Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat


perhatian. Karena tingginya insidensi penyakit infeksi terutama di negara-negara
berkembang. Infeksi adalah suatu keadaan invasi dan pembiakan mikroorganisme
pada jaringan tubuh. Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri,
virus, jamur, riketsia dan protozoa (Rao, 2012)

Sebagian besar bakteri dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit


atau infeksi dengan cara menginvasi dan berkembang biak dalam jaringan tubuh
atau rongga mulut. Salah satu bakteri yang menimbulkan infeksi yaitu
Staphylococcus aureus (Chapaval, 2008)

Bakteri Stphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri coccus gram


positif, susunannya bergerombol dan tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus
aureus tumbuh pada media cair dan padat seperti NA (Nutrien Agar) dan BAP
(Blood Agar Plate) dan dengan aktif melakukan metabolisme, mampu fermentasi
karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari putih hingga
kuning (Rao, 2012)

Infeksi bakteri S.aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai


flora normal, terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin dan sekitar anus.
Dapat menyebabkan infeksi pada luka biasanya berupa abses merupakan
kumpulan nanah atau cairan dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Jenis-
jenis abses yang spesifik diantaranya bengkak (boil), radang akar rambut
(folliculitis). Infeksi oleh S. aureus bisa menyebabkan sindroma kulit. Infeksi S.
aureus dapat menular selama ada nanah yang keluar dari lesi atau hidung. Selain
itu jari jemari juga dapat membawa infeksi S.aureus dari satu bagian tubuh yang
luka atau robek dapat menimbulkan tanda-tanda yang khas pada setiap jaringan
2

atau alat tubuh yang di infeksi oleh bakteri tersebut. Misalnya, peradangan,
nekrosis dan pembentuk abses (Rao, 2012)

Untuk mengurangi resiko infeksi oleh kuman S. aureus adalah dengan


mengembalikan fungsi dari bagian tubuh yang terluka, mengurangi resiko
terjadinya infeksi dan meminimalkan terbentuknya bekas luka dengan cara
melakukan beberapa tindakan dasar seperti mencuci tangan, membersihkan luka,
membersihkan kulit sekitar luka, menutup luka, mengganti perban sesering
mungkin dan pemakaian gel yang mengandung antibiotik. Akan tetapi
penggunaan antibiotik sekarang sering menyebabkan terjadinya resistensi bakteri
terhadap zat antibiotik (Tati, 2004)

Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan
oleh sebagian besar rakyat Indonesi secara turun temurun. Keuntungan
penggunaan obat tradisional adalah antara lain karena bahan bakunya mudah
diperoleh dan harganya murah. Delapan puluh persen penduduk Indonesia hidup
di pedesaan, di antaranya sukar dijangkau oleh obat modern dan tenaga medis
karena masalah distribusi, komunikasi dan transportasi; disamping itu daya beli
yang relatif rendah menyebabkan masyarakat pedesaan kurang mampu
mengeluarkan biaya untuk pengobatan modern, sehingga masyarakat cenderung
memilih pengobatan secara tradisional. Obat tradisional mempunyai makna yang
sangat penting karena disamping ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh
obat-obat modern, juga karena obat tradisional adalah obat bebas yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter (Sinaga, 2008)
Secara tradisional masyarakat menggunakan daun jambu biji sebagai obat
diare karena telah terbukti mampu mengurangi bahkan menghentikan diare. Daun
jambu biji (Psidium guajava linn) banyak mengandung bahan aktif, antara lain:
tanin, kuersetin, guayaverin, leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar, dan
asam oksalat. Masyarakat memanfaatkan daun jambu biji dengan cara membuat
ekstraknya secara sederhana yaitu dengan merebus daun jambu biji (Fratiwi,
2015).
3

Buah jambu biji mempunyai nama ilmiah Psidium Guajava L memiliki


kandungan serat dan mineral yang baik untuk kesehatan. Manfaat buah jambu biji
putih dan jambu merah hampir sama. Sebab, kandungan yang terdapat pada kedua
jenis jambu ini hampir sama . Jambu biji daging putih mengandung tanin yang
berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna untuk
menyerang bakteri (Dalimartha, 2006)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang efek antibakteri ekstrak daun jambu biji (psdium guajava L) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :

Adakah daya hambat ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan


Streptococcus aureus ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun jambu biji terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Konsentrasi terbaik ekstrak daun jambu biji
(Psidium Guajava Liin) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.
b. Untuk mengetahui perbedaan daya hambat ekstrak daun jambu biji
(Psidium Guajava Linn) dengan cefotaxime terhadap Staphylococcus
aureus.
4

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti :
a. Dapat memenuhi syarat pembuatan skripsi tugas akhir perkuliahan.
b. Dapat mengetahui efek ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus
2. Bagi masyarakat dan pemerintah
a. Dapat mengetahui manfaat daun jambu biji sebagai obat-obatan herbal
b. Dapat dijadikan sebagai refrensi sehingga daun jambu biji dapat
menjadi obat herbal standar yang khasiatnya diakui.
c. Bagi penelitian selanjutnya :
Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini dapat dilihat dari beberapa penelitian sebelumnya yang
serupa yaitu :

1. Ratnah (2012) melakukan penelitian aktivitas ekstrak daun jambu biji


(Psidium guajava L)terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aureus penyebab karies gigi. Penelitian in bertujuan untuk
menentukan aktivitas dari ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus penyebab karies gigi.
Penelitian ini dilakukan dengan metode disc diffusion. Yang menunjukan
bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki aktifitas menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan
metode yang paling aktif adalah metode maserasi dengan pelarut etanol
96% pada konsentrasi 30%.
2. Dewi (2014) melakukan penelitian pengaruh pemberian ekstrak maserasi
daun jambu biji (Psidium guajava L) terhadap bakteri Escherichia coli.
Penelitian ini dibuat 3 media yaitu media NA, media BHI dan media
MHA. Pengujian daya hambat ini dilakukan dengan menggunakan metode
difusi cetak lubang, ekstrak hasil maserasi diencerkan dan diberikan dalam
5

berbagai volume yaitu 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml. Kemudian diisikan pada
setiap lubang disetiap media lalu bakteri uji diinokulasi. Hasil uji hambat
ini diukur dengan menggunakan jangka kosong sehingga diperoleh luas
daya hambat dan dari data yang diperoleh di uji dengan statisstic of
variansi ANOVA satu arah. Hasilnya signifikan menunjukkan nilai 0,000
yang lebih kecil dari nilai tinggkat kesalahan diajukan yaitu 5% (0,05) hal
ini memberikan informasi bahwa ekstrak dengan volume yang sudah
diberikan mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan
yang akan peneliti lakukan saat ini yaitu terletak pada sampel yang akan
diuji, metode kerja, waktu dan tempat dilakukannya penelitian.

Anda mungkin juga menyukai