Anda di halaman 1dari 11

2.

2 Konsep Dasar Kebutuhan Manusia (Oksigenasi)


2.2.1 Definisi
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Tarwoto dan Wartonah, 2016). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, 2012). Kebutuhan oksigenasi
merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau
sel. Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara
efektif.(Carpenito, 2012).
2. Ketidakefektifan pola pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan
dengan perubahan pola pernapasan. (Carpenito, 2012).
3. Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau
dapat mengalami potensial) antara alveoli paru – paru dan sistem vaskular.
(Carpenito, 2012).

2.2.2 Gejala dan Tanda(Data Mayor dan Minor)


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1) Data Mayor
(1) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
(2) Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi jalan nafas
2) Data Minor
(1) Bunyi nafas abnormal
(2) Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan abnormal
2. Ketidakefektifan pola nafas
1) Data Mayor
(1) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernafasan (dari nilai dasar)
(2) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, kualitas)
2) Data Minor
(1) Ortopnea
(2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
(3) Pernafasan disritmik
(4) Pernafasn sukar atau berhati-hati
3. Gangguan pertukaran gas
1) Data Mayor
(1) Dispnea saat melakukan aktivitas
2) Data Minor
(1) Konfusi/agitasi
(2) Kecenderungan untuk mengambil posisi 3 titik (duduk, satu tangan
pada setiap lutut, tubuh condong ke depan)
(3) Bernafas dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang lama
(4) Letargi dan keletihan
(5) Peningkatan tahana vaskular pulmonal (peningkatan tahanan arteri
ventrikel kanan/kiri)
(6) Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama
(7) Penurunan isi oksigen,penurunan saturasi oksigen, peningkatan
PCO2, yang diperlihatkan oleh hasil analisis gas darah
(8) Sianosis
2.2.3 Patofisiologi/Pathway

Udara di atmosfer

Udara masuk melalui


hidung terdapat infeksi
patogen

Sumbatan Bronkus

Terjebaknya udara di paru

Udara diserap oleh aliran darah

Susunan gas dalam darah udara terjebak Tidak ada saluran


untuk meloloskan
udara yang terjebak
Oksigen lebih cepat diserap
dari nitrogen dan helium
Ventilasi kolateral

Gangguan Terjadi dengan


pengeluaran mukus cepat dan luas Udara lolos melalui pori
alveoli / fistula bronkioli
alveolar
Akumulasi mucus dispnea
pada bronkus
Gangguan
Pola nafas cepat pengembangan
KETIDAKEFEKTIFAN
dan dangkal paru/ kolaps alveoli
BERSIHAN JALAN NAFAS

KETIDAKEFEKTIFAN Ventilasi dan


POLA NAFAS perfusi tidak
seimbang

GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing
yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8. CT-Scan
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

2.2.5 Penatalaksanaan Medis


1. Pemantauan hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
4. Memberikan kanula nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen
jika diperlukan.
5. Penggunaan ventilator mekanik
6. Fisoterapi dada
2.2.6 Pengkajian Keperawatan
1. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
3. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
5. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
6. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen meliputi;
ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit
rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah
dan kanker), obstruksi nasal ( akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor,
dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis
media, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar
38,50 C, sakit kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-
anak), faring berwarna merah, dan adanya edema.
7. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga
dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian
tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang
makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan
tempat tinggal pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya
kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum
dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur
darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.
8. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang
sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri
dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara
waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
9. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
(1) Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas
spotan melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang
endotrakeal atau trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi
seperti kebersihan, ada atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak,
atau obstruksi mekanik;
(2) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit (
umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang
dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-anak, pada bayi
pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
(3) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan
kombinasi dari keduanya.
(4) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa
inspirasi dan ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama
dari inspirasi yaitu 2:1 pada orang sesak napas ekspirasi lebih cepat.
Dalam keadaan normal perbandingan frekuensi pernapasan dan
prekuensi nadi adalah 1:1 sedangkan pada orang yang keracunan
barbiturat perbandinganya adalah 1:6. Kaji ritme/irama
pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irregular.
1. cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi
lambat dan kadang diselingi apnea.
2. kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun
amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
(5) Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak
ini biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan
yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor
ganas, pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui
palpasi dapat diteliti gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi dan
inspirasi terjadi. Kelainan pada paru, seperti getaran suara atau fremitus
vokal, dapat dideteksi bila terdapat getaran sewaktu pemeriksa
meletakkan tangannya sewaktu pasien berbicara. Getaran yang terasa
oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan oleh dahak dalam bronkus
yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau oleh pergeseran
antara membran pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi
paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
(1) Suara perkusi normal
1. Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru
dannormalnya bergaung dan bersuara rendah.
2. Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
3. Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
(2) Suara perkusi abnormal
1. Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi
udara.
2. Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara
napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas
dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
(1) Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh
udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras,
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase
tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
(2) Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada
dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.
(3) Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
(1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran
udara melalui jalan napas yang menyempit.
(2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum.
(3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat
bernapas dalam.
(4) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati
daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti
rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah
ketika pasien batuk.

2.2.7 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
2.2.8 Intervensi Keperawatan
Dx.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
1. Pantau keadaan umum pasien dan TTV
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Atur posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler
4. Beri latihan pernafasan dalam dan batuk efektif
5. Kolaborasi humidikasi tambahan (nebulizer) dan terapi oksigen
Dx.2 Ketidakefektifan pola nafas
1. Pantau keadaan umum pasien dan TTV
2. Atur posisi sesuai kebutuhan, seperti semifowler
3. Ajarkan teknik nafas dalam
4. Kolaborasi dalam pemberian oksigenasi
Dx.3 Gangguan pertukaran gas
1. Pantau keadan umum pasien dan TTV
2. Observasi warna kulit dan capillary refill
3. Kurangi aktivitas pasien
4. Beri posisi pasien yang nyaman, seperti semifowler
5. Kolaborasi dalam pemberian oksigenasi

2.2.9 Implementasi
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat
dan disesuaikan dengan kondisi klien.
2.2.10 Evaluasi
Evaluasi merupakan masalah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan
kegitan segaja dan terus menerus yang melipatkan pasien dengan perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8
Jakarta: EGC
NANDA. 2016.Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta: EGC
Price,A.S.,WilsonM.L.,2016.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Alih Bahasa: dr. BrahmU. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2013. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai