunakan dalamTumpang
penelitiansusun
ini, peta
yaituhasil
metode
interpretasi citra satelit untuk mengetahui sebaran dan perubahan luasan kawasan mangrove. Hasil penelitian
kualitatif dengan analisis deskriptif untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi potensi, Pengembangann, dan pengelolaan menun-
jukan bahwa
pariwisata di luasan mangrove pada
Desa Sembungan. tahun 1994
Berdasarkan sebesar
hasil 392,45diketahui
penelitian ha dan luasan
Desa mangrove
Sembungan pada tahun 2017
memiliki mengalami
potensi sumberdaya
penurunan menjadi 233,12
alam dan sumberdaya ha. Perubahan
manusia sebagai dayaluasan
tarikmangrove dalam
pariwisata. Desakurun waktu 23
Sembungan tahun
pada sebesar 159,34
prinsipnya belum ha atau sebesar
memenuhi prinsip
40,59%.
pembangunanPerubahan kawasan
pariwisata mangrove pada
berkelanjutan, umumnya
sehingga perlu disebabkan oleh faktordari
adanya pembenahan antropogenik
segi atraksiseperti penebangan,
dan keunikan pe-serta
wisata,
rubahan
sumberdaya fungsi kawasanDilihat
manusia. mangrove
dari menjadi jalan, jembatan,
tujuh prinsip pembangunan pemukiman danberbasis
pariwisata perubahan secara alami.
komunitas, Desa Sembungan masih
belumkunci:
Kata memenuhi
Landsat,tujuh prinsip tersebut,
Mangrove, Perubahan sehingga
Luasan,perlu
TelukPengembangann
Youtefa pada aspek pelayanan dan akomodasi, promosi,
Pengembangann industri dan pertanian, serta sarana transportasi.
Abstract The condition of mangrove in Youtefa Bay, both qualitatively and quantitatively has decreased from year to year.
This
Kataresearch was conducted
kunci : potensi to determine
wisata, pariwisata how much of
berkelanjutan, the change
community occurring
based tourism.mangrove area in Youtefa Bay, Jayapura
City from 1994 to 2017 by using Landsat 5 TM images and Landsat 8 OLI. Monitoring of mangrove condition in the field
used GPS,Sembungan
Abstract and processing of has
village images used NDVI
potential naturalalgorithm
resources,with supervised
but untill now onlyclassification.
two naturalMap overlaying
tourism satellite
objects have beenimagery
developed,
interpretation
namely SikunirtoHill determine the distribution
and Cebong Lake. Hence, and changes
there of mangrove area.
are possibility/chance to The
find result of research
and make showed that
use of another mangrove
potency. Therefore,
area in 1994
mapping was
in the about 392.45
tourism sector ishectares, mangrove
very useful area in 2017
for inventorying and have decreased
analyzing tourismbecoming was
potential in233.12 hectares.
Sembungan Changing
Village. of
The purpose
mangrove area for
of this research 23see
is to years
thewas about 159.34
potential, planning, hectares or 40.59%.important
and developing Changes in mangrove
tourism were generally
in Sembungan caused
Village. Thebymethod
anthropo-
used in
genic factors such
this research was aasqualitative
logging, changes
methodoverwiththe function analysis
descriptive of mangroves into the
to develop road, bridge,
identified potency,settlement and tourism
and improve change naturally.
management
in Sembungan village. Based on the result, Sembungan village has the potential natural resource as a tourist attractiveness.
SembunganLandsat,
Keywords: village has not yet manage
Mangrove, Changetourism
in Area,activities based on sustainable tourism principles. Accordingly, there are many
Youtefa Bay
aspects that need to be fixed of attractions, uniqueness of tourism, and human resources.. Tourism management also has not
achieved the seven community-based tourism developments principles.
PENDAHULUAN kawasan Sembungan village still
Teluk Youtefa. needitu,
Selain to bekawasan
fixed in the aspects of
mangrove
service
Salah satu bagian terpenting dari rantai ekologi di ini sangat penting artinya bagi kaum perempuanadvice.
and accomodation, promotion, industrial and agricultural development, as well as community transportation Papua
wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Mangrove karena merupakan lumbung makanan dan tempat
Keywords: tourism potentials, sustainable tourism, community based tourism
memiliki fungsi ganda dan merupakan mata rantai berinteraksi sosial dan budaya bagi kaum perempuan
yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan pada saat mencari kerang rawa, siput, udang dan kayu
PENDAHULUAN sumberdaya alam yang potensial, namun saat ini hanya
siklus biologi di suatu perairan. Fungsi fisik kawasan bakar. Oleh karena itu, kawasan mangrove di Teluk
Pembangunan pariwisata saat ini diarahkan dua objek wisata alam yang dikembangkan, yaitu Bukit
mangrove yaitu menjaga keseimbangan ekosistem Youtefa sering disebut sebagai “hutan perempuan”.
kepada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Sikunir dan Telaga Cebong sehingga masih sangat
perairan pantai, melindungi pantai dan tebing sungai Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh masyarakat
Menurut Sharpley (2000) hal tersebut karena kebijakan mungkin untuk ditemukan objek wisata yang memiliki
terhadap pengikisan atau erosi pantai, menahan dari mangrove tersebut terkadang menyebabkan
pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada daya tarik. Salah satu metode yang dapat digunakan
dan mengendapkan lumpur serta menyaring bahan eksploitasi yang berlebihan yang berakibat rusaknya
penggunaan sumberdaya alam dan penggunaan untuk melihat potensi sekaligus untuk melakukan
tercemar. Fungsi lainnya adalah sebagai penghasil kawasan mangrove yang berdampak pada menurunnya
sumberdaya manusia untuk jangka waktu panjang. Salah perencanaan dan Pengembangann pariwisata yang
bahan organik yang merupakan sumber makanan fungsi dari mangrove.
satu desa wisata yang juga memiliki potensi dikelola dan penting dilakukan, yaitu pemetaan objek wisata di Desa
biota, tempat berlindung dan memijah berbagai jenis Mangrove tengah mengalami penurunan kualitas
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pariwisata Sembungan.
udang, ikan, dan berbagai biota lainnya (Bengen, 2000; dan kuantitas pada tingkat yang mengkhawatirkan
berkelanjutan, yaitu Desa Wisata Sembungan, yang Pemetaan dilakukan untuk mengetahui persebaran
Valiela et al., 2001; Bosire et al., 2005). di seluruh dunia. Secara global dan selama lebih
terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. objek wisata yang memiliki daya tarik pariwisata, baik
Mangrove di wilayah pesisir Kota Jayapura terletak dari dua dekade (1980-2005) dunia telah kehilangan
Secara geografis, Desa Sembungan terletak pada objek wisata yang sudah ada maupun yang potensial
di kawasan pesisir Teluk Youtefa. Teluk Youtefa terkenal mangrove lebih dari 25% dari total luasan (Giri et al.,
-7°13’31’’ dan -7°15’19’’ garis lintang selatan (LS) serta untuk dikembangkan dengan memperhatikan prinsip
dengan potensi pemandangan alam pesisir dan laut yang 2011). Demikian halnya dengan kondisi mangrove di
109° 54’11’’ dan 109°55’47’’ garis bujur timur (BT). pembangunan berkelanjutan. Potensi wisata yang
indah, sehingga pada tahun 1996 ditetapkan sebagai kawasan Teluk Youtefa. Kondisi mangrove di kawasan
Potensi pariwisata di Desa Sembungan masih dimaksud dapat berupa sumberdaya alam yang
Taman Wisata Alam sesuai surat keputusan Menteri Teluk Youtefa saat ini sudah sangat memprihatinkan.
perlu dikembangkan, mengingat destinasi wisata beranekaragam dari aspek fisik dan hayati, serta
Kehutanan Nomor: 714/Kpts/-2/1996. Mangrove Luas areal mangrove di kawasan Teluk Youtefa semakin
di desa tersebut merupakan destinasi favorit yang kekayaan budaya manusia yang dapat dikembangkan
sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat berkurang seiring dengan tingginya tingkat
memiliki daya tarik wisata. Desa Sembungan memiliki sebagai atraksi pariwisata. Pemetaan di bidang
Sri Rahayu Budiani, dkk/Majalah Geografi Indonesia Vol. 32, No.2, September 2018 : 170 - 176

pariwisata sangat bermanfaat untuk inventarisasi METODE PENELITIAN


dan analisis potensi pariwisata. Hasil pemetaan yang Desain penelitian ini menggunakan metode
ada kemudian akan menggambarkan kondisi dan kualitatif. Analisis data penelitian menggunakan
karakteristik objek wisata. analisis deskriptif kualitatif. Data yang digunakan
Keberagaman jenis objek wisata dalam suatu dalam penelitian ialah data kualitatif. Adapun data
kawasan wisata akan memiliki konsekuensi terhadap yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam
Pengembangann yang dominan di salah satu jenis Tabel 1.
objek wisata sehingga untuk mengetahui karakteristik
objek wisata yang dominan dan potensial untuk Tabel 1. Jenis dan Sumber Data
dikembangkan dalam rangka mendukung pariwisata Data Sumber Data
berkelanjutan digunakan analisis mengenai atribut
Titik koordinat objek
wisata yang mengacu pada dokumen Sustainable Observasi lapangan
wisata
Tourism yang dikembangkan oleh United Nations
Foto Lanskap wilayah
World Tourism Organization (UNWTO). Potensi Observasi Lapangan
Kajian
Pengembangann pariwisata di Desa Sembungan sangat
bergantung pada pengelolaan destinasi wisata yang ada. Observasi lapangan dan
Potensi objek pariwisata
Strategi yang paling gencar digunakan dalam Pokdarwis
Pengembangann pariwisata berkelanjutan salah satunya, Rencana Pengembangan
Observasi lapangan dan
yaitu Pengembangann yang didasarkan atas prinsip objek wisata dan kawasan
Pokdarwis
pemberdayaan berbasis masyarakat (Community Based pariwisata
Tourism). Konstruksi pariwisata berbasis masyarakat Pengelolaan dan atraksi Wawancara dan
ini pada prinsipnya merupakan salah satu gagasan pariwisata Pokdarwis
yang penting dan kritis dalam perkembangan teori
pembangunan kepariwisataan konvensional (growth Pengumpulan data dilakukan untuk data primer
oriented model) yang seringkali mendapatkan banyak dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer
kritik karena telah mengabaikan hak dan meminggirkan dilakukan dengan dua cara, yaitu observasi lapangan
masyarakat lokal dari kegiatan kepariwisataan di suatu dan wawancara. Teknik wawancara menggunakan
destinasi (Rahayu, Sugi, 2015). Desa Wisata Sembungan wawancara mendalam dan wawancara terstruktur.
merupakan salah satu destinasi yang juga dikembangkan Wawancara mendalam dilakukan dengan ketua
dan dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat Pokdarwis, Kepala Dinas Pariwisata Wonosobo, dan
melalui Pokdarwis (kelompok sadar wisata). Kepala Bappeda Wonosobo. Wawancara terstruktur
Adanya Pokdarwis di Desa Sembungan dilakukan kepada wisatawan dan masyarakat
menunjukkan bahwa desa wisata tersebut menggunakan teknik wawancara insidensial, sedangkan
menerapkan konsep Community Based Tourism wawancara kepada pelaku industri dilakukan dengan
(CBT) dalam pengelolaan pariwisatanya. Namun teknik snow ball. Sementara pengumpulan data
demikian, meskipun pengelolaan pariwisata di Desa sekunder menggunakan studi literatur.
Sembungan mengembangkan potensi lokal tetapi Teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis
Pengembangannnya hanya mengerucut pada potensi spasial dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis spasial
daya tarik fisik alam (sarana dan prasarananya), dilakukan berdasarkan pemetaan potensi wisata di Desa
sementara pemberdayaan masyarakat dirasa Sembungan untuk menjawab tujuan penelitian pertama.
masih belum optimal. Pengelolaan pariwisata Desa Sementara data dari hasil wawancara dianalisis secara
Sembungan lebih mempekerjakan masyarakat miskin, deskriptif untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan
bukan memberdayakan masyarakat dan cenderung ketiga.
fokus kepada daya tarik wisata alam (Putri dan Manaf,
2013). HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang yang ada, penelitian
1. Potensi Objek Wisata di Desa Sembungan
ini bertujuan untuk memetakan potensi pariwisata
Desa Sembungan sekaligus mengetahui bagaimana Potensi objek wisata Desa Sembungan memiliki
karakteristik pariwisata di Desa Sembungan berdasarkan daya tarik wisata yang hingga saat ini belum
indikator pariwisata berkelanjutan. Peneliti, selanjutnya dikembangkan. Potensi wisata di Desa Sembungan,
juga ingin mengetahui apakah dengan adanya secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi wisata
pariwisata berbasis CBT ini pengelolaan pariwisata alam, wisata buatan, wisata budaya, dan wisata edukasi.
akan lebih optimal serta memberikan keuntungan Masing-masing potensi memiliki keunikan dan ciri
sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal sehingga khas sebagai destinasi wisata.
dengan mengetahui persoalan tersebut nantinya akan Potensi wisata alam terdiri dari beberapa potensi
diketahui arahan rekomendasi yang tepat yang dapat objek wisata, diantaranya Bukit Sikunir, Telaga Cebong,
diberikan untuk mengelola destinasi wisata berbasis Air Terjun Sikarim, dan Air Terjun Cilaka Sipendok.
komunitas di Desa Sembungan. Potensi yang ada di Desa Sembungan selain potensi

https://jurnal.ugm.ac.id/mgi |171
Sri Rahayu Budiani, dkk/Majalah Geografi Indonesia Vol. 32, No.2, September 2018 : 170 - 176

alam, yaitu potensi wisata buatan yang merupakan (International Labour Organization, 2012). Indikator
atraksi wisata yang dibuat dan ada untuk memberikan pariwisata berkelanjutan lainnya yang terkait aspek
alternatif pilihan destinasi wisata di Desa Sembungan sumberdaya di Desa Sembungan, diantaranya indikator
selain wisata berbasis alam. Beberapa lokasi yang kekayaan budaya, integritas fisik, diversitas biologi,
berpotensi sebagai objek wisata buatan diantaranya rest efisiensi sumberdaya, dan kemurnian lingkungan.
area, gardu pandang, pasar wisata, dan home industry. Sumberdaya inti dalam pariwisata dibagi menjadi dua
Penggunaan lahan dominan di Desa Sembungan yaitu endowed (diwariskan) dan created (diciptakan).
adalah berupa lahan pertanian, selain itu keunggulan Kompleksitas indikator pendukung pariwisata
dari daerah ini adalah memiliki tanaman khas yang berkelanjutan membuat pembangunan tidak hanya
hanya dapat tumbuh di daerah dataran tinggi, yaitu difokuskan pada pembangunan infrastruktur fisik
tanaman Carica. Masifnya pertanian di Desa Sembungan umum (Dawyer dan Kim, 2003), namun juga pada
tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan
sebagai kawasan agrowisata dan agroeduwisata. Potensi manusia sebagai sumberdaya pendukung berperan
wisata budaya juga masih sangat mungkin untuk sangat penting. Hasil lapangan dan wawancara dengan
dikembangkan. wisatawan, pelaku industri pariwisata, masyarakat
Kawasan wisata budaya merupakan atraksi wisata Desa Sembungan, dan para pemangku kebijakan
yang mengangkat kebudayaan masyarakat Desa terkait pariwisata di Desa Sembungan menunjukkan
Sembungan. Kebudayaan Desa Sembungan yang perlunya banyak pembenahan dalam berbagai aspek
mampu menjadi atraksi seperti Tarian Ludrak, Tarian untuk dapat mencapai pembangunan pariwisata yang
Imo-Imo, dan Ruwatan Rambut Gimbal serta wisata berkelanjutan.
religi Makam Joko Sembung masih perlu dipromosikan Sejauh ini, destinasi pariwisata Desa Sembungan
sehingga atraksi wisata tidak terfokus hanya pada wisata masih bertumpu pada sumberdaya yang diwariskan,
alam serta mengangkat kembali kesenian tradisional yaitu sumberdaya alam dan kebudayaan, sementara
yang belum banyak diketahui wisatawan. sumberdaya yang diciptakan dan pendukung masih
Kekayaan potensi wisata Desa Sembungan perlu belum dikembangkan dengan optimal. Wisatawan
untuk diarah-kembangkan supaya dapat mendukung belum disuguhkan atraksi yang dapat menambah
pariwisata berkelanjutan. Rekomendasi yang dapat kepuasan berwisata. Padahal pemenuhan kepuasan
diberikan untuk mengembangkan potensi wisata di pengunjung merupakan salah satu indikator pariwisata
Desa Sembungan diarahkan berdasarkan kondisi Desa berkelanjutan.
Sembungan yang statusnya sebagai desa wisata, namun Kepuasan pengunjung dapat dilihat dari pemenuhan
kondisi di lapangan belum mencerminkan demikian. tiga prinsip pariwisata, yaitu something to see, something
Hal tersebut ditunjukkan dengan pengelolaan dan to do, dan something to buy. Aspek something to see dapat
Pengembangann pariwisata yang masih terkonsentrasi dipenuhi oleh sumberdaya yang diwariskan. Sementara
pada Bukit Sikunir dan Telaga Cebong. Padahal Desa aspek something to do dan something to buy berasal
Sembungan memiliki banyak kenampakan alam dan dari sumberdaya yang diciptakan dan sumberdaya
tradisi budaya yang dapat diangkat sebagai atraksi- pendukung.
atraksi wisata yang cukup menarik. Sebaran objek wisata Pengembangann aspek something to do dan something
yang potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata to buy di Desa Sembungan perlu dikembangkan. Hal
ditunjukkan pada Gambar 1. Peta Kawasan dan Sebaran ini terkait dengan indikator kemurnian lingkungan
Objek Wisata Di Desa Sembungan (Lampiran 1). supaya kualitas lingkungan dapat mendukung sektor
pariwisata dalam rangka memenuhi kenyamanan
2. Karakteristik Pariwisata Berkelanjutan di Desa pengunjung. Kenyamanan pengunjung berkaitan pula
Sembungan dengan pemenuhan kepuasan wisatawan.
Indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan Kurangnya kepuasan wisatawan yang berkunjung
berdasarkan World Tourism Organization (UNWTO) dan tidak adanya perkembangan destinasi wisata dapat
berjumlah dua belas. Beberapa diantaranya berkaitan menyebabkan kejenuhan. Pelayanan personal pariwisata
dengan aspek pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
berjumlah enam indikator. Isu yang diangkat mulai volume wisatawan ke suatu daerah (Gretzel, et al.,
dari keberlanjutan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, 2004). Terbatasnya atraksi dan fasilitas pendukung
keadilan sosial, ketenagakerjaan, kendali masyarakat yang belum memadai dapat mengurangi perbandingan
lokal dalam pariwisata dan kemakmuran komunitas. keuntungan destinasi wisata Desa Sembungan dengan
Indikator kunci tersebut memandang sektor destinasi wisata lainnya.
pariwisata sebagai sumber dari upaya masyarakat Berdasarkan analisis kedua belas indikator
dapat lepas dari garis kemiskinan. Kesejahteraan pariwisata berkelanjutan di Desa Sembungan dapat
masyarakat, jati diri, kualitas hidup, nilai tambah diketahui bahwa secara keseluruhan Desa Sembungan
dan konservasi sumberdaya seni serta budaya dan belum menerapkan prinsip pariwisata berkelanjutan.
kerjasama internasional merupakan unsur-unsur kunci Pokok utama menuju pariwisata berkelanjutan
untuk mencapai visi pariwisata berkelanjutan Indonesia yang harus dipenuhi adalah peningkatan kualitas

172| https://jurnal.ugm.ac.id/mgi
Sri Rahayu Budiani, dkk/Majalah Geografi Indonesia Vol. 32, No.2, September 2018 : 170 - 176

sumberdaya manusia di Desa Sembungan agar dapat di Desa Sembungan dalam pariwisata juga tergolong
mengelola potensi sumberdaya yang ada secara kurang optimal. Hal tersebut karena belum banyak
optimal. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata,
satu langkah penting dalam upaya untuk menciptakan seperti perencanaan dan pelaksanaan pariwisata. Uraian
pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pengelolaan mengenai tujuh indikator yang menjadi dasar untuk
pariwisata, seperti sebuah bisnis agar mampu bertahan, mengetahui pengelolaan wisata berbasis komunitas di
pelatihan, dan pendidikan kepada tenaga kerjanya Desa Sembungan tersebut juga disajikan dalam Tabel 1.
merupakan hal yang sangat penting (Zolfani, Sedaghat, Pengelolaan Pariwisata di Desa Sembungan (Lampiran
Maknoon, & Zavadskas, 2015). Kualitas sumberdaya 2). Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan
manusia yang memadai akan sangat mendukung bahwa pengelolaan pariwisata belum memenuhi tujuh
Pengembangann pariwisata di Desa Sembungan. prinsip community based tourism.
Pengelolaan pariwisata di Desa Sembungan agar
3. Pengelolaan Pariwisata dan Arahan dapat mewujudkan pariwisata berkelanjutan berbasis
Pengembangann Pariwisata Berbasis Komunitas pemberdayaan masyarakat perlu memerhatikan
di Desa Sembungan beberapa aspek, terutama Pengembangann sumberdaya
Pengelolaan pariwisata berbasis komunitas manusia yang perlu dikembangkan untuk mendukung
merupakan suatu alat pembangunan dalam pariwisata berbasis komunitas di Desa Sembungan
masyarakat guna meningkatkan peran masyarakat untuk menyediakan pelayanan dan akomodasi,
agar berpartisipasi aktif untuk mengelola pariwisata promosi, Pengembangann industri dan pertanian,
dan terlibat secara penuh dalam pengelolaan tersebut. serta sarana transportasi. Hal ini karena pada dasarnya
Penilaian pengelolaan pariwisata berbasis komunitas di Desa Sembungan memiliki kekuatan pada kekayaan
Desa Sembungan mengacu pada tujuh indikator yang atraksi wisata yang masih bisa dikembangkan menjadi
menjadi dasar untuk mengetahui pengelolaan wisata pariwisata yang berdaya saing. Adapun arahan
berbasis komunitas (Keliwar, 2013), yaitu pengelolaan rekomendasi yang diberikan berupa pengelompokan
atraksi wisata, fasilitas, aksesibilitas, promosi, kemitraan, kawasan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan
pemberdayaan masyarakat serta kondisi alam, sosial, yang ada seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Peta
ekonomi, dan budaya. Kawasan dan Sebaran Objek Wisata Di Desa Sembungan
Pengelolaan atraksi pariwisata berbasis komunitas (Lampiran 1)
Desa Sembungan tergolong kurang optimal, hal Pengembangann pada aspek pelayanan dan
ini disebabkan objek wisata yang beragam, kualitas akomodasi di Desa Sembungan ditekankan pada
sumberdaya alam yang baik, serta keunikan yang ada pengelolaan penginapan aktif (homestay). Hal ini karena
di Desa Sembungan kurang dikelola secara maksimal. masyarakat yang memiliki penginapan masih kurang
Pengelolaan aksesibilitas masih tergolong kurang, memahami pengelolaan penginapan yang kreatif dan
karena jalan menuju objek wisata memiliki kondisi belum memiliki standar pelayanan, sehingga perlu
yang kurang baik dengan banyaknya jalan yang rusak adanya program Pengembangann penginapan yang
dan sempit. Kondisi lingkungan Desa Sembungan mengusung konsep satu pintu (konsorsium) agar seluruh
dengan adanya pariwisata dapat dikatakan masih penginapan yang ada di Desa Sembungan terorganisir
terjaga. Namun, sampah menjadi permasalahan dalam dengan baik. Pengembangann ini diarahkan pada zonasi
aspek lingkungan. yang sesuai peruntukannya, yaitu pada zonasi kawasan
Kondisi Desa Sembungan selain dilihat dari wisata buatan maupun kawasan wisata budaya. Hal ini
lingkungannya juga dilihat dari kondisi ekonominya. karena kondisi lingkungan yang mendukung, seperti
Adanya pariwisata di Desa Sembungan ini terbukti banyaknya permukiman penduduk, pusat aktivitas
berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan budaya, dan pusat strategis ekonomi.
pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan peran Arahan rekomendasi kedua, yaitu perlu adanya
pariwisata sebagai pilar ekonomi (Kemenpar RI, 2015). layanan informasi untuk wisatawan. Masyarakat dan
Namun demikian masyarakat yang tidak terlibat dalam Pokdarwis perlu menyediakan jasa pemandu wisata
sektor pariwisata tidak mendapat pengaruh dari adanya yang memiliki keterampilan dan kompetensi dalam
industri pariwisata. satu pengelolaan di pusat informasi. Prinsip pariwisata
Masyarakat Desa Sembungan memiliki keramahan, yaitu memenuhi tiga kriteria, yaitu something to see,
sopan santun, dan budaya yang masih cukup baik. something to buy, dan something to do (Yoeti, Oka A,
Budaya di Desa Sembungan masih cukup kental 1996). Namun di Desa Sembungan sendiri hanya
terlebih dengan adanya pariwisata, budaya yang ada mengembangkan prinsip something to see. Sehingga
menjadi hidup kembali meskipun belum cukup atraktif. dalam grand desain pariwisata dikembangkan
Mekanisme kemitraan dalam pengelolaan pariwisata something to buy, dan something to do. Apabila kedua
berbasis komunitas di Desa Sembungan tergolong hal tersebut sudah dapat dijalankan, maka sebaiknya
masih kurang. Belum ada sinergitas dan kerjasama retribusi masuk dikurangi atau dihapus, sebagai
antar pemangku kebijakan, baik dari perencana gantinya adalah memasukan pajak sebagai tanggungan
maupun Pengembangann. Pemberdayaan masyarakat wisatawan dalam menikmati atraksi/jasa pariwisata,

https://jurnal.ugm.ac.id/mgi |173
Sri Rahayu Budiani, dkk/Majalah Geografi Indonesia Vol. 32, No.2, September 2018 : 170 - 176

dan membentuk UMKM dibawah BUMDES untuk Upaya untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan
memenuhi kebutuhan something to buy bagi wisatawan berbasis komunitas di Desa Sembungan perlu
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. memerhatikan kerjasama antar pihak, diantaranya
Zonasi yang dapat diperuntukkan sebagai kawasan masyarakat, Pokdarwis, dan pemerintah sehingga
Pengembangann industri dalam rangka mendukung diharapkan Pengembangann pariwisata Desa
terpenuhinya prinsip pariwisata, yaitu kawasan wisata Sembungan menjadi lebih terarah. Adanya arahan
buatan yang saat ini memang sudah diperuntukkan rekomendasi diharapkan mampu menjadikan Desa
sebagai pasar wisata dan kawasan wisata budaya yang Sembungan menjadi desa wisata yang memiliki daya
saat ini juga sudah tersedia industri rumahan dan pusat saing pariwisata.
oleh-oleh (lihat Lampiran 1).
Aspek promosi juga perlu dikembangkan KESIMPULAN
agar pariwisata di Desa Sembungan dapat dikenal Potensi objek wisata Desa Sembungan memiliki
masyarakat luas dan kedepannya pariwisata menjadi daya tarik wisata yang hingga saat ini belum
ramai. Rekomendasi yang dapat diusulkan, yaitu dengan dikembangkan. Potensi wisata yang ada selain Telaga
meningkatkan promosi wisata dan meningkatkan sistem Cebong dan Bukit Sikunir, yaitu Camping Ground
informasi berbasis digital. Upaya lain yang juga dapat Telaga Cebong, Air Terjun Sikarim, Air Terjun Cilaka
dilakukan, yaitu membuat paket wisata khusus Desa Sipendok, dan Wisata Tracking Gunungapi Pakuwojo,
Sembungan, mengadakan kerjasama dengan biro jasa agroedutourism dan agrotourism, wisata makam Joko
dalam mempromosikan pariwisata, dan penggunaan Sembung, gardu pandang, Tari Imo-imo dan Tarian
web design maupun sosial media untuk media promosi. Ludrak serta Adat Ruwatan Rambut Gimbal, serta pasar
Hal ini penting dilakukan, mengingat atraksi wisata wisata dan industri rumahan.
terutama atraksi budaya masih belum dipromosikan Karakteristik pariwisata berdasarkan indikator
dengan optimal. pariwisata berkelanjutan di Desa Sembungan
Pengembangann industri dan pertanian juga menunjukkan perlunya banyak pembenahan untuk
diperlukan agar semua masyarakat Desa Sembungan dapat mencapai pembangunan pariwisata yang
ikut menikmati dampak dari adanya pariwisata, bukan berkelanjutan. Diantaranya dilihat dari segi atraksi
hanya masyarakat yang terlibat dalam sektor pariwisata wisata dan keunikan wisata, serta sumberdaya
tetapi petani dan pelaku industri juga mendapatkan manusia.
keuntungannya. Rekomendasi yang dapat dilakukan Pengelolaan pariwisata di Desa Sembungan
yaitu mendorong masyarakat untuk menciptakan inovasi masih kurang optimal. Terdapat Beberapa aspek,
kreatif dalam Pengembangann kawasan agrowisata terutama Pengembangann sumberdaya manusia
maupun kawasan agroeduwisata (lihat Lampiran 1). yang perlu diarah-kembangkan untuk mendukung
Hal ini dimaksudkan juga untuk memberdayakan pariwisata berbasis komunitas di Desa Sembungan,
masyarakat dan memenuhi prinsip pariwisata antara lain aspek pelayanan dan akomodasi, promosi,
something to buy. Program yang dapat dilakukan yaitu Pengembangann industri dan pertanian, serta sarana
dengan mengadakan pelatihan masyarakat untuk transportasi.
mengembangkan inovasi hasil produksi pertanian dan
mengadakan pelatihan keterampilan masyarakat untuk UCAPAN TERIMA KASIH
menghasilkan souvenir khas Desa Sembungan. Hal ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
mengingat pula bahwa Desa Sembungan merupakan
Pokdarwis Desa Sembungan dan mahasiswa KKL 3
Desa yang memiliki tanaman khas daerah dataran
Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM yang
tinggi, yaitu tanaman Carica selain juga tanaman
telah membantu terlaksananya penelitian ini serta
kentang yang memiliki nilai jual tinggi. Lokasi yang
memberi dukungan finansial terhadap penelitian ini.
baik untuk Pengembangann industri, yaitu lokasi yang
saat ini banyak dijadikan pusat oleh-oleh dimana lokasi
tersebut dekat dengan permukiman penduduk (lihat DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1). Dwyer, L., & Kim, C. W. (2003). Destination
Sarana transportasi menuju tempat wisata di competitiveness: Determinants and indicators.
Desa Sembungan masih perlu adanya perbaikan. Current Issues in Tourism.
Perlu adanya pengelolaan transportasi dari tempat Gretzel, U., Mitsche, N., Hwang, Y. H., & Fesenmaier,
parkir (lihat lampiran 1) menuju ke tempat wisata D. R. (2004). Tell me who you are and I will tell
dan meningkatkan aksesibilitas dari segi transportasi. you where to go: Use of travel personalities in
Hal ini diperlukan agar wisatawan menjadi nyaman destination recommendation systems. Information
dan dengan mudahnya akses dapat meningkatkan Technology & Tourism, 7(1), 3-12.
jumlah wisatawan. Program yang dapat dilakukan International Labour Organization. (2012). Rencana
adalah dengan membentuk kelompok yang menaungi Strategis Pariwisata Berkelanjutan dan Green Jobs
driver settle. Kelompok ini diharapkan dapat mengelola untuk Indonesia. Jakarta: ILO Country Office
transportasi dengan lebih baik lagi. Jakarta.

174| https://jurnal.ugm.ac.id/mgi
Sri Rahayu Budiani, dkk/Majalah Geografi Indonesia Vol. 32, No.2, September 2018 : 170 - 176

Keliwar, S. (2013). Pola Pengelolaan Ekowisata Berbasia Universitas Negeri Yogyakarta.


Komunitas di Taman Nasional Gunung Halimun Sharpley, R. (2000). Tourism and Sustainable
Salak. Jurnal Nasional Pariwisata, Vol. 5 No. 2. Development: Exploring the Theoretical Divice.
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. (2015). Journal of Sustainable Tourism, VIII (1): 1-19
Lampiran Peraturan Menteri Pariwisata Republik WTO. (2001). The Concept of Sustainable Tourism.http://
Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Rencana www.worldtourism.org/sustainable/concepts.htm.
Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015- Yoeti, Oka A. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata.
2019. Jakarta: Kemenpar RI Bandung: Angkasa.
Putri, H.P.J.P dan Manaf, A. (2013). Faktor-Faktor Zolfani, S. H., Sedaghat, M., Maknoon, R., & Zavadskas,
Keberhasilan Pengembangann Desa Wisata di E. K. (2015). Sustainable tourism: A comprehensive
Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Teknik PWK, Vol. 2 literature review on frameworks and applications.
No. 3 Economic Research-Ekonomska Istrazivanja, 28(1),
Rahayu, Sugi. (2015). Pengembangann Pariwisata 1-30. https://doi.org/10.1080/1331677X.2014.9958
Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) 95
di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.

LAMPIRAN

Lampiran 1

Gambar 1. Peta Kawasan dan Sebaran Objek Wisata Di Desa Sembungan

https://jurnal.ugm.ac.id/mgi |175
Sri Rahayu Budiani, dkk/Majalah Geografi Indonesia Vol. 32, No.2, September 2018 : 170 - 176

Lampiran 2.

Tabel 1. Pengelolaan Pariwisata di Desa Sembungan


No. Variabel Kondisi
1. Mekanisme pengelolaan atraksi Pengelolaan atraksi pariwisata berbasis komunitas masih belum
pariwisata berbasis komunitas optimal
2. Mekanisme pengelolaan fasilitas Pengelolaan fasilitas penunjang kebutuhan wisatawan sudah cukup
pariwisata berbasis komunitas baik, namun perlu penambahan fasilitas seperti ruang terbuka
hijau, rest area, gazebo, dan handrail
3. Mekanisme pengelolaan aksesibilitas Pengelolaan fasilitas masih kurang. Aksesibilitas tinggi, namun
kondisi jalan menuju objek wisata kurang. Terdapat banyak jalan
yang rusak dan terlalu sempit.
4. Kondisi lingkungan, ekonomi, dan 1. Lingkungan sedang diusahakan untuk diperbaiki dengan
sosial-budaya program bank sampah
2. Adanya pariwisata dapat membuka lapangan pekerjaan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat
3. Masyarakat ramah, menjaga sopan santun, budaya dan adat
istiadat Budaya di Desa Sembungan: Ruwat rambut gembel,
tarian ludrak dan imo-imo. Wisatawan tidak mengetahui budaya
yang ada di Desa Sembungan
5. Mekanisme promosi pariwisata Promosi pariwisata masih sangat kurang. Hal ini karena belum ada
berbasis komunitas pengelolaan media promosi secara masif, belum ada paket wisata
khusus Desa Sembungan
6. Mekanisme kemitraan, dalam Kemitraan dalam pengelolaan pariwisata masih kurang. Hal
pengelolaan pariwisata berbasis ini karena belum ada sinergitas dan kerjasama antar pemangku
komunitas di Sembungan kebijakan, baik dari perencanaa maupun Pengembangann.

7. Pemberdayaan masyarakat desa Pemberdayaan masyarakat belum optimal. Hal ini karena
Sembungan melalui pariwisata belum banyak melibatkan masyarakat dalam merencanakan,
dan pelaksanaan pariwisata, sehingga masyarakat belum semua
merasakan dampak pariwisata.

Sumber: Olah data lapangan (Tim Pariwisata Sosial KKL 3, 2017)

176| https://jurnal.ugm.ac.id/mgi

Anda mungkin juga menyukai