Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan
adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan
kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat
mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu
memelihara dan meningakatkan kesehatannya.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat
tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah
dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat
dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh
tim medis. Yang biasa disebut dengan promosi kesehatan ataupun
penyuluhan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah review konsep promosi kesehatan ?
2. Bagaimanakah program promosi kesehatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimanakah review konsep promosi kesehatan
2. Untuk mengetahui bagaimanakah program promosi kesehatan

1
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui bagaimanakah review konsep promosi
kesehatan
2. Mahasiswa mengetahui bagaimanakah program promosi kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Konsep Promosi Kesehatan


2.1.1 Definisi dan Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2007).
Tujuan promosi kesehatan dibagi menjadi tiga tingkatan, menurut
(Ahmad, 2014), yaitu berdasarkan program, pendidikan dan
perilakunya. Tujuan program (jangka panjang) meliputi refleksi dari
fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan mengenai hal-hal yang
akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan. Tujuan pendidikan (jangka menengah) merupakan
pembelajaran yang harus dicapai agar perilaku yang diinginkan dalam
mengatasi masalah kesehatan dapat tercapai. Sementara, tujuan perilaku
(jangka pendek) merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai
dalam mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan
pengetahuan, sikap dan tindakan.
2.1.2 Sasaran Promosi Kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan ditujukan kepada sasaran yang telah
disesuaikan. Sasaran dalam promosi kesehatan terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu (Kementerian Kesehatan, 2011):
1. Sasaran primer upaya promosi kesehatan adalah pasien, individu
sehat dan keluarga atau rumah tangga yang diharapkan dapat
mengubah perilaku, misalnya mengubah perilaku hidup tidak bersih
dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Sasaran sekunder upaya promosi kesehatan yaitu para pemuka
masyarakat baik pemuka informal seperti pemuka adat dan pemuka

3
agama, maupun pemuka formal seperti petugas kesehatan dan
pejabat pemerintahan, serta organisasi kemasyarakatan dan media
massa yang diharapkan dapat turut serta dalam upaya peningkatan
PHBS pasien, individu sehat dan keluarga.
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan, bidang lainnya
yang berkaitan dan pihak yang memfasilitasi sumber daya.
2.1.3 Kebijakan Promosi Kesehatan
1. Peran Kebijakan Nasional dalam Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan, ada keterlibatan tiap-tiap sektor
dalam membuat hingga menjalankan kebijakan.Dinas kesehatan
provinsi mengembangkan, mengkoordinasi dan memfasilitasi
promosi kesehatan, kabupaten/kota memperkuat pemberdayaan
masyarakat oleh kabupaten atau kota bina suasana dan advokasi
tingkat provinsi. Pemerintah membuat program kegiatan sesuai
masalah kesehatan yang ada di dinas kesehatan provinsi, sementara
pemerintahan tingkat pusat mempromosikan kesehatan,
mengembangkan kebijakan nasional, menjadi pedoman dan standar
fasilitas serta koordinasi promosi kesehatan daerah bina suasana dan
advokasi tingkat nasional. Promosi kesehatan di daerah
dikembangkan dari kebijakan nasional dan pedoman standar promosi
kesehatan yang didukung adanya fasilitas koordinasi promosi
kesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya bina
suasana dan advokasi.Kebijakan yang mengatur tentang promosi
kesehatan adalah Permenkes dan Kepmenkes.
2. Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi
Kesehatan, yaitu:
1) Pusat Promosi Kesehatan
2) Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

4
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program
Pamsimas di tingkat Pusat perlu mengembangkan tugas dan juga
tanggung jawabnya antara lain :
1) Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia yang terkait dengan kegiatan promosi kesehatan secara
nasional
2) Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang
effektif untuk pengembangan model promosi kesehatan di
daerah
3) Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan
promosi kesehatan di tingkat pusat
4) Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan
lain yang terkait
5) Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara
nasional
6) Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi
3. Peran Tingkat Propinsi
Sebagai unit yang berada dibawah naungan tingkat pusat, maka
peran tingkat Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai berikut:
1) Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi
kebijakan promosi kesehatan local (provinsi) untuk mendukung
penyelenggaraan promosi kesehatan dalam wilayah kerja
Pamsimas
2) Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-
PHBS.
3) Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan
pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat pada level provinsi

5
4) Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai
pihak serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan
dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian
PHBS dalam level Provinsi
4. Peran Tingkat Kabupaten
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten,
khususnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
dapat mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan
lainnya dalam penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama
dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar
mampu ber-PHBS.
2) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat
3) Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan
pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat.
4) Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai
pihak serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan
dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian
PHBS.

2.1.4 Prinsip, Metode, Media, dan Strategi Promosi Kesehatan


1. Prinsip Umum Promosi Kesehatan.
Dalam dunia kesehatan, tenaga kesehatan memberikan
layanannya tidak hanya pada pengobatan penyakit namun juga pada
pencegahan penyakit. Dalam proses pencegahan penyakit tenaga
kesehatan dapat memberikan promisi kesehatan guna meningkatkan
status kesehatan kliennya. Dalam melaksanakan promosi kesehatan
baiknya mengikut prinsip-prinsip promosi kesehatan yang berguna

6
sebagai dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan. Berikut
merupakan prinsip-prinsip umum promosi kesehatan :
1) Empowerment atau pemberdayaan
2) Partisipative atau partisipasi
3) Holistic atau menyeluruh
4) Equitable atau kesetaraan
5) Intersectoral atau antar sector
6) Sustainable atau berkelanjutan
7) Multi-strategy

2. Metode dalam Promosi Kesehatan


Pelaksanaan promosi kesehatan agar dapat menarik perhatian
masyarakat untuk mengikutinya, perlu memperhatikan metode yang
digunakan dalam promosi kesehatan. Metode promosi kesehatan
merupakan cara atau pendekatan tertentu yang digunakan dengan
tujuan tercapainya tujuan dari proses promosi kesehatan. Pendidik
harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang
cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun
berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar
yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri
sendiri.
Secara garis besar metode dalam proses promosi kesehatan terdapat
dua jenis metode, yaitu metode didaktif dan metode sokratik.
1) Metode didaktif, didasarkan atau dilakukan secara satu arah
atau one way method, misalnya ceramah, film, leaflet, buklet,
poster, dan siaran radio).
2) Metode sokratik, dilakukan secara dua arah atau two way method.
Metode ini kemungkinan antara pendidik dan peserta didik
bersikap aktif dan kreatif, misalnya diskusi kelompok, debat,
panel, forum, buzzfgroup, seminar, bermain peran, sosiodrama,

7
curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan
penugasan perorangan).
3. Media Promosi Kesehatan
Dalam melakukan promosi kesehatan perlu diperhatikan media
yang digunakan agar dapat menarik perhatian sasaran dalam
mengikuti promosi kesehatan. Menurut media pembelajaran adalah
sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran
seperti buku, film, video dan sebagainya. Media merupakan alat
yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran. Tujuan dari penggunaan media dalam
pengajaran yaitu untuk memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan
ruang, waktu tenaga, daya indra, menimbulkan semangat belajar,
interaksi langsung antara peserta didik dan sumber belajar, serta
memungkinkan peserta belajar mandiri sesuai bakat
Media yang berupa alat peraga berfungsi untuk
1) Menimbulkan minat sasaran
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman
4) Merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
5) Memudahkan penyampaian informasi
6) Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
7) Mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh
orang banyak.
8) Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan
mendapat pengertian yang lebih baik.
9) Membantu menegakkan pengetahuan yang diterima agar bisa
lebih lama tersimpan dalam ingatan.
Pelaksanaan promosi kesehatan membutuhkan media yang dapat
memudahkan aktivitas promosi kesehatan terutama pada saat
pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran.
Adapun jenis–jenis media pembelajaran yaitu:

8
1) Media visual seperti grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun
dan komik
2) Media auditif seperti radio, tape recorder, laboratorium bahasa,
dan sejenisnya
3) Projected still media seperti slide, over head projector, in focus
dan sejenisnya
4) Projected motion media seperti film, televise, video, computer
dan sejenisnya.
4. Strategi Promosi Kesehatan
1) Advokasi
Pada dasarnya promosi kesehatan bertujuan untuk
mengenalkan kesehatan kepada masyarkat, untuk mencapai hal
ini perlu adanya pendekatan persuasif, dan menggunakan cara
yang komunikatif serta inovatif yang memerhatikan sasaran
promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terkait kesehatan. Advokasi merupakan strategi
dengan pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk
mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Advokasi berperan dalam mendukung kegiatan promosi
kesehatan yang dapat memfasilitasi adaptasi perilaku dan
lingkungan untuk memperbaiki kesehatan.Pelaku advokasi
kesehatan ialah orang yang peduli terhadap upaya kesehatan dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
2) Social Support dan Enpowerment
Proses belajar akan terlaksana dengan baik jika klien
mengalami perubahan tingkat pengetahuan, kesadaran maupun
perilaku. Strategi-strategi yang dibahas biasanya meliputi belajar-
mengajar, pemecahan masalah, penggunaan diri secara terapeutik,
kepedulian, manajemen stres, modifikasi pelaku, membuat
kontrak, proses kelompok dan prinsip-prinsip praktik
keperawatan.Terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan untuk
melakukan perubahan tersebut pada klien yaitu empiric-rational

9
change, normative-reeducative, dan power-coersive. Selain itu,
menurut WHO (1994) dan DepKes RI (2007) terdapat beberapa
strategi dalam promosi kesehatan, yaitu:
1) Bina Suasana (Social Support). Strategi ini dilakukan untuk
mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat, baik tokoh
masyarakat formal maupun informal.Tujuan utama
kegiatan ini adalah para tokoh masyarakat , dapat
menjadi jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima
program kesehatan.
2) Pemberdayaan adalah kegiatan yang melibatkan masyarakat
berupa kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam
mengenali masalah kesehatan mereka sendiri serta bersedia
untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya masing-masing . Tujuan umum dalam gerakan
pemberdayaan masyarakat ini adalah masyarakat mampu
mengenali, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kualitas kesehatannya termasuk apabila mereka sakit, mereka
dapat memperoleh pelayanan kesehatan tanpa mengalami
kesulitan terutama dalam biaya. Sasaran dan pelaku dalam
gerakan pemberdayaan masyarakat ditujukan pada masyarakat
langsung sebagai sasaran primer. Prinsip dalam gerakan
pemberdayaan masyarakat ini berupa menumbuhkembangkan
potensi masyarakat, menumbuhkan kontribusi masyarakat
dalam upaya kesehatan, mengembangkan kegiatan yang
melibatkan kebersamaan antar-masyarakat, kerjasama
masyarakat, promosi pendidikan dan pelatihan dengan
pemanfaatan potensi setempat, upaya yang dilakukan secara
kemitraan dengan berbagai pihak dan sesuai dengan keadaan
atau budaya setempat. Selain prinsip dalam gerakan
pemberdayaan masyarakat, adapula bentuk dari gerakan
pemberdayaan masyarakat, yaitu community

10
leader, community organizations, community fund, community
material, community knowledge, community technology,
dan community decision making.Dalam gerakan pemberdayaan
masyarakat dibutuhkan peran dari dinas kesehatan dalam kota
maupun kabupaten yang berupa pengkajian dalam membantu
memahami permasalahan kesehatan di wilayah tersebut,
pemberi arah terkait tujuan dan sasaran dari kegiatan yang
akan dilakukan, memberikan bimbingan dan bantuan teknis
yang sesuai dengan keperluan serta memberikan dukungan
moral, memberikan dukungan sumber daya manusia dan
memantau perkembangan masalah kesehatan yang dialami.
Indikator keberhasilan terhadap strategi gerakan pemberdayaan
masyarakat terdiri dari indikator input, indikator proses dan
indikator output.

2.1.5 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan


Peran perawat dalam praktik profesi memiliki beberapa elemen
diantaranya adalah kordinator, kolaborator, pembaharu, peneliti,
advokat, konsultan, pendidik, pelaksana, konselor, komunikator dan
fasilitator (Allender, Rector, & Warner, 2014).Tujuan dari elemen
ini yaitu memandirikan klien seoptimal mungkin dengan mencakup
aspek fisik, psikologik, sosial – cultural dan spiritual.Upaya ini tidak
hanya tentang masyarakat luas, namun juga dapat dilakukan untuk
perorangan, keluarga kemudian komunitas.Pada bagian ini, secara
spesifik, perawat komunitaslah yang memegang peranan. Perawat
komunitas mengintegrasikan keterlibatan komunitas dan
pengetahuan tentang keseluruhan populasi dengan pengalaman
personal dan klinis di dalam populasi tersebut.
1. Peran Perawat Sebagai Koordinator
Perawat komunitas memiliki peran dalam mengatur
pelayanan kesehatan. Sebagai kordinator perawat mengkaji arah
administrasi yang menuju pada pencapaian tujuan spesifik dari

11
hasil assessment kebutuhan klien, merencanakan dan mengatur
kebutuhan klien, mengarahkan dan memimpin agar tujuan
tersebut dapat tercapai, terakhir, mengontrol dan mengevaluasi
progress untuk meyakini bahwa target telah tercapai. Selain itu
juga perawat berfungsi sebagai kordinator ketika mengawasi
perawatan klien, mengawasi tenaga kesehatan lain yang
mendukung kesembuhan klien, menjalankan praktik klinis atau
melakukan assessment untuk kebutuhan kesehatan masyarakat.
Dalam setiap contoh, perawat terlibat dalam empat fungsi
dasar yang membentuk proses manajemen. Proses manajemen,
seperti proses keperawatan, menggabungkan serangkaian kegiatan
pemecahan masalah atau fungsi: perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, dan mengendalikan dan mengevaluasi. Kegiatan ini
sekuensial, namun juga terjadi secara bersamaan untuk mengelola
tujuan layanan. Sambil melakukan fungsi-fungsi ini, perawat
kesehatan masyarakat paling sering adalah manajer partisipatif;
yaitu, mereka berpartisipasi dengan klien, profesional lain, atau
keduanya untuk merencanakan dan melaksanakan jasa.
Perawat komunitas jarang praktik sendirian. Mereka harus
bekerja dengan banyak orang, termasuk klien, perawat lainnya,
dokter, guru, pendidik kesehatan, pekerja sosial, terapis fisik, ahli
gizi, terapis okupasi, psikolog, ahli epidemiologi, biostatistik,
pengacara, sekretaris, ahli kesehatan lingkungan , perencana kota,
dan anggota legislatif. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat
komunitas berperan sebagai kolaborator, yang berarti bekerja
bersama-sama dengan orang lain dalam usaha bersama, bekerja
sama sebagai mitra. Praktik kesehatan masyarakat yang sukses
tergantung pada ini multidisiplin kolegialitas dan kepemimpinan.
2. Peran Perawat Sebagai Kolaborator
Semua orang di tim memiliki kontribusi penting dan unik untuk
membuat untuk upaya pelayanan kesehatan. Seperti pada tim
sepak bola, semua anggota memainkan posisi masing-masing dan

12
bekerja sama dengan anggota lain. Hal ini juga berlaku pada tim
tenaga kesehatan. Perawat komunitas memerlukan keterampilan
dalam berkomunikasi, dalam menafsirkan kontribusi yang unik
perawat ke tim, dan dalam bertindak tegas sebagai mitra sejajar.
Peran kolaborator mungkin juga melibatkan berfungsi sebagai
konsultan.Contoh berikut ini menunjukkan seorang perawat
komunitas berfungsi sebagai kolaborator.
Tiga keluarga diperlukan untuk menemukan rumah jompo
yang baik bagi kakek mereka. Perawat kesehatan masyarakat
bertemu dengan keluarga, termasuk anggota tua; membuat daftar
fitur yang diinginkan, seperti mandi dan akses ke berjalan jalan;
dan kemudian bekerja dengan pekerja sosial untuk mencari dan
mengunjungi beberapa rumah. Dokter masing-kakek-nenek
dihubungi untuk konsultasi medis, dan dalam setiap kasus,
anggota lansia dilakukan seleksi akhir. Dalam situasi lain,
perawat komunitas bekerja sama dengan dewan kota, kepolisian,
warga lingkungan, dan manajer gedung tinggi apartemen warga
senior untuk membantu sekelompok orang tua mengatur dan lobi
untuk jalan-jalan yang lebih aman. Dalam contoh ketiga, perawat
sekolah melihat kenaikan dalam kejadian penggunaan narkoba di
sekolah nya.Dia memulai program konseling setelah perencanaan
bersama dengan siswa, orang tua, guru, psikolog sekolah, dan
satu rehabilitasi obat lokal.
3. Peran Perawat Sebagai Edukator
Peran sebagai edukator merupakan salah satu peran penting yang
dimiliki oleh perawat komunitas. Perawat sebagai pendidik
memiliki tujuan untuk melakukan promosi
kesehatan.Penggabungan konten yang spesifik kedalam disiplin
ilmu keperawatan, pengetahuan dari teori edukasi dan model
perilaku sehat dapat memungkinkan pendekatan yang terintegrasi
untuk membentuk perilaku sehat pada peserta didik
(klien).Beberapa peran perawat sebagai edukator mencakup

13
fasilitator perubahan, kontraktor, organisator, dan evaluator. Pada
lembar tugas ini akan dibahas peran perawat sebagai fasilitator
serta evaluator.
Peran perawat komunitas sebagai fasilitator menyatukan
berbagai macam orang dan kelompok untuk membicarakan
mengenai isu dan kebutuhan yang dipelukan.Peran sebagai
fasilitator yang paling signifikan melibatkan membantu
masyarakat dan kelompok dengan berbagi pandangan untuk
mencapai suatu kesepakatan agar mereka dapat menemukan titik
tengah untuk menyelesaikan permasalahan serta membawa
perubahan positif dan meredakan permasalahan kesehatan
spesifik pada komunitas
Perawat sebagai edukator disaat yang bersamaan berperan
juga sebagai fasilitator perubahan.Ketika pembelajaran dipandang
sebagai sebuah bentuk intervensi, maka pembelajaran perlu
dipertimbangkan seperti dalam konteks intervensi keperawatan
lainnya yang dapat mempengaruhi perubahan analisis,
pembagian keterampilan yang kompleks, demonstrasi, praktik,
pengajuan pertanyaan, dan pemberian kesimpulan merupakan
cara yang efektif dalam memfasilitasi perubahan di dalam situasi
pembelajaran.
Program pendidikan, layaknya proyek perawatan kesehatan
lain harus dapat dipertanggungjawabkan kepada peserta didik
maupun konsumen. Pengetahuan yang menyeluruh akan
persyaratan rumah sakit, tenaga profesional, serta tenaga
kesehatan dapat membantu untuk mengidentifikasi kemungkinan
kebutuhan belajar staff sebagai peserta didik. Perawat sebagai
edukator perlu memantau penatalaksaan peraturan baru yang
diterapkan serta perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar
institusi berkaitan dengan pemberian asuhan
keperawatan.Penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan

14
kesehatan seseorang, keluarga, kelompok, atau komunitas
menjadi ukuran evaluatif dari pembelajaran.
4. Peran Perawat Sebagai Konselor
Peran perawat konselor merupakan perawat sebagai tempat
untuk konsultasi bagi pasien, keluarga dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dialami klien.Peran ini
dilakukan oleh perawat sesuai dengan permintaan klien. Perawat
sebagai konselor mempunyai tujuan membantu klien dalam
memilih keputusan yang akan diambil terhadap penyakit yang
dideritanya atau segala permasalahan yang terkait dengan
kesehatan masyarakat. Cara untuk mempermudah didalam
mengambil keputusan klien wajib mempertanyakan langkah–
langkah yang akan diambil terhadap dirinya. Keperibadian serta
sikap yang kondesif untuk terciptanya interaksi yang adekuat
antara konselor dengan klien sangat diperlukan didalam
mempermudah melakukan proses pelayanan keperawatan secara
profesional.
5. Peran Perawat Sebagai Caregiver
Peran perawat yang paling dikenal secara publik adalah
pemberi asuhan atau caregiver.Menjadi seorang caregiver dalam
sebuah komunitas, berarti perawat memastikan bahwa pelayanan
kesehatan bukan hanya tersedia secara individual atau keluarga,
tetapi juga dalam tingkat kelompok atau populasi.Asuhan
keperawatan tetap dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik
setiap kliennya, namun, asuhan keperawatan dalam sebuah
kelompok atau populasi memiliki bentuk tersendiri. Dibutuhkan
kemampuan yang berbeda untuk menkaji kebutuhan massa secara
kolektif dan menyalurkannya. Caregiver dalam keperawatan
komunitas memiliki penekanan khusus yang berbeda dari
keperawatan dasar.Terdapat 3 penekanan yaitu holism, promosi
kesehatan, serta keterampilan tambahan. Dalam LTM ini, akan

15
difokuskan penjelasan mengenai perawat komunitas dalam
promosi kesehatan.

6. Peran Perawat Sebagai Advokator


Isu mengenai hak klien sangat penting dalam pelayanan
kesehatan.Setiap klien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan
yang bijak, adil, dan manusiawi.Banyak klien terutama yang
berasal dari kalangan ekonomi rendah, klien yang tidak memiliki
asuransi kesehatan, klien dengan keterbatasan bahasa, tidak
terpenuhi haknya secara benar dalam pelayanan kesehatan.Hal ini
membuat klien menjadi frustasi, bingung, dan tak mampu koping
dengan sistem yang ada.Peran perawat adalah sebagai advokator
hak klien yang mewakili klien agar hak mereka dapat terpenuhi.
Klien membutuhkan seseorang untuk menjelaskan tentang
pelayanan yang akan mereka terima, menerima arahan yang tepat,
serta untuk diwakili di depan agen-agen penyedia kesehatan.
Mereka membutuhkan seseorang untuk memandu mereka dalam
sistem pelayanan yang kompleks agar terpastikan bahwa
kebutuhan mereka terpenuhi. Hal ini sangat ditekankan terutama
bagi minoritas serta orang-orang yang kurang beruntung.
7. Peran Perawat Sebagai Pembawa Perubahan
Pembawa perubahan adalah seseorang yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motifasi dan kemampuan
klien untuk berubah menunjukkan alternatif, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya
menunjukkan peran pembantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu selama fase dari proses perubahan membina
dan mempertahankan hubungan pembantu, membantu selama
proses perubahan serta membimbing klien melalui fase-fase ini.
Peningkatan dan perubahan adalah komponen inti dari
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan perawat
membantu klien untuk merencanakan melaksanakan, dan menjaga

16
perubahan seperti pengetahuan keterampilan, perasaan, dan
perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut.
Istilah pembaharuan juga dapat diartikan sama dengan kata
inovasi (innovation) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia
memgartikan istilah inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan
hal-hal baru atau sebagai penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada yang sudah dikenal sebelumnya gagasan, metode, atau
alat.
Dari penjelasan yang terdapat dalam kamus diatas, secara
harfiah istilah pembaharuan dapat diartikan dalam dua pengertian.
Pertama, pembaharuan diartikan sebagai proses, perbuatan, atau
cara untuk memperbaharui sesuatu. Kedua, pembaharuan (inovasi)
dapat diartikan sebagai sesuatu penemuan hal baru gagasan,
metode, alat, atau yang lainnya yang berbeda dari yang sudah ada
atau sudah dikenal sebelumnya.
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerja sama pembaharu yang sistematis,
dan terarah sesuai dengan metode pemperian pelayanan
keperawatan Seorang perawat di harapkan dapat menjadi
pembaharu dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki
kreativitas, inisiatif, dan cepat tanggap terhadap rangsangan dari
lingkungannya. Kegiatan ini dapat di peroleh melalui kegiatan
riset atau penelitian.

2.2 Program Promosi Kesehatan


Ditujukan kepada populasi tertentu dengan setting khusus, melibatkan
partisipasi masyarakat sejak perencanaan (termasuk need assessment), hingga
implementasi dan evaluasi,bertujuan mengubah individu, lingkungan fisik
dan sosial, masyarakat dan kebijakan,mengkaitkan perhatian tentang
kesehatan dengan isu kehidupan yang lebih luas (kesejahteraan),
memberdayakan sumber daya yang ada.

17
Ewlest & simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 26,
mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi kesehatan yaitu:
2.2.1 Progam Pendidikan Kesehatan
Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang
direncanakan untuk belajar tentang kesehatan, dan melakukan
perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku.
2.2.2 Pelayanan Kesehatan Preventif
Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J.
Maulana (2009) hal. 27, mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang
dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:
1. Pencegahan Primer
Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
1) Promosi Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
2) Perlindungan Khusus (specific protection)
Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan
peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
2. Pencegahan Skunder
1) Diagnosis dini dan pengobatan segera.
2) Pembatasan kecacatan
3. Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar
cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga indiviu
yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan
sosial.
2.2.3 Kegiatan Berbasis Masyarakat
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja
dengan dan untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam
kesadaran kesehatan.

18
2.2.4 Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang
berupayameningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.
2.2.5 Kebijakan Publik Yang Sehat
Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok
profesional, dan masyarakat umum yang bekerja sama
mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi
kehidupan.
2.2.6 Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan
Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang
kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.
2.2.7 Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturan
Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk
kebijaksanaan dan perencana yang melibatkan upaya lobi dan
implementasi perubahan perubahan legestalatif.seperti peratuaran
pemberian lebel makanan halal mendorang pratik etik yang sukarela.
2.2.8 Tingkat Program Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan memiliki tiga tingkat, yaitu :
1. Kesehatan Primer cenderung berfokus pada orang-orang yang sehat
dan berfokus pada sekitar layanan seperti klinik untuk wanita,
klinik bayi, pesan seks yang aman, imunisasi anak. Tugas promosi
kesehatan tingkat ini seperti pencegahan yang bertujuan untuk
mencegah penyakit dan cedera, meningkatkan homeostasis
biologis, dan self-regulation tubuh dengan menyebarluaskan
informasi kesehatan dengan selektif yang berasal dari medis yang
berkaitan dengan individu tentang faktor risiko dan tindakan
pencegahan yang terkait.
2. Promosi kesehatan sekunder berfokus pada orang-orang yang
sudah sakit dan perawat dalam situasi ini akan berusaha untuk
membantu orang kembali ke keadaan sehat. Tujuan dari
manajemen diri pasien yang memiliki cedera atau penyakit adalah

19
untuk memaksimalkan peluang pemulihan secara penuh, pemulihan
fungsi dan untuk meminimalkan risiko terjadinya komplikasi atau
munculnya kembali penyakit.
3. Promosi kesehatan pencegahan tersier berfokus pada situasi di
mana seorang pasien atau klien memiliki masalah kesehatan yang
sedang berlangsung atau cacat, misalnya pada orang yang memiliki
kanker yang agresif, mereka dapat ditawarkan perawatan paliatif
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menjadi sejahtera
sebagai bentuk promosi kesehatan.

20
BAB III
PENUTUP

1.1 Simpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar
dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari
kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

1.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana promosi kesehatan. Sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
Promosi Kesehatan

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kholid. 2014. Promosi kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo.


Alhamda, S. 2015.Buku Ajar Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, (2008). Panduan pelatihan


komunikasi perubahan perilaku, untuk KIBBLA, Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, (2011). Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman
Pengelolaan Promosi Kesehatan, dalam Pencapaian PHB. Jakarta.
Khalid, A. 2012. Promosi Kesehatan : Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media
dan Aplikasinya untuk Mahasiswa dan Praktisi Kesehatan. Jakarta :Raja
Grafindo.
KEMENKES RI Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
Notoatmodjo, S. 2012 .Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka cipta.
PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan

22

Anda mungkin juga menyukai