Anda di halaman 1dari 15

“ HADITS MARDUD KARENA SANAD TERPUTUS ”

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pengampu : Hadiyan, MA

Disusun Oleh Kelompok 7

Rizky Aditya Saputra : 2018510073


Halimah Tus Sakdiah : 2018510103
Tyas Dewi Anggraini : 2018500000

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjtakan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ulumul Hadits denan judul “Hadits
mardud ditinju dari sanad yang terputus” tanpa ada sutu kendalala apapun. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang elah membawa kita dari zaman kebodohan ke
zaman penuh keilmuwan seperti sekarang ini.

Seperti halnya manusia yang tidak sempurna dimata manusia lain ataupun di mata Allah SWT,
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan penyajannya, mengingatakan
keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membngun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini
dapat bermanfat untuk kita semua Amiiin.

Demkian, semoga makalah ini bermanfat khususnya bagi penulis dan umunya semua yang membaca
makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Seiring perkembangan ilmu pengetahuan banyak bermunculan tentang kajian keilmuan islam,
terutama dalam hadits banyak sekali bahasan dalam ilmu hadits yang sangat menarik dan sangat
penting untuk dibahas dan dipelajari, terutama masalah ilmu hadits. Orang bingun melihat jumlah
pmbagian hadits yang banyak dan beraneka ragam. Tetapi kemudian kebingungan itu menjadi hilang
setelah meliaht pembagian hadits ternyata dilihat dari berbagai segi pandangan saja. Misalnya hadits
ditinjau dari segi kuantitas jumlah perawinya, hadis ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas , maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
A. Pengertin hadist dhoif
B. Terputus jelas (zhahir)
C. Terputus smar (khfiy)

1.3 TUJUAN

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penyusunan makala ini adalah untuk :

A. Agar para pembaca dapat mengetahui kenapa bisa teputus disanadnya


B. Agar para pembaca dapat mengetahui apa yang menjdi penyebab terpustusnya sanad
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hadis dhoif
Kata dhoif menurut bahasa artinya lemah lawan dari qowiy (kuat). Dhif lawan daari
shohih, sehingga hadits dha’if dari segi bahasa sama dengan hadits yang lemah, yang sakit,
atau tidak kuat. Secara terminologis, hadits dha’if adalah :

“Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan syarat-syarat
hadis asan.

Dari segi pengalamannya, hadits terbagi dua yaitu hadits ma’mul bih dang hair ma’mul
bih. Hadis ma’mul bih adalah hadis yang data di amalkan atau dijdikan dalil hujjah karena
memenuhi kriteria hadits shahih atau hadits hasan. Sementara hadits ghair ma’mul bih yaitu
hadits yang tidak dapat di malakan karena memiliki kecacatan baik pada aspek sanad atau
pada aspek sanad atau matan atau pada kedua-duanya yang masuk katagori hadits dho’if atau
hadits maudu’.1

B. Pengertian dari Sanad yang Teputus


Kata Al – inqhita’ (terputus) berasal dari kata al-qath’ (pemotongan) yang menurut
bahasa berarti memisahkan sesuatu dari sesuatu yang lain. Dan kata inqitha’ merupakan
akibatnya, yakni terputus. Kata inqitha’ adalah lawan dari kata ittishal (bersmbung) dan Al-
washl. Yang dimaksud disini adalah gugurnya sebgian rawi pada rangkaian sanad.
Adapun pembahasan bagian ini meliputi cabang-cabang ilmu hadits sebagai berikut :
a. Hadits munqhathi’
b. Hadits mursal
c. Hadits mu’allaq
d. Hadits mu’dhal
e. Hadits mudallas
f. Hadits mursal khafi
1. Hadits Munqhathi’

1
Bariyah, ‘ilmu Hadits(tanggerang Selatan : CV Tunas Ilmu,2011), hal. 34-35
Para ‘ulama berbeda pendapa dalam emahmi istilah ini dengan perbedaan yang
tajam. Namun, menurut hemat kami, hal ini dikarenakan berkembngannya pemakaian
istilah tersebut dari masa ulama mutaqaddimin sampai masa ulama muta’akhirin.
Definisi mnqhothi’ yang paling utama adalah definisi yang dikemukakan oleh al-Hafizh
ibnu Abdil barr, yakni :
” hadits munqothi’ adlah setiap adits yang tidak bersambung sanadnya, baik yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Maupun disandarkan kepada yang lain”.
Hadits yang tidak bersambung sanadnya adalah hadits yang pada sanadnya gugur
seorng atau beberapa orang rawi pada tingkatan manapun. Sehubungan dengan itu,
penyusun al-Manzzhumah al-Biquniyyah menyatakan :
“ Seiap hadits yang tidak bersambung sanadnya bagaimanapun keadaanya adlah
termasuk hadits munqathi’ (terputus) persambungannya “.
Contoh hadits Munqothi’

a) ‫حدثناشجاع بن مخلد ثنا هشيم اخبرنا يونس بن عبيد عن الحسن ان عمرجمع الناس على ابي بن‬
.........‫ فكان يصلى لهم عشير ين ليلة واليقنت بهم اال فى النصف الباقى‬.‫كعب‬
Meriwayatkan hadits kepada kami syuja’ bin makhlad, katanya : meriwayatkan
hadits kepad kami yunus bin ubaid dari al-Hasan, ia berkata : sesungguhnya Umar ,
bin Khattab mengumpulkan manusia kepada Ubay bin Ka’ab maka ia mengimami
sholat mereka Selama dua puluh hari dan ia tidak memimpin doa qunut kecuali pada
separuh (bulan ramadhan) yang kedua…….
Sanad hadits ini adalah munqothi’. Al –hasan al-Bashri dilahirkan pada tahun 21 H,
sedangkan umar bin khattab wafat pada akhir tahun 23 H atau pada awal Muharram
tahun 24 H. maka bagaimana mungkin al – Hasan mendengar hadits dari ‘Umar bin
Khattab.

b) Hadits riwayat al- Turmudzi dalam al-‘illal al-Kabir.

:‫ارطاة عن عبدالجبّاربن وائل عن ابيه قال‬


ْ ‫الرقي عن الحجّاج بن‬
ّ ‫حدّثنا على بن حجرحدّثنا معمربن سليمان‬
..........‫استكرهت امرأةعلى عهد رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فدرأعنها الحدّ واقامه على الذي صابها‬
Meriwayatkan hadits kepada kami ‘Ali bin Hujrin, katanya : Meriwayatkan
hadits kepada kami Ma’mar bin Sulaiman al-raqy dan al-Hajjaj bin Arthat dari Abdul
bin Wa’il dari bapaknya, ia berkata: pada masa Rasulullah SAW. Seorang wanita
diperkosa. Maka Rasulullah Saw. Membeaskannya dari had dan hadnya
menegakkannya atas orang yang memperkosanya.
Sanad hadis ini munqothi’ di dua tempat. Al-Bukhori berkata, “Al-Hajjaj bin Arthah
tidak pernah mendengar haidts dari Abdul Jabbar bin Wa’il, dan Abdul Jabbar tidak
pernah mendengar hadits dari ayahnya sebab ia dilahirkan setelah ayahnya
meninggal.
Al-Hakim menilai sebagai hadits munqthi’ terhadap sanad yang sebagian
rawinya dinyatakan dengan lafal yang mubham, seperti dengan kata rajul (seorng
laki-laki) atau dengan kata syaikh apabila tidak dikenal namanya.2
C. HADITS MURSAL
Pengertian hadits mursal , hadits mursal secara bahasa kata mursal merupakan isim
maf’ul dari arsala, yang berarti ‘atlaqa, yaitu melepaskan atau membebaskan. Mursal berarti
melepaskan isnad dan tidak menghbungkannnya dengan seorang perawi yang dikenal.
Adapun pengertian hadits musal menuurut istilah adalah :
‫هو ماسقط من آخرإسناده من بعد التّا بعين‬
“Hadits mursal adalah hadis yang gugur dari akhir sanadnya seoarang perawi sesudah
tabiin.”
Contoh hadits mursal :
‫ حدذثني مح ّمد بن رافع حدّثنا حجّين حدّثنا الّيث عن عقيل عن ابن شهاب‬:‫مااخرجه مسلم في صحيحه في كتاب البيوع قال‬
.‫ان رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم نهى عن المزابنة‬
ّ ‫عن سعيد بن المسيّب‬
Artinya :
“Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab sahihnya, pada bagian “jual beli” dia
berkata, (Telah menceritakan kepadaku Muhammad Ibn Rafi’, telah menceritakan kepada
kami Hujjain, telah menceritakan kepada kami al lais dari Uqail dari Ibn Syihab dari Sa’id
Ibn al Musayyab, bahw Rasulullah Saw. Melarang menjual buah kurma yang masih berada
di pohon, dengan kurma yang sudah dikeringkan).”
Said Ibn Musayyab adalah seoarng tabi’in besar. Dia meriwayatkan hadis ini dari Nabi
Saw. Tanpa menyebtkan perawi perantara antara dirinya dengan Nabi Saw. Dalam hal ini Ibn
Musayyab telah menggugurkan akhir sanadnya, yaitu sahabt. Minimal yang telah
digugurkannya adlah seorang yang lain, seperti seorang tabi’in yang lain.
Hukum hadis mursal :
Pada dasarnya hukum hadits mursal adalah daif dan ditolak (mardud), Karena
kehilangan salah satu syarat keshahihan dan syarat diterimanya suatu hadits,yaitu

2
Dr. Nuruddin ‘itr, ‘Ulumul Hadits(Bandung: PT remaja rosdakarya,2012), hal. 383-384
bersambungnya sanad. Alas an lainnya adalah tidak dikenal (majhul) keadan perawi yang
dihilangkan tersebut. Karena boleh jadi perawi yang dihilangkan itu adalah bukan sahabat,
dengan keadaan ini dimungkinkan hadits tersebut daif.
D. HADITS MUALLAQ
Pengertian hadis muallaq adalah menggantungkan sesuatu pada sesuatu yang lain,
sehingga ia menajdi tergantung.
Menurut istilah, hadis muallaq adalah hadis yang dihapus dari awal sanadnya, seorang
perawi atau lebih secara berturut-turut.
Adapun bentuk hadis muallaq yakni :
a. Mukharrij hadis langsung berkata : Rasulullah saw. Bersabda: “….”
b. Mukharij hadis menghapus seluruh sanadnya, kecuali sahabat, atau sahabat dan
tabi’in.

Contoh hadis muallaq :

‫ي صلّى هللا عليه وسلّم ركبتيه حين‬ ّ :‫ وقال ابو مو سى‬:‫ي في مقدّمة باب مايدكر في الفخذ‬
ّ ‫غطى النّب‬ ّ ‫ما اخرجه البخا ر‬
.‫دخل عثمان‬

“Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori pada Mukaddimah bab mengenai “menutup
paha”, berkata Abu Musa, Rasulullah saw. Menutupi kedua lutut beliau ketika Usman
masuk.

Hadis diatas adalah hadis mua’allaq, karena Bukhari menghapus seluruh


sanadnya, kecuali sahabat, yaitu Abu Musa al – Asy’ari.

Hukum hadis mu’allaq : mu’allaq hukumnya adalah mardud (tertolak), karena


tidak terpenuhinya slah satu syarat qobul, yaitu bersambungnya sanad. Dalam hal ini
dihapuskannya salah seorang perawi atau lebih dari sanadnya sementara keadaan perawi
yang dihapuskan tersebut tidak dikethui.

Hadis muallaq yang terdapat dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, menurut
penelitian para ualama hads, tidak termasuk yang tertolak, karena penghapusan sanadnya
semata-mata untukmeringkas dan menghindari pengulangan sanad. Setelah diteliti hadis-
hadis yang kelihatannya mu’allaq, tetapi sebenarnya bersambung.3

E. HADITS MU’DAL

3
Sofwan Iskandar, ‘ilmu Hadits(Sukamaju Depok: CV ARYA DUTA,2011), hal. 34-35
Definisi hadits mu’dal secara bahasa adalah isim maf’ul dai kata “a ‘dlalah” artinya
“tempat memberatkan atau tempat melemahkan.” Sedangkan menurut istilah adalah hadis
yang gugur sanadnya 2 orang rawi atau lebih secara berturut-turut.
Contohnya:
Hadits yang diriwayatkan oleh al Hakim dalam Ma’rifau Ulumul hadits, dengan sanad
dari Al Qa’naby dari Malik, bahwa ia telah sampai kepadanya, bahwa Abu Hurairah telah
berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: “bagi hamba sahaya yang dimliki mendapat hak
makan dan pakaian secara baik, dan ia tidak dibebani kecuali sebatas apa yang ia mampu.”
Hadits ini m’dall dari Malik, di mu’dalkan seperti ini dalam kitab mwuatha’.
Maka hadits ini mu’dall karena dari sanad hdits ini terdaat dua orang rawi yang gugur
secara berturut-turut, antara Imam Malik dan Abu Huraiah, dan kita benar-benar mengeahui
keguguran dua orang rawinya dari riwayat hadits luar kitab muwatha’ seperti ini “..dari
Malik dari Muhammad bin ajlan dari bapknya dari Abu Hurairah.”
Hukumnya : Mu’dall adalah hadis daif, ia adalah hadits yang paling jelek keadaanya dari
pada mursal dan muqathi’ karena banyaknya rawi-rawi sanadnya yang dibuang, dan hukum
semacam ini telah disepakati oleh para ulama.
Diantara kitab-kitab yang berisi hadits mu’dal :
Imam Syuthi berkata “Dianataranya kitab-kitab yang brisi hadits mu’dal, munqothi’
dan mursal adalah :
a) Kitabus sunan karya Said bin Mandllur
b) Kitab-kitab susunan Ibnu Abid Dunya.
F. Hadis Mudallas
a) Definisi mudallas ialah isim maf’ul dari “tadlis”, sedang artinya adalah
“menyembunyikan cacat barang dagangan dari pembeli, dan asal kata tadlis
adalah pecahan dari kata “ad-dallas”, berarti kegelapan atau bercampurnya
kegelapan-kegelapan sebagaimana dalam kamus. Jadi sekan-akan mudallis
karena menutupi sesuatu pada hadis maka berarti ia menggelap kan perkara nya
lalu menjadilah hadis disebut mudallas.
b) Sedangkan menurut istilah adalah menyembunyikan cacat dalam sanad dan
membaguskan lahirnya.

Tadlis mempunyai dua bagian pokok yaitu :

1) Tadlis sanad
Para ulama ahli hadis mendefnisikan bagian hadis ini dengan beberapa
definisi yang berbeda-beda, saya akan pilih definisi yang paling kuat dan
paling tepat menurut pendapatku, yaitu defnisi dua imam : Abu Ahmad Bin
Amer Al Bazar dan Abu Al Hasan Bin Al Qathan, dan inilah definisinya :
a) Bilamana seorang perawi meriwayatkan sesuatu yang belum pernah
didengar dari orang yang telah pernah didengarnya dengan tanpa
menyebutkan bahwa ia benar-benar telah mendengar hadis tersebut
dari padanya.
b) Penjelasan definisi : makna tadlis sanad adalah seorang rawi
meriwayatkan sebagian hadis yang pernah didengar dari seorang
syekh, akan tetapi hadis yang ditadliskan itu belum pernah didengar
dari syekh tersebut melainkan didengar dari syekh yang lainnya, lalu
ia menggugurkan syekh itu dan meriwayatkan dari padanya dari
lafadz yang mengandung as-sima’ dan yang lain nya seperti “qala”
atau “an” agar orang lain mengira bahwa ia mendengar dari syekh
tersebut, sementara tidak jelas bahwa ia mendengar hadis itu maka ia
tidak mengatakan “sami-tu” atau “haddasani” hingga ia tidak
menjadi pendusta pada yang demikian itu, kemdian kadang-kadang
orang yang digugurkan itu hanya seorang atau lebih dari seorang.
c) Perbedaan antara tadlis sanad dan mursal khafi :
Abu Al Hasan Al Qathan telah menyebutkan definisi tersebut
mengatakan ”bahwa perbedaan antara tradisi sanad dan mursal khafi
adalah sesungguhnya mursal itu riwayatnya dari orang yang belum
pernh didengar nya” , jelsnya bahwa kedua nya baik mudallis
maupun mursal sama-sama merupakan mursal khafi yang
meriwayatkan hadis dari seorang syekh yang belum pernah
mendengar dari syekh tersebut, dengan lafadz yang mengandung
sima’ dan yang lainnya akan tetapi tidak hadis-hadis dimursalkan
nya, tidakpula yang lainnya, tetapi dia semasa atau bertemu dengan
syekh tersebut.
d) Contoh nya : adalah hadis yang dikeluarkan oleh Al Hakim dengan
sanad nya pada Ali Bin Chasyram, ia berkata “Ibnu Uyainah telah
berkata kepada kami, dari Az Zuhri, lalu dikatakan kepadanya,
“apakah kamu mendengarnya dari Az Zuhri? “ maka ia menjawab,
“tidak, dan tidak pula dari orang yang mendengarnya dari Az Zuhri.
Telah menceritkan kepadaku Abdurrazaq dan Ma’mar dari Az
Zuhri.”
Maka dalam contoh ini Ibnu Uyainah telah menggugurkan dua rawi
antara dia dan Az Zuhri.
2) Tadlis tasuriyah
Tadlis macam ini sebenarnya merupakan bagian dari tadlis sanad.
a) Definisinya : adalah riwayat seorang rawi dari syekhnya kemudian ia
mengugurkan seorang rawi yang dhaif antara dua orang rawi tsiqat,
salah satunya bertemu dengan yang lainnya.sedang bentuknya adalah
seorang rawi meriwayatkan sebuah hadis dari syekh yang tsiqat dan
syekh tsiqat tersebut meriwayatkan dari seorang rawi dhaif
dipastikan keshahihan nya seperti kitab shahihan maka ia
mempunyai hukum khusus telah lewat dalam pembahasan hadis
shahih, dan tidak mengapa disebutkan lagi disini bahwa :
1) Suatu yang disebut dengan bentuk pasti : seperti “ia berkata”, “ia menyebutkan,”
dan “ia menceritakan,” maka hal ini dihukumi shahih karena sandarannya.
2) Suatu yang disebutkan dengan bentuk tamridl (lemah) : seperti “dikatakan” dan
“disebutkan”, dan “diceritakan”, maka ia tidak dihukumi shahih karena
sandarannya lemah. Tetapi ada yang shahih dan Hasan dan Dla’if, akan tetapi
tidak ada hadis yang wahin karena ada nya dalam kitab yang dinamakan shahih.
Dan cara mengetahui shahih nya dari yang lainnya adalah dengan membahs
tentang sanad hadis ini, dan hukum nya tergantung kepada nya.
G. Hadis Mursal Chafi
1) Definisinya :
a) Menurut bahasa :
Kata mursal adalah isim maf’ul dari kata “al-irsalu” berarti
melepaskan, jadi seakan-akan si mursil telah lepskan sanad dan tidak
menyambung nya. Sedang kata chafi adalah lawan dari kata “al-jaly”
yang berarti nampak atau jelas, Karen macam ini termasuk mursal
yang tidak jelas, maka tidak dapat diperoleh kecuali dengan
pembahasan.
b) Menurut istilah :
Adapun suatu hadis yang diriwayatkan dari orang yang pernah
ditemuinya atau semasanya akan tetapi ia tidak mendengar hadis
tersebut dengan ungkapan yang menunjukkan bahwa ia
mendengarnya dari yang lainnya, seperti “ “.
2) Contoh nya:
Adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari jalan Umar bin Abdul Aziz
dari Uqbar bin Amir secara marfu “ Allah mengasihi pada orang yang menjaga raja”,
padahal Umar belum pernah bertemu dengan Uqbah sebagaimana dikatakan oleh Al-
Mizzi dalam kitab Al-Atraf.
3) Dengan apa mursal chafi dapat diketahui?
Mursal chafi dapat diketahui dengan tiga perkara yaitu:
a) Dengan penetapan sebagian imam ahli hadis bahwa rawi tersebut
memang belum pernah menerima hadis dari padanya atau belum
pernah mendengar dari padanya secara mutlak.
b) Pemberitahuan dari dirinya sendiri bahwa ia memang belum pernah
menerima atau mendengar sesuatupun dari padanya.
c) Datangnya hadis dari arah yang lain dimana didalamnya terdapat
tambahan seorng antara rawi dan orang yang menjadi umber
rawi.Masalah yang ketiga ini terdapat perselisihan dikalangan ulama,
karena kadang-kadang termasuk bagian dari Al-Mazid fi Muttasil
Asanid.
4) Hukumnya :
Hadis mursal chafi adalah dla’if, karena termasuk bagian dari hadis Munqathi’, maka
jika nampak terputusnya berarti hukumnya sama dengan hukum hadis Munqathi’.
5) Kitab yang paling terkenal :
Adalah kitab At-Tafsil li Mubhamil Marasil karya Al Chatib Al-Baghdady.4

4
DAFTAR PUSTAKA

Bariyah, Oneng Nurul.2011.”ilmu hadits”. Tanggerang Selatan : CV. Tunas Ilmu

‘itr Nurudin. 2012. “Ulumul hadits.” Bandung: PT remaja rosdakarya

Iskandar sofwan. 2011.”ilmu Hadits.” Sukamaju Depok: CV ARYA DUTA

Anda mungkin juga menyukai