2
Nasab Rasulullah SAW merupakan orang-orang pilihan sebagaimana sabda beliau
yang artinya:”Aku Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya Allah telah
menciptakan makhluk, maka Dia telah menjadikan aku dalam sebaik-baik bagian mereka,
kemudian Dia menjadikan mereka dua bagian, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik
bagian mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa kabilah maka dia menjadikan
aku dalam sebaik-baiknya kabilah mereka, kemudian Dia menjadikan mereka beberapa
keluarga, maka Dia menjadikan aku dalam sebaik-baik keluarga mereka dan sebaik-baik diri
diantara mereka.”(H.R At-Turmuzi dari Abbas bin Abdul Muthalib r.a).
Beliau pernah pula bersabda yang artinya:”Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail
sebagai anak Ibrahim dan Dia telah memilih keturunan Kinanah menjadi keturunan Ismail
dan Dia telah memilih Quraisy dari keturunan Kinanah dan Dia telah memilih Hasyim dari
Quraisy, dan Dia telah memilih aku dari keturunan Hasyim.”(H.R At-Turmuzi dari Watsilah
bin al-Asqa r.a).
Dari hadits kedua dapat disimpulkan bahwa beliau memang keturunan Nabi Ismail
putra Nabi Ibrahim a.s.
4
situlah mereka menyadari bahwa sumur zamzam memang berhak untuk ditangani oleh Abdul
Muthalib dan mereka pun kembali.
b. Kisah Penyerangan Ka’bah
Pada pertengahan abad keenam (tahun 570) Masehi, pemerintahan di Hijaz yang
berpusat di kota Mekkah berada ditangan Abdul Muthalib dan pemerintahan di Yaman
berada ditangan seorang Nasrani bernama Abrahah, yaitu seorang panglima perang dari
Kerajaan Habsyi. Setelah dia menjabat sebagai wali di Yaman dia bertempat di ibukota
negeri itu, kota Shan’a. Lalu dia membangun dan mendirikan sebuah tempat besar nan indah.
Selain itu dia juga mendirikan sebuah gereja yang besar serta luas dan indah dengan tujuan
untuk mengalihkan pusat kegiatan haji di Ka’bah, karena dia sangat kesal melihat orang-
orang menunaikan haji ke Ka’bah. Dan untuk menjadikan kota tersebut sebagai pusat
berkumpulnya segenap rakyat dalam jajahannya dan berhimpunnya segenap bangsa Arab dari
seluruh Jazirah Arab. Abrahah mengerti bahwa keinginan dan tujuan yang sepenting itu tidak
akan tercapai jika rumah suci Ka’bah yang ada di kota Mekkah itu belum dihancurkan
terlebih dahulu. Salah seorang dari bani Kinanah yang mendengar hal itu kemudian
mengendap-endap masuk ke gereja itu di malam hari dan melumuri kiblatnya dengan
kotoran. Hal itu membuat Abrahah marah dan semakin ingin menghancurkan Ka’bah. Dia
pun menyiapakn 60.000 pasukan untuk menyerang kota Mekkah dan menghancurkan
Ka’bah. Gajah adalah kendaraan yang dia pilih bersama 9 sampai 13 gajah lainnya.
Abdul Muthalib, setelah menerima kabar tersebut, dengan pikiran yang tenang dan
hati yang tabah, menyerahkan urusan keselamatan Ka’bah kepada Allah karena dia mengerti
bahwa kekuatan kaum Quraisy dan bangsa Arab di Mekkah tidak mungkin dapat menahan
serangan Abrahah itu. Ketika sampai di Wadi Mahsyar yang terletak di antara Mudzalifah
dan Mina, tiba-tiba gajah yang ditunggangi mereka berhenti bahkan tidak mau mendekati
Ka’bah. Lain halnya ketika dihadapkan ke arah selain Ka’bah, mereka bangkit dan hendak
berlari. Ketika itu Allah SWT menurunkan pasukan burung ababil yang masing-masing
membawa tiga batu yang panas sekali, dua digenggam dikakinya dan satu lagi dipatuknya.
Diyakini bahwa batu tersebut berasal dari neraka. Burung tersebut mirip dengan al-
Khathathif dan Balsan. Pasukan gajah dilempari bebatuan itu hingga terjadi penyakityang
sangat hebatnya. Abrahah sendiri tewas binasa karena penakit itu. Gajah-gajah mereka pun
tak ada yang ketinggalan menjadi bangkai. Tak hanya itu, mereka ada yang lari terbirit-birit
dan terpecah belah. Yang satu saling menabrak yang lain sehingga ada yang terinajk
,tertindih dan lain sebagainya. Penyakit yang mahahebat itu sepanjang riwayat masyhur.
Apabila mereka telah terkena jatuhan batu itu, seketika itu juga badannya terasa gatal, dan
siapa yang menggaruk gatalnya itu, gugur dan jatuhlah dagingnya. Padahal waktu itu tidak
ada yang terkena jatuhan batu itu. Inilah kekuasaan Allah SWT untuk melindungi Ka’bah.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram, sekitar 55 hari sebelum kelahiran Nabi
Muhammad SAW yang bertepatan dengan akhir bulan Februari atau sekitar awal bulan Maret
tahun 571 M yang menjadikan peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang mengawali
perjalanan kenabian dan kembalinya berdiri Baitullah. Sebab bila melihat ke arah Baitul
Maqdis, tempat itu telah dikuasai oleh orang-orang musyrik. Padahal rakyatnya merupakan
orang-orang Muslim. Seperti peristiwa yang terjadi pada saat kekuasaan Bukhtanashar pada
tahun 587 SM atau peristiwa penyerangan bangsa Romawi pada tahun 70 M, tetapi orang-
orang Nashari yang pada saat itu disebut orang Muslim tidak dapat memegang tampuk
kekuasaan, sekalipun penduduknya orang-orang Musyrik.
5
Perisitiwa tahun Gajah tersebut menyedot perhatian dunia secara umum sehingga
mereka semua mengetahui kesucian Baitullah. Semua bangsa mulai mengetahui bahwa
Mekkah telah dipilih oleh Allah sebagai tempat penyucian.
“Abdul Muthalib mempunyai sepuluh putra yang masing-masing bernama al-Hrits,
az-Zubair, Abu Thalib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, al-Ghaidaq, al-Muqawwim, Shaffar,
dan al-Abbas. Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa putranya berjumlah sebelas yang
ditambah dengan Qatsam. Ada juga yang menyebutkan berjumlah tiga belas orang ditambah
Abdul Ka’bah dan Hajla. Ada yang menyebutkan bahsa Abdul Ka’bah adalah al-Muqqawim
dan Hajla adalah al-Ghaidaq. Abdul Muthalib juga memiliki enam orang putri, yaitu Ummul
Hakim atau al Baidha, Barrah, Atikah, Shafiyyah, Arwa, dan Ummaimah.”(Ibnu Hisyam,
2009:108-109)
3. Abdullah
Abdullah merupakan putra dari Aminah binti Amru bin A’id bin Imran bin Makhzum
bin Yaqdzah bin Murrah. Dia anak yang sangat dicintai oleh Abdul Muthalib, tampan dan
yang terbaik. Abdullah merupakan anak yang mendapatkan undian untuk disembelih sebagai
nadzar ayahnya sendiri di depan Ka’bah. Ketika nadzar tersebut disampaikan kepada
Abdullah, dia mematuhinya. Pada awalnya terjadi pengundian menggunakan anak panah
unutk menentukan siapa yang akan dikorbankan nantinya. Setelah dikocok, ternyata nama
yang keluar adalah Abdullah, anak yang sangat ia cintai dan orang-orang Quraisy. Setelah itu
Abdul Muthalib menghampiri Ka’bah sembari menuntun Abdullah untuk disembelih di
depan Ka’bah.
Tetapi pada saat itu juga orang-orang Quraisy tidak setuju dan mereka menyarankan
supaya memohon ampun kepada hubbal sebagai pembatalan. Namun Abdul Muthalib masih
merasa ragu. Maka Abdullah bin Makhzum menyarankan agar Abdul Muthalib datang
kepada dukun perempuan untuk menanyakan hal ini. Setelah menemuinya, dukun tersebut
mengatakan agar mengundi nama Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Apabila yang keluar
itu atas nama Abdullah, maka ditambah sepuluh ekor unta lagi, dan seterusnya. Setelah
mereka melakukan pengundian tersebut, ternyata undian tersebut selalu jatuh pada Abdullah
sampai unta tebusan tersebut berjumlah seratus ekor.
Namun ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa seorang Kepala Agama
memperingatkan untuk tidak melakukan perbuatan menyembelih itu. Jika sampai
dilaksanakan, sudah tentu kelak akan dicontoh oleh orang banyak karena Abdul Muthalib itu
adalah seorang wali negeri pada masa itu dan ia mempunyai pengaruh yang besar pada
segenap penduduk di Mekah. Jadi perbuatan itu tidak boleh dilaksanakan sebab takut
dicontoh oleh penduduk Mekah. Kemudian nadzarnya itu ditebus dengan menyembelih
seratus ekor unta. Diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau pernah berkata,”Aku adalah putra
dari dua orang yang disembelih.” Maksudnya adalah keturunan Ismail dan putra dari
Abdullah.
Setelah itu, Abdullah dinikahkan oleh ayahnya kepada Aminah binti Wahab bin
Abdul Manaf bin Zuhrah binKilab. Aminah merupakan wanita yang ppaling cantik parasnya
dan paling terkenal kemuliaan budi pekertinya. Ayahnya merupakan orang terkemuka di bani
Zuhrah. Keduanya dinikahkan dalam usia kurang dari dua puluh tahun.
Kurang lebih dua atau tiga tahun setelha hari pernikahan Abdullah dan Aminah,
Abdullah pergi ke Syam untuk berdagang seperti biasa. Abdullah dan Aminah sebelumnya
hidup bersama di Mekah. Ketika Abdullah pergi ke Syam, Aminah tampak sudah hamil.
6
Dalamperjalanan pulang dari negeri Syam, waktu sampai di Kota Yatsrib dia mendadak jatuh
sakit.
Kawan-kawan Abdullah yang pergi bersama dengan Abdullah ke Syam, semuanya
telah pulang ke Mekah, kecuali Abdullah yang sedang jatuh sakit. Dia tinggal di Madinah,
diam di rumah seorang Quraisy dari keturunan Ady.(Moenawar Chalil, 2001:67)
Setelah tahu bahwa teman-teman anaknya sudah datang, Abdul Muthalib menanyakan
Abdullah kepada mereka. Mereka pun menjawab bahwa Abdullah sedang sakit dan dai
sekarang berada di Yatsrib, tinggal bersama seorang bangsa Quraisy. Ketika itu, Abdul
Muthalib menyuruh anak paling tua, Harits untuk pergi ke Yatsrib menengok Abdullah.
Kemudian Harits segera berangkat kesana dengan perasaan yang cemas. Sesampainya disana,
dia sangat terkejut karena Abdullah telah meninggal dunia serta sudah dimakamkan disana ,
tepatnya di Darun Nabighah al-Ja’dy beberapa hari yang lalu. Saat itu dia berusia 25 tahun.
Demikianlah pendapat mayoritas ahli sejarah. Ada yang menyebutkan bahwa ketika Abdullah
wafat, Nabi SAW masih berusia kurang lebih tiga bulan dalam kandungan ibunya. Namun
ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa Abdullah meninggal dunia dua bulan setelah
kelahiran Nabi SAW.
Ketika kabar kematiannya sampai di Mekah, Aminah mengenakan pakaian yang serba
usang. Abdullah meninggalkan warisan berupa lima ekor unta, sekumpulan domba, dan
seorang budak wanita yang bernama Barakah, dan berjuluk Ummu Aiman, kelak dia yang
mengasuh Rasulullah SAW.(al-Mubarakfuri, 2013:30)
Kesimpulan
Rasulullah SAW mempunyai nasab yang baik karena beliau masih keturunan dari
Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim. Selain itu, beliau terlahir dari susunan nasab yang terbaik.
Sabda beliau yang artinya: :”Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail sebagai anak Ibrahim
dan Dia telah memilih keturunan Kinanah menjadi keturunan Ismail dan Dia telah memilih
Quraisy dari keturunan Kinanah dan Dia telah memilih Hasyim dari Quraisy, dan Dia telah
memilih aku dari keturunan Hasyim.”(H.R At-Turmuzi dari Watsilah bin al-Asqa r.a).
Perjalanan yang dilalui nasab Rasulullah SAW sebelum beliau lahir, baik oleh
kakeknya dan juga ayahnya merupakan hal yang harus kita ketahui. Dari mulai peristiwa
penggalian sumur zamzam sampai peristiwa Tahun Gajah.
Dalam peristiwa-peristiwa tersebut, banyak keajaiban yang terjadi. Itu sebagai tanda
dan sambutan bagi lahirnya seorang Nabi akhir zaman yang akan menyempurnakan akidah
dan ahlak seluruh umat manusia di dunia ini. Nabi yang disayangi dan didambakan oleh
seluruh pengikutnya.