Kelas : 3B-D4
Absen : 06
TUGAS ETIKA BISNIS
Studi Kasus Etika Lingkungan di Perusahaan
Setelah jenuh mencari solusi permasalahan debu akibat aktivitas pabrik PT. Semen
Padang di Sumatera Barat (Sumbar), akhirnya pengaduan masyarakat ditanggapi oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Sebanyak 560 warga komplek Home Owner dari RW V, RW VI dan RW VII,
Kelurahan Ranah Cubadak, Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang melaporkan dugaan
pencemaran udara akibat operasional pabrik PT Semen Padang kepada KLH. Laporan ini
kemudian direspon oleh KLH dengan menurunkan timnya untuk melakukan verifikasi
lapangan di lokasi pabrik selama empat hari pada 25-28 Agustus 2014.
Permasalahan tersebut dimulai sejak tahun 2010, dimana Warga Ranah Cubadak
mengeluhkan pencemaran udara akibat limbah debu yang berasal dari pabrik PT Semen
Padang. Debu semen tersebut mengotori lingkungan pemukiman warga, melekat di atap-atap
rumah, dan membuat kualitas udara melebihi baku mutu lingkungan yang mengakibatkan
gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar pabrik.
Debu semen itu juga membuat Ibu-ibu harus menyapu halaman rumah mereka sampai
lima kali sehari dan anak-anak tidak bisa bermain di halaman rumah. Jika hujan turun jalanan
disekitar komplek menjadi licin, akibatnya sering terjadi kecelakaan dan bahkan telah
merenggut nyawa.
Penumpukan debu semen di atap rumah warga juga mempercepat pelapukan atap
seng. Pada saat hujan turun, rumah-rumah warga banyak mengalami kebocoran. Rembesan
air hujan turut mempercepat lapuknya kayu atap rumah dan rusaknya plafon atau loteng
rumah.
Masyarakat menilai sampai saat ini belum ada usaha dari pihak perusahaan untuk
memperbaiki mengatasi pencemaran udara akibat debu semennya. Bahkan aktifitas pabrik
semakin meresahkan dan intensitas debu cenderung meningkat setiap harinya.
Eko Jamal, Ketua Tim Dampak Debu Perwakilan Warga Ranah Cubadak mengaku telah
berkali-kali melaporkan kejadian ini kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah (Bapedalda) Kota Padang, namun tidak membuahkan hasil.
Dia mengatakan berbagai upaya fasilitasi dalam rangka membuat kesepakatan
penyelesaian masalah bersama perusahaan selalu saja isi kesepakatan tersebut tidak dipenuhi
perusahaan. “Saat ini kami telah melaporkan kepada pihak kementerian dan berharap kasus
ini segera diselesaikan,” kata Eko.
Warga juga pernah mengadukan ke DPRD Kota Padang, kemudian ke Bapedalda Sumatera
Barat, yang tidak ditanggapi dengan serius. Akhirnya pada awal 2014, warga mengadukan ke
lembaga Ombusdman dan mendapatkan tanggapan serius dari lembaga tersebut dengan
ditindaklanjuti oleh Bapedalda Sumbar, yang membentuk tim yang diperkuat SK dari
Gubernur Sumbar.
Uslaini, Direktur Eksekutif WALHI Sumbar Barat dalam jumpa persnya di Kantor
Walhi Sumbar di Padang, pada Jumat (03/10/2014) kemarin mengatakan pihaknya membantu
terpenuhinya hak warga atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat, dengan mendorong
percepatan penyelesaian kasus tersebut. “Melalui kasus ini semestinya perusahaan berbenah
dan meningkatkan efektifitas kinerjanya agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi
lingkungan dan masyarakat kedepan,” katanya.
Uslaini menjelaskan KLH bakal menggelar mediasi pada 7-9 Oktober 2014 di Jakarta,
antara warga dengan perusahaan. “Kita berharap pertemuan ini menjadi langkah positif PT.
Semen Padang dalam menjalankan kewajibannya terhadap lingkungan dan masyarakat
terkena dampak sehingga kedepan tidak menjadi persoalan lagi, tambahnya,” katanya.
ANALISIS KASUS