Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH EFEK RUMAH KACA TERHADAP HEWAN AIR

MAKALAH EKOLOGI

Dosen Pengampu:

Dr. Dwi Suheriyanto,S.Si,M.P

Ditulis Oleh:

Mohamad Fajar Bahari

(18620056)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnyalah sehingga saya Mohamad Fajar Bahari dapat
menyelesaikan tugas makalah Ekologi. Makalah ini bertema tentang keterkaitan
antara lingkungan dengan mahkluk hidup yang tinggal di dalamnya, makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Universitas Maulana Malik
Ibrahim Malang, makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui definisi peristiwa
efek rumah kaca pada kehidupan mahkluk hidup, sehingga diberikanlah judul
“PENGARUH EFEK RUMAH KACA TERHADAP HEWAN AIR”.
Kami ucapkan trimakasih kepada Bapak Dr. Dwi Suheriyanto,S.Si,M.P,
selaku dosen mata Ekologi yang memberikan tema yang saya dapatkan, saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan
saran sangat kami harapkan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini,
akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang berperan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga dengan
terciptanya makalah ini dapat memberi manfaat untuk penambahan wawasan dan
semoga Allah SWT selalu meridhoi segala usaha kita, Aamiin Malang,

4 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2

BAB II PEBAHASAN 3
2.1 Kajian Keislaman Efek Rumah Kaca 3
2.2 Pengertian Efek Rumah Kaca dan Hewan Air 4
2.3 Penyebab Efek Rumah Kaca 5
2.4 Cara Mencegah Terjadinya Efek Rumah Kaca 6
2.5 Cara Menagnggulangi terjadinya Efek Rumah Kaca 7
2.6 Pengaruh Efek Rumah Kaca terhadap Hewan Air 7
2.7 Cara Konservasi Hewan Air dan Pengaruh Efek Rumah
Kaca 8

BAB III PENUTUP 10


3.1 Kesimpulan 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mahkluk hidup untuk hidup haruslah melalui proses yang dinamkan
metabolisme. Proses metabolisme dilakukan semua jenis mahkluk hidup yaitu
tumbuhan, hewan dan manusia. Mahkluk hidup dalam melakukan metabolisme
tegantung bagaimana keadaan lingkungan tempat mahkluk hidup tersebut tinggal,
contohnya adalah tumbuhan jati yang menggugurkan daunya agar mengurangi
penguapan. Berdasarkan peristiwa tersebut dapat diketahui bahwasanya iklim atau
cuaca memegang peranan penting bagi kelangsungan mahkluk hidup.
Beberapa tahun ini dapat diraskan bahwasanya lambatlaun cuca di Bumi
semakin mendekati kata ekstrim. Hal tersebut dapat ditandai dengan semakin
naiknya suhu di Bumi. Hal tersebut dapat dikarenakan sinar matahari yang masuk
ke Bumi yang seharusnya dapat dipantulkan oleh lapisan atmosfer bumi, sehingga
dapat mengurangi radiasi serta suhu panas dari siniar matahari tidak dapat
dilkakukan karena terkumpulnya gas CO2 yang tertimbun di atmosfer Bumi. Gas
CO2 tersebut menghalangi sinar matahari untuk keluar dari lapisan atmosfer Bumi.
Peristiwa tersebut dinamakan peristiwa efek rumah kaca yang memicu kejadian
pemanasan global (Global Warming).
Peristiwa efek rumah kaca ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup mahkluk hidup di Bumi. Kenaikan suhu yang disebabkan peristiwa efek
rumah kaca akan menganggu keadaan ekosistem di Bumi pada ekosistem laut
(Akuatik) dan ekositem darat (Teresterial). Dampak dari pemansan global yang
paling terlihat adalah pada ekosistem laut dikarenakan kenaikan suhu akibat
pemanasan global dapat memamcu kenaikan suhu permukaan air laut yang akan
mengganggu kehidupan biota di bawah laut.

1
1.2. Tujuan
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk mengatahui keterkaitan
antara pemanasan global yang disebabkan peristiwa efek rumah kaca terhadap
kelangsungan kehidupan biota di ekositem air (Akuatik).

1.3. Manfaat
Adapun manfaat ditulisnya makalah ini adalah sebagai sumber wawasan
serta pengetahuan tentang dampak dari peristiwa efek rumah kaca dan behayanya
pada kelangsungan kehidupan biota mahkluk hidup di ekosistem air (Akuatik).
Diharapkanya setalah ditulisknya makalah ini dapat memeberi dampak positif
bagi pembaca dan mulai ikut serta dalam pencegahan terjadinya peristiwa
pemansan global (Global Warming), yang disebabkan oleh peristiwa efek rumah
kaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Keislaman Efek Rumah Kaca


Pemanasan bukan lagi merupakan sebuah isu atau dampak yang belum
diketahui wujudnya akan tetapi pemanasan telah diketahui bukti serta
perwujudanya dan mulai tersa dampaknya. Islam telah meberikan gamabar serta
dampak dari pemanasan yang terjadi, pemansan tersbut terjadi akibat dari
keruskan lapisan pelindung Bumi yang tidak mampu menghalau sebagian sinar
matahari yang masuk dengan sempurna.( www.kompasiana.com)
Islam memandang alam dan seluruhnya merupakan tanda dari kekuasaan
Allah SWT. Hampir seluruh kehidupan di Bumi membentuk sebuah sistem yang
dinamakan rantai ekosistem yang saling membutuhkan serta saling mempengaruhi
satu sama lain. Cuaca atau suhu termasuk fakor yang paling mempengaruhi rantai
ekosistem tersbut. Oleh sebab itu sangat perlu untuk menjaga agar daktor ini tetap
stabil. Al-Quran telah menjelaskan peristiwa pemanasan global yang disebabkan
peristiwa efek rumah kaca ini pada Qur’an Surat Al-Mu’minun ayat 71 yang
ayatnya berbunyi: (www.Risalahmuslim.com)

Artinya: “Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti


binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah
memberikan peringatan kepada mereka , tetapi mereka berpaling dari peringatan
itu”

3
Ayat ini seolah-olah ingin mengingatkan bahwa jika kebenaran
(sunatullah) berupa keseimbangan ekosistem yang menjadi penyangga alam
semesta yang berfungsi membendung pemanasan global kemudian dikalahkan
oleh nafsu dan intervensi manusia, maka pemanasan global dengan segala
dampaknya akan sulit dibendung. Jika keadaan ini terus terjadi maka hanya
menunggu waktu saat kehancuran bumi.(www.Risalahmuslim)

2.2 Pengertian Rumah Kaca dan Hewan Air


Bumi merupakan tempat ternyaman bagi mahkluk hidup untuk tumbuh
dan perkembang. Faktor bumi merupakan tempat ternyaman dapat diketahui
mealalui kehangatan suhu yang ada serta ketersediaan air yang melimpah. Faktor
daru kehangatan suhu di Bumi tidak lepas dari peran lapisan selimut Bumi yang
mneghalau sebagian sinar matahari yang masuk ke Bumi sehingga terasa suhu
yang hangat tersebut. Hal tersebut dapaet tejadi dikarenakan masih bagusnya
sistem perlindungan selimut Bumi, akan tetapi akhir-akhir ini suhu di Bumi terus
naik, hal tersebut terjadi dikarenakan sudah tidak optimalnya kinerja lapisan
selimut pelindung Bumi dalam menghalau sinar matahari yang masuk ke Bumi
hal iniliah yang dinamakan pemanasan global (Global Warming) yang disebabkan
peristiwa efek rumah kaca (Kweku,2017).
Efek rumah kaca merupakan peristiwa alami yang telah terjadi dari berjuta
tahun yang lalu. Efek rumah kaca pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier
pada tahun 1827, secara eksperimental diverifikasi oleh John Tyndall pada tahun
1861, dan dikuantifikasi oleh Svante Arrhenius pada tahun 1896. Hlal tersebut
menunjukan bahwasanya peristiwa efek rumah kaca dalah suatu kejadian yang
sangat lama telah terjadi akan tetapi masih sulit untuk dilakukan pencegahan
keseluruhan sampai saat ini (Kweku, 2017).
Efek rumah kaca merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan bumi memiliki efek seperti rumah kaca diatas dimana panas
matahari terperangkap oleh atmosfer bumi. Gas-gas di atmosfer seperti karbon
dioksida (CO2) dapat menahan panas matahari sehingga panas matahari
terperangkap di dalam atmosfer bumi. Normalnya, pada siang hari matahari

4
menyinari bumi sehingga permukaan bumi menjadi hangat, dan pada malam hari
permukaan bumi mendingin. Akan tetapi, akibat adanya efek rumah kaca,
sebagian panas yang harusnya dipantulkan permukaan bumi diperangkap oleh gas
rumah kaca di atmosfer. Inilah mengapa bumi menjadi semakin hangat dari tahun-
ketahun ( www.studibelajar.com)
Mahkluk hidup dalam daur hidupnya sangat tergantung pada linikungan
sekitarnya, lingkungan tersebut dapat berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik yang dapat memepngaruhi yaitu keberaan mahkluk hidup lain dan
terjadinya simbiosi antar mahkluk hidup, ada yang saling menguntungkan dan ada
yang merugikan. Faktor abiotik dianataranya dalah komponen nutrisi yang
terkandung dalam lingkingan tersebut serta faktor keadaan tempat yang
mendukung kehidupan dalam segi kenyamanan seperti kehangatan suhu dan lain-
lain.
Salah satu yang paling terlihat adalah hewan yang hidup pada ekosistem
perairan yang disebut hewan air. Hewan air adalah hewan yang bertempat tinggal
di air, sebagian besar hewan tersebut bernafas melalui insang. Hewan air
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu air laut dan air tawar. Hewan laut berhabitat di
laut dan hewan air tawar berhabitat di sungai, danau dan rawa-rawa. (Muhtadi,
2014)

2.3 Penyebab Efek Rumah Kaca


Persitiwa efek rumah kaca ada kaitanya dengan intensitas penyinaran
matahari dan tidak optimlanya kinerja dari selimut pelindung Bumi. Hal ini
seperti yang dijelaskan oleh Dzulfequar (2017), bahwasanya efek rumah kaca
disebabkan oleh gas-gas di atmosfer yang memiliki kemampuan untuk menyerap
energi matahari yang dipancarkan kembali ke ruang angkasa dari bumi. Hal ini
menunjukan adanya penurunan tingkat kemampuan selimut pelindung Bumi
dalam menghalau sebagian sinar mataari.
Pernyebab utama terjadinya peristiwa efek rumah kaca dapat dibagi
menjadi dua yaitu, alami dan buatan. Sebab alami karena adanya misi gas seperti
dinitrogen oksida, karbon dioksida, metana, ozon dan uap air. Efek rumah kaca

5
alami sebenarnya bermanfaat bagi Bumi. Efek rumah kaca adalah prasyarat
lingkungan yang penting bagi kehidupan di Bumi. Masalahnya dimulai ketika
aktivitas manusia mempercepat proses alami dengan menciptakan lebih banyak
gas rumah kaca jauh di atas tingkat alaminya, dan telah menambahkan lebih
banyak gas rumah kaca baru, seperti CFC, halon di atmosfer daripada yang
diperlukan untuk menghangatkan planet ini ke suhu yang ideal (Dzulfequar, 2017)
Pada dasarnya efek rumah kaca ada disebabkan oleh interaksi energi
matahari dengan gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dinitrogen
oksida dan gas-gas terfluorinasi di atmosfer bumi. Kemampuan gas-gas ini untuk
menangkap panas (Kweku, 2017).

2.4 Cara Mencegah Terjadinya Efek Rumah Kaca


Pencegahan terjadinya peristiwa efek rumah kaca haruslah dilakukan
dengan dasar mengetahui komponen utama gas rumah kaca, menurut Samimi
(2011) komponen utama gas rumah kaca adalah Uap (H2O), nitrogen dioksida
(NO2), karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4). Apabila gas-gas ini tidak ada
di atmosfer, energi panas matahari lagi akan kembali ke atmosfer dan dengan
demikian cuaca bumi menjadi lebih dingin dari sekarang. Efek rumah kaca
menyatakan peningkatan suhu bumi akibat gas rumah kaca di atmosfer (Samimi,
2011).
Selama 200 tahun, jumlah kepadatan gas metana di atmosfer, menjadi
lebih dari dua kali, terutama karena aktivitas manusia. Gas metana menyerap
panas di atmosfer 23 kali lebih baik daripada gas karbon dioksida, jadi
pengurangan jumlah gas metana berbahaya, adalah solusi singkat untuk
menghadapi pemanasan bumi. Gas metana adalah salah satu kandungan 16 persen
dari gas rumah kaca yang di hasilkan 60 persennya dari penyebaran gas metana
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia (Samimi, 2011).
Pencegahan terjadinya peristiwa efek rumah kaca dapat dilakukan dengan
hal-hal yang kecil seperti penghematan listrik, dikarenakan proses pembangkitan
listrik menggunakan bahan bakar fosil yang termasuk penyumbang gas rumah
kaca, dapat pula dengan cara pembatasan penggunaan palstik dikarenakan hampir

6
semua bahan plasti ketika di bakar akan mengeluarkan gas yang berbahaya.
Inovasi yang dapat dilakukan lagi adalah dengan menciptakan dan menggunakan
bahan bakar ramah lingkungan, serta gencar dalam melakukan penghijauan hutan
yang gundul (http://informasitips.com)

2.5 Cara Menanggulangi Terjadinya Efek Rumah Kaca


Adapun penanggulangan dari efek rumah kaca dapat dilakukan dengan
mengetahui komposisi gas rumah kaca. Terdapat dua cara dalam penanggulangan
efek rumah kaca yaitu:
1. Mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain . Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon) .
2. Mengurangi produksi dari gas rumah kaca, contohnya adalah dengan
melakukanya reboisasi, pohon yang muda dan cepat pertumbuhanya dapat
menyerap kabondioksida sangat banyak. Gas karbon dioksida juga dapat
dihilangkan secara langsung . Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan)
gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi
keluar ke permukaan . Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini
di bawah tanah seperti dalam sumur minyak , lapisan batubara atau aquifer .
Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai
Norwegia , dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama
gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak
dapat kembali ke permukaan.

(Pratama, 2019)

2.6 Pengaruh Efek Rumah Kaca terhadap Hewan Air


Efek rumah kaca yang dapat menimbulkan pemansan global (Global
Warming), apabila terus terjadi, akan sangat menganggu sistem daur ekosistem
mahkluk hidup. Daur ekosistem yang sagat terganggu adalah ekosistem air
(Akuatik) dan biota didalamnya termasuk hewan air. Pemanasan global yang
terjadi karena terjebaknya panas matahari oleh gas efek rumah kaca (greenhouse

7
gas effect) menyebabkan panas yang terpantul kembali ke bumi terserap ke
samudra sehingga lautan ini menjadi panas dan merusak ekosistem laut (marine
ecoystem) (www.komapisana.com)
Salah satu contoh dampak dari pemansan global akibat efek rumah
kaca pada biota air adalah berkurangnya jumlah fitoplankton (tanaman laut kecil)
yang peranya sangat besar bagi rantai makanan ekosistem laut. Hal tersebut
dikarenkan fitoplankton (tanaman laut kecil) merupakan makanan bagi
zooplankton (hewan laut kecil) yang juga merupakan makanan hewan laut besar
lainya. Apabila terjadi hal tersebut maka ekosistem di lau akan sangat terganggu
(www.komapisana.com)
Dampak serius berikutnya dari memanasnya air laut adalah pemutihan
karang (coral bleaching) yaitu saat karang berubah warna menjadi putih (white),
kelaparan (starving) dan mati (dying). Hal tersebut akan mengancam ribuan
sepsies ikan kecil yang hidup didalamnya. Karang hanya bisa hidup dalam suhu
tertentu dan laut yang bertambah panas mempercepat kepunahannya.
(www.komapisana.com)

2.7 Cara Konservasi Hewan Air dari Pengaruh Efek Rumah Kaca
Adapun yang dapat dilakukan dalam rangka konservasi hewan air dari
pengaruh efek rumah kaca adalah salah satunya dengan penanaman tumbuhan
mangrove di pesisir. Tumbuhan mangrove dapat menarik kadar CO2 serta dapat
sebagai cadangan makanan bagi biota ekosistem air (akuatik). Hampir 40% dari
biomassa pohon adalah karbon, dimana pohon melalui proses fotosintesis
menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon
organik (karbohidrat) dan menyimpannya dalam biomassa tubuhnya seperti dalam
batang, daun, akar, umbi, buah dan lainnya. Kehilangan atau terdegradasinya
ekosistem mangrove akan menjadi sumber karbon dalam jumlah besar untuk efek
rumah kaca (Dinilhuda, 2018)
Hutan mangrove berpotensi menyerap karbon lebih banyak dibandingkan
dengan tumbuhan lainnya karena mangrove dikategorikan sebagai hutan lahan
basah. Kemampuan mangrove dalam menyimpan karbon dapat mengurangi

8
peningkatan kandungan karbon di alam. Oleh sebab itu dalam lingkungan akuatik
keberadaan tumbuhan mangrove sangatlah vital keberadaanya dalam menjaga
ekosistem disekitarnya (Dinilhuda, 2018).

9
BAB III
PANUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pengaruh peristiwa efek rumah kaca terhadap
hewan air adalah efek rumah kaca dapat menyebabkan peristiwa pemanasan
global yang peristiwa tersebut apabila terjadi terus menerus akan mengakibatkan
paningkatan suhu air laut yang mnagkibatkan terganggunya daur ekosistem dan
biota di dalam lingkungan akuatik. Bebrapa dampaknya adalah terganggunya
sistem rantai makanan di ekosistem perairan dan hilangnya habitat biota kecil
pada ekosisten akuatik. Apabila terus terjadi dan dibiarkan maka akibatnya
sanagatlah berbahaya dikarenakan lingkungan akuatik adalah lingkunagn dominan
dari keseluruhan muka Bumi apabila terganggu ekosistemnya pastinya akan
berdampak pula pada ekosistem darat (teresterial)

10
DAFTAR PUSATAKA

Adilah Dinilhuda, A. A. (2019). Peran Ekosistem Mangrove Bagi Mitigasi


Pemanasan Global. Research Gate: 1-5.

Ahmad Muhtadi, M. R. (2014). Ekologi Perairan. Bogor: IPB pers.

Amir Samimi, S. Z. (2011 ). Reduction of Greenhouse Gases Emission and Effect


on Environment . Australian Journal of Basic and Applied Sciences, Vol
5, No 12: 752-756.

Darkwah Williams Kweku, O. B. (2017). Greenhouse Effect: Greenhouse Gases


and Their Impact on Global Warming. Journal of Scientific Research &
Reports, Vol 17, No 6: 1-9.

Khan, M. Z. (2017). Causes and Consequences of Greenhouse Effect & Its


Catastrophic Problems for Earth . International Journal of Sustainability
Management and Information Technologies , Vol 3, No 4: 34-39.

Pratama, R. ( 2019 ). EFEK RUMAH KACA TERHADAP BUMI . Buletin


Utama Teknik , Vol. 14, No. 2.

https://www.kompasiana.com/kukuh_ff/54f95511a33311fc078b4c23/pemanasan-
global-dalam-perspektif-islam?page=all

https://risalahmuslim.id/quran/al-muminuun/23-71/

https://www.studiobelajar.com/efek-rumah-kaca/

http://informasitips.com/efek-rumah-kaca-dan-pencegahannya

https://www.kompasiana.com/ipe/5ac98c43ab12ae0b982f1e82/ancaman-pemanasan-
global-terhadap-ekosistem-laut

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai