Polisi masih mendalami dugaan bahwa salah satu pelajar yang diamankan
merupakan pengedar. "Kita kejar jaringannya. Kita telusuri apakah (pelajar)
yang kita amankan ini merupakan pengedar untuk kalangan pelajar," kata
Bahtiar.
Kasat Narkoba Polres Bogor Kota AKP Andri Alam menambahkan dalam
seminggu terakhir, polisi mengamankan 12 pengguna dan pengedar
narkoba sabu dan ganja. "Ada pelajar, mahasiswa, sopir dan karyawan.
Barang bukti yang kita amankan, sabu seberat 0,90 gram dan ganja 2,5
kilogram," kata AKP Andri.
Tuntutan ini disampaikan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Aisyah di Pengadilan Negeri
(PN) Medan, Senin (25/4). Dia menyatakan Muzakkir telah melanggar Pasal 137
huruf a UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
"Meminta majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini menjatuhkan
hukuman kepada terdakwa Dokter Hewan Muzzakir selama 10 tahun penjara, denda
Rp 1 miliar subsider 3 bulan kurungan," Aisyah di hadapan majelis hakim yang
diketuai Irdalinda
Dalam kasus ini, suruhan Muzakkir yang bernama Ari Firmansyah (33), dituntut lebih ringan,
yakni dua tahun penjara, denda Rp 800 juta, subsider 3 bulan kurungan. JPU menjeratnya
dengan Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 2 ayat (1) huruf c UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
JPU sempat menjawab pertanyaan hakim. Dia menyatakan hal itu terjadi karena
berkas tuntutan disusun oleh jaksa yang berbeda.
Muzakkir dan Ari Firmansyah ditangkap setelah Badan Narkotika Nasional (BNN)
mengembangkan kasus penyelundupan 77,35 kg sabu di Aceh Utara pada 15
Februari 2015. Ketika itu, BNN menangkap Dullah alias Abdullah yang berperan
sebagai distributor serta penyandang dana, Andi Juanda, Samsul Bahri, Djarkasih,
Nasrudin, Murhadi, dan Suheri
Dari pengembangan, Muzakkir diketahui memerintahkan Ari Firmansyah untuk
membuka 41 rekening di sejumlah bank nasional dan satu bank daerah. Rekening-
rekening itu digunakan untuk menampung uang hasil transaksi narkotika dari para
bandar narkotika.
Ari Firmansyah mendapat uang jasa bulanan sekitar Rp 2 juta. Sementara buku
tabungan dan kartu ATM dipegang Muzakkir.
Dalam transaksi narkotika jaringan ini, Muzakkir bekerja sama dengan seorang
berinisial M, WNI yang tinggal di Malaysia (buron). Keduanya sepakat membuka
jasa pengiriman uang TKI di Malaysia untuk menyamarkan hasil transaksi narkotika.