Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA


IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI
KELAS REPTIL

OLEH:
KELOMPOK III/A
1. NADA JULISTA. S : 1810422009
2. DINDA FADHILAH B. : 1810421037
3. HELSYA VELLARENTIKA. L : 1810422003
4. YONA AFRIANI : 1810422015
5. POGGI RAHMAN : 1810422048
6. NIKYA ARUM HUMAIRA : 1810422069
7. RAHMI GEMILA SARI : 18010070

ASISTEN PJ KELOMPOK: 1. NADILA EVEISCA


2. AQSHA INEZA

LABORATORIUM PENDIDIKAN IV
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Reptilia (binatang melata) adalah sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan
memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat
tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik ( Benton,
Michael J. 2004 ).
Reptilia merupakan salah satu hewan kelas vertebrata dalam kelompok hewan yang
melata. Seluruh hidupnya sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan darat, tidak
membutuhkan air lagi untuk pertumbuhan embrionya karena tidak memiliki tingkat larva. Kulit
diselaputi sisik keras atau kepingan dari bahan tanduk. Pada yang bertubuh besar dibawah sisik
ada kepingan tulang, untuk memperkuat daya perlindungan dilengkapi dengan eksoskelet, ekor
panjang, jari-jari bercakar, poikiloterm, bernafas dengan paru-paru saja, pembuahan di dalam
tubuh dan ovipar. Kromatofora pada beberapa jenis dapat mengembang dan menguncup
sehingga warna kulit berubah sesuai dengan keadaan lingkungan didekatnya. Kulit tidak
memiliki lendir, anggota berjari lima dan beberapa jenis anggota hilang, memiliki kloaka,
kemih dan beberapa jenis asam urat dalam fase padat bergabung dengan tinja dan keluar
bersama-sama lewat dubur, tidak minum dan menyesuaikan diri hidup di tempat kering. Terdiri
dari empat ordo yaitu lacertillia (kadal), ophidia (Ular), chrocodilia (buaya) dan chelonia
(penyu) (Iskandar, 2000).
Reptil adalah salah satu fauna yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia
menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki kekayaan jenis reptil paling tinggi
di dunia, lebih dari 600 jenis reptil terdapat di Indonesia. Satwaliar ini telah telah lama
dimanfaatkan, bahkan telah menjadi komoditas ekonomi yang bernilai tinggi. Pemanfaatan
reptil sebagai binatang peliharaan maupun untuk konsumsi serta obat-obatan telah berkembang
ke berbagai negara, bahkan dalam dua dekade terakhir Indonesia dikenal sebagai salah satu
pengekspor reptil terbesar di dunia (Soehartono dan Mardiastuti, 2003).
Reptil adalah satwa ektotermal, yaitu mereka memerlukan sumber panas eksternal untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Karena itu reptil sering dijumpai berjemur di daerah
terbuka, khususnya pada pagi hari. Reptil akan berjemur sampai mencapai suhu badan yang
dibutuhkan dan kemudian bersembunyi atau melanjutkan kegiatannya (Halliday dan Adler,
2000).
Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu rhyncocephalia, testudinata chelonia,
squamata, dan crocodilia. Rhynchocephalia merupakan ordo yang diketahui berdasarkan
catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210 – 220 juta tahun yang lalu. Ordo
rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota
lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan
mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo rhynchocephalia
bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu
lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun
(Rodrigues, 2003).
Sebagian besar reptil adalah karnivora, dengan pakan beragam dari serangga sampai
mamalia. Kura-kura air tawar cenderung bersifat omnivora, dan kura-kura darat merupakan
herbivora (O’Shea dan Halliday, 2001). Semua ular adalah karnivora. Mereka mencari mangsa
menggunakan lidahnya yang dapat mendeteksi partikel-partikel kimia di udara. Beberapa jenis
memiliki sensor panas untuk mendeteksi keberadaan mangsa. Sebagian besar jenis ular
membunuh mangsa dengan melilitnya, dan jenis ular lainnya dengan bisanya. Ular berbisa
memiliki taring untuk mengeluarkan bisa pada mangsanya. Taring tersebut terletak pada
bagian belakang rahang atas atau pada bagian depan rahang (O’Shea dan Halliday, 2001).
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu mengetahui karakter-karakter umum dari
sifat-sifat spesies pada kelas Reptil, mengetahui bentuk morfologi dari kelas Reptil dan
mengetahui karakter sifat-sifat pengidentifikasian dari kelas Reptil

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebanyakan dari reptilia adalah ovipar yaitu bereproduksi dengan bertelur ,meski beberapa
spesies squamata bersifat vivipar atau melahirkan. Reptilia yang bereproduksi dengan vivipar
memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang mirip dengan
mamalia.Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm contohnya tokek kecil,
Sphaerodactylus ariasae, hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton yaitu buaya air asin,
Crocodylus porosus. Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptilia adalah
herpetologi (Berkeley, 2011).
Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada
beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada
serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada reptilia
mengalami osifikasi sempurna dan bernafas dengan paru-paru (Rodrigues, 2003).
Habitat dari kelas Reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik
seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu ordo crocodilia dan beberapa anggota
ordo chelonia, beberapa sub-ordo ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan sub-kelas lacertilia
dan ophidia, beberapa anggota ordo testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota sub-
kelas ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil sub-ordo ophidia dan lacertilia (Iskandar,
2000).
Pada ordo testudinata, di bagian atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron
terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping
vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping
perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping
abdominal, keping anal,dan keping femoral. Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi
dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae
(Iskandar, 2003).
Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah dengan iklim
temperate. Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia. Dari tujuh spesies
anggota famili ini, enam diantaraya ditemukan di Indonesia. Adapun contoh spesies anggota
famili ini antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys
imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Perkawinan
terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya yang betina
saja yang naik untuk bertelur (Rodrigues, 2003).
Pembagian ordo testudinata terdiri dari sub-ordo Cryptodira merupakan kura-kura
darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah
kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral,
dan 9-8 tulang plastral. Pada sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang
sangat penting artinya terutama dalam mengidentifikasi jenisnya. Karapaks Subordo
Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna dan bentuk yang
bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan lingkungan hidup masing-
masing jenisnya (Iskandar, 2003).
Satu-satunya anggota dari famili famili dermochelyidae yang masih tersisa adalah penyu
belimbing. Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin. Ciri–
ciri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu kehijauan, kaki tidak bercakar dan
perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping
yang jelas. Penyu ini dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh
tulang–tulang kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang
membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa
sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya berwarna hitam dengan
bagian bawahnya berwarna coklat. Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys
coriacea (Iskandar, 2000).
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu sub-ordo lacertilia atau sauria, sub-
ordo serpentes dan sub-ordo amphisbaenia Adapun ciri-ciri umum anggota ordo squamata
antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami
pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum
membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada sub-ordo ophidia, kulit
atau sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada sub-ordo lacertilia, sisiknya
terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi
karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan
pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki
tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada sub-ordo ophidia, sub-ordo amphisbaenia,
dan beberapa spesies sub-ordo lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar
atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran squamata sangat luas, hampir terdapat di
seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di
Oceania. Famili Scincidae memiliki ciri umum yaitu adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid
yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan
simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun
seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan
kelopak mata yang jelas.Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini adalah Eutropis
multifasciata (Rodrigues, 2003).
Ordo crocodilia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain.
Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur
berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada
bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat.
Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi
tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal
dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang
tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong
dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada
saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat.
Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput
(Iskandar, 2000).
Eprilurahman dkk (2009) melakukan penelitian di daerah aliran sungai kawasan ekowisata
Linggo Asri, Pekalongan, dan Eprilurahman dkk (2010) melakukan penelitian keanekaragaman
herpetofauna di derah aliran sungai Welo, Petungkriyono, Pekalongan. Dari hasil dua penelitian
tersebut dapat dijelaskan bahwa sungai di Petungkriyono merupakan habitat tak terganggu
manusia, sehingga jumlah reptil anggota ordo Squamata melimpah dan banyak kesamaan
dengan jenis yang ditemukan di daerah hutan. Hal tersebut berbeda dengan Sungai Code, yaitu
jenis yang dijumpai adalah ular dan kadal kosmopolitan yang dapat beradaptasi dengan
keberadaan manusia.
Satwa reptil terdiri dari 48 famili, sekitar 905 genus dengan 6,547 spesies (Halliday dan
Adler, 2000). Jumlah ini terus berubah seiring dengan berkembangan ilmu pengetahuan dan
penemuan jenis-jenis baru. Indonesia memiliki tiga dari keempat ordo, yaitu Ordo Testudinata,
Squamata dan Crocodylia. Tuatara (Ordo Rhynchocephalia) merupakan reptil primitif yang
terdiri dari 1 jenis dan hanya terdapat di Selandia Baru (O’Shea dan Halliday, 2001).
Ordo Testudinata terdiri dari sekitar 260 jenis dari 75 genus dan 13 famili. Testudinata
mencakup jenis yang hidup di laut, perairan darat, maupun darat. Testudinata mewakili sekitar
4% dari seluruh jenis reptil di dunia (Halliday dan Adler, 2000).
Ordo Squamata dibagi lebih lanjut menjadi tiga sub-ordo, yaitu: Sauria (Lacertilia) yang
mencakup kadal; Amphisbaenia; dan Serpentes (Ophidia) yang mencakup ular. Kadal
merupakan kelompok terbesar dalam reptil. Kadal terdiri dari 3.751 jenis dalam 383 genus dan
16 famili, atau 51% dari seluruh jenis reptil (O’Shea dan Halliday, 2001; Halliday dan Adler,
2000). Amphisbaenia terdiri dari 4 famili yang kemudian dibagi menjadi 21 genus dan 140
jenis, atau sekitar 2% dari seluruh reptil. Ular, atau Serpentes, terdiri dari 2,389 jenis dalam
471 genus dan 11 famili, atau sekitar 42% dari seluruh jenis reptil (Halliday dan Adler, 2000).

Buaya termasuk dalam ordo Crocodylia. Secara keseluruhan terdapat 22 jenis buaya
dalam 8 genus dan 3 famili. Total jenis buaya di dunia sekitar 0,3% dari seluruh jenis reptil
(O’Shea dan Halliday, 2001; Halliday dan Adler, 2000).
Tidak seperti ikan, sisik reptil tidak saling terpisah. Warna kulit beragam, dari warna
yang menyerupai lingkungannya sampai warna yang membuat reptil mudah terlihat. Semua
reptil tidak memiliki telinga eksternal (Halliday dan Adler, 2000). Pada sebagian besar reptil
terdapat perbedaan antara jantan dan betina yaitu pada ukuran dan bentuk, maupun warna
tubuh dewasa (Halliday dan Adler, 2000).

Ciri yang membedakan kura-kura dengan satwa lain adalah perisai yang terdapat pada
tubuh kura-kura. Perisai tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu karapas yang menutupi
punggung kura-kura dan plastron yang menutupi perut kura-kura. Perisai ini terdiri dari sisik
yang merupakan lapisan epidermis yang termodifikasi. Ukuran kura-kura berkisar dari 11-185
cm (Halliday dan Adler, 2002).
Kadal memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Sebagian besar memiliki empat kaki,
walaupun terdapat beberapa jenis yang tidak berkaki. Ukuran Snout-Vent Length (SVL) kadal
berkisar dari 1,5-145 cm, tetapi sebagian besar berkisar antara 6-20 cm (Halliday dan Adler,
2000).
Ular adalah reptil yang tidak memiliki kaki, kelopak mata, atau telinga eksternal. Seluruh
tubuhnya tertutup oleh sisik. Amphisbaenia yang juga disebut worm lizard adalah satwa dengan
tubuh panjang, silinderis dengan ekor yang pendek. Amphisbaenia tidak memiliki kaki, kecuali
pada marga Bipes yang memiliki sepasang kaki depan. Tubuh Amphisbaenia ditutupi oleh sisik
kecil yang teratur dalam cincin yang disebut annuli (O’Shea dan Halliday, 2001).
Ordo Crocodylia adalah satwa dengan kulit tebal dan bersisik. Buaya memiliki ekor yang
besar dan rahang yang kuat. Mata dan lubang hidung buaya terletak di bagian atas kepala
sehingga mereka dapat melihat mangsa ketika berada di air. Buaya memiliki jantung dan otak
paling modern dibandingkan dengan reptil lainnya. Ukuran buaya dapat mencapai 7,5 m
(O’Shea dan Halliday, 2001; Hallidaydan Adler, 2000).
Pada kura-kura dan buaya, suhu inkubasi menentukan laju perkembangan telur dan juga
jenis kelamin. Semakin tinggi suhu inkubasi maka bayi yang menetas akan berkelamin betina,
dan berkelamin jantan pada suhu yang lebih rendah. Suhu inkubasi berbeda pada setiap jenis
(Halliday dan Adler, 2000).
Beberapa jenis kadal, seperti Mabuya spp., melepaskan ekornya dalam perilaku yang
disebut caudal autotomy (O’Shea dan Halliday, 2001). Satwa Testudines dibedakan menurut
habitatnya. Penyu hidup di laut dan hanya naik ke pantai untuk bertelur. Kura-kura dan labi-
labi terdiri dari jenis akuatik dan semi-akuatik yang hidup pada daerah perairan tawar. Baning
atau kura-kura darat hidup sepenuhnya di darat (Halliday dan Adler, 2000).
Kadal hidup pada berbagai habitat. Jenis terestrial hidup di pepohonan maupun di dalam
tanah. Jenis-jenis lain merupakan semi-akuatik (Halliday dan Adler, 2000).
Sebagian besar ular merupakan jenis terestrial, tetapi terdapat beberapa jenis yang
hidup di tanah. Jenis ular yang paling berbisa merupakan ular air yang hidup di laut. Selain itu
ada juga jenis ular yang hidup di air perairan tawar dan pada pepohonan (Halliday dan Adler,
2000).
Penyebaran reptil di dunia dipengaruhi jumlah cahaya matahari pada daerah tersebut.
Jenis reptil yang terdapat di Indonesia berasal dari Ordo Testudinata, Squamata (kadal dan
ular), dan Crocodylia (Halliday dan Adler, 2000).
Testudinata tersebar di seluruh dunia di daerah tropis dan sub tropis. Kurakura terdapat
di semua wilayah perairan laut (Halliday dan Adler, 2000). Di Indonesia terdapat sekitar 39
jenis kura-kura, yang terdiri dari enam jenis penyu, enam jenis labi-labi, dua jenis baning atau
kura-kura darat, dan 25 jenis kura-kura air tawar (Iskandar, 2000).
Ordo Sauria tersebar di Kanada Selatan sampai Tierra del Fuego, dari Norwegia Utara
sampai Selandia Baru, dan juga kepulauan di Laut Atlantik, Pasifik dan Indian. Ular tersebar
di seluruh dunia kecuali daerah kutub, Islandia, Irlandia, dan Selandia Baru. Ular tersebar di
seluruh Indonesia, termasuk daerah lautan (Halliday dan Adler, 2000). Buaya tersebar di benua
Asia, Australia, Amerika dan Afrika. Penyebarannya di Asia mencakup Indonesia sampai Cina
dan India. Buaya juga terdapat di bagian Utara Australia. Di Afrika buaya terdapat di bagian
Tengah dan Selatan, dan juga Amerika Selatan, Tengah, dan bagian Tenggara Amerika Serikat
(Halliday danAdler, 2000). Di Indonesia terdapat 6 jenis buaya yang terdiri dari 2 genus yaitu
Crocodylus dan Tomistoma (Iskandar, 2000).

Anda mungkin juga menyukai