Anda di halaman 1dari 9

BABI

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dengan rendahnya tingkat suku bunga bank yang hampir sama dengan inflasi memaksa
masyarakat untuk lebih pintar untuk mengelola dananya biar tidak ‘termakan’ inflasi. Dari sekian
banyak jenis invetasi yang ada di Indonesia ketika ini, reksa dana mungkin ialah salah satu
alternatif investasi yang sangat menarik ketika ini ditinjau dari sisi risk dan returnnya. Reksa
dana ialah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio imbas oleh Manager Investasi yang telah
menerima ijin dari Bapepam. Dalam hal ini ada juga pembayaran fee untuk kepiawaian
(expertise) seorang Manager Investasi untuk menentukan aneka macam investasi yang tepat.
Reksa dana tumbuh sangat pesat dalam kurun waktu enam tahun terakhir ini dan telah
berkembang menjadi menjadi salah satu raksasa kecil di sektor keuangan. Faktor pembebasan
pajak atas investasi pada reksa dana tidak bisa dipungkiri lagi menjadi salah satu faktor utama
pemicu melesatnya pertumbuhan reksa dana. Dengan adanya pembebasan pajak selama lima
tahun untuk suatu portofolio reksa dana maka investor mempunyai preferences yang lebih
menarik untuk menanamkan uangnya pada reksa dana.
Deposito yang dihimpun oleh industri perbankan tidak mengalami pertumbuhan sepesat dan
secepat reksa dana. Investor akan semakin tertarik untuk menentukan reksa dana apabila
tingkat inflasi memperlihatkan tren penurunan lantaran dengan tingkat inflasi yang rendah
investasi pada instrumen keuangan yang berbunga tetap ibarat deposito menjadi semakin tidak
menarik. Pada akhirnya arbritage theory yang akan berbicara disini, artinya kalau seorang
pemilik dana ingin mencari yang rate of return yang lebih tinggi tentu ia akan menentukan reksa
dana sebagai instrumen investasinya dibandingkan pada deposito. Oleh lantaran itu perbedaan
perlakuan pajak tersebut secara tidak pribadi sangat mempengaruhi pertumbuhan reksa dana
dan deposito. Banyak investor Reksa dana yang hanya membandingkan Return saja dan
mengabaikan faktor Risk. Reksa dana mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi
Investasi dalam menentukan instrumen pasar uang yang sempurna yang akan dimasukkan atau
dikeluarkan dari portofolio reksa dana sehingga menawarkan imbal hasil yang lebuh baik
daripada imbal hasil pasar. Market timing menawarkan arti bahwa pengelola portofolio
mempunyai kemampuan meramalkan pasar dalam situasi naik atau turun.
Beberapa pihak menyebutkan bahwa market timing yaitu kemampuan manajer investasi dalam
rangka mengelola portofolio; membeli saham dengan beta diatas satu pada ketika pasar akan
naik dan menjualnya dengan mengganti membeli saham dengan beta di bawah satu ketika
pasar akan turun.

1.2 Perumusan Masalah


Perumusan duduk masalah dalam makalah ini ialah Apa yang dimaksud dengan portofolio
investasi ?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini ialah untuk mengetahui pengertian dari portofolio investasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Portofolio
Portofolio merupakan istilah orisinil yang dipakai dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan
secara bebas ke bahasa Indonesia, menjadi portofolio yang berarti adanya minimum dua barang
atau lebih yang dipegang oleh investor atau dikelolanya, antara lain, portofolio investasi,
portofolio merek, portofolio mengajar, dan sebagainya.
Arti harfiah dari portofolio ialah sekumpulan investasi (Suad Husnan,2005;49). Sedangkan
secara umum, portofolio ialah suatu kombinasi dari investasi sejumlah asset dengan tingkat laba
dan risiko yang berbeda-beda dalam jangka waktu tertentu.
Pembentukan portofolio merupakan salah satu alternatif yang umum dipilih dalam rangka
menerapkan gagasan utility maximization. Portofolio oleh Sundjaja dan Barlian (2002;58)
didefinisikan sebagai kombinasi aktiva. Sedangkan berdasarkan Sentanoe Kertonegoro
(1995;215), portofolio ialah suatu kumpulan investasi yang digabungkan untuk memenuhi tujuan
investasi. Hampir serupa dengan pendapat Agus Sartono (2001;143), bahwa portofolio ialah
sekumpulan investasi baik berupa asset riil (real assets) maupun asset keuangan (financial
assets). Kesempatan investasi pada financial assets sanggup berupa saham biasa, saham
preferen, obligasi perusahaan, dan surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Sedangkan kesempatan investasi pada real assets sanggup berupa gedung, tanah, kendaraan,
dan aktiva berwujud lainnya.
Menurut John (2005:53), Kerja besar dikerahkan untuk pembentukan portofolio. Teori portofolio
(portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus dipertimbangkan
dengan perkiraan tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan
portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan perkiraan bahwa tingkat
pengembalian atas imbas dimasa depan sanggup diestimasi dan kemudian menentukan risiko
dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan perkiraan tertentu, teori portofolio menghasilkan
hubungan linear antara risiko dan pengembalian. Teori portofolio mengasumsikan bahwa
investor yang rasional menolak untuk meningkatkan risiko tanpa disertai peningkatan
pengembalian yang diharapkan. Hubungan antara risiko yang diterima dan pengembalian yang
dibutuhkan merupakan dasar bagi keputusan pertolongan dan investasi modern. Makin besar
risiko atas investasi atau pinjaman, makin besar tingkat pengembalian yang diinginkan untuk
menutup risiko tersebut.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, sanggup disimpulkan bahwa portofolio merupakan
sekumpulan investasi dengan tingkat laba dan risiko yang berbeda-beda yang digabungkan
untuk memenuhi tujuan investasi serta mengurangi risiko.
Dalam portofolio, seorang investor mempunyai kesempatan untuk melaksanakan diversifikasi
(pemilihan banyak sekuritas) pada aneka macam kesempatan investasi. Diversifikasi itu sendiri
dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pembentukan portofolio menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Selain itu dibutuhkan akan terbentuk suatu
portofolio yang optimum, yaitu portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak yang ada pada
portofolio efisien. Tentunya portofolio yang dipilih investor ialah potofolio yang sesuai dengan
preferensi investor bersangkutan dengan return maupun terhadap risiko yang sanggup
ditanggungnya.
Tujuan melaksanakan portofolio ialah untuk mengurangi risiko bagi pihak yang memegang
portofolio. Pengurangan risiko itu dilakukan dengan diversifikasi risiko.
Dalam membangun sebuah portofolio yang dimiliki investor maka karakteristik investor harus
dipahami. Karakteristik investor sangat bervariasi dan berbeda. Dengan memahami karakteristik
investor maka manajer investasi sanggup menawarkan hikmah portofolio yang akan dibangun
untuk kepentingan investor. Portofolio yang akan dibangun tidak akan terlepas dari situasi politik,
ekonomi, sosial yang ada di suatu negara. Perkembangan ekonomi lebih sangat besar lengan
berkuasa terutama perkembangan tingkat bunga.
Tahapan proses portofolio
Proses portofolio mempunyai empat tahap yaitu tahap tujuan investasi, tahap ekspektasi pasar,
tahap membangun portofolio, dan tahap penilaian kinerja.
Tahap penentuan tujuan investasi merupakan tahapan awal yang harus dikerjakan oleh semua
pihak bila ingin melaksanakan pengelolaan portofolio investasi. Pada tahap ini, investor harus
memahami besarnya risiko yang ditolerir oleh investor atas portofolio investasi yang dimilikinya.
Biasanya, risiko yang ditolerir berkaitan bersahabat dengan tingkat pengembalian yang
diinginkan. Jika terjadi risiko yang tinggi maka tingkat pengembalian pun akan tinggi pula. Oleh
lantaran itu, perlu dipahami karakteristik investor yang bersangkutan. Bila investor menginginkan
risiko rendah dan tingkat pengembalian yang rendah umumnya investor ialah penghindar risiko
(risk averse). Investor yang menginginkan tingkat pengembalian tinggi dan risiko yang ditolerir
juga tinggi dimiliki investor yang berkarakteristik risiko tinggi dikenal juga dengan istilah
spekulan.
Investasi bertujuan untuk menawarkan kesempatan biar dana yang diinvestasikan berkembang
ketika dipakai sebagai dana investasi pada waktu yang akan datang. Jika demikian halnya, untuk
apa dana yang dimiliki sekarang? Bagaimana kalau nilai dana yang dipegang itu mengalami
penurunan? Hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh investor.
Variabel lain yang juga harus diperhatikan investor dalam tahap ini yaitu periode investasi (time
horizon). Periode investasi yang ditetapkan investor menjadi patokan untuk menentukan
instrumen investasi yang akan diinvestasikan. Bila investor mempunyai periode investasi selama
5 tahun maka investor bisa melaksanakan investasi ke instrumen investasi yang mempunyai
periode 5 tahun ibarat obligasi 5 tahun dan saham.
Pertanyaan lain yang juga perlu dijawab dalam tahapan ini, apakah investor mempunyai
keinginan khusus dalam berinvestasi atau portofolio yang dimiliki? Apakah investor
menginginkan portofolionya tidak mempunyai instrumen yang dianggap tidak sesuai dengan
fatwa agama yang dianutnya?
Tahap kedua yang dilakukan oleh investor ialah mengumpulkan gosip mengenai seluruh
instrumen investasi yang ada, dan bagaimana keinginan aneka macam pihak terhadap seluruh
pasar investasi. Informasi yang dibutuhkan yaitu ekspektasi pasar atas instrumen investasi. Bila
ekspektasi pasar tersebut terlalu rendah atau terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan tujuan
investor maka investor harus merevisi ulang tujuanya biar sesuai dengan keadaan pasar. Bila
ekspektasi pasar tidak sesuai maka investor akan menemukan siklus investasi yang tidak
sesuai.
Tahap ketiga, merupakan tahap implementasi keahlian manajer investasi atas keinginan investor
dan situasi pasar yang ada. Pada tahapan ini, manajer investasi membeli dan menjual instrumen
investasi yang sesuai dengan keinginan investor. Ketika manajer investasi melaksanakan riset
mengenai keadaan pasar maka manajer investasi sudah tahu aset finansial yang menjadi
portofolio manajer investasi.
Tahap keempat merupakan tahap selesai dari proses portofolio yaitu melaksanakan perhitungan
atas portofolio yang dikelolanya. Selanjutnya, hasil pengelolaan portofolio dalam bentuk tingkat
pengembalian (return) dibandingkan dengan tingkat pengembalian patokan (benchmark).
Kepuasan manajer investasi akan terjadi bila tingkat pengembalian portofolio lebih tinggi dari
tingkat pengembalian patokan. Ini juga memperlihatkan keahlian manajer investasi terlihat baik
dari segi alokasi aset, pemilihan instrumen, dan kemampuan market timing.
Keempat proses tahapan portofolio tersebut di atas saling berkaitan, lantaran hasil yang dicapai
merupakan output dari tahapan sebelumnya.
2.2 Investasi
Salah satu keputusan yang diambil oleh seorang manajer keuangan ialah wacana investasi,
yaitu keputusan wacana bagaimana sebaiknya komposisi dari masing-masing asset tersebut
(Sundjaja dan Barlian, 2003;42). Investasi ialah menempatkan uang atau dana dengan cita-cita
untuk memperoleh pemanis atau laba tertentu atas uang atau dana tersebut (Ahmad
Kamaruddin, 2003;1-3). Adapun beberapa pengertian investasi yang dikutip oleh Ahmad
Kamaruddin yaitu:
“An investment is a commitment of funds made in the expectation of some positive rate of
return”, (Donald E. Fischer dan Ronald J. Jordan: Security Analysis and Portfolio Management).
“An investment is a commitment of money that is expected to generate of additional money”,
(Jack Clark Francis: Investment Analysis and Management).
Dapat disimpulkan bahwa pengertian investasi ialah pengorbanan sejumlah nilai tertentu ketika
ini untuk memperoleh nilai (pengembalian) mendatang yang tentunya dengan cita-cita lebih
besar dari nilai ketika ini.
Menurut Ahmad Kamaruddin (2003;2), investasi umumnya dikategorikan 2 jenis:
1. Real Assets, yang bersifat berwujud ibarat gedung, kendaraan, dan sebagainya.
2. Financial Assets, yaitu dokumen (surat-surat) klaim tidak pribadi pemegangnya terhadap
aktiva riil pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.

Investasi mempunyai tiga tujuan, yaitu:


1) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang,
2) mengurangi tekanan inflasi,
3) dorongan untuk menghemat pajak.
Pihak yang melaksanakan kegiatan investasi disebut investor. Pada umumnya investor sanggup
dibagi menjadi dua golongan, yaitu investor individual (individual/retail investors) dan investor
institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang
melaksanakan acara investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan
asuransi, forum penitipan dana (bank, asosiasi simpan pinjam, serta serikat kredit), Dana
Pensiun, maupun perusahaan-perusahaan investasi.

Proses Manajemen Investasi


Manajemen investasi ialah proses pengelolaan uang. Menurut Frank J. Fabozzi (1999;1-5),
proses manajemen investasi mencakup lima langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan sasaran investasi
Langkah ini tergantung dari institusi itu sendiri. Sebagai contoh, Dana Pensiun yang
berkewajiban untuk membayar sejumlah dana kepada pesertanya dimasa yang akan datang,
akan menentukan sasaran untuk memperoleh dana yang cukup dari portofolio investasi
sehingga sanggup memenuhi kewajiban dana pensiunnya.
2. Membuat kebijakan investasi
Langkah ini dibuat untuk memenuhi sasaran investasi yang telah ditetapkan. Penetapan
kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva/aset. Yaitu, investor harus menetapkan
bagaimana dana institusi sebaiknya didistribusikan terhadap kelompok-kelompok aktiva utama
yang ada. Kelompok aktiva umumnya mencakup saham, obligasi, real estate, dan sekuritas-
sekuritas luar negeri.
3. Memilih taktik portofolio
Langkah ini harus konsisten terhadap sasaran dan kebijakan investasi dari klien maupun
institusi. Strategi-strategi portofolio sanggup dibedakan menjadi taktik aktif dan pasif. Strategi
portofolio aktif memakai informasi-informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan untuk
memperoleh kinerja portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio pasif mencakup acara investasi
pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar, dengan perkiraan bahwa semua gosip
yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.
Pemilihan taktik tergantung pada:
a. pandangan klien atau manajer keuangan mengenai harga pasar yang efisien,
b. karakteristik dari kewajiban klien.
4. Memilih aktiva/asset
Setelah taktik portofolio dipilih, langkah selanjutnya ialah menentukan aktiva tertentu untuk
dimasukkan dalam portofolio. Hal ini membutuhkan penilaian terhadap masing-masing sekuritas,
berarti manajer investasi berusaha untuk merancang portofolio yang efisien. Portofolio yang
efisien ialah portofolio yang menawarkan pengembalian yang dibutuhkan terbesar untuk tingkat
risiko tertentu, atau dengan kata lain, tingkat risiko terendah untuk tingkat pengembalian tertentu.
5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja
Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam proses manajemen investasi.
Sebenarnya, penggunaan istilah langkah terakhir sanggup menyesatkan, lantaran proses
investasi merupakan proses yang berkesinambungan. Langkah ini mencakup pengukuran
kinerja portofolio dan selanjutnya pengevaluasian kinerja portofolio tersebut secara relatif
terhadap beberapa patok duga (benchmark).

Portofolio investasi ialah kumpulan dari beberapa jenis instrumen investasi yang dirancang
dengan komposisi tertentu untuk mencapai sasaran imbal hasil yang diharapkan. Dengan
mempunyai beberapa instrumen investasi dalam satu portofolio, kita juga sekaligus menerapkan
prinsip diversifikasi yang merupakan salah satu cara mengelola risiko.

2.3 Reksadana
Reksadana ialah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk
berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli
unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam
portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksadana ialah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”
Dari kedua definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksadana yaitu:
1. Adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi
2. Investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio imbas yang telah terdiversifikasi; dan
3. Manajer Investasi dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor.
Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada surat
berharga dan merealisasikan laba ataupun kerugian dan mendapatkan dividen atau bunga yang
dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut.
NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu
Reksa Dana.NAB per saham/unit penyertaan ialah harga masuk akal dari portofolio suatu
Reksadana sehabis dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan
yang telah beredar (dimiliki investor) pada ketika tersebut.
Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada
bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian inilah
yang akan bertindak sebagai kawasan penitipan kolektif dan administratur.

2.3.1 Bentuk Hukum Reksadana


Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1), bentuk
aturan Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas (PT.
Reksa Dana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Reksa Dana berbentuk Perseroan (PT. Reksa Dana)
suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk aturan tidak berbeda dengan
perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis perjuangan pengelolaan
portofolio investasi.
Kontrak Investasi Kolektif
kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat
pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio imbas dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk
melaksanakan penitipan dan manajemen investasi.

2.3.2 Karakteristik Reksadana


Berdasarkan karakteristiknya maka reksadana sanggup digolongkan sebagai berikut:
Reksadana Terbuka
ialah reksadana yang sanggup dijual kembali kepada Perusahaan Manajemen Investasi yang
menerbitkannya tanpa melalui prosedur perdagangan di Bursa efek. Harga jualnya biasanya
sama dengan Nilai Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksadana yang ada ketika ini ialah
merupakan reksadana terbuka.
Reksadana Tertutup
ialah reksadana yang tidak sanggup dijual kembali kepada perusahaan manajemen investasi
yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana tertutup hanya sanggup dijual kembali kepada
investor lain melalui prosedur perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau
dibawah Nilai Aktiva Bersihnya.

2.3.3 Jenis-jenis Reksadana


1. Reksadana Pendapatan Tetap.
Reksadana yang melaksanakan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelola
(aktivanya) dalam bentuk imbas bersifat utang.
2. Reksadana Saham.
Reksadana yang melaksanakan investasi sekurang-kurangnya 80% dari dana yang dikelolanya
dalam imbas bersifat ekuitas.
3. Reksadana Campuran.
Reksadana yang mempunyai perbandingan sasaran aset alokasi pada imbas saham dan
pendapatan tetap yang tidak sanggup dikategorikan ke dalam ketiga reksadana lainnya.
4. Reksadana Pasar Uang.
Reksadana yang investasinya ditanam pada imbas bersifat hutang dengan jatuh tempo yang
kurang dari satu tahun.

2.3.4 Manfaat Reksadana


Reksa Dana mempunyai beberapa manfaat yang menjadikannya sebagai salah satu alternatif
investasi yang menarik antara lain:
1. Dikelola oleh manajemen profesional
Pengelolaan portofolio suatu Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang
mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat
penting mengingat Pemodal individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga
tidak sanggup melaksanakan riset secara pribadi dalam menganalisa harga imbas serta
mengakses gosip ke pasar modal.

2. Diversifikasi investasi
Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko
(tetapi tidak sanggup menghilangkan), lantaran dana atau kekayaan Reksa Dana diinvestasikan
pada aneka macam jenis imbas sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain,
risikonya tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau imbas secara
individu.

3. Transparansi gosip
Reksa Dana wajib menawarkan gosip atas perkembangan portofolionya dan biayanya secara
kontinyu sehingga pemegang Unit Penyertaan sanggup memantau keuntungannya, biaya, dan
risiko setiap saat.Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nya
setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan
serta prospektus secara teratur sehingga Investor sanggup memonitor perkembangan
investasinya secara rutin.

4. Likuiditas yang tinggi


Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat
likuiditas yang cukup tinggi. Dengan demikian, Pemodal sanggup mencairkan kembali Unit
Penyertaannya setiap ketika sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksadana sehingga
memudahkan investor mengelola kasnya. Reksadana terbuka wajib membeli kembali Unit
Penyertaannya sehingga sifatnya sangat likuid.

5. Biaya Rendah
Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola
secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melaksanakan investasi
tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi.
Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila Investor individu melaksanakan
transaksi sendiri di bursa.

2.4 Evaluasi Kinerja Portofolio Investasi


Seperti layaknya penilaian terhadap kinerja suatu perusahaan, portofolio yang telah dibuat juga
perlu dievaluasi kinerjanya. Menurut Suad Husnan (2005;449-451), penilaian kinerja portofolio
sanggup dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1) Melakukan perbandingan langsung.
Salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio ialah dengan membandingkannya
dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu portofolio yang
menawarkan tingkat laba lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko
yang lebih tinggi.
2) Menggunakan ukuran kinerja tertentu.
Ukuran kinerja tertentu (one-parameter performance measures) perlu dikaitkan dengan risiko.
Penggunaan ukuran tertentu dilakukan dengan memakai parameter-parameter ibarat (1) excess
return to standard deviation, (2) differential return apabila risiko diukur dengan deviasi standar,
(3) excess return to beta, dan (4) differential return apabila risiko diukur dengan beta.

2.5 Risiko Investasi Reksadana


Untuk melaksanakan investasi Reksa Dana, Investor harus mengenal jenis risiko yang
berpotensi timbul apabila membeli Reksadana.
1. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam
portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal.
Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak
hal, di antaranya akhir kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang
memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab
mendasar lainnya.
2. Risiko Likuiditas
Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada
salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melaksanakan penarikkan dana dalam jumlah
yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami
rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini sanggup
terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana
untuk melaksanakan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa
tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan
atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio
Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola
Reksadana tersebut.
3. Risiko Pasar
Risiko Pasar ialah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang
disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah
lainnya ialah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen
investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi
secara tidak pribadi akan menjadikan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan
Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh lantaran itu, apabila ingin membeli jenis
Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio
Reksadana itu sendiri.
4. Risiko Default
Risiko Default terjadi jikalau pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang
mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut
masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya.
Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara menentukan Manajer Investasi yang menerapkan
taktik pembelian portofolio investasi secara ketat.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Portofolio merupakan sekumpulan investasi dengan tingkat laba dan risiko yang berbeda-beda
yang digabungkan untuk memenuhi tujuan investasi serta mengurangi risiko. Tujuan
melaksanakan portofolio ialah untuk mengurangi risiko bagi pihak yang memegang portofolio.
Pengurangan risiko itu dilakukan dengan diversifikasi risiko. Proses portofolio mempunyai empat
tahap yaitu tahap tujuan investasi, tahap ekspektasi pasar, tahap membangun portofolio, dan
tahap penilaian kinerja.
Investasi ialah pengorbanan sejumlah nilai tertentu ketika ini untuk memperoleh nilai
(pengembalian) mendatang yang tentunya dengan cita-cita lebih besar dari nilai ketika ini.
Investasi mempunyai tiga tujuan, yaitu: 1) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di
masa yang akan datang, 2) mengurangi tekanan inflasi, 3) dorongan untuk menghemat pajak.
Proses manajemen investasi mencakup lima langkah sebagai berikut: Menetapkan sasaran
investasi, Membuat kebijakan investasi, Memilih taktik portofolio, Memilih aktiva/asset, Mengukur
dan mengevaluasi kinerja.
Portofolio investasi ialah kumpulan dari beberapa jenis instrumen investasi yang dirancang
dengan komposisi tertentu untuk mencapai sasaran imbal hasil yang diharapkan. Dengan
mempunyai beberapa instrumen investasi dalam satu portofolio, kita juga sekaligus menerapkan
prinsip diversifikasi yang merupakan salah satu cara mengelola risiko.
Reksadana ialah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk
berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli
unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam
portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Evaluasi kinerja portofolio sanggup dilakukan melalui dua cara, yaitu: Melakukan perbandingan
langsung, Menggunakan ukuran kinerja tertentu. Resiko investasi reksadana antara lain: Risiko
menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan, Risiko Likuiditas, Risiko Pasar, Risiko
Default.

Sumber:
https://makalahmanajemenpemasarann.blogspot.com/search?q=makalah-manajemen-resiko-
portofolio

Anda mungkin juga menyukai