Disusun Oleh:
2016
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kami
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah “Strategi Pembelajaran IPS” sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Cut Dhien
Nourwahida, MA. Dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran IPS, dan semua pihak yang ikut
dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, kami sangat
menerima kritik dan saran apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar
nantinya kami bisa menjadi lebih baik dalam membuat makalah atau tugas akhir perkuliahan.
Kami berharap makalah yang sudah kami buat bisa bermanfaat sebagaimana mestinya
dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran IPS. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb
PENYUSUN
i
Daftar Isi
Daftar Isi.................................................................................................. ii
ii
i
BAB I
Pendahuluan
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. System pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena
diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan,
untuk membelajarkan peserta didik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan
penting dalam membentuk warga negara yang baik. Ada tiga tujuan membelajarkan IPS
kepada siswa, yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga negara yang baik, melatih
peserta didik berkemampuan berpikir matang untuk menghadapi dan memecahkan
masalah sosial, dan agar peserta didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya
(Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004: 15). Pada jenjang SMP, pencapaian
tujuan yang demikian itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena (1) saat ini
mata pelajaran IPS menjadi pelajaran yang dianggap kurang penting dibandingkan
dengan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA; yang ditunjukkan melalui kenyataan
bahwa IPS tidak lagi menjadi mata pelajaran yang diujikan secara nasional; (2) IPS juga
diasumsikan oleh masyarakat dan kalangan guru sendiri sebagai pelajaran yang tidak
1
menarik karena hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir, sarat dengan
kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan
tidak perlu dibuktikan (Sanjaya, 2008:226); dan (3) adanya kenyataan bahwa mata
pelajaran IPS di beberapa sekolah, khususnya sekolah-sekolah swasta, terkadang
diajarkan oleh guru yang tidak memiliki basis IPS (Wasino, 2007).
1. Apa saja ruang lingkup dari Pendekatan, strategi, metode, model, dan teknik dari strategi
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan pendekatan, strategi, model, metode dan
teknik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ?
3. Apa pengertian dari pendekatan, strategi, model, metode dan teknik pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ?
1. Memahami saja ruang lingkup dari Pendekatan, strategi, metode, model, dan teknik dari
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Dapat menjelaskan Faktor-faktor yang mempengauhi pemilihan pendekatan, strategi,
model, metode dan teknik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
3. Memahami Pengertian pendekatan, strategi, model, metode dan teknik pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial
2
BAB II
Pembahasan
A. PENGERTIAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah
tersebut adalah:
Pendekatan pembelajaran
Strategi pembelajaran
Metode pembelajaran
Teknik pembelajaran
Taktik pembelajaran
Model pembelajaran.
Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
1. Pendekatan Pembelajaran
3
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau
merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan
kegiatan pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri merupakan pola umum perbuatan guru
peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar
penentuan strategi. Jadi pendekatan lebih luas cakupannya dibanding dengan strategi.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera
masyarakat yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling
efektif untuk mencapai sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
4
2. Strategi Pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai
cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan, strategi
digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activity
designed to achieve a particular education goal. Jadi, startegi pembelajaran dapat
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Exposition-discovery learning
Group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
5
“a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving
something” (Wina Senjaya (2008).
3. Metode Pembelajaran
Menurut pupuh (2007) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang
umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai
cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode.
Ceramah
Demonstrasi
Diskusi
Simulasi
Laboratorium
Pengalaman lapangan
6
Brainstorming
Debat
Simposium
4. Teknik Pembelajaran
5. Taktik Pembelajaran
7
6. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, computer, kurikulum, dan lain-lain (joyce, 1992) selanjutnya joyce menyatakan
bahwa setiap model pembelajaran mengarah kepada desain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai pembelajaran tercapai.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial, model pengolahan informasi, model
personal-humanistik, model modifikasi tingkah laku.
8
pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue
print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran anatara lain:
9
sehingga jika seorang guru tidak mampu menggunakan metode tertentu maka harus
memilih metode yang sesuai dengan kemampuannya. Namun jika guru tersebut
memaksakan menggunakan model pembelajaran yang kurang dikuasai maka dalam
penyampaian materi sulit diterima audiens.
2. Tujuan pengajaran yang akan dicapai: Tujuan apa yang akan dicapai juga mempengaruhi
penggunaan model pembelajaran karena tiap model pembelajaran mempunyai spesialisasi
yang berbeda dalam kaitan pencapaian tujuan pembelajaran. Misalnya: tujuan
pembelajaran adalan menjalin kerjasama antar siswa maka model yang digunakan adalah
Kolaboratif atau Cooperative Learning.
3. Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa: Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
model pembelajaran mempunyai kriteria yang berbeda. Sehingga bahan pengajaran yang
perlu dipelajari siswa juga mempengaruhi pemilihan model pembelajaran
4. Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya: Jelas sekali bahwa Perbedaan
individual dalam memanfaatkan inderanya berpengaruh dalam pemilihan model
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan dengan perbedaan individu tersebut materi harus
bisa diterima seluruh individu yang ada, sehingga berpengaruh pada pemilihan model
5. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah: Sarana dan prasarana adalah segala bentuk dan
saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Contoh sarana dan
prasarana pembelajaran adalah: Listrik, LCD, OHP, dsb.
6. Materi yang disampaikan:Materi apa yang akan disampaikan juga berpengaruh dalam
menentukan model pembelajaran. Misalnya materi yang disampaikan adala organ-organ
katak, maka lebih baik dengan praktek secara langsung atau dengan memberikan gambar-
gambarnya, bukan hanya dengan membayangkan
7. Alokasi waktu/waktu tatap muka: Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan
dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam
menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai
dengan target yang ingin dicapai. Sehingga model yang dipakaipun harus sesuai.
10
2.3 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam
arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar,
serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian
tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara
koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman,
tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena
koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau
inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap
anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada
control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.
11
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily
life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun,
mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh
siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivisme (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-
sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama
proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah
otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis,
suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
12
4. Ekspositoris
Menekankan pada proses bertutur, materi pelajaran diberikan secara langsung dan peran
siswa adalah menyimak.
Ciri:
Kelemahan:
Karena sifatnya bertutur, strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan pada
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, jika tidak maka
perlu digunakan strategi yang lain.
Karena sifatnya bertutur secara universal di kelas, maka strategi ini tidak dapat melayani
perbedaan setiap individu baik dalam kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta gaya
belajar. Jadi tingkat keberhasilannya kemungkinan tidak sampai 100 % setiap anak.
Karena lewat ceramah, maka sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berfikir kritis. Mungkin hanya akan
ada satu atau dua orang anak saja. Tapi tidak bisa memacu anak yang lainnya. Karena
mereka hanya di posisikan pasif mendengarkan.
Keberhasilan strategi ini terletak pada guru, yang meliputi persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, kemampuan bertutur, dan mengelola kelas.
Sehingga guru memegang peranan yang dominan terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran.
Karena sifatnya ceramah satu arah yaitu apa yang disampaikan guru saja maka akan sulit
untuk mengetahui sudah sejauh apa pemahaman siswa terhadap bahan ajar, juga dapat
membatasi pengetahuan siswa hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru di depan
kelas.
13
Oleh karena itu, maka sebaiknya guru mempersiapkan dengan matang materi pelajaran yang
akan disampaikan, maupun hal-hal lain yang ikut menunjang presentasi. Karena guru memegang
peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran pada strategi ekspositori ini.
5. Quantum Learning
Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori
atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh
sebelumnya sudah ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi dan
temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter ketika mengembangkan konstruk awal
pembelajaran kuantum.
6. Kolaboratif
14
orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga dalam skala
nasional bahkan mondial. Pembelajaran kolaboratif memudahkan para siswa belajar dan bekerja
bersama, saling menyumbangkan pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil
belajar secara kelompok maupun individu. Berbeda dengan pembelajaran konvensional, tekanan
utama pembelajaran kolaboratif maupun kooperatif adalah “belajar bersama”.
Inti pembelajaran kolaboratif adalah bahwa para siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil. Antar anggota kelompok saling belajar dan membelajarkan untuk mencapai
tujuan bersama. Keberhasilan kelompok adalah keberhasilan individu dan demikian pula
sebaliknya.
– Pembelajaran Kolaboratif
– Siswa belajar secara berkelompok
– Antarsiswa berkolaborasi (bekerjasama)
– Keberhasilan individu siswa bergantung pula pada
keberhasilan teman, terutama dalam kelompoknya
– Filsafat yang mendasari pengetahuan diperoleh siswa
melalui interaksi antara pancaindranya dengan
lingkungan kelompoknya
15
Group Investigation (GI). Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu
penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya
berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan
pada proses dan hasil kerja kelompok.
Academic-Constructive Controversy (AC). Setiap anggota kelompok dituntut
kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun
dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian
dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan,
hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada
kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
Jigsaw Proscedure (JP). Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi
tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat
memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh.
Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.
Student Team Achievement Divisions (STAD). Para siswa dalam suatu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling
belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan
berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok
akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada
pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
Complex Instruction (CI). Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu
proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan
pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota
kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran
yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat
heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
16
Team Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi
antara pembelajaran kooperatif / kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara
bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri
terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika
soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal
tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap
pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap
tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil
belajar individual maupun kelompok.
Cooperative Learning Stuctures (CLS). Dalam pembelajaran ini setiap kelompok
dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor
dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee.
Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih
dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang
saling berpasangan itu berganti peran.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model pembelajaran ini mirip
dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran
membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai
kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di
dalam kelompoknya.
17
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
18
3.2 Saran
Dalam proses pembelajaran, hendaknya seorang guru dapat menentukan Model pembelajaran
yang tepat dengan mempertimbangkan Kemampuan guru dalam menggunakan metode, Tujuan
pengajaran yang akan dicapai, Bahan pengajaran yang perlu dipelajari siswa, Perbedaan
individual dalam memanfaatkan inderanya, Sarana dan prasarana yang ada di sekolah, Materi
yang disampaikan, dan Alokasi waktu/waktu tatap muka. Sehingga apa yang disampaikan guru
akan dapat diterima siswa dan proses pembelajaranpun berjalan dengan baik.
19
Daftar Pustaka
20