Anda di halaman 1dari 25

Nama : Ajeng Kusumaningrum

NIM : 17612988
Prodi : D3 Keperawatan 3A

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

System endokrin adalah system kontrol kelenjar tanpa ductless atau saluran yang
meghasilkan hormone dan tersirkulasi pada tubuh melalui alirandrah untuk mempengarhi
oragan-organ lain, system ini disusun oleh kelenjar kelenjar endokrin, yaitu kelenjar yang
mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormone, yang merupakan senyawa protein
atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormone mengalir
dalam darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat bahan ini mengatur atau
mengarahkan fungsi tertentu.
Kelenjar endokrin yang terdapat didalam tubuh adalah sebagai berikut :
a) Kelenjar yang seluruhnya kelenjar endokrin
1. Hypophysis (Glandula pituitaria)
2. Glandula thyreoidea
3. Glandula parathyreoidea
4. Thymus
5. Glandula pinealis
6. Glandula suprarenalis
b) Organ- organ yang dilengkapi dengam kumpulan sel-sel endokrin
Selain menjalankan tugas tertentu organ ini juga mengeluarkan hormone dari
bagian endokrinnya. Organ yang termasuk kedalam kelompok ini adalah :
1. Pulau-pulau Langerhans di dalam pancreas
2. Organ reproduksi atau gonad :
a. Ovarium pada perempuan
b. Testis pada laki-laki
3. Gaster dari intestinal

I. HYPOPHYSIS
Kelejar hipofisis atau pituitary adalah suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar
tengkorak (sela tursika) fossa os sfenoid. Besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan beratnya
sekitar 0,5 gram. Kelenjar ini memegang peranan penting dalam menyekresi hormone dari
semua organ endokrin (sebagai pengatur), kegiatan hormone yang lain, dan mempengaruhi
pekerjaan kelenjar yang lain. Hipofisis dihubungkan dengan hipotalamus oleh sebuah
tangkai penghubung tipis. Fungsi hipofise dapat diatur oleh sususnan saraf pusat melalui
hypothalamus yang dilakukan oleh sejumlah hormone yang dihasilkan hipotalamus.
Hormone-hormon yang mengatur fungsi hipofise disebut hipophysiotropic hormone
dihasilkan ole sel-sel neorosekretori yang terdapat dalam hipotalamus.
Kelenjar hipofise mempunyai dua lobus, yaitu lobus anterior, dan lobus posterior.
1. Lobus anterior (adenohipofise), berasal dari kantong rathke ( dua tulang rawan ) yang
menempel pada jaringan otak lobus posterior , menghasilkan sejumlah hormone yang
bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
a. Hormon somatotropik ( growth hormone). Hormon pertumbuhan yang berfungsi
merangsang pertumbuhan tulang, jaringan lemak, dan visera penting pada individu
yang masih muda untuk pertumbuhan
b. Hormon tirotropik, thyroid stimulating hormone (TSH) mengendalikan kelenjar
tiroid dalam menghasilkan hormone tiroksin. Sel-selnya besar dan berbentuk
polyhedral mengandung granula kecil yang berdiameter 50-100 nm. Fungsinya
menstimulasi pembesaran tiroid, menambah uptake yodium, dan menambah
sintesis tiroglobulin.
c. Hormon adrenokortikotropik ( ACTH) mengendalikan kelenjar suprarental dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal. Selnya
mengandung granul sekretori berdiameter 375-550 nm, merupakan yang terbesar
ditemukan dalam sel-sel hipofisis. Sel ini menyintesis hormone ACTH dan beta
lipoprotein, diproduksi dan disimpan dalam sel basophil hipofise anterior,
mempunyai efek terhadap supraren dan ekstraadrenal.
d. Hormon gonadotropin , menghasilkan :
1) Follicle stimulating hormone (FSH) yang memiliki fungsi berbeda pada
wanita dan pria. Pada wanita, hormone ini merangsang pertumbuhan dan
perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur.
Hormone ini juga mendorong sekresi hormone estrogen dan ovarium. Pada
pria FSH diperlukan untuk produksi sperma.
2) Luteinzing hormone (LH) juga berfungsi berbeda pada wanita dan pria.
Pada wanita LH berperan dalam ovulasi dan luteinisasi (yaitu, pembentukan
korpus luteum penghasil hormone di ovarium setelah ovulasi). LH juga
mengatur sekresi hormone-hormon seks wanita, estrogen dan progesterone,
oleh ovarium. Pada pria hormone ini merangsang sel interstisium leydig di
testis untuk mengeluarkan hormone seks pria, testosterone, sehingga
hormone ini memiliki nama alternative interstitial cell-stimulating hormone
(ICSH)
3) Prolactin (PRL) meningkatkan perkembangan payudara dan produksi susu
pada wanita. Fungsinya pada pria belum jelas, meskipun bukti menunjukan
bahwa hormone ini mungkin merangsang produksi reseptor LH di testis.
2. Lobus Posterior (neurohipofisis)
Lobus posterior hipofise terdiri dari jaringan saraf dan karenanya juga dinamai
neurohipofisis, berasal dari evaginasi atau penonjolan dasar ventrikel otak ketiga,
menghasilkan dua macam hormone :
1) Vasopresin atau arginen vasopressin (APV), hormone anti-diuretik (ADH)
yang bekerja melalui reseptor-reseptor tubulus distal ginjal, menghemat
air, mengonsentrasi urine dengan menambah aliran osmotic dari lumina-
lumina ke intestinum medular yang membuat kontraksi otot polos. Dengan
demikian ADH memelihara konstannya osmolaritas dan volume cairan
dalam tubuh.
2) Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu
mengeluarkan janin selama persalinan, dan hormone ini juga merangsang
penyemprotan (ejeksi) susu dari kelenjar mamaria (payudara) selama
menyusui.

II. KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian bawah
melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada dinding
laring. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus (lobus dekstra dan lobus sinsitra ), saling
berhubungan, masing-masing lobus tebalnya 2 cm, panjang 4 cm, dan lebar 2,5 cm.
kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukan hormone tiroid
bergantung pada jumlah yodium eksogen yang masuk ke dalam tubuh sumber utama
untuk memelihara keseimbangan yodium dalam makanan dan air minum.
Struktur mikroskopis kelenjar ini terdiri dari folikel seperti kelenjar asiner,
berdinding selapis sel, bila sedang aktif berbentuk kuboid yang tinggi. Bila sedang
istirahat sel ini pipih bagian tengah asiner terisi koloid senyawa tiroglobulin, tirosin
dan hormone tiroksin pada lenjar tiroid. Sekresi hormone tiroid memerlukan bantuan
TSH untuk endositosiskoloid oleh mikrovili, enzim proteolitik untuk memecahkan
ikatan hormone T3 (triiodothyronine) dan T4 (tetraidothyronine) dari trigobulin dan
melepaskan T3 dan T4 ke peredaran darah. Reaksi yang diperlukan untuk sintesis dan
sekresi hormone tiroid :
1. Transport yodium dari plasma ke dalam tiroid dan lumen dari folikel- folikel, proses
ini dibantu oleh thyrotrop stimulating hormone (TSH).
2. Dalam kelenjar yodium tiroid dioksidasi sehingga menjadi yodium yang aktif dan
dibantu oleh TSH.
3. Idiotirosin mengalami perubahan kondensasi oksidatif dengan bantuan
peroksidase. Reaksi ini terjadi dalam molekul triglobulin membentuk idiotironin di
antaranya T4 (tetraiodotironin) dan T3 (triidotironin) yang terikat pada tirosin,
dalam kelenjar tirod dalam bentuk tirosin.
4. Tahap terakhir, pelepasan iodotironin bebas ke dalam darah. Setelah triglobulin
dipecah melalui hidrolisis, T4 dan T3 dalam kelenjar tiroid dapat lepas dalam darah.

a. Fungsi Hormon Tiroid :


1. Mempengaruhi pertumbuhan dan maturasi (pematangan) jaringan tubuh,
penggunaan energy total.
2. Mengatur kecepatan metabolism tubuh dan memengaruhi beberapa reaksi
metabolic dalam tubuh.
3. Menambah sintesis asam ribonukleus (RNA) dan protein, suatu aksi yang
mendahului meningginya basal metbolisme.
4. Dalam konsentrasi tinggi, balans nitrogen negative dan sintesis protein berkurang.
5. Menambah produksi panas dan menyimoan energy pada konsentrasi hormone
tiroid yang tinggi.
6. Absropsi intestinal glukosa bertambah lancer oleh hormone tiroid, memungkinkan
factor toleransi glukosa yang abnormal sering, ditemukan pada hipertiroidsme.

b. Fungsi Tiroksin :
1. Tiroksin mempengaruhi proses okdidasi dalam tubuh sehingga memengaruhi
metabolism didalam tubuh.
2. Tiroksin berperan penting dalam pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan
perkembangan mental
3. Koloid yang terdapat dalam gelembung tiroid menjadi tempat penyimpanan
yodium untuk pertumbuhan.
4. Tiroksin mempengaruhi stimulais system saraf.
5. Tiroksin memelihara kesehatan kulit dan rambut

III. KELENJAR PARATIROID


Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar tiroid.
Terdapat dua pasang (4 buah) terletak di belkaang tiap lobus dari kelenjar tiroid, dua
sebelah kiri dan dua sebelah kanan. Besarnya setiap kelenjar kira-kira 5x5x3 mm
dengan berat antara 25-30 mg berat keseluruhan lebih kurang 120 mg.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone paratiroksin yaitu suatu peptida, terdiri
dari 84 asam amino. Dalam melaksanakan kerjanya kelenjar tiroid diatur dan diawasi
secara langsung oleh kelenjar hipofise. Produksi hormone paratiroid akan meningkat
apabila kadar kalsium di dalam plasma menurun dalam keadaan fisiologis normal.
Kadar kalsium dalam plasma berada dalam pengawasan homeostatic dalam batas yang
sangat sempit. Pengawasan ini dipengaruhi oleh perubahan diet setiap hari dan
pertukaran mineral antara tulang dengan darah.
a. Fungsi kelenjar paratiroid :
1. Memelihara konsentrasi ion kalsium plasma dalam batas yang sempit meskipun
terdapat variasi-variasi yang luas
2. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfor oleh ginjal, mempunyai efek terhadap
reabsorbsi tubuler dari kalsium dan sekresi fosfor
3. Mempercepat absorpsi kalsium di intestinum.
4. Jika pemasukan kalsium berkurang, hormone paratiroid menstimulasi resorpsi
tulang sehingga menambah kalsium dalam darah.
5. Dapat menstimulasi transpor kalsium dan fosfat melalui membrane dari
mitokondria
b. Fungsi Ion Kalsium :
1. Penting dalam cairan intrasel dan ekstrasel\
2. Komponen utama dalam tulang
3. Penting dalam pembekuan darah dan kegiatan berbagai system enzim
4. Penglepasan kalsiu (Ca) intrasel untuk mengaktifkan sel ( proses sekresi dan
kontraksi otot)
5. Kalsium ekstrasel mengadakan perubahan kecil pada konsentrasi untuk
perubahan kepekaan sel (hipokalsemia) yang menimbulkan epilepsy dan tetani.

IV. THYMUS
Kelenjar timus terletak dalam rongga mediastinum di belakang os sternum, di
dalam rongga toraks, kira-kira setinggi bifukasi trachea. Warnanya kemerah-merahan
dan terdiri dari dua lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10
gram, ukurannya bertambah setelah masa remaja antara 30-40 gram dan setelah dewasa
akan mengerut.
Kelenjar timus menginduksi diferensiasi sel induk limfosit yang mampu
berpartisipasi dalam reaksi kekebalan. Di antara bukti tentang adanya aktivasi endokrin
pada timus ialah kenyataan bahwa timus peka terhadap hormone tiroid. Mengecilnya
ukuran timus sementara kedewasaan kelamin tercapai disebabkan oleh hambatan yang
diberikan oleh steroid gonald. Steroid adrenal juga menghambat timus, pengaruh ini
dipakai sebagai parameter untuk kortikosteroid
Kelenjar timus adalah suatu sumber dari sel yang mempunyai kemampuan
imunologis. Sumber hormone timus mempersiapkan proliferasi dan maturasi sel-sel
yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam jaringan lain. Setelah dewsa
pertumbuhan akan berkurang sehingga mengurangi aktivitas kelamin.
a. Fungsi kelenjar timus :
1. Suatu sumber sel yang mempunyai kemampuan imunologis.
2. Sumber hormone timik yang mempersiapkan proloferasi dan maturasi sel-sel
yang mempunyai kemampuan potensial imunologis dalam banyak jaringan lain.
3. Mengurangi aktivitas kelamin

b. Kelainan pada kelenjar timus :


1. Hiperplasia : ditandai dengan adanya limfoid folikel di dalam medula. Dalam
keadaan normal, tidak terdapat folikel limfoid. Ini merupakan kelainan
autoimun, reaksinya mempengaruhi daya imun.
2. Tumor timoma : Neoplasmanya adalah sel epitel, ada yang jinak da nada yang
ganas, mempunyai sel epitel neoplastic. Tumot menekan alat sekelilingnya
menimbulkan sesak napas, batuk, dan nyeri menelan.

V. KELENJAR SUPRARENALIS
Kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk ceper terdapat pada bagian atas
dari ginjal. Beratnya kira-kira 5-9 gram berjumlah dua buah sesuai dengan jumlah
ginjal. Kelenjar ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (Korteks) yang berasal dari
sel-sel mesodermal, bagian dalam disebut medula yang berasal dari sel-sel ectodermal.
Berdasarkan perbedaan dari zat yang dihasilkan, fungsi dan peranan dalam mengatur
kehidupan sel di dalam tubuh juga berbeda.
Bagian korteks menghasilkan hormone-hormon yang dikatagorikan sebagai
hormone steroid, sedangkan bagian medula menghasilkan katekolamim.

Kelenjar suprarenalis dibagi atas :


1. Korteks adrenal. Bagian luar berwarna kekuning-kuningan yang menghasilkan
kortisol, disebut korteks yang terdiri dari sel-sel epitel yang besar berisi lipoid yang
disebut foam cells, terdiri ari zona glomerulosa ( lapisan luar), zona fasikulata (
lapisn tengah yang paling besar) , zona retikularis (lapisan dalam langsung yang
mengelilingi medulla). Korteks adrenal menghasilkan hormone :
a. Kortikosteroid (kortikoid), mengandung struktur dasar nucleus. Faal dari
kostikostiroid memproduksi sekitar 30 jenis kortikostiroid, tetapi hanya
beberapa yang mempunyai aktivitas biologis yang jelas. Pengaturan sekresi
glukokortikoid, sekresinya dirangsang oleh ACTH dari adenohipofise melalui
pengaruh trofiknya ACTH, mempertahankan struktur dan perdarahan korteks
adrenal terutama zona fasikulata dan zona retikularis. Sekresi ACTH diatur
oleh :
1) Menakisme umpan balik negative kortisol dan kortikosteron langsung pada
produksi ACTHdi adenohipofisis melalui hipotalamus.
2) Sekresi ACTH pagi hari meningkat dan menurun pada malam hari.
3) Sters meningkatkan sekresi ACTH dan sekresi kortisol.
Fungsi glukokortikoid :
1) Meningkatkan kegiatan metabolism berbagai zar dalam tubuh:
meningkatkan glikogenesis dan glikogenesis di dalam sel hati,
meningkatkan katabolisme protein terutama di otot dan tulang,
meningkatkan sintesis GNA dan RNA di dalam sel hati, menahan ion Na
dan ion Cl, meningkatkan sekresi ion K di ginjal, meningkatkan lipolysis
jaringan perifer, deposit lemak di abdomen, leher, dan wajah.
2) Menurunkan ambang rangsang neuron-neuron susunan saraf pusat
3) Menggiatkan sekresi asam lambung.
4) Menguatkan efek noradrenalin terhadap pembuluh darah, merendahkan
permeabilitas dinding pembuluh darah.
5) Menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, menghambat
pembentukan antibody
6) Menghambat penglepasan histamine dalam reaksi alergi, seringkali
dipakai untuk mengatasi syok anafilatik bersama dengan pemberian
adrenalin

b. Mineralokortikoid
Hormone mineralkortikoid terdiri atas aldosterone dan deoksikortikosteron (
DOC ). Kedua hormone ini berperan penting dalam keseimbangan elektrolit
dan air di dalam tubuh. Kadar natrium dalam darah ditentukan dan kalium
yang berlebihan dibuang melalui urine.

c. Hormon kelamin
Korteks adrenal juga menghasilkan sedikit hormone kelamin pada laki-laki
dan perempuan untuk pertumbuhan dan perkembangan sifat kelamin.
Hormone tersebut adalah androgen, estrogen dan progesterone. Kadar
hormone yang dihasilkan sedikit sehingga tidak memberikan dampak yang
buruk. Namun jika kadar hormone tersebut bertambah, sifat kelamin sekunder
akan berubah.
i. Sekresi berlebihan pada masa anak-anak keadaan ini akan mempercepat
perkembangan kelamin atau perkembangan tersebut terjadi lebih awal dari
pada biasa dan anak tersebut akan mencapai masa pubertas lebih awal
daripada seharusnya.
ii. Sekresi berlebih pada masa dewasa.
Keadaan ini biasanya terjadi karena kelebihan hormone androgen (Hormon
laki-laki) pada perempuan. Perempuan tersebut akan menunjukan sifat
laki-laki, misalnya tumbuh janggut dan kumis. Kondisi seperti ini dikenal
sebagai virilisma.
2. Medula
Terdiri dari sel-sel yang menghasilkan hormone epinefrin dan hormone
norepinefrin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan kelenjar medula
adrenal. Kelenjar medula adrenal dapat membentuk dan melepaskan adrenalin di
samping noradrenalin. Dalam medula adrenal norepinefrin dibuha oleh enzim yang
dirangsang oleh kortisol. Pada dasarnya katekolamin (adrenallin) dan noradrenalin
terbentuk melalui suatu hidroksilasi dan dekarboksilasi asam amino fenilanin dan
tirosin. Tirokisn ditanspor ke dalam sel untuk menyekresi katekolamin ditosin.
Fungsi epinefrin dan norepinefrin :
a. Terhadap system kerdiovaskuler ( jantung )
1.Epinefrin menyebabkan vasodilatasi arteriole dari otot tulang dan
vasokontriksi arteriole dari kulit. Sebagai stimulus untuk aksi jantung,
menambah frekuensi dan kontraksi otot jantung, dan memperbesar curah
jantung.
2.Norepinefrin vasokontriksi dan hormone ini menyebabkan tekanan darah
meninggi, sangat berguna untuk memperbaiki keadaan syok yang bukan
disebabkan oleh perdarahan.
b. Terhadap otot polos dari visera. Epinefrin menyebabkan relaksasi oto polos
gaster, usus, dan vesika urinaria, otot polos bronkus sehingga sebagai terapi
serangan asam bronchial.

VI. KELENJAR PIENALIS


Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat dalam ventrikel otak, berbentuk kecil dengan
warna merah seperti sebuah cemara. Kelenjarna menonjol dari mensefalon ke atas dan
ke belakang kolikus superior. Fungsinya belum diketahui dengan jelas. Kelenjar in
menghasilkan sekresi interna dalam membantu pancreas dn kelenjar kelamin berperan
penting dalam mengatur aktivitas seksual dan reproduksi manusia.
Glandula pienalis diatur oleh isyarat syaraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang
terlihat oleh mata, menyekresi melatonin, dan zat lain yang serupa melewati aliran
darah atau cairan ventrikel III ke glandula hipofise anterior menghambat sekresi
hormone gonadotropin, dan gonad menjadi terhambat lalu berinvolusi
Mekanisme kerja insulin :
1. Meningkatkan transport glukosa dalam sel/jaringan tubuh
2. Meningkatkan transport asam amino ke dalam sel
3. Meningkatkan sintesis protein di orak dan hati
4. Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase dan meningkatkan
sintesis lipida.
5. Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.
VII. KELENJAR PANKREAS (Pulau Langerhans)
Pancreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak retroperitoneal dalam
abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II. Kepala pancreas terletak
dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke lien. Pancreas mendapat darah
dari arteri linealis dan arteri mesenterika superior.
Pancreas menghasilkan dua kelenjar aitu kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin.
Diantara sel-el eksokrin di seluruh pancreas tersebar kelompok-kelompok atau “pulau”,
sel endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) Langerhans. Dalam tubuh manusia
terdapat 1-2 juta pulau-pulau Langerhans yang dibedakan atas granulasi dan
pewarnaan, setengan dari sel ini menyekresi hormone insulin.
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama
lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat berfungsi ia harus berikatan
dengan protein reseptor yang besar dalam membrane sel. Sekresi insulin dikendalikan
oleh kadar glukosa darah.
Mekanisme kerja insulin :
1) Insulin meningkatkan transport glukosa ke dalam sel/jaringan tubuh kecuali otak,
tubulus ginjal, mukosa usus halus, dan sel darah merah. Masuknya glukosa adalah
suatu proses difusi, karena perbedaan konsentrasi glukosa bebs antara luar sel dan
dalam sel
2) Meningkatkan transport asam amino ke dalam sel.
3) Meningkatkan sintesis protein di otak dan hati.
4) Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase, meningkatkan sintesis
lipida.
5) Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

VIII. KELENJAR KELAMIN


Kelenjar gonad yaitu testis pada pria dan ovarium pada wanita, mempunyai fungsi
endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin, testis menghasilkan hormone seks
yaitu androgen dan sperma. Sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan
progesterone serta memproduksi sel telur.
Gonad dan kelenjar-kelenjar aksesori pada waktu lahir mempunyai ukuran yang
lebih kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas kelenjar gonad menjadi aktif dan
sifat kelamin sekunder mulai Nampak, terjadi peningkatan sekresi gonadotropin ( FSH
dan LH) yang merangsnag perkembangan dan produksi kelenjar Gonad. Peningkatan
sekresi FSH dan LH disebabkan kepekaan hipotalamus terhadap inhibisi (hambatan)
steroid menurun.
Fungsi reproduksi pria dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1) Spermatogenesis untuk pembentukan sperma
2) Pelaksanaan keja seksual
3) Pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormon ( fungsi endokrin )yang
berhubungan dengan fungsi reproduksi, efek hormone seks pria pada organ seks
tambahan, metabolisme sel dan fungsi tubuh lain.
1. Testis :
Testis meghasilkan beberapa hormone seks pria yang bersama-sama
dinamakan androgen. Salah satu diantaranya adalah testoteron yang lebih banyak
dan lebih kuat dari yang lainnya, serta bertanggungjawab pada efek hormone pria.
Fungsi Endokrin testis :
1) Testis janin dapat menurun hingga trimester ke -3 kehamilan, mensintesis
androgen pada minggu ke-6 sampai 8 (maksimum minggu 11-18),
menghasilkan testosterone.
2) Pada janin testosterone diperlukan untuk diferensiasi genitalia interna dan
eksterna laki-laki.
3) Pada pria dewasa untuk perkembangan dan memperthankan ciri-ciri seks
sekunder pria serta spermatogenesis.
Testoteron bertanggung jawab untuk perkembangan sifat kelamin sekunder bagi
laki-laki. Sifat ini termasuk :
1) Perubahan pada larynx – suara menjadi pecah dan lebih dalam ( suara laki-laki)
2) Pertumbuhan rambut di bagian muka ( janggut dan kumis), dan rambut ketiak
serta pelvis.
3) Sifat pembentukan tubuh mengambil bentuk susunan laki-laki
4) Organ kelamin laki-laki membesar.

2. Ovarium :
Hormone perempuan yang dihasilkan dalam ovarium adalah estrogen dan
progesterone .
1) Estrogen :
Estrogen alami yang menonjol adalah estradiol. Ovarium hanya
membuat estradiol yang merupakan produk degradasi steroid-steroid pada
wanita yang tidak hamil. Selama kehamilan estrogen diproduksi oleh plasenta.
Estrogen beredar terikat pada protein plasma. Urine wanita hamil banyak
mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Mekanisme aksi estrogen
mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran. Khasiat
umumnya sebagai perangsang DNA melalui RNA sehingga terjadi peningkatan
sintesis protein. Khasiat khususnya :
a. Serviks : produksi estradiol meningkatkan fase folikuler sekresi getah
serviks dalam mengubah konsentrasi getah pada saat ovulasi.
b. Vagina : estradiol menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan
produksi getah dan odar glikogen, meningkatkan produksi asam laktat nilai
pH menjadi rendah sehingga memperkecil terjadinya infeksi,
mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapar menembus
selubung ovum.

2) Progesteron :
LSH dari hypophysis menstimulasi seksresi progesterone. Sturuktur yang
menghasilkan progesteron adalah corpus luteum yang berasal dari folikel de
graff. Progesteron merupakan hormone yang bertanggung jawab pada masa
kehamilan. Hormone ini menyebabkan terjadinya kehamilan dan
mengembangkan pertumbuhan plasenta.
Pada perempuan hamil sumber progesterone pada tahap awal kehamilan
(hingga bulan keempat) adalah corpus luteum. Setelah itu sumber progesterone
adalah sel-sel didalam plasenta. Hormone kelamin perempuan dan laki-laki
adalah hormone penting dan yang dapat digunakan sebagai obat pada beberapa
penyakit.
KONSEP ASKEP DAN PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Umur : Beberapa gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu
meskipun proses patologis sudah berlangsung sejak lama. Terjadi disemua usia,
tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia (karena di usia tersebut daya
tahan tubuh tidak maksimal, maka akan sering terserang penyakit).
2) Jenis kelamin : Wanita lebih sering terserang penyakit sistem endokrin (karena pada
simtem hormonal wanita lebih banyak)
3) Pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim menganggap
enteng gejala yang timbul
4) Pekerjaan : sering menyerang pada pekerja dengan pekerjaan berat (kuli)

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Terdiri dari keluhan utama nonspesifik dan keluhan utama spesifik.
Keluhan utama nonspesifik, yaitu terjadi lesu dan depresi, perubahan kesadaran,
penurunan energi, gangguan pola tidur, perubahan BB, perubahan mood dan afek,
peubahan kulit dan rambut, perubahan penampilan umum, disfungsi seksual.
Keluhan utama spesifik, yaitu terjadi perubahan status mental, perubahan tanda-
tanda vital, palpitasi, tremor, letih, lemah, perubahan nafsu makan, berat badan
turun, polidifsia dan polifagia, perubahan status bowel, abnormalitas organ seksual
dan libido, perubahan penampilan, hiperfungsi adrenokortikal, abnormailtas
pertumbuhan, perubahan kulit dan jaringan (vitiligo, miksidema), rambut
(hirsutisme), mata (eksoptalmus), masalah tulang dan sendi, kolik renal dan batu,
tetani, paresthesia dan kram otot.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang:
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti menanyakan persepsi pasien tentang
penyakitnya, mulai kapan tanda dan gejala muncul, jika ada nyeri bagaimana
karakteristik nyerinya, penyebarannya, upaya yang sudah dilakukan untuk
mengatasi penyakitnya.
Riwayat kesehatan sekarang dapat ditanyakan dengan menggunakan metode
PQRST:
a. Provokatif, Paliatif (Apayang memperberat dan apa yang memperingan gejala),
perawat bisa menanyakan hal-hal apa saja yang bisa memperberat gejala, dan
hal-hal yang bisa memperingan gejala
b. Quality, Quantity (karakteristik keluhan dan jumlah).
c. Region, Radiasi, misalnya perawat menanyakan dimana lokasi/letak dari rasa
nyeri yang dialami klien? Apakah nyeri yang dirasakan menyebar ke tempat
lain, apakah mengganggu dalam aktivitas sehari-hari.
d. Scale, contohnya menanyakan berapa skala nyeri yang dialami oleh klien, skala
nyeri ini juga dapat dibuat rentang tersendiri oleh perawat yang mengkaji
keluhan nyeri.
e. Time, misalnya perawat menanyakan kapan keluhan nyeri dirasakan oleh klien.
Apakah pagi hari, siang hari, ataukah malam hari.
3) Riwayat Penyakit Dahulu:
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama
karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti:
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang: amenore, bulu rambut
tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang bagi perempuan.
b. BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak
makan
c. Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak
mudah berkonsentrasi
d. Penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal:
hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.
e. Riwayat operasi bedah
Tanyakan kepada klien tentang riwayat operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi
untuk gangguan metabolic atau endokrin, khususnya di bagian kepala dan
leher. Jika ada informasi bahwa penyakit menyertakan operasi atau biopsy,
maka penting untuk mengkaji kekambuhan,
Catat juga apakah klien pernah melakukan tes darah, tranfusi produksi darah,
prosedur gigi, tindik telinga atau organ tubuh lainnya, tato, atau injekti
intravene dengan jarum terkontaminasi ? perlu dicatat bahwa prosedur
pengkajian yang merusak kulit dapatr digunakan sebagai ruang masuk virus
hepatitis (B dan C) atau pathogen lainnya (Joyce Mk, 2014).
f. Pengobatan
Tanyakan secara khusus tentang penggunaan hormone dan steroid, termasuk :
Nama obat, Dosis, Durasi penggunaan, tanyakan apakah klien juga
menggunakan terapi obat herbal atau terapi alternative lainnya(Joyce Mk,
2014).
g. Kebiasaan makan (diet)
Kebiasaan makan dapat menjadi factor yang memperburuk atau meringankan
penyakit. Jenis makanan tertentu dapat menyebabkan kembung. Makanan
asam, makan dalam porsi besar, dan makanan berlemak dapat berpresipitasi
menyebabkan kembung, flatulensi, serdawa, gangguan pencernaan, dan nyeri
ulu hati juga rasa nyeri didaerah kandung kemih(Joyce Mk, 2014).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsumg dengan gangguan hormonal seperti:
- Obesitas
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Kelainan pada kelenjar tiroid
- Diabetes melitus
- Infertilisasi
Dalam mengidentifikasi informasi ini gunakan bahasa yang sederhana dan di
mengerti oleh klien atau keluarga (Rumaharbo, 1999).

c. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1) Kondisi kelenjar endokrin
2) Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis).Secara umum,tekhnik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai
penyimpangan fungsi adalah:
1) Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan
kepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar
sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa
komponen berikut:
a) Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, ismus
b) Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler
c) Jumlah: uninodusa atau multinodusa
d) Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler
local
e) Gerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut
bergerak
f) Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
2) Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di
belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan.
Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi:
a) Perluasan dan tepi
b) Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat
diraba trachea dan kelenjarnya.
c) Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
d) Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih
dalam daripada musculus ini.
e) Limfonodi dan jaringan sekitar
Palpasi: hanya bisa dilakukan pada kelenjar tiroid dan testis:
a) Pada kondisi normal: kelenjar tiroid tidak teraba
b) Pada kondisi normal: testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan
kenyal seperti karet
Derajat pembesaran kelenjar tiroid:
1. Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila teraba tidak lebih besar
dari ukuran normal
2. Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak terlihat bila kepala
dalam posisi normal
3. Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan kepala dalam posisi
normal, dan terlihat nodul
4. Derajat II : jelas terlihat pembesaran à jarak dekat
5. Derajat III : tampak jelas dari jauh
6. Derajat IV : sangat besar
3) Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan
adanya hipertiroid.
a) Pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat terdengar bunyi “bruit“.
b) Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea.
c) Normal: bunyi ini tidak terdengar.
d) Dapat terdengar bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar
tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid
e) Auskultasi: untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah
dan jantung (TD, ritme dan rate jantung)

b. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal


1) Inspeksi
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya
dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
1) Penyakit Addison
a. Pigmentasi pada kulit
b. Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa
c. Warna kulit: pucat, sianosis
d. RR cepat
e. Suhu tubuh diatas normal
f. Tanda-tanda dehidrasi
g. Bibir tampak kering
h. Kelemahan umum
i. Pasien tampak haus
j. Membran mukosa kering
2) Cushing Sindrom
a. Kifosis
b. Buffalo hump
c. Moon face
d. Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat
e. Virilitas pada wanita
f. Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)
2) Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan
untuk mengetahui apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada
kaitannya dengan penyakit pada gangguan kelenjar adrenal tersebut.
1. Penyakit Addison
a. Nadi cepat dan lemah
b. Nyeri abdomen
c. Turgor kulit
2. Cushing Sindrom
a. Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
b. Atropi payudara
c. Klitoris yang membesar
3) Auskultasi
1. Penyakit Addison: Tekanan darah rendah
2. Cushing Sindrom: Suara yang dalam

c. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Pankreas.


Cara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3:
1) Inspeksi
a. Atur pencahayaan yang baik
b. Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi
dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk
menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen.
c. Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis
d. Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan
striae
e. Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran
umbillikus
f. Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi
2) Palpasi: teraba masa pada abdomen
Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2:
a. Palpasi Ringan
1. Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang
sebelumnya sebagai titik bermasalah.
2. Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi
dan berhimpitan. Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan
pemeriksa untuk mengurangi sensasi geli
3. Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1-2 cm.
4. Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya
massa
5. Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda
ketidaknyamanan.
6. Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan
dalam kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri
timbul dengan melepaskan tangan.
b. Palpasi Dalam
1. Gunakan metode bimanual
2. Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
3. Catat adanya massadan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa,
catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan
3) Auskultasi: untuk mendengarkan bising usus meningkat.
a. Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
b. Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada
area sekum.
c. Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
d. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
e. Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis,
dengarkan setiap kuadran abdomen
f. Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau
hipoaktif
g. Letakkan bagian bell atau sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis,
arteri iliaka dan arteri femoral.

d. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid


Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui
gangguan pada kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar
paratiroid.
1) Inspeksi otot
a. Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati
adanya atrofi atau hipertrofi.
b. Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan
menggunakan mistar.
c. Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur
yang ditujukan oleh malposisi suatu bagia tubuh.
d. Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara
aktif dan pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi
tiba-tiba secara involunter(spastisitas).
e. Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong
tangan pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan
ekstremitas kiri.
f. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara
resisten.
g. Amati kenormalan susunan dan deformitas.
h. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
i. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
2) Inspeksi persendian
a. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
b. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak
dan nodul.
c. Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM).

d. Kebutuhan Dasar
a. Pola pemenuhan nutrisi:
1) Mengkaji tinggi badan dan berat badan.
2) Apakah ideal antara berat badan dan tinggi badannya, berapa yang
diinginkan berat badannya.
3) Adakah perubahan pola makan, baik jumlah maupun jenisnya.
4) Adakah perubahan nafsu makan
5) Bagimana keadaan rambut
6) Keadaan warna kulit, khususnya pada wajah, leher, tangan.
7) Adakah tanda-tanda malnutrisi
b. Pola eliminasi:
1) Frekuensi BAK, BAB.
2) Apakah ada perubahan BAK, BAB, lebih dari normal, BAK sering pada
malam hari.
3) Adakah kesulitan dalam BAB dan BAK
4) Penggunaan laksativ untuk membantu BAB.
c. Pola aktivitas dan latihan:
1) Aktivitas yang bisa dilakukan sehari-hari.
2) Adakah program khusus latihan.
3) Apakah olahraga secara rutin, bagimana polanya.
4) Adakah kesulitan atau gangguan aktivitas.
5) Apakah mudah lelah dan letih saat beraktivitas.
d. Pola istirahat dan tidur:
1) Berapa jam waktu tidur
2) Adakah gangguan tidur
3) Adakah tanda-tanda kurang tidur
4) Bagaimana pola tidurnya
5) Adakah pemberian obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur
e. Pola kognitif persepsi sensori
1) Adakah gangguan memori
2) Adakah gangguan orientasi
3) Adakah gangguan intelektual
f. Pola konsep diri:
1) Gambaran diri: sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar.
2) Identitas diri: ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang
lain.
3) Peran diri: sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
4) Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana dirinya harus berperilaku dan
bertindak berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu.
5) Harga diri: pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya.
g. Pola peran-hubungan:
Mengkaji bagaimana hubungan sosial klien dengan keluarga ataupun
lingkungan sekitarnya.
h. Pola seksualitas:
1) Apakah sudah menikah, mempunyai anak
2) Pola hubungan seksual, kepuasan dalam hubungan seksual.
3) Adakah perubahan hasrat seksual
4) Adakah perubahan menstruasi
5) Bagaimana kemampuan ereksi
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kelenjar hipofise
1) Foto Tengkorak (Kranium). Untuk melihat kondisi sella turika: tumor atau
atropi.
2) Foto Tulang (Osteo). Untuk melihat kondisi tulang (Gigantisme): ukuran
tulang bertambah
3) Ct ScanOtak. Untuk melihat kemungkinan adanya tumor hipofise atau
hipotalamus
4) Pemeriksaan Darah dan Urine
b. Pemeriksaan kelenjar tiroid
1) Uptake Radioaktif (Ray): Untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid
dalam menangkap iodide.
2) T3 dan T4 Serum
3) Upatake T3 Resin: Untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid
binding globulin (TBG) tdk jenuh
4) Protein Boun Iondine (PBI): Untuk mengukur iodium yang terikat dengan
protein plasma.
5) Basal Metabolic Rate: Untuk mengukur secara tidak langsung jumlah
oksigen yang dibutuhkan tubuh dibawah kondisi basal selama beberapa
waktu
6) Scanning Tyroid
c. Pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid
1) Percobaan Sulkowitch: Untuk memeriksa perubahan jumlah kalium dalam
urine, sehingga diketahui aktivitas kelenjar paratioroid.
2) Percobaan Ellwort-Howard: berdasarkan pada diuresis pospor yang
dipengaruhi oleh parathormon
3) Percobaan Kalsium Intravena: berdasarkan pada anggapan bahwa
bertambahnya kadar serum kalsium akan menekan pembentukan
Parathormon
4) Pemeriksaan Radiologi
5) Pemeriksaan Electrocardiogram (ECG)
6) Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
d. Pemeriksaan fungsi korteks adrenal
1) Pemeriksaan Hematologi : Kadar kortisol, Aldosteron, Serum ACTH, Serum
renin assay
2) Pemeriksaan urin : Pemeriksaan aldosteron urin, Pemeriksaan kortisol urin,
17 hidroksi kortikosteroid, 17 - Ketosteroid
e. Pemeriksaan fungsi medulla adrenal
Pemeriksaan darah: peningkatan serum katekolamin, pengukuran hormon
metanepharine.
f. Pemeriksaan fungsi hormon pancreas
1) Pemeriksaan hematologi
a. Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting Blood Sugar (FBS)
b. Pemeriksaan gula darah postprandial
c. Pemeriksaan toleransi glukosa oral/Oral glukosa tolerance test (TTGO).
d. Essei hemoglobin glikolisat
e. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida
2) Pemeriksaan glukosa urin : Pemeriksaan ketone urine.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN

No. NANDA NOC NIC

1. Intoleransi aktivitas Tingkat Kelelahan Peningkatan Tidur


Domain:4 Kelas: 4 Definisi: Definisi:
Definisi: Keparahan kelelahan secara Memfasilitasi tidur
Ketidakcukupan energi umum berdasarkan atau siklus bangun
psikologis atau fisiologis pengamatan atau laporan. yang teratur
untuk
melanjutkan atau Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas:
menyesuaikan aktivitas selama 2x24 jam diharapkan 1. Tentukan pola
kehidupan sehari-hari yang pasien memenuhi indikator tidur atau aktivitas
harus atau ingin dilakukan. sbb: pasien
- Ganngguan konsentrasi (4) 2. Monitor atau
- Kelelahan (5) catat pola tidur dan
Batasan karakteristik : - Kelesuan (5) jumlah tidur
-menyatakan merasa letih 3. Perkirakan pola
tidur atau siklus
Faktor berhubungan: bangun pasien
-kelemahan umum dalam perawatan
perencanaan
4. Sesuaikan
lingkungan (cahaya,
kebisingan, suhu,
kasur, dan tempat
tidur) untuk
meningkatkan tidur.
2. Ketidakseimbangan nutrisi Nafsu Makan Monitor Nutrisi
kurang dari kebutuhan Definisi: Definisi:
tubuh Keinginan untuk makan Pengumupulan dan
Domain: 2 Kelas: 1 analisis data pasien
Definisi: Setelah dilakukan tindakan yang berkaitan dengan
Asupan nutrisi tidak cukup selama 1x24 jam diharapkan asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan pasien memenuhi indikator
metabolik sbb: Aktivitas-aktivitas:
- Hasrat atau keinginan untuk 1. Timbang BB pasien
makan (5) 2. Monitor adanya
Batasan karakteristik: - Menyenangi makanan (5) mual dan muntah
- Kurang makan - Intake makanan (4) 3. Monitor diet dan
- Kurang minat pada asupan kalori
makanan 4. Identifikasi
perubahan nafsu
Faktor berhubungan: makan dan aktivitas
- Faktor biologis akhir-akhir ini.
3. Gangguan rasa nyaman Status Kenyaman: Lingkungan Manajemen
Domain: 12 Kelas: 2 Definisi: Lingkungan :
Definisi: Kenyaman dan keamanan Kenyamanan
Merasa kurang senang, lingkungan sekeliling Definisi:
lega, dan sempurna dalam Manipulasi lingkungan
dimensi Setelah dilakukan tindakan pasien untuk
fisik, psikospiritual, selama 2x24 jam diharapkan mendapatkan
lingkungan dan sosial. pasien memenuhi indikator kenyamanan yang
sbb: optimal
Batasan karakteristik: - Suhu ruangan (5)
- Merasa dingin - Kepuasan dengan Aktivitas-aktivitas:
- Merasa tidak nyaman lingkungan (4) - Tentukan tujuan
- Adaptasi Lingkungan yang pasien dan keluarga
Faktor berhubungan : dibutuhhkan (5) dalam mengelola
- Gejala terkait penyakit lingkungan dan
kenyamanan yang
optimal
- Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung
- Sesuaikan suhu
ruangan yang paling
menyamankan
individu jika
memungkinkan
- Berikan atau
singkirkan selimut
untuk
meningkatkan
kenyamanan
terhadap suhu,
seperti yang di
indikasikan.
PERSIAPAN PASIEN DENGAN BNO IVP

Persiapan Pasien:
1. Prosedur pelaksanaan urus – urus :
a) Makan makanan lunak yang tidak berserat satu sampai dua hari sebelum pemeriksaan ,
bermaksud supaya makanan tersebut mudah dicerna oleh usus sehingga feses tidak keras.
b) Minum laktasit atau obat pencahar yg diberikan 12 jam sebelum pemeriksaan untuk
memebrsihkan sisa feses dalam usus.
c) Dua belas jam sebelum pemeriksaan pasien puasa, dimaksudkan supaya tidak ada lagi sisa
makanan diusus
d) Selama berpuasa pasien diharapkan mengurangi berbicara dan merokok untuk
menghindari adanya bayangan gas.

2. Pemeriksaan laborat
a) Kreatinin ( normal : 0,6- 1,5 mg/ 100 ml )
b) Ureum ( normal : 8-25 mg/ 100ml)
c) Sebelum dilakukan pemeriksaan , maka pasien di minta untuk buang air kecil terlebih
dahulu

Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
dan penandatanganan informed consent.
DAFAR PUSTAKA

AMK, Syaifuddin. H. (2010). Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta;


EGC.

L, Tao & K, Kendall. (2014). Synopsis organ system endrokinolo. Jakarta ; Dr. Lyndon
Saputra.

S.Si, Dwisang. Luvina Evi (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Paramedis.
Jakarta; Dr. Lyndon saputra.

Anda mungkin juga menyukai