Anda di halaman 1dari 15

Makalah Agroforestry Kelas A

“Karakteristik Tanaman Hutan”

OLEH :

KELOMPOK 3

Anggota Kelompok :

Nelfrianto (1610242041)
Nori Helpita (1610242053)
Panji Abdul Malik (1610242065)
Ahmad Safikri (1610241019)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


PRODI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
KAMPUS III UNIVERSITAS ANDALAS
DHARMASRAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdullillahhirobil a’lamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segalah rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada kita yang tak
terhingga ini, sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar
kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai
akhir zaman amin ya robal alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah “Agroforestry”. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya.

Dhamasraya, 07September 2019

Tim Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, hutan merupakan vegetasi alami utama dan salah satu sumber
daya alam yang sangat penting. Menurut UU No. 5 tahun 1967 hutan
didefinisikan sebagai suatu lapangan bertumbuhnya pohon yang secara
keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan.

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan yang
dimaksud dengan sumberdaya hutan adalah benda hayati, non hayati dan jasa
yang terdapat di dalam hutan yang telah diketahui nilai pasar, kegunaan dan
teknologi pemanfaatannya

Luas daratan Indonesia yang mencapai 180 juta ha, kurang lebih 112 juta ha
(65%) merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan
terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire.

Jenis kayu yang terdiri dari 4.000 jenis merupakan komoditi hutan terbesar
di Indonesia. Meski memiliki hutan yang luas dan jenis kayu yang sangat banyak,
Indonesia bukan pemasok terbesar kayu untuk industri global. Ketidakmampuan
Indonesia menjadi pemain utama pemasok kayu global ini karena kerusakan hutan
(degradasi dan deforestasi) yang sangat parah dengan laju mencapai 1,8 juta
hektar per tahun. Hal ini menyebabkan hutan alam sudah tidak mampu lagi
menyediakan kayu untuk bahan baku industri.

B. Tujuan

1. Mengetahui karakteristik tanaman hutan


2. Mengetahui tanaman hutan penghasil kayu
3. Mengetahui tanaman hutan penghasil getah
4. Mengetahui tanaman hutan penghasil buah
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar tentang Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan yang
dimaksud dengan sumberdaya hutan adalah benda hayati, non hayati dan jasa
yang terdapat di dalam hutan yang telah diketahui nilai pasar, kegunaan dan
teknologi pemanfaatannya (Pasal 1 Undang-Undang No 41 Tahun 1999, tentang
Kehutanan). Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu
ekosistem yang didominasi oleh pohon. Dalam buku The Dictionary of foretry
yang diedit oleh John A. Helms (998:70) dalam Didik (2000), forest (hutan)
diberi pengertian sebagai berikut:

“An ecosystem characterized by a more or las dens and extensive tree cover, often
consisting of stands varying in characteristics such as species composition,
structure, age class and associated processes, and commonly including meadows,
steam, fish, and wildlife. Suatu ekosistem dapat dilihat oleh penutupan pohon
yang kurang lebih padat dan tersebar, seringkali terdiri dari tegakkan-tegakkan
yang beragam ciri-cirinya seperti komposisi jenis, struktur, kelas umur, dan
proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput, sungai-
sungai kecil, ikan, dan satwa liar “Definisi tersebut menekankan komponen pohon
yang dominan terhadap komponen lainnya dari ekosistem itu, dan mensyaratkan
adanya kondisi iklim dan ekologi yang berbeda dengan kondisi luarnya.

Penekanan hutan sebagai suatu ekosistem mengandung maksud bahwa di


dalam hutan terjadi hubungan saling tergantung satu komponen dengan komponen
lainnya yang terjalin sebagai suatu sistem. Satu komponen dari sistem itu rusak
(atau tidak berfungsi) menyebabkan komponen lain terganggu dan akibatnya
sistem itu tidak dapat berjalan normal, hutan itu sendiri sebagian komponen dari
ekosistem yang lebih besar, sehingga apabila hutan rusak akan mengganggu
sistem yang lebih besar itu.
Simon (1993) menyatakan bahwa hutan dapat didefinisikan sebagai asosiasi
masyarakat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang didominasi oleh pohon-pohon
atau vegetasi berkayu, yang mempunyai luasan tertentu sehingga dapat
membentuk suatu iklim mikro dan kondisi ekologi spesifik. Hutan sebagai modal
pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan
penghidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun
ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu hutan harus diurus dan
dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan
datang. Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem penyangga
kehidupan, hutan telah memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh
karena itu harus dijaga kelestariannya.

untuk menghasilkan dampak yang positif terhadap kualitas


lingkungan (Wibowo, 2006). Pola agroforestry atau tumpang sari telah lama
dikenal di hutan tanaman jati. Arnold (1991) mengemukakan bahwa PHBM
dapat menumbuh kembangkan sence of belonging masyarakat terhadap fungsi
dan manfaat sumber daya hutan yang lebih optimal dan proporsional. Pola ini juga
diharapkan dapat mengurangi resiko kebakaran hutan dan pemeliharaan tanaman
kehutanan.

B. Tanaman Hutan Penghasil Kayu

Pengelompokan jenis terdiri dari jenis pohon unggulan yaitu jenis-jenis


pohon yang saat ini telah diusahakan secara intensif oleh para pengusaha hutan
dan masyarakat dan telah memiliki pasar yang jelas, sedangkan jenis alternatif
adalah jenis-jenis pohon yang relatif belum diusahakan secara luas namun
mempunyai prospek untuk dikembangkan atau jenis-jenis pohon yang baru
ditemukan dan mempunyai peluang untuk dibudidayakan secara komersial. Jenis
pohon unggulan dikelompokkan kedalam :

1.daur pendek (< 10 tahun) antara lain sengon (Paraserianthes falcataria),

2.daur menengah (10-30 Hutan tanaman yang ditanam dalam skala


luas memiliki dampak terhadap lingkungan seperti berubahnya
biodiversitas, timbulnya jenis invasif, berdampak terhadap tata air dan
kesuburan tanah. Penelitian terkait dampak pembangunan hutan tanaman
terhadap lingkungan diharapkan dapat memberikan rekomendasi
tahun) : tembesu (Fagraea fragrans), meranti merah (Shorea leprosula, S.
parvifolia, S.johorensis, S.smithiana), sungkai (Peronema canescens),
daur panjang (> 30 tahun): merbau (Intsia bijuga).

Jenis pohon alternatif dikelompokkan dalam dua daur yaitu :

1. daur pendek ( <10 tahun) : nyawai/kondang (Ficus variegata), kayu


bawang (Protium javanicum), bambang lanang dan

2. daur menengah (10-30 tahun): gelam (Melaleuca sp.).

C. Tanaman Hutan Penghasil Getah

GETAH JELUTUNG

Getah jelutng (jelutong latex) berasal dari pohon Jelutung (Dyera sp) yang
merupakan salah satu jenis pohon hutan dalam famili Apocynaceae. Jenis pohon
yang merupakan tumbuhan asli dari Asia Tenggara dan tersebar di Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Philipina ini umumnya tumbuh di hutan rawa gambut atau
daerah tergenang. Penyebaran jelutung di Indonesia terutama di Sumatera dan
Kalimantan meliputi Jambi, Riau, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Jelutung memiliki nama lokal labuwai/melabuwai di Sumatera. Pohon ini


lebih dikenal dengan nama pantung di Kalimantan. Diameter batang pohon dapat
mencapai 2 m lebih dengan tinggi hingga 45 m. Secara umum dikenal 3 jenis pohon
jelutung, 2 jenis di antaranya berwarna putih dan hitam yang umumnya tumbuh di
daerah rawa dan satu jenis lainnya berwarna merah dan umumnya tumbuh di
pegunungan.

Jelutung termasuk tumbuhan dwiguna karena memiliki nilai komersial baik


dari kayu yang merupakan hasil hutan berupa komoditi kayu maupun getahnya
yang tergolong sebagai hasil hutan bukan kayu. Getah dan kayu jelutung
merupakan komoditi perdagangan dalam dan luar negeri/ekspor. Kayu jelutung
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk furniture, pembuatan pensil,
ukiran, kayu lapis, papan partisi dan plafon, sedangkan getahnya dapat digunakan
untuk bahan baku permen karet, cat, isolator kabel listrik, dan campuran bahan baku
ban mobil.Pada sejarah perkembangan getah di Indonesia, jelutung diproduksi dan
diekspor untuk produksi barang-barang berbahan baku getah khususnya dimana
kualitas khususnya elastisitas tidak diutamakan. Dengan munculnya skala besar
produksi karet, eksploitasi jelutung berhenti hampir sepenuhnya.

Penyadapan Getah Jelutung dari Pohon Dyera costulata

Getah Jelutung dan Salah Satu Produk Olahannya

(Sumber: http://costulata551.blogspot.com/)

GETAH PINUS

Pinus atau tusam adalah sebutan bagi sekelompok tumbuhan yang semuanya
tergabung dalam marga pinus. Di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya
ditujukan pada tusam Sumatera (Pinus merkusii Jungh. et deVries). Sebagian besar
dari jenis Tusam bersifat berumah satu (monoecious), yaitu dalam satu tumbuhan
terdapat organ jantan dan betina namun letaknya terpisah, meskipun beberapa
spesies bersifat setengah berumah dua (sub- dioecious).

Getah pinus adalah zat cair pekat dari pohon pinus (Pinus sp) yang diperoleh
dengan cara penyadapan. Getah pinus merupakan salah satu HHBK yang dapat
diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Indonesia berada di urutan terbesar kedua
setelah Cina dalam perdagangan getah pinus internasional. Produksi getah dari
Cina sebesar 430.000 ton (60% dari total produksi di dunia) sedangkan Indonesia
menghasilkan 69.000 ton (10% total produksi di dunia). Getah pinus merupakan
salah satu komoditi yang memiliki jumlah permintaan tinggi baik di pasar lokal
maupun internasional, dimana 80% produksinya dialokasikan untuk kebutuhan
ekspor ke Eropa, India, Korea Selatan, Jepang dan Amerika Pada tahun 2010,
produksi gondorukem Perhutani Indonesia sebesar 55.000 ton dan terpentin sebesar
11.700 ton. Sedangkan permintaan gondorukem di dunia naik sampai 1 juta ton per
tahun. Oleh karena itu, produksi gondorukem Indonesia untuk tahun 2011
ditargetkan sebesar 65.000 ton dan terpenting 15.000 ton. Permintaan getah pinus
di Indonesia maupun di dunia semakin meningkat, sehingga perlu dilakukan upaya
meningkatkan produktivitas getah pinus di Indonesia.

Getah Pinus sebagai bahan baku untuk produksi Gondorukem dan


Terpentin, dihasilkan dari hasil penyadapan pohon Tusam (Pinus merkusii). Getah
Pinus yang dikumpulkan dan diterima di PGT berupa:

cairan kental yang bercampur dengan kristal,

air,

serpihan kayu,

daun pinus,

kembang pinus, dan

kotoran-kotoran lain yang sengaja ataupun tak sengaja


dicampurkan (tanah, pasir dan lain-lain).

D. Tanaman Hutan Penghasil Buah

Hasil penelitian etnobotani yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti


(Whiting dan Reed tahun 1939, Brass 1941, Kaberry 1941, Luyken dan Koning
1955, Held 1957, Oomen dan Malcolm 1958, Oosterwal 1961, Couvee et al
1962, Pospisil 1963,Serpenti 1965, Lea 1965 dan 1966, Helder 1971, Barth 1971
dan Hatanaka dan Bragge 1973) menunjukan bahwa terdapat 225 jenis tumbuhan
hutan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan,63 jenis diantaranya
berupa biji dan buah-buah hutan. 115 jenis tumbuhan sering dimanfaatkan untuk
ritual dan magic, 39 jenis dimanfaatkan untuk pembuatan perahu dan rakit, 26
jenis dimanfaatkan sebagai obat luka, 8 jenis dimanfaatkan sebagai obat luka
bakar, 49 jenis dimanfaatkan sebagai obat sakit kepala, 38 jenis dimanfaatkan
sebagai obat batuk dan pilek, 22 jenis dimanfaatkan sebagai obat sakit gigi dan
infeksi mulut, 57 jenis dimanfaatkan sebagai obat diare dan sakit perut dan 25
jenis dimanfaatkan sebagai obat malaria.
Lekitoo et al (2008), mencatat 40 jenis tumbuhan hutan yang buahnya
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan di Taman Wisata Alam Gunung Meja
Kabupaten Manokwari. Sirami et al (2009), mencatat terdapat ± 35 jenis
tumbuhan hutan yang buahnya dimanfaatkan oleh masyarakat Waropen sebagai
bahan pangan.

Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan dan spesimen herbarium


diketahui bahwa tujuh jenis tumbuhan hutan penghasil buah potensial sebagai
bahan pangan di Tanah Papua yang dimanfaatkan oleh masyarakat etnik Papua
(Dani, Lani, Biak dan Supiori) adalah sebagai berikut :

1. Markisa (Passiflora lingularis L.)


2. Buah Negri (Passiflora edulis Sims.)
3. Terong Belanda (Cyphomandra betaceae Sendt.)
4. Woromo (Pandanus brosimus Merril & Perry)
5. Gawen (Pandanus julianettii Mart.)
6. Kaum (Burckella obovata (Forst.) Pierre)
7. Aibon (Bruguiera gymnorhiza (L.) Lamk.)
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
yang dimaksud dengan sumberdaya hutan adalah benda hayati, non hayati dan
jasa yang terdapat di dalam hutan yang telah diketahui nilai pasar, kegunaan dan
teknologi pemanfaatannya (Pasal 1 Undang-Undang No 41 Tahun 1999, tentang
Kehutanan).

Indonesia Memiliki hutan yang sangat luas,oleh karena itu,kita bisa


memanfaatkan hutan untuk menanan Tanaman hutan yang menghasilkan
kayu,getah,dan buah dengan berbagai cara asalkan selalu menjaga dan tidak
membuat kerusakan lingkungan.

B. Saran
Untuk lebih meningkatkan hasil petani yang menggunakan sistem
agroforestry sebaiknya tanaman yang ditanam adalah tanaman yang dapat
meningkatakan kesejahteraan masyarakat sehingga lahan agroforestry tetap
memberikan hasil sampingan setiap tahunnya.
.
DAFTAR PUSTAKA

Burkill, I.H. !935. A Dictionary of Economic Product of The Malay Peninsula. Government of The
Strait Settlement and Federated States. By The Crown Agents for The Colonies, 4 Millbank. London
Sw. 1
Hanum, F.I. 1998. Archidendron F.v. Muller. dalam: Sosef, M.S.M., L.T. Hong & S. Prawirohatmodjo
(eds.) Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber tree: Lesser known timber. Prosea.
Bogor-Indonesia Hal: 84-87.
Lubis, I., S.H. Aminah-Lubis dan S. Sastrapradja. 1980. Costus, Sumber nabati Baru Untuk Bahan
Kontrasepsi. Risalah Simposium Penelitian Bahan Obat I. Departemen Fisiologi dan Farmakalogi
FKH – IPB dan Forum Penelitian Jamu Gugus Bogor. Bogor, 24 – 25 November 1977..
Mogea, J.P.M., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution dan Irawati. 2001. Tumbuhan Langka
Indonesia. Buku Seri Panduan Lapangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi – LIPI. Balai
Penelitian Botani, Herbarium Bogoriense. Bogor, Indonesia.
Sumiasri, N., T. Kuswara dan N. Setyowati-Indarto. 2000. Pemanfaatan Matoa (Pometia pinnata Forst.)
di Beberapa Daerah di IrianJaya. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III. Denpasar – Bali, 5 – 6
Mei 1998. Hal: 182 – 185.
Perry, L.M. dan J. Metzger. 1980. Medicinal Plants of East and Southeast Asia: Attributed Properties
and Uses. The MIT Press. Cambridge, Massachustts and London, England.
Purwanto, Y., E.B. Waluyo, S. Susiarti dan D. Komara. 2003. Evaluasi Keanekaragaman Jenis
Tumbuihan di Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Saktyi. Puslit Biologi – LIPI (Laporan
perjalanan, tidak diterbitkan).
Rahayu, M. dan M.H. Siagian. 2000. Makna Tumbuhan Dalam Ritual Sistem Pertanian Tradisional:
Studi Kasus Penanaman Padi di Desa Pasir Eurih, Ciomas – Bogor. Prosiding Seminar Nasional
Etnobotani III. Denpasar – Bali. Hal: 381 – 385.
Rahayu, M., K. Harada dan A. Muzakkir. 2002. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat
Lokal Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Prosiding Simposium Nasional II
Tumbuhan Obat dan Aromatik. Bogor, 8 – 10 Agustus 2001. Hal: 61 –
72,
Rahayu, M. dan S. Susiarti. 2005. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Melayu di
Kabupaten Bungo Tebo, Jambi. Enviro 5 (1): 55
– 59.
Rahayu, M., S. Sunarti, D. Sulistiarini dan S. Prawiroatmodjo. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Biodiversitas 7
(3): 245 – 250.
Rifai, M.A. 1992. Bouea macrophylla Griffith. dalam: Verhej, E.W.M. dan
R.E. Coronel (eds). Plant Resources of South-East Asia. No.2. Edible fruit and nuts. Prosea. Bogor –
Indonesia. Hal: 104 – 105
Setyowati, F.M. 1999. Status Pengetahuan dan Model Konservasi Tumbuhan Masyarakat Kubu di
Daerah Semambu, Jambi. Prosiding Seminar Nasional Konservasi Flora Indonesia. UPT Kebun
Raya – LIPI. Bogor. Hal: 135 – 139
Siagian, M.H., M. Rahayu dan U. Hapid. 2000. Telaah pemanfaatan tumbuhan “bawang hutan”
(Scorodocarpus borneensis) di Daerah Kenohan – Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Nasional
Etnobotani
III. Denpasar – Bali. Hal: 270 - 273
Sleumer, H. 1982. Olacaceae. Flora Malesiana. series I vol. 10.
Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan penghasil non kayu yang bermanfaat di kawasan konservasi Hutan
No Nama Ilmiah Nama Lokal Suku Bagian yg. Kegunaan
digunakan
1 Alstonia scholaris R.Br. Pulai Apocynaceae Getah Pelitur, obat
2 Ancistrocladus tectorius (Lour.) Merr. Basau Ancistroladaceae Akar O, s. perut
3 Anisophyllea disticha (Jack.) Bail. Ribu-ribu Rhizophoraceae Daun Rabun padi
Batang Jerat kancil
Buah Buah-buahan
4 Antiaris toxicaria (Pers.) Lesch. Pulus Moraceae Getah Racun
5 Antidesma neurocarpum Miq.. Bernai Euphorbiaceae Buah Buah-buahan
6 Aporosa bracteosa Pax & K. Schum. Semasam Euphorbiaceae Tangkai Jerat
7 Aporosa sp. Rambai Euphorbiaceae Batang Kayu bakar utama
O.s. perut
Kl. batang
8 Archidendron microcarpum (Benth.) Kabau Fabaceae Biji Sayuran
Nielsen
9 Artocarpus elasticus Reinw. ex Bl. Bekil Moraceae Kulit kayu Dinding rumah
O.s. perut
Daun
10 Artocarpus kemando Miq. Cempedak air Moraceae getah Perangkap burung
11 Baccaurea macrocarpa Muell. Arg. Gerakan Euphorbiaceae Kulit kayu O.anti racun
Buah Buah-buahan
12 Baccaurea sp. Tampui Euphorbiaceae Buah Buah-buahan
Kulit kayu O. anti racun.
13 Barringtonia sp. Putat Lecythidaceae Daun Sayuran
14 Bouea macrophlla Griff. Kelat/raman Anacardiaceae Buah dan Pakan,
daun Sayuran
15 Brachychilus horsfildii Puar cacing Zingiberacae akar O. cacingan
16 Calamus javensis Blume Rotan peladas Arecaceae Batang Kerajinan
17 Calamus rhomboideus Bl. Rotan telekung Arecaceae batang Kerajinan
18 Calamus sp. Rotan duduk Arecaceae Buah Pakan
19 Calamus sp. Rotan cincin Arecaceae batang Kerajinan
20 Calophyllum rubiginosum M.R. Henderson Bintangur Clusiaceae Kulit kayu Rabun padi
& Wyatt-Smith Batang Perkakas RT
21 Calophyllum soulatri Burm. Balut Clusiaceae Kulit kayu Racun
22 Canarium littorale Blume Martun-dung Burseraceae Buah Minyak sayur, pakan
O. kudis
Getah
23 Clidemia hirta D. Don Kadudu batu Melastomataceae Buah Pakan,
O. bisul
24 Coscinium fenestratum (Gaertn.) Colber Akar kuning Menispermaceae Akar O. s. kuning. Peny.
dalam
25 Costus speciosus (Koenig) J.E. Smith Setawar Zingiberaceae Batang. Up. tradisi-onal,
Daun dan O. demam
bunga
26 Cratoxylum sumatranum (Jack) Blume Mampat Hypericaceae Getah O. luka
27 Curculigo orchidioides Gaertner Lembo Amaryllidaceae Buah O. s. perut
28 Cyathea junghuhniana (Kze) Copel Pakis batu Cyatheaceae Batang Tiang
Daun O. bengkak
Tabel 1 (Lanjutan). Jenis-jenis tumbuhan penghasil non kayu yang bermanfaat di kawasan konservasi hutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal Suku Bagian Kegunaan


yg.
digunakan
29 Daemonorops sp. Rotan udang Arecaceae Batang Kerajinan
30 Daemonorops sp. Rotan batu Arecaceae Batang Kerajinan
31 Dehaasia sp. Medang Lauraceae Batang Perkakas RT

32 Dialium indum L.. Kranji Fabaceae Batang Kayu bakar utama


33 Donax cannaeformis (G.Forster) K.Schum. Benbam Maranthaceae Tangkai Tali
34 Durio griffithii (Mast.) Bakh. Durian burung Bombacaceae Buah Pakan
35 Durio zibethinus Murr. Durian daun Bombacaceae Buah Buah-buahan
36 Dyospyros sp. Arang-arang Ebenaceae Batang Kayu bakar utama
37 Dysoxylum sp. Kedondong Meliaceae Buah Pakan
Batang Kayu bakar utama
38 Elaeocarpus sp. Hujan panas Elaeocarpaceae Buah Buah-buahan
39 Endospormum sp. Medang labu Euphorbiaceae Batang Perkakas RT
40 Ficus sp. Kayu aro Moraceae Buah Pakan
Getah Pelumas
Pohon Madu
41 Garcinia mangostana L. Manggis Clusiaceae Buah Buah-buahan
Getah O.s. gigi
42 Garcinia rigida Miq. Manggis burung Clusiaceae Buah Pakan
43 Garcinia atroviridis Griff.. Asam kandis Clusiaceae Buah O paska persalinan,
rempah
44 Goniothalamus macrophyllus Hook.f.& Benth. Antui Annonaceae Batang Atap (sirap)
Kulit kayu Kerajinan
45 Helicia rostrata (L.) Merr. Tulo-tulo Proteaceae Buah Buah-buahan
46 Helicia serrata (R. Br.) Blume Keniti Proteaceae Buah Mainan anak-anak
47 Homalomena cordata Schott. Keladi Araceae Daun Pembungkus
kalameyang
48 Hopea mengerawan Miquel Merawan Dipterocarpaceae Buah Pakan
Kulit kayu Lantai
49 Hornstedtia sp. Puar Zingiberaceae Daun Atap
Batang Tali temali
50 Hornstedtia sp. Macanang Zingiberaceae Daun Atap
51 Iguanura wallichiana (Wall, ex Mart.) Hook. Lipai tikus Arecaceae Daun Atap
52 Koompassia malaccensis Maingay ex Benth. Kempas Fabaceae Batang Kayu bakar utama
Perkakas RT
Banir Madu
Pohon
53 Korthalsia rostrata Blume Rotan semut Arecaceae Batang Tali
54 Korthalsia sp. Rotan udang Arecaceae Batang Kerajinan

55 Korthalsia sp. Rotan dahan Arecaceae Batang Kerajinan


56 Labisia pumila var. alata (Bl.) F. Vill. Akar bakung Myrsinaceae Daun, Rabun padi
bunga
57 Lansium domesticum Correa Langsat hutan Meliaceae Buah Pakan
58 Lasianthus chrysoneurus (Korth.) Miq. Sesawa Rubiaceae daun Pakan
59 Licuala pumila Bl. Lipai Arecaceae Daun Wadah getah karet
Selaput Bungkus rokok
daun
60 Lithocarpus lucidus (Roxb.) Rehder Mempening Fagaceae Batang Kayu bakar utama
61 Litsea sp. Medang kunyit Lauraceae Batang Perkakas RT
62 Livistona chinensis R. Br. ex Martius Serdang Arecaceae Daun Atap
Tangkai Sangkar burung
Umbut Sayuran
63 Macaranga gigantea Muell. Arg. Melawai Euphorbiaceae Getah O. luka
64 Macaranga triloba (Bl.) Muell. Arg. Mahang abu Euphorbiaceae Buah Pakan
65 Mangifera laurina Bl. Tayas Anacardiaceae Buah Buah-buahan
Daun O.luka
66 Mangifera sp. Bacang hutan Anacardiaceae Daun O. luka
67 Melanochyla bracteata King Rengas Anacardiaceae Daun O.luka
68 Melastoma malabathricum L. Kadudu Melastomataceae Buah Pakan
69 Memecylon sp. Masam Melastomataceae Buah Pakan
70 Metroxylon sp. Rumbia Arecaceae Daun Kerajinan
71 Metroxylon sp. Umbut isi Arecaceae Umbut Sayuran
72 Myristica iners Bl. Pendarahan Myristicaceae Batang Perkakas RT
73 Neesia sp. Durian hantu Bombacaceae Kulit kayu Dinding
Buah Pakan
74 Nephelium cuspidatum Blume Ridan Sapindaceae Buah Pangan
Batang Kayu bakar utama
Tabel 1 (Lanjutan). Jenis-jenis tumbuhan penghasil non kayu yang bermanfaat di kawasan konservasi Hutan
No Nama Ilmiah Nama Lokal Suku Bagian yg. Kegunaan
digunakan
75 Ochanostachys amentacea Masters Petaling Oleaceae Kulit kayu O. demam
76 Oncosperma hurridum Scheffer Bayas Arecaceae Umbut Sayuran
77 Palaquium sp. Balam merah Sapotaceae Getah Pewarna
78 Palaquium sp. Balam putih Sapotaceae Buah Pakan
79 Parasonerila begoniaefolia Ohwi Asam bungkul Melastomataceae Buah Rempah
80 Pentaspadon motleyi Hook.f. ex King Kedon-dong Anacardiaceae Biji Minyak sayur, pakan
tunjuk
81 Peronema canescens Jack Sungkai Verbenaceae Batang Kayu baker utama
O. bengkak
Daun
82 Phanera phyrroneura Bth. Akar bantai Fabaceae Batang Tali temali
83 Phyllogathis gymnatha Korth. Bernas Melastomataceae Daun Rabun padi
84 Pimeleodendron griffithianum (Muell.Arg.) Marpanai Euphorbiaceae Batang Kayu baker utama
Benth.
85 Pinanga patula Bl. Pinang buring Arecaceae Batang Tombak, per-
angkap ikan
86 Poikilospermum suaveolens (Bl.) Merr. Londang Moraceae Buah Pakan
87 Pometia pinnata J.R. & G. Forster Kasai Sapindaceae Batang Kayu baker utama
Buah-buahan
Buah Rabun padi
Daun
88 Psychotria viridiflora Reinw. ex Bl. Salung Rubiaceae Daun O. luka
89 Pternandra sp. Rubi Melastomataceae Batang Kayu baker utama
90 Pternandra sp. Merubi Melastomataceae Buah Pakan
91 Reinwardtiodendron humile (Hassk.) Mabb. Karpek Meliaceae Buah Buah-buahan
Batang Kayu bakar utama
92 Saprosma arboretum Bl. Sikentut Rubiaceae Daun Sayuran,
O. s perut.
93 Scaphium macropadum (Miq.) Beumee Merpayang Sterculiaceae Buah O. demam, peny.
dalam
Kulit kayu Dinding
Batang Atap
94 Scorodocarpus borneensis (Bailon) Becc. Kulim Olacaceae Buah, daun Sayuran
95 Selaginella sp. Semurub Selaginellaceae Daun Penyaring getah karet
96 Shorea sp. Meranti Dipterocarpaceae Damar Dempul
97 Shorea sp. Meranti sabut Dipterocarpaceae Kulit kayu Dinding
98 Shorea sp. Nilau air Dipterocarpaceae Daun Rabun padi
99 Sindora leiocarpa Bail. ex Heyne Sipetir Fabaceae Getah O. batuk
100 Sterculia subpeltata Bl. Tampui Sterculiaceae Buah Buah-buahan
Kulit kayu O. luka baker
101 Strombosia javanica Bl. Daru-daru Olacaceae Batang Kayu bakar utama
102 Strombosia sp. Tetmbung Olacaceae Daun O. antiseptik
Batang Perkakas RT
103 Tetracera scandens (L.) Mer. Amplas kucing Dilleniaceae Daun Ampelas
104 Uncaria sp. Kait-kait Rubiaceae Akar O. batuk
105 Vatica sp Resak Dipterocarpaceae Getah Pelitur
106 Willughbeia angustiflora Miq. Akar karet Apocynaceae Buah Buah-buahan
Getah O.peny. dalam, lem
107 Xanthophyllum sp. Penumpulan Polygalaceae Batang Kayu bakar utama
108 Ziziphus calophylla Wall. Kuku elang Rhamnaceae Akar O, peny. dalam
Ket: O.s = Obat Sakit.
R.T= Rumah Tangga

Anda mungkin juga menyukai