Ajeng Kusumaningrum 17612988
Ajeng Kusumaningrum 17612988
NIM : 17612988
Prodi : D3 Keperawatan 3A
System endokrin adalah system kontrol kelenjar tanpa ductless atau saluran yang
meghasilkan hormone dan tersirkulasi pada tubuh melalui alirandrah untuk mempengarhi
oragan-organ lain, system ini disusun oleh kelenjar kelenjar endokrin, yaitu kelenjar yang
mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormone, yang merupakan senyawa protein
atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormone mengalir
dalam darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat bahan ini mengatur atau
mengarahkan fungsi tertentu.
Kelenjar endokrin yang terdapat didalam tubuh adalah sebagai berikut :
a) Kelenjar yang seluruhnya kelenjar endokrin
1. Hypophysis (Glandula pituitaria)
2. Glandula thyreoidea
3. Glandula parathyreoidea
4. Thymus
5. Glandula pinealis
6. Glandula suprarenalis
b) Organ- organ yang dilengkapi dengam kumpulan sel-sel endokrin
Selain menjalankan tugas tertentu organ ini juga mengeluarkan hormone dari
bagian endokrinnya. Organ yang termasuk kedalam kelompok ini adalah :
1. Pulau-pulau Langerhans di dalam pancreas
2. Organ reproduksi atau gonad :
a. Ovarium pada perempuan
b. Testis pada laki-laki
3. Gaster dari intestinal
I. HYPOPHYSIS
Kelejar hipofisis atau pituitary adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar
tengkorak (sela tursika) fossa os sfenoid. Besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan beratnya
sekitar 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peranan penting dalam menyekresi hormone dari
semua organ endokrin (sebagai pengatur), kegiatan hormone yang lain, dan mempengaruhi
pekerjaan kelenjar yang lain. Hipofisis dihubungkan dengan hipotalamus oleh sebuah
tangkai penghubung tipis. Fungsi hipofise dapat diatur oleh sususnan saraf pusat melalui
hypothalamus yang dilakukan oleh sejumlah hormone yang dihasilkan hipotalamus.
Hormone-hormon yang mengatur fungsi hipofise disebut hipophysiotropic hormone
dihasilkan ole sel-sel neorosekretori yang terdapat dalam hipotalamus.
Kelenjar hipofise mempunyai dua lobus, yaitu lobus anterior, dan lobus posterior.
1. Lobus anterior (adenohipofise), berasal dari kantong rathke ( dua tulang rawan ) yang
menempel pada jaringan otak lobus posterior , menghasilkan sejumlah hormone yang
bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
a. Hormon somatotropik ( growth hormone). Hormon pertumbuhan yang berfungsi
merangsang pertumbuhan tulang, jaringan lemak, dan visera penting pada individu
yang masih muda untuk pertumbuhan
b. Hormon tirotropik, thyroid stimulating hormone (TSH) mengendalikan kelenjar
tiroid dalam menghasilkan hormone tiroksin. Sel-selnya besar dan berbentuk
polyhedral mengandung granula kecil yang berdiameter 50-100 nm. Fungsinya
menstimulasi pembesaran tiroid, menambah uptake yodium, dan menambah
sintesis tiroglobulin.
c. Hormon adrenokortikotropik ( ACTH) mengendalikan kelenjar suprarental dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal. Selnya
mengandung granul sekretori berdiameter 375-550 nm, merupakan yang terbesar
ditemukan dalam sel-sel hipofisis. Sel ini menyintesis hormone ACTH dan beta
lipoprotein, diproduksi dan disimpan dalam sel basophil hipofise anterior,
mempunyai efek terhadap supraren dan ekstraadrenal.
d. Hormon gonadotropin , menghasilkan :
1) Follicle stimulating hormone (FSH) yang memiliki fungsi berbeda pada
wanita dan pria. Pada wanita, hormone ini merangsang pertumbuhan dan
perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur.
Hormone ini juga mendorong sekresi hormone estrogen dan ovarium. Pada
pria FSH diperlukan untuk produksi sperma.
2) Luteinzing hormone (LH) juga berfungsi berbeda pada wanita dan pria.
Pada wanita LH berperan dalam ovulasi dan luteinisasi (yaitu, pembentukan
korpus luteum penghasil hormone di ovarium setelah ovulasi). LH juga
mengatur sekresi hormone-hormon seks wanita, estrogen dan progesterone,
oleh ovarium. Pada pria hormone ini merangsang sel interstisium leydig di
testis untuk mengeluarkan hormone seks pria, testosterone, sehingga
hormone ini memiliki nama alternative interstitial cell-stimulating hormone
(ICSH)
3) Prolactin (PRL) meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu
pada wanita. Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan
bahwa hormone ini mungkin merangsang produksi reseptor LH di testis.
2. Lobus Posterior (neurohipofisis)
Lobus posterior hipofise terdiri dari jaringan saraf dan karenanya juga dinamai
neurohipofisis, berasal dari evaginasi atau penonjolan dasar ventrikel otak ketiga,
menghasilkan dua macam hormone :
1) Vasopresin atau arginen vasopressin (APV), hormone anti-diuretik (ADH)
yang bekerja melalui reseptor-reseptor tubulus distal ginjal, menghemat
air, mengonsentrasi urine dengan menambah aliran osmotic dari lumina-
lumina ke intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos. Dengan
demikian ADH memelihara konstannya osmolaritas dan volume cairan
dalam tubuh.
2) Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu
mengeluarkan janin selama persalinan, dan hormone ini juga merangsang
penyemprotan (ejeksi) susu dari kelenjar mamaria (payudara) selama
menyusui.
b. Fungsi Tiroksin :
1. Tiroksin mempengaruhi proses okdidasi dalam tubuh sehingga memengaruhi
metabolism didalam tubuh.
2. Tiroksin berperan penting dalam pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan
perkembangan mental
3. Koloid yang terdapat dalam gelembung tiroid menjadi tempat penyimpanan
yodium untuk pertumbuhan.
4. Tiroksin mempengaruhi stimulais system saraf.
5. Tiroksin memelihara kesehatan kulit dan rambut
IV. THYMUS
Kelenjar timus terletak dalam rongga mediastinum di belakang os sternum, di
dalam rongga toraks, kira-kira setinggi bifukasi trachea. Warnanya kemerah-merahan
dan terdiri dari dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10
gram, ukurannya bertambah setelah masa remaja antara 30-40 gram dan setelah dewasa
akan mengerut.
Kelenjar timus menginduksi diferensiasi sel induk limfosit yang mampu
berpartisipasi dalam reaksi kekebalan. Di antara bukti tentang adanya aktivasi endokrin
pada timus ialah kenyataan bahwa timus peka terhadap hormone tiroid. Mengecilnya
ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai disebabkan oleh hambatan yang
diberikan oleh steroid gonald. Steroid adrenal juga menghambat timus, pengaruh ini
dipakai sebagai parameter untuk kortikosteroid
Kelenjar timus adalah suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan
imunologis. Sumber hormone timus mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel
yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam jaringan lain. Setelah dewsa
pertumbuhan akan berkurang sehingga mengurangi aktivitas kelamin.
a. Fungsi kelenjar timus :
1. Suatu sumber sel yang mempunyai kemampuan imunologis.
2. Sumber hormone timik yang mempersiapkan proloferasi dan maturasi sel-sel
yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam banyak jaringan lain.
3. Mengurangi aktivitas kelamin
V. KELENJAR SUPRARENALIS
Kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk ceper terdapat pada bagian atas
dari ginjal. Beratnya kira-kira 5-9 gram berjumlah dua buah sesuai dengan jumlah
ginjal. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (Korteks) yang berasal dari
sel-sel mesodermal, bagian dalam disebut medula yang berasal dari sel-sel ectodermal.
Berdasarkan perbedaan dari zat yang dihasilkan, fungsi dan peranan dalam mengatur
kehidupan sel di dalam tubuh juga berbeda.
Bagian korteks menghasilkan hormone-hormon yang dikatagorikan sebagai
hormone steroid, sedangkan bagian medula menghasilkan katekolamim.
b. Mineralokortikoid
Hormone mineralkortikoid terdiri atas aldosterone dan deoksikortikosteron (
DOC ). Kedua hormone ini berperan penting dalam keseimbangan elektrolit
dan air di dalam tubuh. Kadar natrium dalam darah ditentukan dan kalium
yang berlebihan dibuang melalui urine.
c. Hormon kelamin
Korteks adrenal juga menghasilkan sedikit hormone kelamin pada laki-laki
dan perempuan untuk pertumbuhan dan perkembangan sifat kelamin.
Hormone tersebut adalah androgen, estrogen dan progesterone. Kadar
hormone yang dihasilkan sedikit sehingga tidak memberikan dampak yang
buruk. Namun jika kadar hormone tersebut bertambah, sifat kelamin sekunder
akan berubah.
i. Sekresi berlebihan pada masa anak-anak keadaan ini akan mempercepat
perkembangan kelamin atau perkembangan tersebut terjadi lebih awal dari
pada biasa dan anak tersebut akan mencapai masa pubertas lebih awal
daripada seharusnya.
ii. Sekresi berlebih pada masa dewasa.
Keadaan ini biasanya terjadi karena kelebihan hormone androgen (Hormon
laki-laki) pada perempuan. Perempuan tersebut akan menunjukan sifat
laki-laki, misalnya tumbuh janggut dan kumis. Kondisi seperti ini dikenal
sebagai virilisma.
2. Medula
Terdiri dari sel-sel yang menghasilkan hormone epinefrin dan hormone
norepinefrin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan kelenjar medula
adrenal. Kelenjar medula adrenal dapat membentuk dan melepaskan adrenalin di
samping noradrenalin. Dalam medula adrenal norepinefrin dibuha oleh enzim yang
dirangsang oleh kortisol. Pada dasarnya katekolamin (adrenallin) dan noradrenalin
terbentuk melalui suatu hidroksilasi dan dekarboksilasi asam amino fenilanin dan
tirosin. Tirokisn ditanspor ke dalam sel untuk menyekresi katekolamin ditosin.
Fungsi epinefrin dan norepinefrin :
a. Terhadap system kerdiovaskuler ( jantung )
1.Epinefrin menyebabkan vasodilatasi arteriole dari otot tulang dan
vasokontriksi arteriole dari kulit. Sebagai stimulus untuk aksi jantung,
menambah frekuensi dan kontraksi otot jantung, dan memperbesar curah
jantung.
2.Norepinefrin vasokontriksi dan hormone ini menyebabkan tekanan darah
meninggi, sangat berguna untuk memperbaiki keadaan syok yang bukan
disebabkan oleh perdarahan.
b. Terhadap otot polos dari visera. Epinefrin menyebabkan relaksasi oto polos
gaster, usus, dan vesika urinaria, otot polos bronkus sehingga sebagai terapi
serangan asam bronchial.
2. Ovarium :
Hormone perempuan yang dihasilkan dalam ovarium adalah estrogen dan
progesterone .
1) Estrogen :
Estrogen alami yang menonjol adalah estradiol. Ovarium hanya
membuat estradiol yang merupakan produk degradasi steroid-steroid pada
wanita yang tidak hamil. Selama kehamilan estrogen diproduksi oleh plasenta.
Estrogen beredar terikat pada protein plasma. Urine wanita hamil banyak
mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Mekanisme aksi estrogen
mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran. Khasiat
umumnya sebagai perangsang DNA melalui RNA sehingga terjadi peningkatan
sintesis protein. Khasiat khususnya :
a. Serviks : produksi estradiol meningkatkan fase folikuler sekresi getah
serviks dalam mengubah konsentrasi getah pada saat ovulasi.
b. Vagina : estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan
produksi getah dan odar glikogen, meningkatkan produksi asam laktat nilai
pH menjadi rendah sehingga memperkecil terjadinya infeksi,
mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapar menembus
selubung ovum.
2) Progesteron :
LSH dari hypophysis menstimulasi seksresi progesterone. Sturuktur yang
menghasilkan progesteron adalah corpus luteum yang berasal dari folikel de
graff. Progesteron merupakan hormone yang bertanggung jawab pada masa
kehamilan. Hormone ini menyebabkan terjadinya kehamilan dan
mengembangkan pertumbuhan plasenta.
Pada perempuan hamil sumber progesterone pada tahap awal kehamilan
(hingga bulan keempat) adalah corpus luteum. Setelah itu sumber progesterone
adalah sel-sel didalam plasenta. Hormone kelamin perempuan dan laki-laki
adalah hormone penting dan yang dapat digunakan sebagai obat pada beberapa
penyakit.
KONSEP ASKEP DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Umur : Beberapa gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu
meskipun proses patologis sudah berlangsung sejak lama. Terjadi disemua usia,
tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia (karena di usia tersebut daya
tahan tubuh tidak maksimal, maka akan sering terserang penyakit).
2) Jenis kelamin : Wanita lebih sering terserang penyakit sistem endokrin (karena pada
simtem hormonal wanita lebih banyak)
3) Pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim menganggap
enteng gejala yang timbul
4) Pekerjaan : sering menyerang pada pekerja dengan pekerjaan berat (kuli)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Terdiri dari keluhan utama nonspesifik dan keluhan utama spesifik.
Keluhan utama nonspesifik, yaitu terjadi lesu dan depresi, perubahan kesadaran,
penurunan energi, gangguan pola tidur, perubahan BB, perubahan mood dan afek,
peubahan kulit dan rambut, perubahan penampilan umum, disfungsi seksual.
Keluhan utama spesifik, yaitu terjadi perubahan status mental, perubahan tanda-
tanda vital, palpitasi, tremor, letih, lemah, perubahan nafsu makan, berat badan
turun, polidifsia dan polifagia, perubahan status bowel, abnormalitas organ seksual
dan libido, perubahan penampilan, hiperfungsi adrenokortikal, abnormailtas
pertumbuhan, perubahan kulit dan jaringan (vitiligo, miksidema), rambut
(hirsutisme), mata (eksoptalmus), masalah tulang dan sendi, kolik renal dan batu,
tetani, paresthesia dan kram otot.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang:
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti menanyakan persepsi pasien tentang
penyakitnya, mulai kapan tanda dan gejala muncul, jika ada nyeri bagaimana
karakteristik nyerinya, penyebarannya, upaya yang sudah dilakukan untuk
mengatasi penyakitnya.
Riwayat kesehatan sekarang dapat ditanyakan dengan menggunakan metode
PQRST:
a. Provokatif, Paliatif (Apayang memperberat dan apa yang memperingan gejala),
perawat bisa menanyakan hal-hal apa saja yang bisa memperberat gejala, dan
hal-hal yang bisa memperingan gejala
b. Quality, Quantity (karakteristik keluhan dan jumlah).
c. Region, Radiasi, misalnya perawat menanyakan dimana lokasi/letak dari rasa
nyeri yang dialami klien? Apakah nyeri yang dirasakan menyebar ke tempat
lain, apakah mengganggu dalam aktivitas sehari-hari.
d. Scale, contohnya menanyakan berapa skala nyeri yang dialami oleh klien, skala
nyeri ini juga dapat dibuat rentang tersendiri oleh perawat yang mengkaji
keluhan nyeri.
e. Time, misalnya perawat menanyakan kapan keluhan nyeri dirasakan oleh klien.
Apakah pagi hari, siang hari, ataukah malam hari.
3) Riwayat Penyakit Dahulu:
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama
karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti:
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang: amenore, bulu rambut
tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang bagi perempuan.
b. BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak
makan
c. Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak
mudah berkonsentrasi
d. Penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal:
hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.
e. Riwayat operasi bedah
Tanyakan kepada klien tentang riwayat operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi
untuk gangguan metabolic atau endokrin, khususnya di bagian kepala dan
leher. Jika ada informasi bahwa penyakit menyertakan operasi atau biopsy,
maka penting untuk mengkaji kekambuhan,
Catat juga apakah klien pernah melakukan tes darah, tranfusi produksi darah,
prosedur gigi, tindik telinga atau organ tubuh lainnya, tato, atau injekti
intravene dengan jarum terkontaminasi ? perlu dicatat bahwa prosedur
pengkajian yang merusak kulit dapatr digunakan sebagai ruang masuk virus
hepatitis (B dan C) atau pathogen lainnya (Joyce Mk, 2014).
f. Pengobatan
Tanyakan secara khusus tentang penggunaan hormone dan steroid, termasuk :
Nama obat, Dosis, Durasi penggunaan, tanyakan apakah klien juga
menggunakan terapi obat herbal atau terapi alternative lainnya(Joyce Mk,
2014).
g. Kebiasaan makan (diet)
Kebiasaan makan dapat menjadi factor yang memperburuk atau meringankan
penyakit. Jenis makanan tertentu dapat menyebabkan kembung. Makanan
asam, makan dalam porsi besar, dan makanan berlemak dapat berpresipitasi
menyebabkan kembung, flatulensi, serdawa, gangguan pencernaan, dan nyeri
ulu hati juga rasa nyeri didaerah kandung kemih(Joyce Mk, 2014).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsumg dengan gangguan hormonal seperti:
- Obesitas
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Kelainan pada kelenjar tiroid
- Diabetes melitus
- Infertilisasi
Dalam mengidentifikasi informasi ini gunakan bahasa yang sederhana dan di
mengerti oleh klien atau keluarga (Rumaharbo, 1999).
c. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1) Kondisi kelenjar endokrin
2) Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis).Secara umum,tekhnik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai
penyimpangan fungsi adalah:
1) Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan
kepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar
sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa
komponen berikut:
a) Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, ismus
b) Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler
c) Jumlah: uninodusa atau multinodusa
d) Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler
local
e) Gerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut
bergerak
f) Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
2) Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di
belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan.
Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi:
a) Perluasan dan tepi
b) Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat
diraba trachea dan kelenjarnya.
c) Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
d) Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih
dalam daripada musculus ini.
e) Limfonodi dan jaringan sekitar
Palpasi: hanya bisa dilakukan pada kelenjar tiroid dan testis:
a) Pada kondisi normal: kelenjar tiroid tidak teraba
b) Pada kondisi normal: testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan
kenyal seperti karet
Derajat pembesaran kelenjar tiroid:
1. Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila teraba tidak lebih besar
dari ukuran normal
2. Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak terlihat bila kepala
dalam posisi normal
3. Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan kepala dalam posisi
normal, dan terlihat nodul
4. Derajat II : jelas terlihat pembesaran à jarak dekat
5. Derajat III : tampak jelas dari jauh
6. Derajat IV : sangat besar
3) Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan
adanya hipertiroid.
a) Pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat terdengar bunyi “bruit“.
b) Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea.
c) Normal: bunyi ini tidak terdengar.
d) Dapat terdengar bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar
tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid
e) Auskultasi: untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah
dan jantung (TD, ritme dan rate jantung)
d. Kebutuhan Dasar
a. Pola pemenuhan nutrisi:
1) Mengkaji tinggi badan dan berat badan.
2) Apakah ideal antara berat badan dan tinggi badannya, berapa yang
diinginkan berat badannya.
3) Adakah perubahan pola makan, baik jumlah maupun jenisnya.
4) Adakah perubahan nafsu makan
5) Bagimana keadaan rambut
6) Keadaan warna kulit, khususnya pada wajah, leher, tangan.
7) Adakah tanda-tanda malnutrisi
b. Pola eliminasi:
1) Frekuensi BAK, BAB.
2) Apakah ada perubahan BAK, BAB, lebih dari normal, BAK sering pada
malam hari.
3) Adakah kesulitan dalam BAB dan BAK
4) Penggunaan laksativ untuk membantu BAB.
c. Pola aktivitas dan latihan:
1) Aktivitas yang bisa dilakukan sehari-hari.
2) Adakah program khusus latihan.
3) Apakah olahraga secara rutin, bagimana polanya.
4) Adakah kesulitan atau gangguan aktivitas.
5) Apakah mudah lelah dan letih saat beraktivitas.
d. Pola istirahat dan tidur:
1) Berapa jam waktu tidur
2) Adakah gangguan tidur
3) Adakah tanda-tanda kurang tidur
4) Bagaimana pola tidurnya
5) Adakah pemberian obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur
e. Pola kognitif persepsi sensori
1) Adakah gangguan memori
2) Adakah gangguan orientasi
3) Adakah gangguan intelektual
f. Pola konsep diri:
1) Gambaran diri: sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar.
2) Identitas diri: ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang
lain.
3) Peran diri: sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
4) Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana dirinya harus berperilaku dan
bertindak berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu.
5) Harga diri: pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya.
g. Pola peran-hubungan:
Mengkaji bagaimana hubungan sosial klien dengan keluarga ataupun
lingkungan sekitarnya.
h. Pola seksualitas:
1) Apakah sudah menikah, mempunyai anak
2) Pola hubungan seksual, kepuasan dalam hubungan seksual.
3) Adakah perubahan hasrat seksual
4) Adakah perubahan menstruasi
5) Bagaimana kemampuan ereksi
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kelenjar hipofise
1) Foto Tengkorak (Kranium). Untuk melihat kondisi sella turika: tumor atau
atropi.
2) Foto Tulang (Osteo). Untuk melihat kondisi tulang (Gigantisme): ukuran
tulang bertambah
3) Ct ScanOtak. Untuk melihat kemungkinan adanya tumor hipofise atau
hipotalamus
4) Pemeriksaan Darah dan Urine
b. Pemeriksaan kelenjar tiroid
1) Uptake Radioaktif (Ray): Untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid
dalam menangkap iodide.
2) T3 dan T4 Serum
3) Upatake T3 Resin: Untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid
binding globulin (TBG) tdk jenuh
4) Protein Boun Iondine (PBI): Untuk mengukur iodium yang terikat dengan
protein plasma.
5) Basal Metabolic Rate: Untuk mengukur secara tidak langsung jumlah
oksigen yang dibutuhkan tubuh dibawah kondisi basal selama beberapa
waktu
6) Scanning Tyroid
c. Pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid
1) Percobaan Sulkowitch: Untuk memeriksa perubahan jumlah kalium dalam
urine, sehingga diketahui aktivitas kelenjar paratioroid.
2) Percobaan Ellwort-Howard: berdasarkan pada diuresis pospor yang
dipengaruhi oleh parathormon
3) Percobaan Kalsium Intravena: berdasarkan pada anggapan bahwa
bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan
Parathormon
4) Pemeriksaan Radiologi
5) Pemeriksaan Electrocardiogram (ECG)
6) Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
d. Pemeriksaan fungsi korteks adrenal
1) Pemeriksaan Hematologi : Kadar kortisol, Aldosteron, Serum ACTH, Serum
renin assay
2) Pemeriksaan urin : Pemeriksaan aldosteron urin, Pemeriksaan kortisol urin,
17 hidroksi kortikosteroid, 17 - Ketosteroid
e. Pemeriksaan fungsi medulla adrenal
Pemeriksaan darah: peningkatan serum katekolamin, pengukuran hormon
metanepharine.
f. Pemeriksaan fungsi hormon pancreas
1) Pemeriksaan hematologi
a. Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting Blood Sugar (FBS)
b. Pemeriksaan gula darah postprandial
c. Pemeriksaan toleransi glukosa oral/Oral glukosa tolerance test (TTGO).
d. Essei hemoglobin glikolisat
e. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida
2) Pemeriksaan glukosa urin : Pemeriksaan ketone urine.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN
Persiapan Pasien:
1. Prosedur pelaksanaan urus – urus :
a) Makan makanan lunak yang tidak berserat satu sampai dua hari sebelum pemeriksaan ,
bermaksud supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga feses tidak keras.
b) Minum laktasit atau obat pencahar yg diberikan 12 jam sebelum pemeriksaan untuk
memebrsihkan sisa feses dalam usus.
c) Dua belas jam sebelum pemeriksaan pasien puasa, dimaksudkan supaya tidak ada lagi sisa
makanan diusus
d) Selama berpuasa pasien diharapkan mengurangi berbicara dan merokok untuk
menghindari adanya bayangan gas.
2. Pemeriksaan laborat
a) Kreatinin ( normal : 0,6- 1,5 mg/ 100 ml )
b) Ureum ( normal : 8-25 mg/ 100ml)
c) Sebelum dilakukan pemeriksaan , maka pasien di minta untuk buang air kecil terlebih
dahulu
Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
dan penandatanganan informed consent.
DAFAR PUSTAKA
L, Tao & K, Kendall. (2014). Synopsis organ system endrokinolo. Jakarta ; Dr. Lyndon
Saputra.
S.Si, Dwisang. Luvina Evi (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Jakarta; Dr. Lyndon saputra.