Anda di halaman 1dari 6

Valensi Vol. 3 No.

2, November 2013 (75-80) ISSN : 1978 - 8193

Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol


Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum)

Abstrak
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas senyawa antioksidan dari ekstrak metanol kulit pisang raja
(Musa paradisiaca Sapientum). Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut
metanol. Ekstraksi bertingkat dilakukan terhadap ekstrak metanol dengan n-heksana dan etil asetat.
Dari uji fitokimia terhadap fraksi metanol menunjukkan positif flavonoid. Pengujian aktivitas
antioksidan dilakukan dengan reaksi oksidasi asam linoleat dengan metoda feritiosianat (FTC)
0,05%. Sebagai standar antioksidan digunakan butil hidroksianisol (BHA). Hasil penelitian ini
menunjukkan ekstrak metanol, fraksi n-heksana dan etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang
tidak jauh berbeda dengan BHA, sedangkan fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi daripada BHA.

Kata kunci : antioksidan, feritiosianat, Musa paradisiaca Sapientum

Abstract
A research has been done to evaluate the antioxidant activity of methanol extract Musa paradisiaca
Sapientum peel’s. Maseration technique was used to get the extract using methanol as solvent. The
methanol extract of the peel was re-extracted by solvents into n-hexan and ethyl acetate fractions.
Phytochemical screening of methanol extract showed positive flavonoid. The antioxidant activities
were tested by using ferric thiocyanate method 0.05% (FTC) on linoleic acid and
buthylhydroxyanisole (BHA) as antioxidant standard. Methanol extract, n-hexan and ethyl acetate
fraction exhibited antioxidative activity that was not significantly different from BHA, on the other
hand, the ethyl acetate fraction exhibited significant antioxidative activity, which is better than
BHA.

Keywords : antioxidant, ferric thiocyanate, Musa paradisiaca Sapientum

1. PENDAHULUAN efektif namun antioksidan-antioksidan sintetik


ini sekarang penggunaannya cenderung
Peroksidasi lipid merupakan salah satu
dihindari karena dicurigai mempunyai pengaruh
faktor utama penyebab kerusakan makanan
jelek terhadap kesehatan tubuh (Trilaksani,
selama pengolahan dan penyimpanan, oleh 2003). Oleh karena itu, antioksidan alami
karena itu penambahan antioksidan merupakan mendapat perhatian yang lebih besar.
suatu cara yang umum dilakukan untuk Tanaman pisang (Musa, sp.), merupakan
mengawetkan lemak atau bahan-bahan pangan salah satu jenis tanaman yang banyak terdapat di
berlemak. Disamping itu dalam sistem biologis
Indonesia, tetapi masih belum memiliki acuan
peroksidasi lipida seringkali dikaitkan dengan informasi yang lengkap, baik dari segi fitokimia
beberapa penyakit degeneratif seperti penuaan, maupun dari segi farmakologi guna
kanker, katarak dan lain sebagainya. Karena itu dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan
antioksidan dianggap dapat melindungi penyakit pisang sebagai bahan industri belum populer dan
karena oksidasi lipida tersebut (Santoso,dkk. yang dikenal sampai saat ini masih terbatas pada
2000) buahnya. Pengolahan bagian lainnya yang
Antioksidan - antioksidan yang sering berupa limbah seperti batang, daun, kulit buah
ditambahkan pada minyak atau pada waktu dan sebagainya masih sedikit sekali. Penelitian
pengolahan bahan pangan berlemak adalah butil
terdahulu terhadap pisang Musa cavendish dari
hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen Filipina, telah berhasil diisolasi salah satu jenis
(BHT), dan propil galat (PG). Meskipun cukup antioksidan yaitu gallokatekin yang
75
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (75-80) ISSN : 1978 - 8193

kandungannya ternyata lebih banyak terdapat mL larutan 0,05 N amonia dalam kloroform.
dalam kulit daripada buah. Selain itu, aktivitas Campuran dikocok selama 1 menit, kemudian
antioksidan bagian kulit lebih kuat daripada disaring ke dalam tabung reaksi. Kedalam filtrat
buah (Someya S, dkk, 2002). tambahkan 10 mL H2SO4 2 N dan dikocok
Pada penelitian ini dilakukan uji dengan teratur, biarkan sampai terbentuk dua
pendahuluan aktivitas antioksidan terhadap kulit lapisan. Lapisan atas dipisahkan dan diuji
buah pisang mas, pisang raja, dan pisang ambon. dengan pereaksi Mayer, Wagner dan
Hasilnya menunjukkan adanya aktivitas Dragendorff. Adanya senyawa alkaloid
antioksidan pada ketiga jenis kulit buah pisang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
tersebut,, dan kulit buah pisang raja memiliki dengan pereaksi Mayer, endapan kuning
aktivitas antioksidan yang paling kuat. kecoklatan dengan pereaksi Wagner, dan
Berdasarkan hal tersebut di-atas, maka perlu endapan jingga dengan pereaksi Dragendorff.
dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas 2. Identifikasi steroid dan triterpenoid.
antioksidan terhadap kulit buah pisang raja. Pereaksi Lieberman-Burchard terdiri dari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk larutan asam sulfat pekat dan asam asetat
menentukan aktivitas antioksidan ekstrak anhidrit yang disimpan dalam botol yang
metanol dan hasil fraksinasi kulit buah pisang terpisah. Sampel ditetesi dengan pereaksi
raja (Musa paradisiaca Sapientum). Lieberman - Burchard ditandai dengan warna
merah jingga atau ungu positif triterpenoid
2. METODOLOGI PENELITIAN sedangkan warna biru atau hijau positif steroid.
3. Identifikasi Flavonoid
Alat dan Bahan Identifikasi flavonoid dilakukan dengan
Alat yang digunakan adalah beker gelas, dua cara yaitu :
corong pisah, Erlenmeyer, gelas ukur, kertas a. uji dengan pereaksi Shinoda (serbuk logam
saring, spatula, pipet tetes, aluminium foil, oven, Mg + HCl). Contoh sebanyak 0,5 gram kulit
neraca analitis, spektrometer 20D, rotary pisang yang telah dihaluskan diekstraksi dengan
evaporator R-144 Buchi dengan sistem vakum 5 mL etanol panas selama 5 menit dalam tabung
Buchi B-169, corong burner, vial-vial, reaksi. Selanjutnya hasil ekstraksi disaring dan
mikropipet, alat filtrasi (vacuum system), kepada filtratnya ditambahkan beberapa tetes
blender, plat tetes. HCl pekat. Setelah itu dimasukkan kurang lebih
Bahan yang digunakan adalah kulit pisang 0,2 mg serbuk logam Mg. Bila timbul warna
raja, metanol, aquades, n-heksana, etil asetat, merah tua menandakan adanya flavonoid.
etanol, asam linoleat, buffer fosfat, amonium b. Uji dengan NaOH 10%. Ke-dalam ekstrak
tiosianat, feriklorida dalam 30% asam klorida, etanol yang diperoleh dengan cara di-atas,
BHA, pereaksi-pereaksi Lieberman-Burchard, ditambahkan 2 tetes NaOH 10%. Adanya
Mayer, Dragendorff, Wagner, logam Mg, HCl, flavonoid ditandai dengan perubahan warna
NaOH 10%. kuning-orange-merah.
Sampel pisang raja yang matang dibeli di 4. Identifikasi Saponin (uji busa)
Pasar Cinde, Palembang Sumatera Selatan. Kulit Kulit pisang ditambahkan air suling
pisang diambil sebanyak 300 gram dan sehingga seluruh bagian terendam dan didihkan
dibersihkan dari pengotor. selama 2 menit. Setelah itu didinginkan dan
kocok kuat-kuat. Bila timbul buih/busa yang
Identifikasi Kandungan Fitokimia stabil menunjukkan adanya saponin.
(Farnsworth, N.H, 1996)
Dilakukan empat uji fitokimia, yaitu uji Ekstraksi dan Fraksinasi Senyawa
alkaloid, flavonoid, steroid dan triterpen, dan Antioksidan
saponin. Kulit pisang raja sebanyak 300 gram
1. Identifikasi Alkaloid. dihaluskan dengan blender sehingga terbentuk
Contoh tumbuhan sebanyak 2 - 4 gram bubur. Bubur kulit pisang raja dimasukkan
digerus dalam lumpang, ditambah sedikit dalam wadah dan diekstraksi dengan cara
kloroform dan pasir. Kemudian ditambahkan 10

76
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (75-80) ISSN : 1978 - 8193

maserasi. Maserasi dilakukan dengan pelarut yang sama, yaitu mengandung cincin benzena
metanol (3x200 mL) selama 4 hari. yang memiliki gugus hidroksil atau amino
Filtrat yang diperoleh disaring dan (Ketaren, 1986).
dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak
metanol ini diuji aktivitas antioksidannya Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen
dengan metode FTC dan selanjutnya dipartisi Antioksidan
cair - cair n-heksana (3 x 50 mL) dan etil asetat Ekstraksi 300 gram bubur kulit pisang raja
(3 x 50 mL). Tiap fraksi diuapkan pelarutnya dengan cara maserasi menggunakan pelarut
dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metanol menghasilkan ekstrak pekat metanol
metode FTC. sebanyak 0,1881 gram dari 10 mL ekstrak
metanol yang diuapkan. Setelah fraksinasi
Metode FTC: Uji Aktivitas Antioksidan didapatkan fraksi n-heksana pekat sebanyak
Ekstrak Metanol, Fraksi n-heksana dan Etil 0,0888 gram dari 10 mL fraksi n-heksana yang
Asetat (Someya S, dkk) diuapkan. Dan fraksi etil asetat sebanyak 0,021
Preparasi sampel: ekstrak metanol, fraksi gram dari 10 mL fraksi etil asetat yang
n-heksana dan fraksi etil asetat kulit pisang raja diuapkan.
dibuat larutan dengan berat per volume 0,01 Pelarut metanol merupakan pelarut yang
g/ml dilarutkan dalam pelarut etanol 99,5%. banyak digunakan dalam ekstraksi senyawa-
Sebagai pembanding digunakan BHA dengan senyawa organik, karena metanol dapat
berat per volume 0,01 gr/ml dilarutkan dalam mengikat senyawa yang bersifat polar, non polar
pelarut etanol 99,5%. Masing-masing larutan dan semi polar. Oleh karena itu, ekstrak
(sampel dan pembanding) diambil sebanyak 4 metanol merupakan ekstrak yang paling banyak
mL, ditambahkan dengan 4,1 mL asam linoleat di antara ketiganya. Dalam pelarut n-heksana,
2,51% dalam etanol 99,5%, 8 mL bufer fosfat berat ekstrak yang didapatkan adalah 47,2%
0,05M pH 7 dan 3,9 mL air destilasi. Terhadap dibandingkan dengan ekstrak metanol. Hal ini
kontrol, dilakukan prosedur yang sama tetapi menunjukkan bahwa dalam ekstrak kulit pisang
tidak ada penambahan sampel. Campuran raja mengandung senyawa non polar yang cukup
sampel, pembanding dan kontrol tersebut banyak. Pelarut etil asetat merupakan pelarut
disimpan dalam oven pada suhu 40°C selama 10 yang bersifat semi polar, dan diharapkan
menit. senyawa yang bersifat antioksidan terdapat
didalam fraksi ini. Bila dilihat dari jumlah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak yang didapatkan, maka fraksi etil asetat
memiliki berat yang paling sedikit diantara
Uji Fitokimia ketiganya.
Hasil uji fitokimia terhadap kulit pisang
raja ditunjukkan dalam tabel dibawah ini : Aktivitas Antioksidan Kulit Pisang Raja
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Kulit Pisang Raja Peroksidasi lipid merupakan penyebab
Metabolit Sekunder Hasil utama kerusakan makanan selama pengolahan
Alkaloid - dan penyimpanan, juga dalam sistem biologis
Flavonoid + karena disebabkan oleh terbentuknya radikal
Steroid - bebas pada kondisi teroksidasi. Aktivitas
Triterpenoid - antioksidan pada bahan alam tergantung dari
Saponin + senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman
Keterangan : tersebut. Umumnya, antioksidan alami dapat
(-) : tidak terdeteksi ditemukan di batang, kulit batang, akar, kulit
(+) : terdeteksi akan, buah, kulit buah, daun, biji, dan bunga.
Senyawa-senyawa ini kebanyakan adalah
Tabel 1 di-atas memperlihatkan bahwa senyawa fenol atau polifenol, turunan asam
pada kulit pisang raja terkandung senyawa sinamat dan asam organik lainnya.
flavonoid dan senyawa saponin. Pada umumnya
senyawa antioksidan mempunyai struktur inti

77
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (75-80) ISSN : 1978 - 8193

Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak


metanol kulit pisang raja dilakukan dengan
menggunakan metode feritiosianat (FTC). Metode FTC 0,05%
0.16
Pengujian pada sistem ini didasarkan pada 0.14
kemampuan zat antioksidan untuk menghambat
0.12
terbentuknya warna yang ditandai dengan
0.1
kemampuannya mempertahankan nilai
absorbansi. Metoda ini menggambarkan jumlah 0.08
peroksida yang terbentuk pada tahap awal dari 0.06
oksidasi lipida atau sering disebut produk primer 0.04
(Purwono, 2003). Terbentuknya peroksida 0.02
merupakan awal dari reaksi oksidasi, bila zat 0
antioksidan dapat menghambat terbentuknya 0 2 4 6 8
peroksida, maka antioksidan tersebut dapat
Ekstrak Me-OH BHA Kontrol
menghambat laju reaksi oksidasi.
Nilai absorbansi yang rendah
Gambar 1. Hasil pengukuran absorbansi ekstrak
mengindikasikan tingginya aktivitas antioksidan.
metanol, BHA, dan kontrol. Sumbu x
Hasil uji aktivitas antioksidan dari ekstrak
menunjukkan hari dan sumbu y
metanol, fraksi n-heksana dan etil asetat dapat
menunjukkan absorbansi.
dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
hari kedua. Peningkatan ini menunjukkan
Tabel 2. Absorbansi Ekstrak Metanol, fraksi n- terbentuknya peroksida dalam jumlah yang
heksana, fraksi etil asetat kulit Pisang Raja, BHA, sangat besar, tetapi masih lebih rendah bila
dan Kontrol. dibandingkan dengan kontrol.
Pembentukan peroksida ini akan terus
Hari Kontrol BHA Ekstrak Fraksi n- Fraksi
ke- Me-OH heksan Et-OAc terjadi, hingga mencapai maksimum dan
akhirnya mengalami dekomposisi. Degradasi
0 0 0 0 0 0
1 0.020 0.015 0.003 0.015 0.013 lemak yang teroksidasi meliputi sejumlah
2 0.043 0.022 0.032 0.021 0.020 persenyawaan baru, tetapi senyawa baru yang
3 0.064 0.030 0.040 0.039 0.021 terbentuk akan berbeda dari senyawa awalnya.
4 0.089 0.047 0.058 0.047 0.023 Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa absorbansi
5 0.135 0.126 0.088 0.111 0.054 mencapai maksimum pada hari kelima, yang
6 0.115 0.105 0.075 0.063 0.039 menunjukkan pembentukan peroksida terus
7 0.087 0.055 0.067 0.057 0.020 terjadi hingga hari kelima. Pada hari keenam
mulai terjadi dekomposisi peroksida, peroksida
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol yang terbentuk akan berikatan dengan senyawa
Gambar 1 menunjukkan hasil pengukuran radikal lainnya hingga membentuk senyawa baru
absorbansi kontrol, BHA, dan sampel yaitu yang stabil, dan jumlah peroksida mulai
ekstrak metanol kulit pisang raja. Gambar ini menurun. Pada hari ketujuh, peroksida yang
menunjukkan absorbansi dari kontrol yang terus terbentuk terus berikatan dengan senyawa
meningkat hingga hari kelima dan mulai turun radikal lainnya sehingga jumlah peroksida terus
pada hari keenam. Pada hari pertama dan kedua menurun.
merupakan tahap awal dari proses oksidasi dan
tahap terbentuknya peroksida, absorbansi Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi N-heksan
kontrol terus meningkat. Absorbansi BHA juga Gambar 2 menunjukkan absorbansi fraksi
meningkat tetapi bila dilihat dari grafik tersebut n-heksana bila dibandingkan dengan kontrol dan
peningkatannya tidak terlalu tinggi. Pada BHA. Gambar ini mengilustrasikan absorbansi
sampel, absorbansi pada hari pertama sangat sampel pada hari pertama dan kedua hampir
rendah, hal ini menunjukkan rendahnya sama dengan BHA, hal ini menunjukkan bahwa
pembentukan peroksida, tetapi terjadi kemampuan sampel dalam menghambat
peningkatan absorbansi yang signifikan pada pembentukan peroksida hampir sama dengan
78
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (75-80) ISSN : 1978 - 8193

Metode FTC 0,05% Metode FTC 0,05%


0.16 0.16
0.14 0.14
0.12 0.12
0.1 0.1
0.08 0.08
0.06 0.06
0.04 0.04
0.02 0.02
0 0
0 2 4 6 8 0 2 4 6 8

Fraksi n-heksan BHA Kontrol Kontrol BHA Fraksi Et-OAc

Gambar 2. Absorbansi sampel fraksi n-heksan, Gambar 3. Absorbansi fraksi etil asetat, BHA,
BHA dan kontrol dan kontrol
BHA. Pada hari ketiga, absorbansi sampel lebih Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat
tinggi dibandingkan dengan BHA yang Berdasarkan Gambar 3, absorbansi
mengindikasikan adanya peningkatan jumlah sampel fraksi etil asetat lebih rendah daripada
peroksida yang terbentuk, dan kemampuan BHA BHA dan kontrol. Sampel fraksi etil asetat pada
dalam menghambat pembentukan peroksida hari pertama hingga hari ketujuh absorbansinya
lebih tinggi dari sampel. Pada hari keempat, lebih rendah dari BHA. Hal ini menunjukkan
absorbansi antara BHA dan sampel pun hampir kekuatan fraksi etil asetat dalam menghambat
sama, tetapi pada hari kelima, absorbansi sampel terbentuknya peroksida lebih tinggi dari BHA.
lebih rendah daripada BHA. Penurunan Ternyata, senyawa antioksidan yang terdapat
absorbansi yang cukup signifikan menunjukkan pada sampel fraksi etil asetat mempunyai
peroksida yang terbentuk berikatan dengan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
radikal bebas lainnya membentuk senyawa yang dibandingkan dengan BHA.
baru. Sampel fraksi n-heksana ini juga
mengindikasikan adanya aktivitas antioksidan Perbandingan Absorbansi Ekstrak Metanol,
bila dilihat dari kemampuannya untuk Fraksi N-heksan dan Fraksi Etil Asetat
menghambat terbentuknya peroksida walaupun Ekstrak metanol, fraksi n-heksana, dan
tidak jauh lebih baik dari BHA. fraksi etil asetat ternyata memiliki
Sampel fraksi n-heksana bila kemampuan untuk menghambat
dibandingkan dengan ekstrak metanol, maka pembentukan warna pada pengujian dengan
kemampuan fraksi n-heksana pada hari pertama metode FTC, yang mengindikasikan adanya
proses oksidasi lebih rendah bila dibandingkan
kemampuan dalam menghambat terjadinya
dengan ekstrak metanol. Tetapi pada hari
berikutnya sampai dengan hari keempat, pembentukan peroksida yang berarti
absorbansi fraksi n-heksana lebih rendah. Hal ini memiliki kemampuan sebagai antioksidan.
menunjukkan kemampuan fraksi n-heksana Tetapi, bila dibandingkan ternyata yang
lebih tinggi dari ekstrak metanol. Pada hari memiliki kemampuan paling besar sebagai
kelima, absorbansi fraksi n-heksana lebih tinggi penghambat pembentukan senyawa
dari ekstrak metanol namun tetap lebih rendah peroksida adalah fraksi etil asetat.
dari BHA. Hal ini menunjukkan adanya
kemampuan fraksi n-heksana sebagai senyawa 4. KESIMPULAN
antioksidan.
Kesimpulan

79
Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (75-80) ISSN : 1978 - 8193

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan DAFTAR PUSTAKA


sebagai berikut: fraksi etil asetat kulit pisang raja
(Musa paradisiacal Sapientum) memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi bila Farnsworth, N.H, Biological and Phytochemical
dibandingkan dengan ekstrak metanol dan fraksi Screening Plant, Pharm Science, 1996, 245-
n-heksana. Namun aktivitas antioksidan 246.
ketiganya relatif lebih baik bila dibandingkan Ketaren, S., Minyak dan Lemak Pangan, Edisi 1,
dengan BHA sebagai antioksidan sintetis. Jakarta, UI Press, 1986.
Purwono, B., et all, Sintesis Antioksidan dari
Saran Eugenol dan Isoeugenol Melalui Reaksi
Perlunya dilakukan penelitian lanjutan Mannich, Gama Sains Vol.1., (2003) 55-64
untuk mengelusidasi struktur senyawa tersebut Santoso, U., Sukardi, Anggrahini, S., Pengaruh
dengan menggunakan GC-MS, IR, NMR dan Pemanasan Terhadap Daya Tangkap
UV-Vis serta pengujian lanjutan terhadap Radikal Ekstrak Beberapa Macam
aktivitas antioksidan dengan menggunakan Rimpang, Seminar Nasional Industri
metoda uji yang berbeda. Pangan: (2000) 119-127.
Someya, S., Yoshiki, Y., and Okubo K.,
Antioxidant compounds from bananas
(Musa Cavendish), food chemistry, Vol. 79
(2002), 351-354.
Trilaksani, W, Disertasi Antioksidan : Jenis,
Sumber, Mekanisme Kerja, dan Peran
terhadap Kesehatan, IPB, www.yahoo.com,
2003.

80

Anda mungkin juga menyukai