Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Tanah dibentuk oleh beberapa faktor-faktor yang terdiri atas iklim, vegetasi,
bahan induk, jenis timbulan, dan lamanya waktu terbentuknya tanah. Proses
pembentukan tanah tropika dibagi ke dalam dua proses yaitu:

1. Proses pengumpulan bahan induk


2. Pembedaan horizon tanah.

Masing jenis-jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga


teknik pengelolaannya pun berbeda agar dapat mendukung kelestarian vegetasi
yang tumbuh di atasnya. Dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan tanaman,
pengelolaan tanah yang tepat akan sangat mendukung kelestarian hasil. Beberapa
karakteristik tanah yang perlu diperhatikan dan dikelola yaitu kesuburan tanah,
ketersediaan unsur hara, kerentanan terhadap erosi, kepadatan tanah, dan
pertukaran hara dalam tanah.

Di daerah dengan potensi produksi tinggi, LEISA (Low External Input


Sustainable Agriculture) secara simultan dapat memperbaiki kelestarian ekologis
dan kondisi sosial ekonomi petani dengan mengurangi penggunaan input eksternal.
Di daerah dengan potensi produksi rendah, LEISA dapat menstabilkan dan
mengembalikan daya dukung, namun pada umumnya memiliki potensi terbatas
untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi bagi pertumbuhan populasi, dan
peningkatan produksi juga dapat diakibatkan oleh semakin berkurangnya sumber
daya alam, dan oleh jumlah yang terbatas dari petani.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi potensi dan penerapan LEISA adalah
penurunan produksi dan masa rehabilitasi, persyaratan tenaga kerja tinggi, aspek
kepemilikan lahan, isu gender, kendala penerapan pendekatan pengembangan
teknologi partisipatif, aspek ekonomi makro, pengaruh pemerintah dan penyebaran
informasi.
BAB II

PEMBAHASAN

Teknologi pengelolaan tanah tropika masukkan rendah atau bisa dikatakan


LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) biasanya dibagi menjadi:

1. Ameliorasi dan Marling


2. Pemupukan
3. Penggunaan tanaman toleran (Respon hara rendah)

A. AMELIORASI DAN MARLING

Dalam pengertian Ameliorasi merupakan pemberian bahan yang


ditambahkan kedalam tanah guna memperbaiki lingkungan perakaran untuk
pertumbuhan tanaman, sebagai sumber hara, menurunkan kemasaman tanah, dan
juga sebagai pengikat kation-kation. Kegunaan dari bahan pembenah tanah
(amelioran) adalah untuk memperbaiki kualitas tanah, menjaga kesuburan tanah,
dan menjaga mahluk hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Bahan mineral alami biasanya yang digunakan sebagai bahan amelioran
seperti zeolit dan kapur pertanian telah banyak dibuktikan manfaatnya dalam
memperbaiki sifat-sifat kimia tanah sesungguhnya bahan organik tanah baik
dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, sisa tanaman, dan lain
sebagainya, juga merupakan bahan pembenah tanah yang sudah banyak dibuktikan
efektivitasnya baik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah.
Salah satu cara dari ameliorasi dan marling ada pengapuran. Tujuan dari
pengapuran pada intinya dalah bagaimana supaya tanah memiliki pH yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman dan kelarutan Al dalam tanah dapat ditekan. Cara
termudah untuk menambahkan kekapuran pada suatu tanah yaitu dengan cara
meabur tanah dengan dosis kapur sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat
kejenuhan Al pada suatu tanah agar tingkat kekapurannya dapat bertambah.
Kapur dapat membuat pH pada tanah berkurang dan kelarutan Al pada
tanah menurun. Kandungan unsur hara pada tanah khususnya Ca dan Mg
bertambah. Sifat-sifat dari tanah seperti aktivitas mikro organismenya akan bekerja
lebih baik serta tingkat bahaya erosi akibat agregat tanah akan berkurang.

B. PEMUPUKAN
Pemupukan merupakan proses untuk memperbaiki atau memberikan
tambahan unsur-unsur hara pada tanah baik langsung maupun tak langsung agar
dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya dilakukan
pemupukan untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah,
memberikan nutrisi untuk tanaman, dan memperbaiki kualitas serta kuantitas
tanaman.
Terdapat beberapa cara untuk memberikan pupuk pada tanaman seperti
melalui akar tanaman atau melalui daunnya. Untuk akar tanaman biasanya pupuk
hanya disebar merata pada tanaman atau bisa juga dilakukan pembajakan. Cara ini
dinilai sangat efisien karena tanaman yang telah ditanam dengan jarak yang teratur
dapat menyerap dengan baik. Cara lain yaitu berupa menempatkannya pada
lubang. Cara ini akan efisien jika jarak tanaman yang tidak terlalu jauh. Kita juga
bisa melakukan pemupukan melalu daun dengan cara menyemprotkannya ke
tanaman. Pemupukan cara ini biasanya mencampurkan air dengan pupuk agar
dapat tercampur secara merata. Terkadang hal ini cukup sulit dikarenakan
membutuhkan waktu yang lama untuk memupuk daerah yang luas. Namun bisa
juga dibantu alat lain agar memudahkan pemupukan.

C. PENGGUNAAN TANAMAN TOLERAN (RESPON HARA


RENDAH)
Faktor perubahan global tidak hanya berpotensi mengubah kekeringan dan
keteduhan, tapi juga ketersediaan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor terhadap
tanaman . Meskipun tidak ada sintesis yang telah dihasilkan, beberapa ekosistem
terestrial telah menjadi lebih eutrofik (Smart et al., 2003), sementara ketersediaan
nutrisi mungkin telah menurun dari waktu ke waktu pada spesies lainnya
(McLauchlan et al., 2010). Perubahan ini cenderung mempengaruhi relatif
pentingnya toleransi ketersediaan hara rendah, yang pada gilirannya akan
mengubah komposisi masyarakat berdasarkan kemampuan spesies untuk
melakukan di bawah ketersediaan nutrisi rendah. Meskipun telah dihipotesiskan
bahwa kelangkaan unsur hara memilih adaptasi dasar yang sama seperti kekeringan
dan keteduhan, kelangkaan nutrisi, terlepas dari asal abiotik atau terutama didorong
oleh persaingan, membatasi pertumbuhan tanaman dengan cara yang berbeda
secara mendasar dari pada kekeringan atau keteduhan. Misalnya, kelangkaan unsur
hara tidak menimbulkan tekanan fisik terhadap potensi air yang rendah, juga tidak
disertai dengan defisit energi pada daun.
Terlepas dari perbedaan mendasar ini dengan tekanan lainnya, hanya ada
sedikit kuantifikasi langsung ketersediaan nutrisi minimum atau persyaratan
pasokan untuk spesies yang berbeda yang akan mengindeks toleransi kelangkaan
unsur hara dan menyebabkan klasifikasi spesies baru. Sebagian, hal ini dapat
dijelaskan oleh kesulitan yang terkait dengan pengukuran dan manipulasi
persediaan nutrisi. Suplai nutrisi untuk tanaman yang tumbuh dalam kondisi semi
alam tidak semudah diukur sebagai potensi air tanaman atau tingkat penyinaran.
Tanaman dapat meningkatkan ketersediaan hara dan meningkatkan penyerapan
nutrisi oleh mikroba, yang membuat gradien eksperimental persediaan nutrisi sulit
dipertahankan (Wedin dan Tilman, 1990).
Meskipun faktor-faktor ini membuat kurva respons ekologis semakin sulit,
beberapa penelitian telah menghasilkan kurva respons ekologis dengan menanam
spesies di bawah kisaran persediaan nutrisi di hidroponik (Schortemeyer et al.,
2002) atau percobaan lapangan (Wedin dan Tilman, 1993) sehingga persediaan
nutrisi minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dapat diperkirakan . Serupa
dengan penelitian yang memanfaatkan indeks toleransi ketersediaan hara rendah
dari distribusi sepanjang gradien lingkungan untuk mendeteksi pola eutrofikasi
(Smart et al., 2003), penelitian ini telah menunjukkan potensi yang kuat untuk
klasifikasi spesies baru berdasarkan toleransi terhadap nutrisi rendah. tersedianya.
Kinerja spesies di bawah pasokan hara rendah dapat memprediksi kelimpahan
relatifnya ketika nutrisi langka - spesies tanaman yang mempertahankan tingkat
NIL anorganik tanah ekuilibrium yang rendah dan kepadatan panjang akar yang
lebih tinggi relatif lebih melimpah saat N membatasi (Fargione dan Tilman, 2006).
BAB III
KESIMPULAN

1. Kegunaan dari bahan pembenah tanah (amelioran) yang kami berikan adalah
untuk memperbaiki kualitas tanah, menjaga kesuburan tanah, dan menjaga
mahluk hidup untuk dapat tumbuh dan berkembang.
2. Fungsi bahan pembenah tanah adalah sebagai pemantapan agregat tanah untuk
mencegah erosi dan pencemaran, merubah sifat hidrophobic atau hidrofilik,
sehingga merubah kapasitas tanah menahan air, meningkatkan kapasitas
tukar kation (KTK) tanah, dan menciptakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan mikro dan makroorganisme tanah.
3. Penggunaan bahan pembenah mineral harus diperhatikan dampak negatifnya
terhadap lingkungan, diperhatikan pula faktor ketersediaan, dan jaminan
mutu, serta harga. Pemanfaatan bahan pembenah tanah yang bersifat sintetis,
dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap lingkungan, harganya juga
seringkali terlalu mahal.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A. dan S. Sutono. 2005. Teknologi Pengendalian Erosi Lahan


Berlereng. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering : Menuju Pertanian
Produktif Dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Craine, Joseph M. ,dkk. 2012. Resource Limitation, Tolerance, And The Future Of
Ecological Plant Classification. Makalah dipublikasikan online pada 30
Oktober 2012. USA.

Yuwono, Nasih Widya. 2009. Membangun Kesuburan Tanah Di Lahan Marginal.


Yogyakarta: Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: 137-
141.

Anda mungkin juga menyukai