Anda di halaman 1dari 1

BAB IV

PENYAJIAN DATA & ANALISIS DATA

4.1. Penyajian Data

Komuntas Tikar Merah dibentuk pada tahun 2011. Pada awalnya, komunitas yang bergerak
dibidang sastra ini bernama Komunitas Rel Kereta karena mereka sering berkumpul di pinggir
rel kereta disekitar kampus UINSA. Lalu, pada tahun 10 Januari 2012, komunitas ini berganti
nama menjadi Komunitas Tikar Merah oleh Alex Subairi.

Meski tidak langsung berkaitan dengan akademik, setidaknya sastra berpengaruh bagi diri
mereka masing-masing komunitas yang sekarang diketuai oleh Firman yang berasal dari Madura.
Tak sekedar kongko atau nongktong biasa melalui karya mereka tikar merah pernah manggung
dalam pentas bang-bang wetan Cak Nun,bahkan mereka pernah ambil bagian dalam penampilan
opick di Jtv dan ikut serta dalam festival seni surabaya.

Tidak ada kategori khusus untuk menjadi anggota Tikar Merah. Saat ini anggotanya
berjumlah 12–15 orang. Anggota tidak hanya dari UINSA. Beberapa berasal dari Sekolah Tinggi
Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya.

Di antara para anggota itu, ada yang menyukai musik, ada yang suka dengan sastra, dan
puisi. Mereka bertemu untuk sekadar ngopi bareng dan bertegur sapa. Termasuk menggagas
kegiatan rutin. Tujuan komunitas ini berdiri ialah untuk wadah para mahasiswa yang menyukai
satra sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu baru dan juga untuk menyalurkan hobi juga bakat
mereka.

Komunitas tikar merah juga memanfaatkan perkembangan media untuk mempublikasikan


kegiatan mereka atau karya-karya mereka seperti di Instagram dan Facebook.

Anda mungkin juga menyukai