“ TANGKI BERPENGADUK “
GROUP F
LEMBAR PENGESAHAN
“TANGKI BERPENGADUK”
GROUP : F
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “ Tangki Berpengaduk “. Laporan resmi ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi Teknik Kimia I yang diberikan
pada semester IV.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada :
Penyusun
DAFTAR ISI
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I. 2 Tujuan
1. Untuk mengembangkan hubungan empiris untuk memperkirakan ukuran
alat pada pemakain yang sebenarnya pada percobaan laboratorium
2. Untuk menentukan konstanta-konstanta dalam persamaan empiris
3. Untuk membuat kurva hubungan antara Bilangan Reynold (NRe) dengan
Bilangan Power (NPo) dengan variasi jenis cairan dan ada tidaknya baffle.
I. 3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat menentukan kondisi optimum pencampuran
2. Agar praktikan dapat mengetahui korelasi waktu pencampuran degan
kecepatan putaran melalui analisis bilanagan tak berdimensi
3. Agar praktikan dapat mengetahui korelasi kebutuhan daya terhadap aliran
pengadukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terbuka ke udara, atau dapat pula tertutup. Ukuran proporsi tangki bermacam-
macam, bergantung pada permasalahan pengadukan itu sendiri. Rancangan
standar seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini dapat digunakan untuk
berbagai macam situasi:
2. Turbin
Istilah turbin ini diberikan bagi berbagai macam pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbin
merupakan pengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan.
Pengaduk jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya
pengaduk jenis propeller. Pengaduk turbin menimbulkan arah radial dan
tangensial. Disekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan
geseran yang kuat antar fluida. Salah satu jenis pengaduk turbin adalah
pitched blade. Pengaduk ini memiliki sudut – sudut konstan. Aliran terjadi
pada arah aksial, meski demikian, terdapat pula aliran pada arah radial. Aliran
ini akan mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar tangki.
3. Paddle
Pengaduk jenis ini memegang peranan penting pada proses pencampuran
dalam industri. Bentuk pengaduk ini minimum memiliki dua sudut, horizontal
dan vertikal dengan nilai D/T yang tinggi. Pengaduk paddle menimbulkan
arah aliran radial dan tangensial dan hampir tanpa gerakan vertikal sama
sekali. Arus yang bergerak ke arah horizontal setelah mencapai dinding akan
dibelokkan ke atas atau kebawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan
terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
(Tim Dosen, 2019)
kecepatan longitudinal yang bekerja pada arah paralel (sejajar) dengan poros.
Komponen ketiga yaitu tangensial dan rotasional yang bekerja pada arah
melingkar disekitar poros. Komponen radial dan tangensial sangat berguna dan
memberikan aliran yang dibutuhkan untuk proses pencampuran. Ketika poros
diposisikan vertikal dan ditempatkan ditengah tangki, komponen tangensial
umumnya tidak menguntungkan. Aliran tangensial mengalir mengikuti arah
melingkar disekitar poros dan membentuk vortex pada fluida saat pencampuran,
seperti pada gambar berikut :
Gambar 2. Pola aliran berputar (radial-flow) turbin dalam bejana tanpa sekat
Dalam bejana tanpa sekat, aliran sirkulasi diinduksi oleh semua jenis
impeller, baik aliran aksial maupun aliran radial. Jika putarannya kuat, pola aliran
dalam tangki benar – benar terlepas dari desain impeller. Pada kecepatan impeller
yang tinggi, terbentuk pusaran (vortex) yang mungkin sangat dalam hingga
mencapai impeller, dan gas dari atas cairan ditarik kedalam dimana pada
umumnya hal ini tidak diinginkan terjadi.
Gambar 4. Tabung jujut pada tangki dengan sekat : (a) turbin ; (b) propeller
Tabung jujut (draft tube) untuk propeller dipasang disekitar impeller dan untuk
turbin dipasang tepat diatas impeller. Pemasangan draft tube akan menambah
gesekan cairan dalam sistem ; dan pemberian input daya akan mengurangi laju
aliran, sehingga piranti ini tidak digunakan kecuali diperlukan.
(Mc.Cabe, 2005)
Dimana :
Np = Bilangan power
Dimana :
NRe = Bilangan Reynolds
μ = viskositas cairan (kg/m.s)
ρ = Densitas cairan (kg/m3)
N = Kecepatan putaran pengaduk (rpm)
D = Diameter pengaduk (m)
Bilangan Power (Np) dengan bilangan Reynolds (NRe) biasanya digunakan untuk
menggambarkan hubungan antara konsumsi energy dengan kecepatan
pengadukan. Hubungan ini digambarkan dalam bentuk kurva tenaga (power-
curve). Kurva ini diperoleh dengan cara memplotkan nilai-nilai dari Np dan NRe -
berdasarkan data hasil percobaan yang menggambarkan nilai kecepatan pangaduk
(N), diameter pengaduk (D), densitas (ρ), dan viskositas cairan (μ) pada tiap-tiap
pengaduk yang mempunyai kesamaan geometrik tertentu. Berdasarkan nilai
bilangan Reynolds, diperoleh tiga pola aliran yaitu
1. Aliran laminar (viscous flow), pada NRe < 10 (aliran didominasi oleh tingginya
kekentalan.
2. Aliran transisi (transient) pada NRe 10-104.
3. Aliran turbulen (turbulen flow) pada NRe > 104 (pencampuran terjadi lebih
cepat).
(Ali, 2018)
II.2.1.Gula
A. Sifat Fisika
1. Fase : Padat.
2. Warna : Putih.
3. Bau : Karakteristik karamel.
4. Densitas : 1,587 gr/cm3.
5. Titik Didih : 186oC.
B. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : C12H22O11.
2. Berat Molekul : 341,3 gr/mol.
3. Stabilitas : Produk stabil.
II.3 Hipotesa
Pada percobaan tangki berpengaduk, semakin cepat putaran pengadukan,
maka waktu yang dibutuhkan dalam membuat larutan menjadi homogen akan
semakin cepat. Selain itu, semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar
viskositasnya sehingga daya yang dibutuhkan dalam pengadukan semakin besar.
BAB III
PERCOBAAN
B = Statif
BAB IV
IV.3 Grafik
0.46
y = -2E-05x + 0.5805
0.45
R² = 0.9708
NPo = P/(𝜌. 𝑁3.𝐷5 )
0.44
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0.38
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
NRe = (ρ. D2. N) / μ
Grafik 1. Hubungan antara Bilangan Power dengan Bilangan Reynolds pada larutan
gula konsentrasi 8%; 10%; 12% dengan variasi kecepatan pengaduk 150 rpm dan 200
rpm tanpa pemasangan baffle.
0.47
y = -2E-05x + 0.6071
0.46
R² = 0.9919
NPo = P/(𝜌. 𝑁3.𝐷5 )
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
NRe = (ρ. D2. N) / μ
Grafik 2. Hubungan antara Bilangan Power dengan Bilangan Reynolds pada larutan
gula konsentrasi 8%; 10%; 12% dengan variasi kecepatan pengaduk 150 rpm dan 200
rpm dengan pemasangan baffle
IV.4 Pembahasan
Pada percobaan tangki berpengaduk mempunyai tujuan diantaranya yaitu,
untuk membuat kurva hubungan antara Bilangan Reynold (NRe) dengan Bilangan
Power (NPo) dengan variasi jenis cairan dan ada tidaknya baffle. Percobaan ini juga
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan konstanta-konstanta dalam persamaan
empiris. Adapun tujuan lain yaitu untuk mengembangkan hubungan empiris untuk
memperkirakan ukuran alat pada pemakaian yang sebenarnya pada percobaan
laboratorium. Dalam percobaan tangki berpengaduk ini, bahan yang digunakan adalah
gula padat dan air, yang akan dilakukan pengadukan dengan variasi kecepatan 150
rpm dan 200 rpm serta dengan menggunakan baffle dan tidak menggunakan baffle.
Dari hasil percoban ini, diperoleh data pengamatan berupa ada tidaknya
vorteks, besar kecilnya densitas dan viskositas larutan. Berdasarkan pengamatan yang
telah praktikan lakukan, ketika pengadukan dilakukan dengan tanpa pemasangan
baffle , pada saat pengadukan terbentuk vorteks, sementara itu ketika dilakukan
dengan pemasangan baffle, vorteks tidak terbentuk pada saat pengadukan. Hal tersebut
dikarenakan kecepatan pengadukan yang besar dan jenis pengaduk yang digunakan
hanya menimbulkan arah radial sehingga mempengaruhi pola aliran fluida di dalam
tangki . Untuk densitas dan viskositas larutan, baik dengan baffle maupun tanpa baffle,
viskositas dan densitas larutan meningkat seiring bertambahnya konsentrasi larutan
dan kecepatan pengadukan. Dengan meningkatnya kecepatan pengadukan dari 150
rpm ke 200 rpm, maka terbentuknya vorteks saat pengadukan akan semakin besar
ketika pengadukan dilakukan tanp pemasangan baffle.
Dari data hasil pengamatan tersebut, setelah dilakukan perhitungan, diperoleh
nilai bilangan Reynolds (NRe), bilangan Power (NPo), bilangan Froude (NFr) dan
kebutuhan daya dalam pengadukan (P) pada tiap-tiap variabel. Pada variabel
kecepatan 150 rpm tanpa baffle untuk konsentrasi larutan gula 8%; 10%; dan 12%,
didapatkan nilai bilangan Reynold (NRe) berturut-turut yaitu 6758,644; 6596,65; dan
6563,138 dengan nilai bilangan power (NPo) berturut-turut yaitu 0,43; 0,44; dan 0,45
dan daya pengaduk. Pada variabel kecepatan 150 rpm dengan pemasangan baffle
untuk konsentrasi larutan gula 8%; 10%; dan 12%, didapatkan nilai bilangan Reynold
(NRe) berturut-turut yaitu 6440,245; 6404,55; dan 6351,929 dengan nilai bilangan
power (NPo) berturut-turut yaitu 0,45; 0,452; dan 0,455. Pada variabel kecepatan 200
rpm tanpa pemasangan baffle untuk konsentrasi larutan gula 8%; 10%; dan 12%,
didapatkan nilai bilangan Reynold (NRe) berturut-turut yaitu 8931,411; 8787,119; dan
8301,349 dengan nilai bilangan power (NPo) berturut-turut yaitu 0,39; 0,395; dan
0,398. Pada variabel kecepatan 200 rpm dengan pemasangan baffle untuk konsentrasi
larutan gula 8%; 10%; dan 12%, didapatkan nilai bilangan Reynold (NRe) berturut-
turut yaitu 8454,139; 8315,468; dan 8325 dengan nilai bilangan power (NPo) berturut-
turut yaitu 0,4; 0,41; dan 0,405. Berdasarkan data perhitungan tersebut, dapat
diketahui bahwa data perhitungan sudah sesuai dengan teori, dimana semakin
meningkatnya bilangan Reynold (NRe), maka nilai bilangan power (NPo) akan semakin
kecil. Dapat dilihat pada grafik 1 dan 2, diperoleh slope dari kedua grafik bernilai
negatif (-) yaitu -2 x 10-5 yang menunjukkan bahwa nilai bilangan power (NPo)
berbanding terbalik dengan bilangan Reynolds (NRe), baik dalam pengadukan tanpa
menggunakan baffle maupun menggunakan baffle. Namun data perhitungan pada
percobaan tidak sepenuhnya akurat, sebagai contoh dapat dilihat pada grafik 1, nilai
perbandingan antara bilangan power dengan bilangan Reynolds dari beberapa variabel
terlihat naik turun. Selain itu, dalam variabel kecepatan dan konsentrasi yang sama,
data bilangan Reynold yang diperoleh dalam pengadukan tanpa baffle lebih kecil
dibandingkan dengan menggunakan baffle. Seperti pada contoh pengadukan larutan
gula dengan konsentrasi 8% dan kecepatan 150 rpm tanpa menggunakan baffle,
diperoleh nilai bilangan Reynold yang lebih kecil dibandingkan pengadukan larutan
gula dengan konsentrasi 8% dan kecepatan 150 rpm dengan menggunakan baffle yaitu
6758,644 < 6440,245 dimana seharusnya berdasarkan teori, penggunaan baffle akan
meningkatkan bilangan Reynold dikarenakan pola aliran dibuat menjadi turbulen
(turbulensi) sehingga bilangan Reynold menjadi lebih besar. Ketidaksesuaian beberapa
data percobaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
pemasangan posisi pengaduk yang berubah-ubah setiap melakukan pengadukan dan
posisi tinggi pengaduk dari dasar tangki yang berubah, mengakibatkan pola aliran dan
homogenitas larutan tidak teratur sehingga data yang didapatkan juga kurang akurat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1 Simpulan
1. Lama waktu pengadukan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
jenis pengaduk, posisi pengaduk, karakteristik fluida, jumlah pengaduk, ada
tidaknya sekat (baffle) dan lain sebagainya, dimana faktor-faktor tersebut juga
akan mempengaruhi kebutuhan daya yang digunakan selama proses pengadukan.
2. Penggunaan baffle dapat mengurangi terjadinya vortex pada pengadukan serta
dapat membuat pola aliran dalam tangki menjadi turbulen, sehingga proses
pengadukan dan pencampuran menjadi lebih efektif.
3. Semakin tinggi kekentalan suatu fluida (viscous), maka kebutuhan daya
pengadukan juga akan semakin besar.
V.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum praktikum berlangsung, praktikan harus memahami terlebih
dahulu prosedur percobaan agar tidak mengalami kesulitan pada saat praktikum
berlangsung.
2. Sebaiknya pada saat proses pengadukan, ketinggian pengaduk dari dasar tangki
dan posisi pengaduk dalam tangki dibuat sama, sehingga perbandingan data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
3. Sebaiknya pada saat proses pengadukan, digunakan jenis pengaduk yang sama
(tidak diganti setiap variabel), supaya perbandingan data dapat terlihat lebih
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Fachruddin. 2018. “Analisa Aliran Fluida Pada Mixing Crude Oil Storage Tank
dengan CFD”. Jurnal Teknik Sistem Perkapalan vol.1 halaman 2.
Brown, George Granger. 1978. “Unit Operations”. Tokyo : Modern Asia Editions.
Mc.Cabe, Warren L., Julian C. Smith, dan Peter Harriott. 2005. “Unit Operations of
Chemical Engineering Seventh Edition”. New York : Mc.Graw-Hill,Inc.
MSDS. 2013. “Material Safety Data Sheet Sucrose”. (http://www.sciencelab.com/
msds.php?msdsId=9925119). Diakses pada tanggal 12 Februari 2019 pukul
18.23 WIB.
MSDS. 2013. “Material Safety Data Sheet Water”. (http://www.sciencelab.com/
msds.php?msdsId=9927312). Diakses pada tanggal 12 Februari 2019 pukul
18.30 WIB.
Tim Dosen. 2019. “Tangki Berpengaduk”. Surabaya : UPN “Veteran” Jawa Timur.
APPENDIX
b. Densitas air.
𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌 𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑘𝑛𝑜
(52,1306 − 26,1082) 𝑔𝑟
= 25 𝑐𝑚3
𝑔𝑟
= 0,99104 𝑐𝑚3
𝑔𝑟
𝜂𝑙𝑎𝑟 (1,778 𝑠) 𝑥 (1,0409 3 )
𝑐𝑚
𝑔𝑟
= 𝑔𝑟
(0,89 𝑥 10−2 𝑐𝑚.𝑠) (1,623 𝑠) 𝑥 (0,99104 3 )
𝑐𝑚
𝑔𝑟
𝜂𝑙𝑎𝑟 = 0,01025
𝑐𝑚. 𝑠
= 8.454,139
5. Perhitungan Bilangan Froude (Nfr) larutan gula dengan konsentrasi 80% pada
kecepatan pengadukan 200 rpm dan tangki tanpa baffle
𝑁2𝐷
𝑁𝑓𝑟 =
𝑔
2
(3,33 𝑠−1 ) 𝑥 5 𝑐𝑚
= 980 𝑐𝑚.𝑠−2
= 0,0566
= 48,0454 𝑘𝑊ℎ
LAMPIRAN