PJB Penyakit Jantung Bawaan
PJB Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
I. 2 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unsyiah. Referat merupakan
kumpulan dari berbagai referensi yang sudah teruji dan diakui oleh berbagai pihak
yang berkompeten. Penulisan ini juga secara tidak langsung melatih untuk
menulis secara ilmiah dan berkopetensi secara ilmiah dalam penulisan. Semoga
penulisan ini bermanfaat bagi berbagai pihak untuk diaplikasikan dalam pratek
medis sehari-hari yang berguna untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
yang lebih baik.
2
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
BAB II
TINJAUAN PERPUSTAKAAN
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas.
Ventrikel kiri dan kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang
yang terbesar. Katup jantung dapat membuka dan menutup sedemikian rupa
sehingga darah hanya dapat mengalir dalam satu arah. 4 katup tersebut yaitu
:Katup tricuspid, katup pulmonal, katupmitral dan katup aorta. 2
Aliran darah dalam jantung dimana darah dari tubuh masuk keatrium
kanan. Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen rendah dan harus
menambah oksigen sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan
masuk ke ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian diteruskan oleh
arteri pulmonal ke paru-paru untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah bersih
yang kaya oksigen mengalir ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium
kiri darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup mitral. Ventrikel kiri
3
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta dan diteruskan
oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh. Dari tubuh kemudian darah yang dari tubuh
dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil oleh sel-sel tubuh kembali
ke atrium kanan dan begitu seterusnya.2
II. 2 Definisi
4
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
5
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
II. 4 Etiologi
6
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
Risiko memiliki anak dengan penyakit jantung bawaan adalah lebih tinggi
jika orang tua atau saudara memiliki cacat jantung bawaan – meningkatkan risiko
dari delapan dalam 1.000 sampai 16 di 1.000. Kelainan chromosome dapat
menyebabkan penyakit jantung congenital (chromosome mengandung materi
genetic, DNA). Pada kira-kira 3% dari seluruh anak-anak dengan PJB dapat
ditemukan kelainan chromosome.5
II. 5 Patofisiologi
Perubahan sistem sirkulasi pada saat lahir terjadi saat tangisan pertama.
Ketika itulah terjadi proses masuknya oksigen yang pertama kali ke dalam paru.
Peristiwa ini membuka alveoli, pengembangan paru serta penurunan tahanan
ekstravaskuler paru dan peningkatan tahanan oksigen sehingga terjadi vasodilatasi
7
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
disertai penurunan tahanan dan penipisan dinding arteri pulmonalis. Hal ini
mengakibatkan penurunan tekanan ventrikel kanan serta peningkatan saturasi
oksigen sistemik. Perubahan selanjutnya, terjadi peningkatan aliran darah ke paru
secara progresif, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium kiri
sampai melebihi tekanan atrium kanan. Kondisi ini mengakibatkan penutupan
foramen ovale juga peningkatan tekanan ventrikel kiri disertai peningkatan
tekanan serta penebalan sistem arteri sistemik. Peningkatan tekanan oksigen
sistemik dan perubahan sintesis serta metabolisme bahan vasoaktif prostaglandin
mengakibatkan kontraksi awal dan penutupan fungsional dari duktus arteriosus
yang mengakibatkan berlanjutnya penurunan tahanan arteri pulmonalis. Pada
neonatus aterm normal, konstriksi awal dari duktus arteriosus terjadi pada 10-15
jam pertama kehidupan, lalu terjadi penutupan duktus arteriosus secara fungsional
setelah 72 jam postnatal. Kemudian disusul proses trombosis, proliferasi intimal
dan fibrosis setelah 3-4 minggu postnatal yang akhirnya terjadi penutupan secara
anatomis. Pada neonatus prematur, mekanisme penutupan duktus arteriosus ini
terjadi lebih lambat, bahkan bisa sampai usia 4-12 bulan.1, 6
Pemotongan tali pusat mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler
sistemik, terhentinya aliran darah dan penurunan tekanan darah di vena cava
inferior serta penutupan duktus venosus, sehingga tekanan di atrium kanan juga
menurun sampai di bawah tekanan atrium kiri. Hal ini mengakibatkan penutupan
foramen ovale, dengan demikian ventrikel kanan hanya mengalirkan darahnya ke
arteri pulmonalis. Peristiwa ini disusul penebalan dinding ventrikel kiri oleh
karena menerima beban tekanan lebih besar untuk menghadapi tekanan arteri
sistemik. Sebaliknya ventrikel kanan mengalami penipisan akibat penurunan
beban tekanan untuk menghadapi tekanan arteri pulmonalis yang mengalami
penurunan ke angka normal. 1, 6
Penutupan duktus venosus, duktus arteriosus, dan foramen ovale diawali
penutupan secara fungsional kemudian disusul adanya proses proliferasi endotel
dan jaringan fibrous yang mengakibatkan penutupan secara anatomis (permanen).
Tetap terbukanya duktus venosus pada waktu lahir mengakibatkan masking effect
terhadap total anomalous pulmonary venous connection di bawah diafragma.
8
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
Tetap terbukanya foramen ovale pada waktu lahir mengakibatkan masking effect
terhadap kelainan obstruksi jantung kanan. Tetap terbukanya duktus arteriosus
pada waktu lahir mengakibatkan masking effect terhadap semua PJB dengan
ductus dependent sistemic dan ductus dependent pulmonary circulation.1, 6
Setiap bayi baru lahir dengan riwayat keluarga dengan penyakit herediter,
saudaranya dengan PJB, saat masa kehamilan dan perinatal mengalami infeksi
atau mengkonsumsi obat-obatan terutama pada trimester I, dan saat post natal
mengalami kesulitan minum dan sianosis sentral (kebiruan pada lidah, gusi, dan
mucosa buccal bukan pada ekstremitas dan perioral, terutama terjadi saat minum
atau menangis), maka bayi semacam ini harus diobservasi secara cermat.1, 6
Berdasarkan riwayat prenatal, natal, dan postnatal yang cermat serta
pemeriksaan fisis yang sistematis dan teliti maka gejala sianosis sentral,
penurunan perfusi perifer, dan takipneu akibat PJB kritis dapat ditegakkan.
Penatalaksanaan awal pada setiap neonatus dengan PJB kritis sangat berperan
dalam mencegah memburuknya kondisi klinis bahkan kematian dini sebelum
dilakukan terapi bedah. Penanganan awal itu berupa; penempatan pada
lingkungan yang nyaman dan fisiologis (suhu 36,5-37ºC dan kelembaban 50%);
jangan diberi oksigen kecuali pada neonatus yang mengalami distres nafas karena
pemberian oksigen pada neonatus mengakibatkan vasokonstriksi arteri sistemik
dan vasodilatasi arteri pulmonalis, hal ini akan memperburuk PJB dengan pirau
kiri ke kanan, pemberian oksigen pada ductus dependent sistemic circulation atau
ductus dependent pulmonary circulation akan mempercepat penutupan duktus dan
memperburuk keadaan; restriksi cairan, diuretik, koreksi asidosis, hipoglikeni,
elektrolit, dan pada kondisi shock diberi cairan 10-15 mL/Kg BB dalam 1-2 jam,
kemudian dievaluasi; pemberian prostaglandin E1 sebagai life saving diberikan
pada setiap bayi umur kurang dari 2 minggu yang dicurigai dengan PJB sianosis
(ductus dependent pulmonary circulation) untuk meningkatkan aliran darah ke
paru dan meningkatkan tekanan atrium kiri agar terjadi pirau kiri ke kanan
sehingga oksigenasi sistemik membaik, dan setiap bayi umur kurang dari 2
minggu yang disertai shock, pulsasi perifer lemah atau tidak teraba, kardiomegali
9
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
II. 6 Klasifikasi
Tipe penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Atrial Septal Defect (ASD)
Atrial septal defect (ASD) adalah suatu keadaan dimana terdapat adanya
lubang atau “defect” pada dinding pemisah antara atrium kiri dan kanan. Darah
kaya oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung
memompa sebagian darah miskin oksigen ke tubuh dan juga darah kaya oksigen
dipompa jantung ke paru. Ini berarti kerja jantung tidak efisien. Sebagian pasien
ASD tanpa keluhan atau dengan keluhan minimal kadangkala lubang dapat
menutup dengan berjalannya waktu. Sebagian lagi memerlukan tindakan operasi. 2
10
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
11
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
oksigen dan miskin oksigen, sehingga akan terjadi gannguan pertumbuhan bayi
dan umumnya keluhan sudah tampak sejak dini. Tindakan operasi selalu
diperlukan untuk memperbaiki AV canal Defect AV canal merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada penderita “Down Syndrome”.2
12
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
Hypoplastic left heart syndrome Adalah suatu keadaan dimana jantung kiri
termasuk aorta,katup aorta, ventrikel kiri, dan katup mmitral tidak berkembang
sempurna, sehingga darah bersih tidak dapat dipompa seluruhKasus ini tidak
13
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
14
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
I. Truncus arteriosus
Truncus arteriosus adalah suatu keadaan dimana hanya terdapat satu arteri
yang keluar dari jantung, kemudian membentuk cabang aorta dan arteri
pulmonal.Sehingga tercampurnya darah kaya oksigen dan darah miskin oksigen.
Tindakan operasi diperlukan pada kelainan “truncus arteriosus” pada awal
kehidupan. Biasanya disertai dengan “DiGeeorge Syndrome”. 2
Gambar. 11.
Truncus arteriosus 2
15
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
Aortic Stenosis (halangan aliran darah pada klep aortic karena cusps dari
klep yang abnormal) juga umumnya tidak menyebabkan gejala-gejala terutama
ketika stenosis (penyempitan) ringan. Pada kasus berat aortic stenosis yang jarang,
16
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
gejala-gejala dapat timbul selama masa bayi dan anak. Gejala-gejala dapat
termasuk pingsan, pusing, nyeri dada, sesak napas dan letih luar biasa. 3
Coarctation dari aorta adalah bagian yang menyempit dari arteri besar ini.
Umumnya tidak ada gejala waktu kelahiran, namun mereka dapat berkembang
sedini seperti minggu pertama sesudah kelahiran. Seorang bayi dapat
mengembangkan gagal jantung congestive atau hipertensi. Beberapa orang dengan
coarctation bisa tidak pernah mendapat persoalan-persoalan signifikan. 3
17
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
susu, terdengarnya bisik jantung pada auskultasi, hepatomegali dan melemah atau
hilangnya pulsasi nadi femoralis. 7
Sianosis
Pada PJB sianotik terdapat kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang
mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi istemik.
Terdeteksinya sianosis sangat tergantung pada tingginya kadar hemoglobin darah.
Sianosis baru terlihat bila kadar reduced haemoglobin yang beredar dalam darah
lebih dari 5 g%. Banyak anak Indonesia dengan PJB sianotik yang malnutrisi dan
anemia defisiensi tidak terlihat sianosis. 7
Pada bayi baru lahir dengan sianosis, penting ditentukan apakah sianosis
perifer atau sianosis sentral. Sianosis perifer hanya terlihat didaerah dengan
perfusi jaringan yang buruk dan tidak ditemukan pada daerah dengan perfusi
jaringan yang baik. Sedangkan sianosis sentral akan tetap terlihat walaupun
perfusi jaringan pada daerah tersebut baik. Daerah yang paling baik untuk
mendeteksi sianosis sentral adalah daerah yang perfusinya hampir selalu baik,
misalnya membran mukosa mulut dan lidah. 7
Perlu diingat bahwa penyebab sianosis sentral pada bayi baru lahir tidak
selalu akibat kelainan jantung, dapat juga terjadi jika ada kelainan paru. Kadang
sianosis juga terlihat pada bayi baru lahir dengan jantung normal tetapi tahanan
vaskuler paru masih tinggi sehingga terjadi pirau dari kanan ke kiri melalui PFO
dan atau PDA. Kadar Hb yang tinggi disertai dengan hiperviskositas juga dapat
menyebabkan terjadinya sianosis pada bayi baru lahir yang normal.
Uji hiperoksia dapat dilakukan untuk membedakan sianosis sentral akibat faktor
paru atau faktor jantung. Untuk ini diperlukan pengukuran pO2. Bila pO2 rendah
harus diberikan oksigen 100% selama 10-20 menit, pada sianosis akibat faktor
paru nilai pO2 arteri akan meningkat sampai lebih dari 100 mmHg sedangkan
pada sianosis akibat PJB nilai pO2 tidak berubah dan tetap dibawah 100 mmHg
atau meningkatnya tidak lebih dari 10-30 mmHg.7
18
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
Gagal Jantung
Penampilan klinis gagal jantung pada bayi berbeda dengan dewasa
umumnya adalah takipnu, kesulitan mengisap susu dan gagal tumbuh kembang.
Gejala klinisnya dapat digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu: (1) gejala
perubahan pada jantung dan kerja jantung ; seperti takikardia, kardiomegali,
keringat banyak, pulsasi arteri perifer yang melemah dan gagal tumbuh kembang;
(2) gejala bendungan pada paru-paru; seperti takipnu, tidak mampu mengisap susu
karena cepat lelah dan sesak nafas, ronkhi dan wheezing pada paru; (3) gejala
bendungan pada vena sistemik; seperti hepatomegali dan edema perifer. 7
Pengenalan gagal jantung pada bayi kadang sulit karena tertutup oleh
kelainan lain, misalnya infeksi saluran nafas. Beberapa penyakit lain ada yang
memberikan gambaran menyerupai gagal jantung, antara lain bronkheolitis akut
berat, hernia diafragmatika, fistula trakeo-esofagus dan lain-lain. Pada bayi
dengan gagal jantung berat dan curah jantung rendah akan terlihat takipnu,
takikardia, berkeringat banyak dan tidak mampu mengisap susu. Terjadi
penurunan perfusi perifer yang ditandai dengan nadi melemah dan pengisian
kapiler yang lambat. 7
19
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
stenotik seperti AS atau PS akan terdengar segera setelah lahir dan menetap
karena murmur ini tidak terpengaruh oleh tahanan vaskuler paru. Pada gagal
jantung berat dengan perburukan hemodinamik dan sirkulasi umumnya murmur
akan melemah atau tidak terdengar sama sekali sampai kondisi miokardnya
membaik setelah pemberian obat anti gagal jantung.7
II. 9 Penatalaksanaan
20
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
21
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
Penanganan yang dapat dilakukan: pelebaran katup dengan balon (Balloon Aortic
Valvotomy = BAV).
D. COARCTATIO AORTA8
Pada kasus ini area lengkungan pembuluh darah aorta mengalami penyempitan.
Bila penyempitannya parah, maka sirkulasi darah ke organ tubuh di rongga perut
(ginjal, usus dll), serta tungkai bawah sangat berkurang, dan kondisi pasien
memburuk. Seperti halnya pada atresia katup pulmonal, pada Coarctatio Aorta
yang berat Prostaglandin E-1 perlu diberikan untuk mempertahankan pembukaan
duktus arteriosus. Untuk selanjutnya, tindakan pelebaran dengan balon atau
pembedahan perlu dilakukan.
2) Adanya lubang pada sekat pembatas antar ruang jantung (septum), sehingga
terjadi aliran pirau (shunt) dari satu sisi ruang jantung keruang sisi lainnya.
Karena tekanan darah di ruang jantung sisi kiri lebih tinggi dibanding sisi kanan,
maka aliran pirau yang terjadi adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya, aliran darah
paru berlebihan/banjir (contoh: ASD = Atrial Septal Defect/ lubang di sekat
serambi , VSD = Ventricular Septal Defect/ lubang di sekat bilik). Aliran pirau ini
Juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan pembuluh
pulmonal tetap terbuka (PDA = Patent Ductus Arteriosus). 8
Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah bersih ke sirkulasi
darah kotor, maka penampilan pasien tidak biru (asianosis). Namun, beban yang
22
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
berlebihan pada jantung akibat aliran pirau yang besar dapat menimbulkan gagal
jantung kiri maupun kanan. Tanda-tanda aliran darah paru yang berlebih adalah:
debaran jantung kencang, cepat lelah, sesak nafas, pada bayi sulit menyusu,
pertumbuhan terganggu, sering batuk panas (infeksi saluran nafas bagian bawah).
Dalam kondisi seperti tersebut diatas, perlu diberikan obat-obatan yang
bermanfaat untuk mengurangi beban jantung, yakni obat diuretik (memperlancar
kencing) dan obat vasodilator (pelebar pembuluh darah).8
3) Pembuluh darah utama jantung keluar dari ruang jantung dalam posisi tertukar
(pembuluh darah aorta keluar dari bilik kanan sedangkan pembuluh darah
pulmonal/paru keluar dari bilik kiri). Kelainan ini disebut transposisi arteri besar
(TGA = Transposition of the Great Arteries). Akibatnya darah kotor yang kembali
ke jantung dialirkan lagi ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis/biru di bibir,
mukosa mulut dan kuku. Bayi dapat bertahan hidup bila darah kotor yang
23
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
mengalir ke seluruh tubuh mendapat pencampuran darah bersih melalui PDA atau
lubang di salah satu sekat jantung (ASD/VSD). 8
Seringkali TGA tak disertai lubang sekat dan pasien sangat biru (darah
yang mengalir ke seluruh tubuh sebagian besar adalah darah kotor). Dalam
keadaan demikian, dapat dibuat lubang di sekat serambi melalui metode non
bedah yang disebut Balloon Atrial Septostomy (BAS). Sementara menunggu
persiapan untuk melakukan prosedur ini, PDA yang bermanfaat untuk menjamin
pencampuran darah bersih perlu dipertahankan, yakni dengan memberikan
Prostaglandin E-1. Namun semua ini hanya bersifat sementara, bila kondisi pasien
membaik, operasi untuk menukar posisi pembuluh darah yang terbalik ini perlu
dilakukan.8
Disamping kelainan pada anatomi jantung, PJB juga dapat menyangkut
kelainan pada pusat listrik jantung beserta sistim hantarannya. Pusat jantung yang
lemah atau adanya blok pada sistim hantaran listrik jantung, berakibat denyut
jantung/nadi yang pelan, sehingga tak mencukupi kebutuhan sirkulasi tubuh.
Untuk itu perlu pemasangan alat pacu jantung (pacemaker). Pada anak yang sudah
cukup besar pemasangan pacu jantung dapat dilakukan tanpa bedah, namun pada
bayi masih diperlukan pembedahan.8
II. 10 Prognosa
Tanpa oprasi umur rata-rata penderita defek fosa ovalis dan vonosus
adalah 40 tahun. ASD sangat membahayakan, karena dalam 10 tahun tidak
menunjukan gejala dalam perjalanannya, tetapi dalam waktu singkat akan muncul
dengan gejala klinis yang berat. Pada VSD walaupun diberi pengobatan yang
intensif tetap akan meninggal juga. Sebahagian lambat akan menjadi sindroma
Eisenmenger yang pada umur muda juga akan meninggal juga. Bila tindakan
bedah yang dilakukan dalam waktu yang tepat dapat mengecap kehidupan yang
normal. PDA tanpa oprasi rata-rata mencapai umur 40 tahun. Cepat atau lambat
akan menimbulkan obstruksi pembuluh darah paru yang akan menentukan masa
panjangnya kehidupan.Oprasi yang dilakukan akan memperbaiki kualitas hidup.
Pulmonal Stenosis akan mencapai umur 30 tahun, 90% penderita tanpa oprasi
24
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
akan meninggal. Stenosis Aorta sedang dan berat umur penderita akan pendek,
sangat tidak mungkin melakukan tindakan berat danjangka umurnya tidak
mencapai optimal. Koarktasio tanpa komplikasi tidak memberikan kesulitan pada
masa bayi yang masih menyusu. Komplikasi muncul pada umur 20-30 tahun,
tindakan bedah dapat dilakukan pada usia remaja.Tetralogi of fallot prognosis
sangat tidak baik, rata-rata mencapai usia 15 tahun. TGA tanpa tindakan oprasi,
sirkulasi paru yang bertambah dan tekanan ventrikel kiri rendah. Dan
prognosisnya sangat buruk. 9
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
25
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
DAFTAR PUSTAKA
26
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA
Penyakit Jantung Bawaan
By. dr.Hendri
Saputra
27
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUZA