Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Perawatan restorasi gigi kini menjadi permintaan banyak pasien. Restorasi


konvensional dengan basis metal dilaporkan membahayakan bagi tubuh, dan telah
timbul perhatian tentang bahaya dari resotrasi berbahan amalgam. Pada penelitian
disebutkan bahwa pelepasan ion merkuri dari tumpatan amalgam dapat menimbulkan
penyakit Alzheimer.

Terdapat beberapa syarat untuk bahan yang dapat digunakan pada aplikasi
kedokteran gigi. Bahan tersebut harus biokompatibel dengan lingkungan rongga mulut,
aman untuk pasien dan juga dokter gigi, baik secara estetika, memiliki kekuatan yang
tinggi, dan mempunyai ketahanan terhadap fraktur. Bahkan, material yang digunakan
tidak boleh menimbulkan keretakan maupun keausan dari gigi. Material yang
digunakan tidak boleh larut, erosi, maupun korosi dan hasul mempunyai sifat fisik yang
menyerupai enamel dan dentin dari gigi asli, dan juga dapat dibentuk sesuai bentuk
dimensi yang diinginkan, mudah diaplikasikan dan harganya terjangkau.

Saat ini sedang berkembang ketertarikan dari dokter gigi dan pasien untuk
menggunakan restorasi dengan menggunakan keramik penuh. Karena restorasi
keramik mempunyai estetika yang baik, konduktivitas termal yang rendah, mempunyai
daya tahan yang baik, biokompatibel, dan mudah diproduksi. Terdapat beberapa
pengembangan dari material porselain yang berupa penggunaan glass-ceramic, yang
telah diproduksi secara komersial sebagai material pengisi sinteteis dan digunakan
untuk restorasi bebas metal yang mempunyai estetika tinggi pada gigi tiruan.

Kristal apatit dapat ditemukan secara alamiah pada batu alam metamorfik, batu
alam berapi, dan juga sedimentasi batu alam. Belakangan ini, ditemukan berbagai
macam variasi dari hidroksiapatit pada permukaan bulan. Kristal apatit adalah
komponen anorganik utama yang ditemukan pada jaringan keras dari vertebrata; maka
dari itu, Kristal apatit mempunyai kepentingan secara biologid dan juga secara klinis.

Glass-ceramic yang mengandung bioaktif Kristal apatit belakangan ini telah


dikembangkan untuk penggunaan di bidang orthopaedi, yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan tipe fase pengkristalan sekunder dari glass-ceramic yaitu apatite-
wollastonite (secara komersial diketahui sebagai Cerabone), apatite-fluoromica (secara
komersial diketahui sebagai Bioverit), dan apatite-mullite.

Sejak awal 1970, beberapa tipe dari glass-ceramic telah dikembangkan, yang
dapat dilakukan pengkristalan menjadi fase apatit dengan menggunakan panas. Glass-
ceramic dapat di cetak menjadi bentuk yang kompleks melalui pencetakan lost-wax,
yang diketahui mudah, dan tidak memerlukan biaya yang besar. Namun, glass-ceramic
harus dapat diproses dengan menggunakan CAD/CAM atau hot pressing. Glass
ceramic apatite-mullite dapat diproduksi dengan selective laser sintering.

Penelitian lebih lanjut telah dilakukan, atau sedang berlangsung, untuk


memperbaiki atau mengembangkan material dental yang dapat diproses menggunakan
teknologi terkini seperti CAD/CAM atau 3D printing. Pada penelitian Hill. R et al, ia
mengambangkan glass-ceramic yang mudah dicetak pada penelitian glass-ionomer.
Setelah dilakukan pemandan pada apatite-mullite, terjadi peningkatan terhadap
ketahanan fraktur, dan juga peningkatan flexural dibandingkan dental ceramic yang
sudah ada. Jumlah dari kandungan fluoride menentukan formasi dari glass-ceramic.
Dengan adanya peningkatan jumlah fluoride, maka tempratur transisinya akan
menurun. Sebaliknya, apabila jumlah fluoride rendah maka dapat menghambat
nukleasi dari Kristal yang akan mengganggu perkembangan dari Kristal tersebut, yang
dapat mengakibatkan perubahan pada sifat dari glass-ceramic.

Sebagai metrial inti, glass-ceramic telah dikonfirmasi biokompatibilitasnya


oleh International Organization for Standarization (BS EN IS 6872:2008). Dalam kasus
ini, fathi et al menyatakan bahwa apatite-mullite dapa digunakan sebagai material inti
dengan pelapis keramik yang tepat, namun apatit-mullite tidak dapat berdiri sendiri
(tanpa tambahan bahan lain).

Apatite-mullite dapat dicetak pada suhu 1450C dengan menggunakan teknik


lost-wax. Restorasi dapat dengan cepat diproses, sehingga dapat dilakukan pencetakan
dalam satu hari kerja. Menurut Gorman et al, glass-ceramic ini dapat juga diproses
dengan teknik hot pressing. Dalam penelitian disebutkan juga apabila dilakukan
pemanasan setelah teknik hot pressing dapat meningkatkan ketahanan terhadap
frakturdan juga meningkatkan kekuatan dari apatite-mullite.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan apatite-


mullite untuk dicetak menggunakan 3 teknik yang berbeda yaitu teknik lost-wax, hot
pressing, dan juga CAD/CAM

Anda mungkin juga menyukai