Anda di halaman 1dari 7

Nasab Rasulullah SAW

Ada tiga bagian tentang nasab nabi


1. Bagian yang disepakati kebenarannya oleh pakar biografi dan nasab yaitu sampai
Adnan.
Muhammad, bin Abdullah bin Abdul Muthallib (yang namanya Syaibah), bin Hasyim
(yang namanya Amru), bin Abdu Munaf (yang namanya Al-Mughirah), bin Qusyay
(yang namanya Zaid), bin Kilab, bin Murrah, bin Ka’b, bin Lu’ay, bin Ghalib,bin Fihr
(yang berjuluk Quraisy dan menjadi cikal bakal nama kabilah), bin Malik, bin An-
nahdr (yang namanya Qais), bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah (yang
namanya Amir), bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma’ad bin Adnan.
2. Bagian yang mereka perselisihkan, yaitu antara nasab yang tidak diketahui secara
pasti dan nasab yang harus dibicarakan, tepatnya Adnan keatas hingga Ibrahim a.s
Adnan dan seterusnya, yaitu bin Udan, bin Hamaisa’, bin Salaman, bin Aush, bin
Bauz, bin Qimwal, bin Ubay, bin Awwam, bin Nasyid, bin Haza, bin Baldas, bin
Yadlf, bin Tabikh, bin Jahim, bin Nahisy, bin Makhi, bin Aidh, bin Abqar, bin Ubaid,
bin Ad-Da’a, bin Hamdan, bin Sinbar, bin Yatsribi, bin Yahzan, bin Yalhan, bin
Ar’awy, bin Aid, bin Daisya, bin Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqshir, bin
Nahits, bin Zarih, bin Sumay, bin Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin
Isma’il, bin Ibrahim.
3. Bagian yang sama sekali tidak diragukan bahwa didalamnya ada hal-hal yang tidak
benar, yaitu Ibrahim keatas hingga Adam.
Ibrahim keatas dan seterusnya, yaitu bin Tarih (yang namanya azar) bin Nahur, bin
Saru’ atau Sarugh, bin Ra’u, bin Falakh, bin Aibar, bin Syalakh, bin Arfakhsyad, bin
Sam, bin Nuh as, bin Lamk, bin Matausyalakh, bin Akhnukh atau Idris as, bin Yard,
bin Magla’il, bin Qainan, bin Yanisya, bin Syaits, bin Adam as.
Nasab Rasulullah yang kami uraikan merupakan nasab yang banyak dituliskan dalam
kitab-kitab-kitab Tarikh dan Hadits dan diakui kebenarannya oleh para ulama tarikh dan
hadits. Adapun nasab yang sampai kepada Nabi Ismail, bahkan sampai kepada Nabi Adam
itu kurang diakui, sebab Rasulullah pun tidak mengakui kebenarannya. Nasab yang diakui ini
adalah nasab yang sampai kepada Adnan. Dan Adnan ini sendiri adalah merupakan keturunan
Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim. Hanya saja nasab dari Adnan sampai kepada Nabi Ismail ini
tidak terperinci dengan jelas dalam buku-buku tarikh dan hadits.
Dari Pihak Ayah
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin
Quhasyyi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimiah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad
bin Adnan.
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah menceritakan nasabnya sampai kepada
Adnan, beliau berhenti lalu bersabda “Dustalah orang-orang yang membuat-buat nasab
sesudah itu, walaupun mereka itu benar.” Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW apabila
menceritakan nasabnya dari Ma’ad bin Adnan bin Udad, kemudian beliau berhenti dan
bersabda, ‘Dustalah orang-orang yang membuat buat nasab.’”(H.R Ibnu Sa’ad dan Ibnu
Asakir).
Imam Bukhari dalam Shahih-nya meriwayatkan nasab Nabu SAW adalah sampai
kepada Adnan. Dengan demikian, sebaiknya orang yang menceritakan nasab Nabi SAW
jangan melebihi (melampaui) dari Adnan
1. Dari Pihak Ibu
Muhammad bin Aminah binti Wahbin bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin
Murrah bin Ka’ab bin Luayyi bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Jelaslah bahwa silsilah Nabi SAW dari pihak ayah dan ibunya bertemu pada nenek
yang kelima dari pihak ayah, yaitu Kilab bin Murrah karena Kilab mempunyai dua orang
anak laki- laki, masing-masing bernama Qushayyi dan Zurah. Qushayyi lah yang
menururnkan Abdullah dan Zuhrahitulah yang menurunkan Aminah. Jadi, Abdullah dan
Aminah adalah satu bangsa (bangsa Quraisy) dalam satu negeri (Hijaz) dan dalam satu
keturunan yang dekat sekali.
Adnan menikah dengan seorang perempuan dari bangsanya sendiri bernama Aminah.
Dengan Aminah itu, dia mempunyai anak seorang laki-laki yang bernama Mu’add. Mu’add
menikah dengan Muanah. Dengan Muanah ini mempunyai anak laki-laki bernama Nizar.
Nizar menikah dengan seorang perempuan bernma Saudah. Dengan Saudah ini mereka
mempunyai empat orang laki-laki, salah satu anaknya ini bernama Mudhar. Dari pernikahan
Mudhar dan Rubbah inilah mereka mempunyai anak laki-laki bernama Ilyas. Kemudian Ilyas
menikah dengan Khandaf. Dengan Khandaf ini, dia mempunyai beberapa anak laki-laki
diantaranya adalah Mudrikah. Mudrikah menikah dengan Salam dan mempunyai beberapa
anak salah satunya bernama Khuzaimah yang kemudian menikah dengan seorang perempuan
bernama Awanah yang memberikan seorang anak laki-laki bernama Kinanah. Kinanah
menikah dengan Barrah dan memiliki beberapa anak laki-laki salah satunya bernama Nadhar.
Selanjutnya Nadhar menikah dengan perempuan bernama Atikah. Dengan Atikah ini, dia
memiliki seorang anak lai-laki bernama Malik. Malik selanjutnya menikah dengan seorang
perempuan bernama Jandalah dan mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama Fihr yang
selanjutnya menikah dengan Lafla. Mereka dikaruniai dua anak laki-laki, seorang diantaranya
bernama Ghalib. Ghalib menikah dengan Salma dan mereka pun memiliki dua anak laki-laki
yang salah satunya bernama Luayyi. Kemudian Luayyi menikah dengan seorang perempuan
bernama Matiyah, mereka dikaruniai beberapa anak laki-laki yang salah satunya bernama
Ka’ab. Ka’ab menikah dengan Wahsyiyah dan mereka memiliki beberapa anak laki-laki salah
satunya bernama Murrah. Murrah menikah dengan Hindun. Dari Hindun ia memiliki tiga
orang anak, salah satunya bernama Kilab. Kilab menikah dengan Fatimah dan memiliki dua
anak laki-laki masing-masing bernama Qusyayyi dan Zuhrah. Qusyayyi kemudian menikah
dengan seorang perempuan bernama Hubayya dan mereka memiliki tiga orang anak laki-laki
yang bernama Abdud-Dar, Abdu Manaf, Abdul Uzza. Dari perkawinan antara Abdi Manaf
dengan Atikah menghasilkan keturunan empat orang anak laki-laki, yang masing-masing
bernama Hasyim, Abdu Syamsin, Muthalib, dan Naufal. Hasyim yang menikah dengan
Salma mempunyai seorang anak laki-laki bernama Abdul Muthalib. (Chalil Moenawar, 2001:
63-64)
Abdul Muthalib menikahi Fatimah dan mereka memiliki lima orang anak laki-laki
bernama Harits, Abdul-Azz, Abdu Manaf, Zubai, Abdullah. Lalu anak Abdul Muthalib yang
lain adalah Abbas, Hanizah, Dhirar, Muqawwam, dan beberapa anak perempuan. Tetapi
semuanya berasal dari lain ibu.

2
Nasab Rasulullah SAW merupakan orang-orang pilihan sebagaimana sabda beliau
yang artinya:”Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya Allah telah
menciptakan makhluk, maka Dia telah menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka,
kemudian Dia menjadikan mereka dua bagian, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik
bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah maka dia menjadikan
aku dalam sebaik-baiknya kabilah mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa
keluarga, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik keluarga mereka dan sebaik-baik diri
diantara mereka.”(H.R At-Turmuzi dari Abbas bin Abdul Muthalib r.a).
Beliau pernah pula bersabda yang artinya:”Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail
sebagai anak Ibrahim dan Dia telah memilih keturunan Kinanah menjadi keturunan Ismail
dan Dia telah memilih Quraisy dari keturunan Kinanah dan Dia telah memilih Hasyim dari
Quraisy, dan Dia telah memilih aku dari keturunan Hasyim.”(H.R At-Turmuzi dari Watsilah
bin al-Asqa r.a).
Dari hadits kedua dapat disimpulkan bahwa beliau memang keturunan Nabi Ismail
putra Nabi Ibrahim a.s.

Keluarga Nabi SAW


Keluarga Rasulullah dikenal dengan keluarga Hasyimiyyah yang dinisbatkan kepada
kakeknya, yaitu Hasyim bin Abdu Manaf.
1. Hasyim
Hasyim adalah orang yang menangani penjamuan tamu haji dengan penyediaan air
minum dan makanan (rifdhah dan siqayah). Ini terjadi tepat ketika terjadi perjanjian antara
Bani Abdu Manaf dengan Bani Abdu Dar dalam pembagian wewenang hak dan pengurusan
diantara keduanya. Karena Hasyim merupakan orang yang sangat kaya dan terhormat, dia lah
yang pertama kali memberikan makanan berupa roti bercampur kuah yang diberi nama Amru
(orang yang membuat adonan roti) kepada para haji yang berziarah. Dia pula yang menjadi
perintis dua jalur perdagangan bagi suku Quraisy, yaitu pada musim dingin ke daerah Yaman
dan pada musim panas ke daerah Syam. Dalam Al-Quran pula dijelaskan pada Surat Al-
Quraisy ayat 2.
Suatu hari ketika Hasyim pergi ke kota Syam untuk berdagang. Ketika tiba di
Madinah, dia menikahi Salma binti Amru, dari Bani Ady bin an-Najjar dan menetap disana.
Ketika istrinya mengandung anak mereka, Abdul Muthalib, Hasyim pergi melanjutksn
perjalannya ke Syam dan istrinya ditinggalkan bersama keluarganya. Ketika berada di
Palestina, Hasyim meninggal dunia. Abdul Muthalib lahir pada tahun 497 M dengan nama
Syaibah. Namun karena ketika lahir terdapat rambut putih (uban) dirambutnya, maka nama
Syaibah diganti menjadi Abdul Muthalib. Selanjutnya Abdul Muthalib tinggal di rumah
ayahnya, Yatsrib. Keluarga dari Mekkah tidak ada seorang pun yang merasa memiliki
saudara dari Madinah. Anak Hasyim yang lainnya bernama Asad, Abu Shaify, dan anak
perempuannya bernama asy-Syifa, Khalidah, Dha’ifah, Ruqayyah dan Jannah.
2. Abdul Muthalib
Setelah Hasyim meninggal, kewajiban memegang wewenang rifadhah dan siqayah
dipegang oleh al-muthalib bin Abdul Muthalib. Ketika dia mendengar Syaibah atau Abdul
Muthalib telah tumbuh sekitar tujuh atau delapan tahun, dia langsung mencarinya. Ketika dia
menemukannya, dia tak kuasa menahan tangis dan langsung memeluk dengan keharuan.
Ketika ia bermaksud mengajak ke Mekkah, Abdul Muthalib meminta ijin terlebih dahulu
3
kepada ibunya. Pada awalnya, ibunya tidak mengijinkan. Akan tetapi ketika Al-Muthalib
memberitahu bahwa maksud ia mengajak Abdul Muthalib untuk mendatangi tempat
kelahiran ayahnya, maka ibunya mengijinkan. Akhirnya mereka pergi ke Mekkah.
Abdul Muthalib tumbuh dan berkembang disana. Abdul Muthalib menggantikan al-
Muthalib setelah meninggal di Yaman. Kedudukan Abdul Muthalib melebihi ayah-ayahnya
terlebih dahulu. Diasangat dicintai dan diagungkan oleh kaumnya. Namun Naufal yang
menjadi paman dari ayahnya ingin merebut sebagian kekuasaan Abdul Muthalib yang
menyebabkan dia marah. Kemudian Abdul Muthalib meminta dukungan dari beberapa
pemuka Quraisy. Namun kaum Quraisy tidak ingin ikut campur atas urusan tersebut.
Abdul Muthalib pun meminta pertolongan kepada paman-pamannya dari pihak
ibunya dengan cara mengirim beberapa bait Sya’ir. Salah seorang pamannya bernama Abu
Sa’ad datang dengan membawa delapan puluh pasukan berkuda. Sesampainya di Mekkah,
Abu Sa’ad mencari Naufal yang sedang duduk di Hijir bersama beberapa pemuka Quraisy.
Sembari menghunuskan pedang untuk mengancam Naufal, Abu Sa’ad meminta agar
kekuasaan Abdul Muthalib dikembalikan. Naufal pun berkata bahwa kekuasaan tersebut telah
dikembalikan dengan adanya saksi dari beberapa pemuka Quraisy yang ada disana. Setelah
itu, Abu Sa’ad ke rumah Abdul Muthalib dan tinggal disana selama tiga hari, lalu dia
melaksanakan umrah dan kembali ke Madinah.
Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada Baitul Haram ketika masa Abdul
Muthalib, yaitu:
a. Penggalian Sumur Zamzam
Penggalian ini dimulai ketika Abdul Muthalib bermimpi. Dalam mimpinya itu dia
diperintahkan untuk menggali sumur zamzam dan mendapatkan gambaran tempat mana yang
harus dia gali. Dia pun menggalinya hingga dia mendapatkan benda-benda peninggalan kaum
Jurhum pada saat kekuasaan mereka.
Kaum Jurhum adalah salah satu suku bangsa Arab. Mereka senang berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat lain. Pada awalnya mereka melihat sekelompok burung terbang
yang mengelilingi sebuah lembah. Mereka meyakini jiga terjadi hal tersebut, maka disana
terdapat sumber air. Benar saja, di lembah tersebut terdapat sumber air. Mereka bermaksud
untuk tinggal diselitar lembah tersebut sebelum mengetahui bahwa lembah itu telah dihuni
oleh Nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar. Setelah itu kaum Jurhum meminta izin untuk dapat
tinggal disana dan hidup berdampingan bersama keduanya. Hajar pun mengizinkannya. Sejak
itulah kaum Jurhum tinggal di lembah Mekkah. Mereka hidup rukun. Bahkan Nabi Ismail
menikah dengan wanita dari kaum Jurhum.
Kembali kepada benda peninggalan, benda tersebut diantaranya beberapa bilah
pedang, baju perang, dan dua pelana kuda yang semuanya terbuat dari emas. Benda-benda
peninggalan tersebut dimanfaatkan olehnya, pedang-pedang dia jadikan sebagai pintu Ka’bah
dan memasang dua pangkal pelana pada pintunya.
Ketika sumur zamzam ditemukan kembali oleh Abdul Muthalib. Kaum Quraisy pun
berebut ingin ikut campur tangan. Namun Abdul Muthalib ingin menanganinya sendiri.
Hingga akhirnya orang-orang Quraisy tidak ingin beranjak sehingga mereka mendatangi
seorang dukun perempuan dari Bani Sa’ad, yaitu Hudzaim, yang dihormati di Syam. Ketika
mereka berada dalam perjalanan, turun hujan yang Allah curahkan hanya kepada Abdul
Muthalib, sedangkan yang lain tidak mendapatkan curahan air tersebut setetespun. Dari

4
situlah mereka menyadari bahwa sumur zamzam memang berhak untuk ditangani oleh Abdul
Muthalib dan mereka pun kembali.
b. Kisah Penyerangan Ka’bah
Pada pertengahan abad keenam (tahun 570) Masehi, pemerintahan di Hijaz yang
berpusat di kota Mekkah berada ditangan Abdul Muthalib dan pemerintahan di Yaman
berada ditangan seorang Nasrani bernama Abrahah, yaitu seorang panglima perang dari
Kerajaan Habsyi. Setelah dia menjabat sebagai wali di Yaman dia bertempat di ibukota
negeri itu, kota Shan’a. Lalu dia membangun dan mendirikan sebuah tempat besar nan indah.
Selain itu dia juga mendirikan sebuah gereja yang besar serta luas dan indah dengan tujuan
untuk mengalihkan pusat kegiatan haji di Ka’bah, karena dia sangat kesal melihat orang-
orang menunaikan haji ke Ka’bah. Dan untuk menjadikan kota tersebut sebagai pusat
berkumpulnya segenap rakyat dalam jajahannya dan berhimpunnya segenap bangsa Arab dari
seluruh Jazirah Arab. Abrahah mengerti bahwa keinginan dan tujuan yang sepenting itu tidak
akan tercapai jika rumah suci Ka’bah yang ada di kota Mekkah itu belum dihancurkan
terlebih dahulu. Salah seorang dari bani Kinanah yang mendengar hal itu kemudian
mengendap-endap masuk ke gereja itu di malam hari dan melumuri kiblatnya dengan
kotoran. Hal itu membuat Abrahah marah dan semakin ingin menghancurkan Ka’bah. Dia
pun menyiapakn 60.000 pasukan untuk menyerang kota Mekkah dan menghancurkan
Ka’bah. Gajah adalah kendaraan yang dia pilih bersama 9 sampai 13 gajah lainnya.
Abdul Muthalib, setelah menerima kabar tersebut, dengan pikiran yang tenang dan
hati yang tabah, menyerahkan urusan keselamatan Ka’bah kepada Allah karena dia mengerti
bahwa kekuatan kaum Quraisy dan bangsa Arab di Mekkah tidak mungkin dapat menahan
serangan Abrahah itu. Ketika sampai di Wadi Mahsyar yang terletak di antara Mudzalifah
dan Mina, tiba-tiba gajah yang ditunggangi mereka berhenti bahkan tidak mau mendekati
Ka’bah. Lain halnya ketika dihadapkan ke arah selain Ka’bah, mereka bangkit dan hendak
berlari. Ketika itu Allah SWT menurunkan pasukan burung ababil yang masing-masing
membawa tiga batu yang panas sekali, dua digenggam dikakinya dan satu lagi dipatuknya.
Diyakini bahwa batu tersebut berasal dari neraka. Burung tersebut mirip dengan al-
Khathathif dan Balsan. Pasukan gajah dilempari bebatuan itu hingga terjadi penyakityang
sangat hebatnya. Abrahah sendiri tewas binasa karena penakit itu. Gajah-gajah mereka pun
tak ada yang ketinggalan menjadi bangkai. Tak hanya itu, mereka ada yang lari terbirit-birit
dan terpecah belah. Yang satu saling menabrak yang lain sehingga ada yang terinajk
,tertindih dan lain sebagainya. Penyakit yang mahahebat itu sepanjang riwayat masyhur.
Apabila mereka telah terkena jatuhan batu itu, seketika itu juga badannya terasa gatal, dan
siapa yang menggaruk gatalnya itu, gugur dan jatuhlah dagingnya. Padahal waktu itu tidak
ada yang terkena jatuhan batu itu. Inilah kekuasaan Allah SWT untuk melindungi Ka’bah.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, sekitar 55 hari sebelum kelahiran Nabi
Muhammad SAW yang bertepatan dengan akhir bulan Februari atau sekitar awal bulan Maret
tahun 571 M yang menjadikan peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang mengawali
perjalanan kenabian dan kembalinya berdiri Baitullah. Sebab bila melihat ke arah Baitul
Maqdis, tempat itu telah dikuasai oleh orang-orang musyrik. Padahal rakyatnya merupakan
orang-orang Muslim. Seperti peristiwa yang terjadi pada saat kekuasaan Bukhtanashar pada
tahun 587 SM atau peristiwa penyerangan bangsa Romawi pada tahun 70 M, tetapi orang-
orang Nashari yang pada saat itu disebut orang Muslim tidak dapat memegang tampuk
kekuasaan, sekalipun penduduknya orang-orang Musyrik.

5
Perisitiwa tahun Gajah tersebut menyedot perhatian dunia secara umum sehingga
mereka semua mengetahui kesucian Baitullah. Semua bangsa mulai mengetahui bahwa
Mekkah telah dipilih oleh Allah sebagai tempat penyucian.
“Abdul Muthalib mempunyai sepuluh putra yang masing-masing bernama al-Hrits,
az-Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, al-Ghaidaq, al-Muqawwim, Shaffar,
dan al-Abbas. Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa putranya berjumlah sebelas yang
ditambah dengan Qatsam. Ada juga yang menyebutkan berjumlah tiga belas orang ditambah
Abdul Ka’bah dan Hajla. Ada yang menyebutkan bahsa Abdul Ka’bah adalah al-Muqqawim
dan Hajla adalah al-Ghaidaq. Abdul Muthalib juga memiliki enam orang putri, yaitu Ummul
Hakim atau al Baidha, Barrah, Atikah, Shafiyyah, Arwa, dan Ummaimah.”(Ibnu Hisyam,
2009:108-109)
3. Abdullah
Abdullah merupakan putra dari Aminah binti Amru bin A’id bin Imran bin Makhzum
bin Yaqdzah bin Murrah. Dia anak yang sangat dicintai oleh Abdul Muthalib, tampan dan
yang terbaik. Abdullah merupakan anak yang mendapatkan undian untuk disembelih sebagai
nadzar ayahnya sendiri di depan Ka’bah. Ketika nadzar tersebut disampaikan kepada
Abdullah, dia mematuhinya. Pada awalnya terjadi pengundian menggunakan anak panah
unutk menentukan siapa yang akan dikorbankan nantinya. Setelah dikocok, ternyata nama
yang keluar adalah Abdullah, anak yang sangat ia cintai dan orang-orang Quraisy. Setelah itu
Abdul Muthalib menghampiri Ka’bah sembari menuntun Abdullah untuk disembelih di
depan Ka’bah.
Tetapi pada saat itu juga orang-orang Quraisy tidak setuju dan mereka menyarankan
supaya memohon ampun kepada hubbal sebagai pembatalan. Namun Abdul Muthalib masih
merasa ragu. Maka Abdullah bin Makhzum menyarankan agar Abdul Muthalib datang
kepada dukun perempuan untuk menanyakan hal ini. Setelah menemuinya, dukun tersebut
mengatakan agar mengundi nama Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Apabila yang keluar
itu atas nama Abdullah, maka ditambah sepuluh ekor unta lagi, dan seterusnya. Setelah
mereka melakukan pengundian tersebut, ternyata undian tersebut selalu jatuh pada Abdullah
sampai unta tebusan tersebut berjumlah seratus ekor.
Namun ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa seorang Kepala Agama
memperingatkan untuk tidak melakukan perbuatan menyembelih itu. Jika sampai
dilaksanakan, sudah tentu kelak akan dicontoh oleh orang banyak karena Abdul Muthalib itu
adalah seorang wali negeri pada masa itu dan ia mempunyai pengaruh yang besar pada
segenap penduduk di Mekah. Jadi perbuatan itu tidak boleh dilaksanakan sebab takut
dicontoh oleh penduduk Mekah. Kemudian nadzarnya itu ditebus dengan menyembelih
seratus ekor unta. Diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau pernah berkata,”Aku adalah putra
dari dua orang yang disembelih.” Maksudnya adalah keturunan Ismail dan putra dari
Abdullah.
Setelah itu, Abdullah dinikahkan oleh ayahnya kepada Aminah binti Wahab bin
Abdul Manaf bin Zuhrah binKilab. Aminah merupakan wanita yang ppaling cantik parasnya
dan paling terkenal kemuliaan budi pekertinya. Ayahnya merupakan orang terkemuka di bani
Zuhrah. Keduanya dinikahkan dalam usia kurang dari dua puluh tahun.
Kurang lebih dua atau tiga tahun setelha hari pernikahan Abdullah dan Aminah,
Abdullah pergi ke Syam untuk berdagang seperti biasa. Abdullah dan Aminah sebelumnya
hidup bersama di Mekah. Ketika Abdullah pergi ke Syam, Aminah tampak sudah hamil.

6
Dalamperjalanan pulang dari negeri Syam, waktu sampai di Kota Yatsrib dia mendadak jatuh
sakit.
Kawan-kawan Abdullah yang pergi bersama dengan Abdullah ke Syam, semuanya
telah pulang ke Mekah, kecuali Abdullah yang sedang jatuh sakit. Dia tinggal di Madinah,
diam di rumah seorang Quraisy dari keturunan Ady.(Moenawar Chalil, 2001:67)
Setelah tahu bahwa teman-teman anaknya sudah datang, Abdul Muthalib menanyakan
Abdullah kepada mereka. Mereka pun menjawab bahwa Abdullah sedang sakit dan dai
sekarang berada di Yatsrib, tinggal bersama seorang bangsa Quraisy. Ketika itu, Abdul
Muthalib menyuruh anak paling tua, Harits untuk pergi ke Yatsrib menengok Abdullah.
Kemudian Harits segera berangkat kesana dengan perasaan yang cemas. Sesampainya disana,
dia sangat terkejut karena Abdullah telah meninggal dunia serta sudah dimakamkan disana ,
tepatnya di Darun Nabighah al-Ja’dy beberapa hari yang lalu. Saat itu dia berusia 25 tahun.
Demikianlah pendapat mayoritas ahli sejarah. Ada yang menyebutkan bahwa ketika Abdullah
wafat, Nabi SAW masih berusia kurang lebih tiga bulan dalam kandungan ibunya. Namun
ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah
kelahiran Nabi SAW.
Ketika kabar kematiannya sampai di Mekah, Aminah mengenakan pakaian yang serba
usang. Abdullah meninggalkan warisan berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, dan
seorang budak wanita yang bernama Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman, kelak dia yang
mengasuh Rasulullah SAW.(al-Mubarakfuri, 2013:30)
Kesimpulan
Rasulullah SAW mempunyai nasab yang baik karena beliau masih keturunan dari
Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim. Selain itu, beliau terlahir dari susunan nasab yang terbaik.
Sabda beliau yang artinya: :”Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail sebagai anak Ibrahim
dan Dia telah memilih keturunan Kinanah menjadi keturunan Ismail dan Dia telah memilih
Quraisy dari keturunan Kinanah dan Dia telah memilih Hasyim dari Quraisy, dan Dia telah
memilih aku dari keturunan Hasyim.”(H.R At-Turmuzi dari Watsilah bin al-Asqa r.a).
Perjalanan yang dilalui nasab Rasulullah SAW sebelum beliau lahir, baik oleh
kakeknya dan juga ayahnya merupakan hal yang harus kita ketahui. Dari mulai peristiwa
penggalian sumur zamzam sampai peristiwa Tahun Gajah.
Dalam peristiwa-peristiwa tersebut, banyak keajaiban yang terjadi. Itu sebagai tanda
dan sambutan bagi lahirnya seorang Nabi akhir zaman yang akan menyempurnakan akidah
dan ahlak seluruh umat manusia di dunia ini. Nabi yang disayangi dan didambakan oleh
seluruh pengikutnya.

Anda mungkin juga menyukai