Anda di halaman 1dari 4

A.

Proses Penuaan

Menjadi tua adalah suatu proses alamiah. Manifestasi proses menua antara lain rambut rontok dan
memutih atau abu-abu, permukaan kulit keriput, banyak gigi yang tanggal (ompong), daya penglihatan
atau pendengaran berkurang, perubahan sistem saraf pusat, sistem endokrin, dan lain-lain. Penuaan
adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun proses penuaan benar adanya dan merupakan
sesuatu yang normal, tetapi pada kenyataannya proses ini menjadi beban bagi orang lain dibadingkan
dengan proses lain yang terjadi. Perawat yang akan merawat lansia harus mengerti sesuatu tentang
aspek penuaan yang normal dan tidak normal.Penuaan sesungguhnya merupakan proses dediffensiasi
(de-growth) dari sel, yaitu proses terjadinya perubahan anatomi maupun penurunan fungsi dari sel. Ada
banyak teori yang menjelaskan masalah penuaan. Dalam makalah ini akan disampaikan tiga buah teori.

a. Teori Pertama

Teori pertama menyatakan bahwa semakin cepat suatu organisme hidup maka semakin cepat pula
mereka menua. Hal ini terjadi karena kehidupan cepat didefinisikan sebagai proses differensiasi dari
pertumbuhan yang cepat serta metabolisme yang tinggi (Kimbal, 1983) sehingga sel-sel lebih cepat
mengalami penuaan. Apabila disandarkan pada teori ini maka pertumbuhan seorang manusia yang
terlalu cepat, tidak baik bagi manusia tersebut karena dia akan cepat mengalami penuaan. Namun
demikian teori ini tidak menjelaskan bagaimana proses tersebut dapat terjadi pada tingkat seluler
sehingga pengambilan kesimpulan yang hanya didasarkan pada teori ini banyak memiliki kekurangan.

b. Teori Kedua

Teori kedua menyatakan bahwa setiap sel tidak dapat mengelak dari penumpukan sisa metabolit yang
bersifat racun. Penumpukan tersebut secara berangsur-angsur mengurangi kemampuan sel untuk
berfungsi sehingga akhirnya menjadi tua. Sel tidak dapat mengelak dari penumpukan ini karena kolagen
sebagai protein struktural yang merupakan selubung ekstraseluler sebagian besar sel tubuh menjadi
tidak lentur dan tidak mudah larut. Seperti diketahui, ketika kolagen pertama kali dibentuk, zat ini
bersifat lentur dan mudah larut dan hal ini menunjukkan bahwa sel belum menua. Namun demikian
lama-kelamaan rantai polipeptida yang terbuat dari kolagen terikat terus bersama sehingga kelarutan
dan kelenturan (permeabilitas) dari bahan tersebut berkurang. Akibat pengurangan permeabilitas ini
maka lalu lintas bahan antar-sel mengalami banyak hambatan. Kemungkinan ini pula yang dijadikan
dasar dalam pemunculan hipotesis bahwa penuaan mengakibatkan terjadinya perubahan hormon
(Hermann dan Berger, 1999) walaupun tidak ada hubungan antara penuaan tersebut dengan perubahan
komposisi asam lemak sel (Stulnig et al., 1996).

c. Teori Ketiga

Teori ketiga menyatakan bahwa penuaan terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan yang merugikan gen-
gen yang berhubungan dengan sel badan atau sel-sel somatik (Kanungo, 1994). Menurut Burnet dalam
Kimbal (1983) mutasi gen somatik yang tidak dengan cepat diperbaiki oleh enzim DNA polimerase akan
menumpuk pada sel sehingga gen-gen tersebut mulai menghasilkan protein yang tidak sempurna yang
mengakibatkan efisiensi sel berkurang. Apabila protein yang tidak sempurna ini menjadi enzim maka
proses mutasi somatik akan terjadi secara lebih cepat. Akibatnya, sel akan mati (merupakan proses
penuaan) atau bahkan mengalami kanker. Akibat lain penuaan adalah merangsang mutasi DNA
mitokondria (Fukagawa et al., 1999).

Proses penuaan (degeneratif) juga terjadi pada sistem muskuloskeletal. Proses penuaan dibagi penuaan
endogen dan penuaan eksogen.
Perubahan rambut menjadi beruban,
osteoporosis merupakan contoh dari
perubahan endogen. Pengaruh
penuaan eksogen biasanya karena
cara hidup yang merugikan seperti merokok,
makan berlebihan, minuman keras,
stres dalam kehidupan, dan sebagainya.

B. Proses Penuaan Pada Sistem


Integumen

Sistem integumen terdiri dari organ


terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ
yang luar biasa melindungi struktur internal
tubuh dari kerusakan, mencegah
dehidrasi, lemak toko dan
menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini
juga membantu untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam
pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan
tubuh terhadap bakteri, virus dan mik- roba lainnya. Hal ini juga membantu untuk memberikan
perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki
reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk
rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan
otot. Mengenai anatomi sistem yg menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel (epidermis) yang
didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan subkutan yang mendasari (hypodermis atau
subcutis).

a. Stratum Koneum

stratum koneum merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari timbunan korneosit. Berikut
ini merupakan perubahan yang terjadi pada stratum koneum akibat proses menua :

Kohesi sel dan waktu degenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal ini adalah apabila terjadi luka
maka waktu yang diperlukan untuk sembuh lebih lama.
Pelembab pada system korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah penampilan kulit lebih kasar dan
kering.

b. Epidermis

berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses menua :

Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit,perlambatan dalam proses perbaikan sel,dan penurunan jumlah
kedalaman rate ridge. Implikasi dari hal ini adalah pengurangan kontak antara epidermis dan dermis
sehingga mudah terjadi pemisahan antar lapisan kulit,menyebabkan kerusakan dan merupakan factor
predisposisi terjadinya infeksi

Terjadinya penurunan jumlah melanosit. Impilaksi dari hal ini adalah perlindingan terhadap sinar
ultraviolet berkurang dan terjdinya pigmentasi yang tidak merata pada kulit.

Penurunan jumlah sel langerhans sehinggan menyebabkan penurunan kompetensi imun. Implikasi dari
hal ini adalah respon terhadap pemeriksaan kulit terhadap allergen berkurang.

Kerusakan struktur nucleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah perubahan kecepatan poliferasi sel
yang menyebabkan pertumbuhan yang abnormal seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.

c. Dermis

berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua :

Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan dermal dan jumlah sel berkurang.
Implikasi dari hal ini adalah lansia rentan terhadap penurunan termoreguasi,penutupan dan
penyembuhan luka lambat,penurunan respon inflamasi dan penurunan absorbs kulit terhadap zat-zat
topical.

Penghancuran serabut elastic dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim. Implikasi dari hal ini adalah
perubahan dalam penglihatan karena adanya kantung dan pengeriputan disekitar mata,turgor kulit
menghilang.

Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi dari hal ini adalah kulit tampak
lebih pucat dan kurang mampu melakukan termoregulasi.

d. Subkutis

berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses menua :

Lapisan jaingan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini adalah penampilan kulit yang
kendur menggantung diatas tulang angka.

Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini adalah gangguan fungsi
perlindungan dari kulit.
e. bagian tambahan dari kulit

bagian tambahan pada kulit meliputi rambut,kuku,korpus pacini,korpus meissner,kelenjar keringat dan
kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rambut,kuku,korpus pacini,korpus
meissner,kelenjar keringat dan kelenjar sebasea akibat proses menua :

Berkurangnya folikel rambut. Implikasi dari hal ini adalah rambut bertambah uban dengan penipisan
rambut pada kepala. Pada wanita,mengalami peningkatan rambut pada wajah. Pada pria,rambut dalah
hidung dan telinga semakin jelas,lebih banyak dan kaku.

Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi lunak,rapuh,kurang berkilsu dan
cepat mengalami kerusakan.

Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus maissner (sensasi sentuhan) menurun. Implikasi dari hal ini
adalah beresiko untuk terbakar,mudah mengalami nekrosis karena rasa terhadap tekanan berkurang.

Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon dalam keringat,perubahan
teroregulasi,kulit kering.

Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia berkurang.

Anda mungkin juga menyukai