Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN TENTANG BROWN ALGAE (ALGA COKLAT/PHAEOPHYTA)

DAN GOLDEN ALGAE (ALGA EMAS/ CHRYSOPHYTA)

TUGAS MATA KULIAH BIODIVERSITAS FUNGI DAN PROTISTA

Dosen Pengampu:

Prilya Dewi Fitriasari,M.Sc

Ditulis Oleh:

Mohamad Fajar Bahari (18620056)


Arkhis Emilia Hidayat (18620057)
Hafidah Nazlatul Auliyah (18620062)
Dea Namiratul Z. (18620123)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS dan TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2020
BROWN ALGAE

(ALGA COKLAT/PHAEOPHYTA)

Keanekaragaman dan klasifikasi

Ganggang coklat memiliki spesies yang paling beragam dari semua kelompok
ganggang air tawar. Ganggang coklat (Phaeophyta) hanaya memiliki satu kelas yaitu
Phaeophyceae. Kebanyakan Phaeophyceae hidup sebagai litofit, namun beberapa ada yang
epifit dan endofit. Pleurocladia dapat tumbuh secara epifit pada Heribaudiella di beberapa
aliran sungai. Perbedaan spesies dari ganggang coklat air tawar menunjukkan pola geografis
yang berbeda dan jumlah keragamannya rendah. Semua phaeophytes air tawar
diklasifikasikan sebagai anggota dari ectocarpales (lima genera) atau Sphacelariales (satu
genus, dua spesies).

Morfologi dan reproduksi

Morfologinya didasarkan pada bentuk filamen yang relatif sederhana dan tidak
membentuk parenkim (seperti jaringan) thalli, karakteristik lebih kompleks. Ukurannya lebih
kecil dari pada koloni di habitat laut. Berbentuk Crustose dengan tinggi hanya 10-30 sel (1-2
mm), dan bentuk koloninya mencapai 0,2-50 cm2 dalam area. Filamen dapat membentuk
jumbai makroskopik berukuran 2-10 mm. Beberapa koloni dapat bergabung membentuk
hamparan yang lebih besar pada batu, tetapi pada spesies ganggang coklat intertidal dapat
mencapai ukuran beberapa meter. Tiga morfologi umum ganggang coklat air tawar yaitu:

1. Uniseriate, filamen bercabang membentuk bantal-seperti gumpalan (misalnya,


Pleurocladia)
2. Filamen bercabang, filamen vertikal, membentuk thalli crustose (misalnya, Heribaudiella)
3. Filamen bercabang multiseriate , membentuk bantal menyebar ( Sphacelaria). Beberapa
spesies (misalnya, Pleurocladia) menjadi berlapiskan dengan CaCO3, yang dapat
menyebabkan talus muncul pucat coklat atau abu-abu makroskopik

Sel mengandung satu sampai beberapa kloroplas cokelat keemasan, yang mungkin
diskoid, seperti pita, atau berbentuk tidak teratur, dan biasanya parietal; pyrenoids hadir dalam
beberapa spesies. Spesies air tawar (Herlbaudlella, Sphacelaria) memiliki fitur Phaeophyte
khas seperti tilakoid dalam triplet, sampul kloroplas terdiri dari empat membran, dan
melintasi dinding silang plasmodesmata. Sebagian besar spesies memiliki banyak badan nias,
termasuk physodes, tubuh gelap berpigmen yang mungkin menyimpan tanin phaeophycean
(fucosan), lainnya polifenik dan terpene.

Struktur Reproduksi

Secara umum, spesies Ectocarpales dan Sphacelariales menghasilkan dua jenis


sporangia terminal: unilocular (besar, satu ruang) dan plurilocular (Multichambered). Spora
unilocular biasanya diproduksi pada sporofit (diploid), muncul sebagai struktur besar, bulat
telur dan situs biasa meiosis. Spora unilocular sering timbul dari filamen memanjang dan
berisi beberapa kloroplas coklat yang kemudian berkondensasi. meiosis sporangium biasanya
menghasilkan delapan zoospora biflagellate (zooids), yang berfungsi sebagai gamet.
Sedangkan plurilocular diproduksi di kedua gametofit (1n) atau sporofit (2n) tanaman, yang
membelah berulang kali dan membentuk struktur multiseluler yang menghasilkan zoospora
aseksual atau zoospora yang kemudian menetap dan berkecambah untuk menghasilkan
filamen baru. Heribaudlella dan Porterinema, zoosporanya memiliki dua flagelata yang
berbentuk buah pir dengan dua flagella lateral, dan memiliki kloroplas parietal tunggal dan
stigma apikal. Pada Phaeophyceae terdapat tiga tipe daur hidup, yaitu tipe isomorfik, tipe
heteromorfik, dan tipe diplontik.

Ekologi dan Distribusi


A. Faktor Ekologis
Semua spesies air tawar termasuk bentik dan sebagian besar epilitik, khususnya
Heribaudiella fluvatilis, yang berkolonisasi pada batu di aliran sungai atau danau.
Pleurocladia dan Porterinema fluviatile menempel pada substrat. Beberapa bersifat epifit
pada alga yang lebih besar (misalnya, Cladophora, Rhizoclonium) dan macrophytes (
Phragmites, Typha) dan mendiami substrat buatan. Pleurocladia lacustris melekat pada
batu-batu di sungai dan pada alang- alang di area pesisir danau. Poorterinema fluviatile
berkolonisasi di batang alang- alang serta di danau eutrofik. Selain ditemukan di danau
dan sungai (lotik), beberapa spesies seperti Heribaudiella fluviatilis, Pleurocladia
lacustris, dan Sphacelaria fluviatilis berkembang di perairan yang mengalir dan menjadi
spesies indikator. Hampir semua populasi menempati habitat perairan, meskipun beberapa
dapat hidup di bahan humat tidak rendah pH dan kaya humus perairan. Meskipun alga ini
yang paling sering adalah spesies lotic, juga telah dilaporkan dari habitat berbatu-pantai di
beberapa danau Eropa.

Persebaran Geografis
Beberapa alga cokelat (Phaeophyta) mempunyai distribusi di daerah perairan tawar,
Heribaudiella fluviatilis merupakan spesies paling banyak pada habitat perairan tawar.
Ectocarpus siliculosus dan Porterinema fluviatile tampaknya merupakan spesies euryhaline
sejati yang menempati berbagai macam salinitas, termasuk air tawar. Hal tersebut ditunjukan
pula dengan distribusi Heribaudiella fluviatilis di Amerika Utara yang menunjukkan hampir
tidak adanya alga dari lokasi sungai di dekat pantai dan banyak populasi di daerah pedalaman
dan dataran tinggi.

Deskripsi dari Genus


Ectocarpales
Bodanella Zimmermann
Mempunyai filamen basal atau merambat yang terbentuk pada substrat berbatuan,
tanpa filamen tegak. Memiliki filamen sederhana (uniseriate), tetapi sering bercabang tidak
teratur, terdiri dari sel-sel berbentuk tidak teratur; dalam bentuk inflated, kuadrat atau
bergelombang. sel vegetatif selebar 10-16 μm daan panjang 10–25 μm. Kloroplas parietal
kecil, banyak, dan tidak berbentuk. Sporangia unilokular berbentuk bulat telur atau globosa.
Zoospora berbentuk pyriform dengan flagela yang disisipkan secara lateral. Sporangia
plurilocular tidak diketahui.
Ectocarpus Lyngbye
Thalusnya sebagian besar berupa filamen tegak yang terdiri dari sel-sel silindris
(isodiametri) berdiameter 15-40 μm hingga empat kali lebih panjang. Terdapat filamen mirip
rambut yang tipis. Sporangia plurilokular adalah terminal, sporangia unilocular tidak
diketahui dari populasi air tawar akan tetapi hampir sama dengan tanaman laut. Ectocarpus
merupakan genus yang persebaranya pada laut dan muara.

Heribaudiella Gomont
Thalusnya seperti kulit zaitun coklat sampai coklat tua, ditemukan pada batuan sungai
dan danau, koloni berdiameter 1-5 cm dengan garis bulat tidak teratur dengan tepi yang
berbeda. Pada filamen basal bercabang, filamen tegak sedikit bercabang dan dikotomi.
Heribaudiella membentuk sistem filamen tegak vertikal yang kokoh tidak mudah terpisah di
bawah tekanan. Mempunyai kloroplas yang bebentuk oval atau diskoid (4-10 per sel).
Sporangia unilokular bersifat terminal. Contoh spesiesnya adalah Heribaudiella fluviatilis
yang merupakan jenis alga cokelat habitat air tawar yang sering ditemukan.

Pleurocladia A. Braun
Thalusnya berukuran kecil berwarna coklat hingga coklat pucat, hidup melekat pada
batu dan tanaman. Sistem bassal nya terdiri dari filamen yang terdiri dari sel bulat dan
membesar biasanya membentuk pertumbuhan sentrifugal. Pada sistem tegak terdiri dari
filamen panjang tegak tidak beraturan dan lebih mendekati isodiametrik. Sel-sel vegetatif
mengandung satu (jarang dua) kloroplas parietal keemasan besar. Spora unilokular tunggal,
klavat atau globusa. Salah satu jenis spesiesnya adalah Pleurocladia lacustris yang hidup
pada perairan tawar juga terkadang pada perairan payau.

Porterinema Waer
Thalus monosomatrik berbentuk piringan cakram coklat dengan filamen yang teratur.
Genus ini tumbuh secara epifit atau endofit pada alga lain. Thalli merayap, terdiri dari filamen
bercabang tidak teratur, filamen tegak pendek jarang diproduksi . Sel-sel basal berbentuk tong
atau kadang-kadang diperbesar pada ujung proksimal, sel ereksi sedikit tetapi lebih
memanjang. Sel-sel vegetatif terdapat satu sampai tiga kloroplas parietal, berwarna coklat
keemasan. Sporangia plurilocular (terkadang terminal), sessile. Salah satu spesiesnya adalah
Porterinema fluviatile yang hidup pada habitat perairan payau.

Sphacelaria Lyngbye
Thalus berbentuk seperti jumbai atau bantal yang berwarna coklat kecil, terdapat pada
batu di aliran danau. Pertumbuhan vegetatif merupakan hasil dari filamen bassal (merayap).
Sel-sel rhizoid membentuk filamen basal yang terhubung pada substrat. Genus dibedakan dari
sumbu yang bervariasi multilaksial dan uniaksial. Cabang-cabangnya hemiblastik (sel-sel
primordial yang timbul dari posisi atas), menghasilkan pola pertumbuhan apikal. Contoh
spesies dari genus ini adalah S. lacustris, dan S. Fluviatilis. Kedua spesies ini dipisahkan
berdasarkan pola percabangan (bergantian atau tidak teratur pada S. Lacustris dan berlawanan
pada S. fluviatilis), pembelahan sel lateral (jarang dan tidak teratur pada S. lacustris, dua
hingga empat divisi reguler pada sumbu utama S fluviatilis).
GOLDEN ALGAE
(ALGA EMAS/ CHRYSOPHYTA)

Karakteristik Umum
Ganggang emas atau Chrysophyta berwarna keemasan karena kloroplasnya
mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan
klorofil. Kloroplas ganggang ini berbentuk cakram, pita, atau oval. Sel-sel ganggang
keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel biasanya mengandung silika (SiO2) atau
kersik. Bersifat uniseluler bisa hidup sebagai komponen fitoplankton yang dominan. dan
multiseluler berupa koloni atau berbentuk filamen. Memilik lebih dari 1.200 spesies dalam
112 genus yang mempunyai flagela heterokont dan kloroplast dengan klorofil a dan c dan
dapat melakukan fotosintetis. Chrysophyta hidup sebagai fitoplankton di air tawar.
Distribusinya dipengaruhi oleh suhu dan Ph. Ganggang ini memiliki cadangan makanan
berupa leucosin, karbohidrat yang belum diketahui susunannya, dan minyak. Ganggang ini
ditemukan di air tawar, di laut, dan di tanah yang lembab.

Struktur Sel
Dinding stomatokista berupa ornamen halus atau beruang, termasuk tonjolan seperti
duri dalam berbagai array tergantung pada spesiesnya. Pada Hydrurus dan beberapa genera
lainnya memiliki stomatokista khas yaitu ellipsoidal dengan cincin khatulistiwa. Pembelahan
sel secara longitudinal dan pada sel motil dimulai dari ujung anterior sel.

Klasifikasi
Sistematika pertama Chrysophyta diperkenalkan oleh Pascher (1913), yang
menekankan tingkat organisasi sebagai dasar untuk taksonomi, dengan jumlah flagellar
menjadi sangat penting. Organisme uniflagellata ditempatkan di Chromulinales, sedangkan
organisme yang memiliki dua flagela dengan panjang yang sama diklasifikasikan dalam
Isochrysidales. Organisme yang memiliki dua flagela yang tidak sama dikelompokkan dalam
Ochromonadales. Setahun kemudian, Pascher (1914) menetapkan kelas Chrysophyceae, yang
mencakup protista dengan pigmentasi emas coklat. Klasifikasinya lebih menekankan pada
bentuk-bentuk vegetatif (flagellate, capsoid, atau amoeboid) sebagai ganti dari jumlah dan
bentuk flagela. Dalam sistem yang baru diusulkannya, semua flagellate diklasifikasikan
dalam Chrysomonadales.
Klasifikasi Pascher diterima secara luas pada tahun-tahun berikutnya.
Chrysophyceae dibagi menjadi tiga subclass yaitu Acontochrysophycidae (tidak berflagella),
Heterochrysophycidae (satu dua flagel yang tidak sama), dan Isochrysophycidae (dua flagela
sama). Pada Heterochrysophycidae terdapat dua ordo yaitu Chromulinales (satu flagela) dan
Ochromonadales (dua flagela). Semua genera chrysophycean membentuk silika sisik dan duri
disatukan dalam keluarga Synuraceae, dalam Ochromonadales. Chrysophytes skala-silika
dibagi ke dalam keluarga Mallomonadaceae (penyisipan paralel tubuh basal flagel, kehadiran
korset sisik lamella dan flagel, dan kurangnya stigma) dan Paraphysomonadaceae.

Habitat
Chrysophyta umumya adalah fitoplankton yang sebagian besar hidup di air tawar tetapi
ada juga yang hidup di air laut dan ada yang hidup di tanah. Meskipun ada anggota
Chrysophyta yang hidup di laut, reproduksinya dilakukan secara aseksual dengan pembelahan
biner. Habitat Chrysophyta biasanya terdapat ditempat-tempat yang basah, air laut, air tawar
dan di tanah yang lembab. Hydrurus, ditemukan melekat pada batuan di perairan mengalir.
Beberapa spesies hidup sebagai neuston yang melekat pada lapisan permukaan.
Chromophyton dapat mencakup kolam hutan kecil dengan lapisan emas dalam jumlah
2.000.000 sel per cm2. Habitat Chrysophyta air tawar yang khas adalah humic, netral, atau
sedikit di danau asam dan kolam dengan cukup pasukan nutrisi. Chrysophyta mungkin
merupakan biomassa fitoplankton utama. Pada kondisi lebih asam, rendah gizi, atau air alkali,
terdapat beberapa spesies tapi terkadang dengan jumlah sel tinggi. Kolam yang dikelilingi
oleh lahan pertanian, tidak dicemari oleh ternak, seringkali kaya akan chrysophytes.

Deskripsi dari Kelas


Alga Hijau-Kuning (Xanthophyceae)
Habitat dan penyebaran
Xanthophyceae berperan sebagai fitoplankton pada kolam atau danau dan jarang
ditemukan di laut. Beberapa spesies hidup di tanah lembab. Xanthophyceae sulit ditemukan,
kecuali spesies berbentuk filamen dari genus Tribonema dan berbentuk sifoneus dari genus
Vaucheria. Tribonema tampak hijau cemerlang di air tawar terutama yang bersuhu rendah
serta dapat berkembang pada lumpur. Vaucheria tumbuh pada tanah basah, air tawar, dan
habitat beragam seperti rawa.
Reproduksi
Secara Seksual
Reproduksi seksual terdapat pada tiga genera yaitu: Botrydium, Tribonema, dan
Vaucheria. Pada Tribonema terjadi penyatuan sel gamet immotile (tidak bergerak) dan sel
gamet motil (bergerak). Pada Botrydium penyatuan sel gamet secara isogamous atau
anisogamous. Sedangkan pada Vaucheria terjadi secara oogamous.
Secara Aseksual
(1)Vegetatif (fragmentasi) seringkali pada alga yang koloninya berbentuk filamen
(2)Zoospora
(3)Aplanospora, aplonospora terjadi apabila alga tumbuh pada tanah yang basah.
(4)Statospora pada beberapa xanthophyceae berflagel dan rizophodial
(5)Akinet, akinet adalah spora istirahat yang berdinding tebal mengandung banyak cadangan
makanan. Akinet pada umumnya ditemukan pada xanthopiceae bentuk filamen.

Alga keemasan (Chrysophyceae)


Habitat dan penyebaran
Sebagian besar anggotanya hidup di air tawar, hanya beberapa spesies ditemukan di
air payau atau air laut. Chrysophyceae air tawar cenderung dominan di danau oligotrofik
dengan pH 5-7,5 dan jarang ditemukan di danau dengan produktivitas tinggi. Chrysophyceae
lebih suka pada air dingin yang dibuktikan dengan banyak ditemukan di Arctic.

Reproduksi
Secara Seksual
Reproduksi seksual pada beberapa anggota Chrysophyceae seperti Dinobryon
menunjukkan isogamy. Selama reproduksi seksual dua sel vegetatif berfungsi sebagai gamet
menyatu. Pada spesies tertentu flagella antereor kedua sel saling melingkari satu dengan yang
lainnya, kemudian sel meninggalkan mangkuknya dan menyatu (hologami). Zigot kemudian
membentuk kista. Perkecambahan kista diikuti meiosis. Siklus hidup diplontik.
Secara Aseksual
Pada Chrysomonadalis yang soliter reproduksi aseksual melalui pembelahan longitufinal
yang menghasilkan 2 sel anak. Sedangkan pada Chrysomonadalis koloni, pembentukan
koloni baru melalui lepasnya satu protoplas. Pada Chrysococcales dan Chrysotrichales
reproduksinya melalui zoospore uniflagellata atau zoospore biflagelata yang tak sama
panjang. Selain itu, reproduksi aseksual juga terjadi melalui pembentukan kista atau
statospora. Statospora yaitu tipe spora paling unik yang diketemukan pada chrysophyta,
khususnya pada kelas-kelas chrysophyceae dengan bentuk sporis dan bulat.

Diatom (Bacillariophyceae)
Habitat dan penyebaran
Bacillariophyceae atau diatom merupakan mikroflora utama di perairan tawar maupun
laut. Kelompok ini ditemukan hamper di setiap lingkungan perairan yang cukup sinar
matahari untuk mempertahankan aktivitas. Bacillariophyceae ditemukan di berbagai habitat
seperti tanah basah, dinding batu, karang terjal, gambut, dan kulit kayu, juga terlihat seperti
buih kuning diatas lumpur pada selokan atau kolam. Beberapa diantaranya hidup sebagai
epifit pada alga atau tanaman air lain.

Reproduksi
Secara Seksual

Reproduski seksual melalui pembentukan auxospora. Auxospora kemungkinan


terbentuk melalui autogamy, isogamy, anisogami, atau oogami. Pembentukan auxospora pada
ordo Pennales dan Centrales berbeda. Pada ordo Pennales pembentukan auxospora tunggal
melalui konjugasi dua sel, pembentukan dua auxospora melalui konjugasi dua sel, melalui
parthenogenesis, dan melalui autogami. Sedangkan pada ordo Centrales pembentukan
auxospora melalui autogami, oogami, dan juga statospora.

Secara Aseksual

Reproduski aseksual melalui pembelahan sel dari satu sel menjadi dua sel dengan
pembelahan sel katup (valve) dan akan menjadi epiteka pada sel anak dimana masing-masing
sel anak membentuk hipoteka baru.

Anda mungkin juga menyukai