Anda di halaman 1dari 35

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan
hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh
karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang
dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat
dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar
utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada
saat petugas kesehatan melakukan pengkajian member penyuluhan kesehatan dan
perencaan perawatan.

B. Tujuan komunikasi terapeutik


Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :
1. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
mempertahakan kekuatan egonya.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada
3. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya. Dalam mencapai tujuan ini
sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu :
a. Tingkah laku perawat
Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan
penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat.
Bahkan sering juga surat kabar memuat beritaberita tentang perawat rumah
sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes,
jahat dan sebagainya.
b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit

1
Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan
yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.
i. Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan
keturunan.
ii. Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan
masalah yang ada hubungnnya dengan jiwa
iii. Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat
istiadat dari klien di dalam masyarakat.
c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang
memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat
hubungan baik.
Saya sudah hampir 20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini, walaupun gaji
saya kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para pasien sering kali saya
mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat memberikan pelayanan. Hal ini sering
terjadi kalau saya piket malam karena keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian
permintaan pelayanan dari pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan
berdampak pada keterlambatan pelayanan ujar suster T.
Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien dan
takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta pengertaian dari
pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah artikan kata-kata kami sehingga
kami kadang mendapat julukan suster cerewet atau suster judes “ tambahnya. Hal inilah
yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya komunikasi terapeutik yang
harmonis diantara perawat dan pasien.

C. Manfaat Komunikasi Terapeutik


1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dg pasien melalui hubungan
perawat-klien
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah & mengevaluasi
tindakan yg dilakukan oleh perawat

D. Macam-Macsm Komunikasi Terapeutik


Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.

2
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan
yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen
(1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal
yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin
sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya
kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan
mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan
lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana,
kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru

3
anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya
mendengarkan paru-paru anda”.
c. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide
yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu
kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis
untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi
dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah
untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan
terapi, terapi dan kondisi klien.
d. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara
dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk
menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan.
Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu
lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

e. Waktu dan Relevansi


Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat
dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat
harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula

4
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan
berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
f. Humor
Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan
meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional
terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan
bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering
digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan
memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.
Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :
a. Lengkap
b. Ringkas
c. Pertimbangan
d. Konkrit
e. Jelas
f. Sopan
g. Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah:


a. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
b. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
c. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk
mengetahui perkembangan masa lampau.
d. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
e. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan.

5
Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:
a. Adanya dokumen tertulis
b. Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
c. Dapat meyampaikan ide yang rumit
d. Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
e. menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
f. Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
g. Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
h. Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:


a. Memakan waktu lama untuk membuatnya
b. Memakan biaya yang mahal
c. Komunikasi tertulis cenderung lebih formal
d. Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran
e. Susah untuk mendapatkan umpan balik segera
f. Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan
g. Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
a. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk
bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan
informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-
kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa
isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab,
cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

6
b. Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak”
antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu
dengan objek.
c. Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara
dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non
verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-
raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi
anda dengan seseorang.
d. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat
kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-
orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang
jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras.
Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi
dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang
mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.
e. Artifak
Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan
pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu
digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor,
mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun
dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang
lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang
mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi
status sosial orang itu.
f. Logo dan Warna
Kreasikan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka
karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi
kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya

7
organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta.
Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan
huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.
g. Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari
lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,
tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain).Tipe
tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah
satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya
bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu
mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,
menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk
bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

E. Prinsip Komunikasi Terapeutik


Prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers
1. Perawatan mengenal dirinya
2. Komunitas harus ditandai dengan sikap saling menerima, percaya, dan
menghargai
3. Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut klien
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien
5. Perawat harus menciptakan suasana yang nyaman
6. Perawat harus memotivasi klien
7. Perawat harus menguasai perasaannya sendiri
8. Memahami betul arti empati
9. Berpegang pada etika
10. Bertanggung jawab
11. Alturism

Prinsip komunikasi terapeutik menurut Suryani


1. Hubungan perawat dank lien saling menguntungkan
2. Perawat harus menghargai keunikan klien
3. Perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)

Prinsip kominikasi terapeutik menurut Purwanto

8
1. Klien harus merupakan focus utama dari interaksi
2. Tingkah laku professional
3. Membuka diri
4. Hubungan social dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai
9. Beri petunjuk klien untuk mengintrepetasikan kembali pengalaman secara
rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statement klarifikasi dan hindari
perubahan subyek atau topic jika perubahan isi topic merupakan sesuatu yang
sangat menarik klien

Prinsip komunikasi terapeutik menurut DE VITO


1. Sikap kesejatian
M enghi ndari membuka diri yang terlalu dini s ampai dengan
a nak menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan,
sikapkepercayaan kita pada anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak danorang
tua.
3. Sikap hormat
Bentuk s ikap yang menunj ukkan adanya s uatu kepedul ian
atau perhatian, rasa suka dan menghargai klien. Misalnya : senyum pada saat
yangtepat, melaku kan jabat tangan atau s entuhan yang lembut
dengan s eizi n komunikan.
4. Sikap Konkret
Bentuk s ikap dengan menggu nakan terminolog i yang s pes ifik
dan bukan abstrak pada saat komunikasi.

F. Komponen Komunikasi

Komponen-komponen Komunikasi Ada 5 faktor yang berperan dalam


berkomunikasi. Kelima faktor tersebut antara lain :
a. Komunikator (Pembawa berita)
Bisa individu, keluarga maupun kelom pok yang mengambil inisiatif dalam
menyelenggarakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain yangmenjadi

9
sasarannya. Komunikator bisa juga berarti tempat berasalnya sumber pengertian
yang dikomunikasikan.
b. Message (Pesan)
Merupakan berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambang-
lambang, pembicaraan, gerakan dan sebagainya. Message bisa berupagerakan,
sinar, suara lambaian tangan, kibaran bendera, atau tanda-tanda lai n
dengan interpretasi yang tepat akan memberikan arti dan makna tertentu. Dirumah
sakit message bisa berupa nasehat perawat, hasil konsultasi pada status pasien,
laporan, dan sebagainya.
c. Komunikan (Penerima berita)
Merupakan objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yangmenerima berita
atau lambang. Bisa berupa pasien, individu, keluarga maupun masyarakat.
d . M e d i a
Sarana tersebut bisa meliputi, pendengaran (lambang berupa suara), penglihatan
(lambang berupa gambar, sinar), penciuman (lambang berupa bau),rabaan (lambang
yang berupa rangsangan rabaan).
e . F e e d b a c k
Merupakan arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya aruskomunikasi.
Hal ini bisa juga dijadikan patokan sejauh mana pencapaian dari pesan yang telah
disampaikan.

G. Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik

a. Tahap Prainteraksi
M engum pulkan data tentang klien dengan mempelaj ari s tatus
atau bertanya kepada orangtua tentang masalah yang ada.
b. Tahap Perkenalan
Memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi , mencari k e b e n a r a n
data yang ada, mengobservasi, memperkenalkan nama
d e n g a n tujuan, waktu dan menjelaskan kerahasiaan klien
c. Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya karena akanmemberitahu tentang hal
yang kurang dimengerti dalam komunikasi, selain itu juga menanyakan keluhan
utama.
d. Tahap Terminasi

10
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil,membe rikan
reinf orceme nt pos itif, tindak lanjut, kontrak, dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik

Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi


berkembang melalui tahap-tahap yaitu :
1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas
dan pasien terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik
begitu penting karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati.
Kualitas-kualitas lain seperti sifat bersahabat kehangatan,
keterbukaan dan dinamisme juga terungkap. Yang dapat
dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah pengenalan,
mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri
pasien.
2. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut
purwanto (1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap
penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan,
melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada,
menurut De Vito (1997:24) komunikasi pada tahap ini
mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan
juga mengungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada
tahap persahabatan yang menghendaki agar kedua pihak harus
merasa mempunyai kedudukan yang sama, dalam artian ada
keseimbangan dan kesejajaran kedudukan.
Argyle dan Henderson dalam Liliweri (1997:55) mengemukakan,
persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. membagi pengalaman agar kedua pihak merasa sama-sama puas
dan sukses
2. menunjukan hubungan emosional
3. membuat pihak lain menjadi senang
4. membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan

11
Purwanto (1994:26) mengatakan pada tahap komunikasi
terapeutik ini harus (1) melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah
yang ada (2) meningkatkan komunikasi (3) mempertahankan tujuan
yang telah disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah
yang ada. Secara psikologis komunikasi yang bersifat terapeutik akan
membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.
Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi
pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental
untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat
dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara
lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini
merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan
peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada
petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas
dengan klien.
Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu
terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir
dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada
waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien
selesai menjalani pengobatan.

Penjelasan Perawat-Klien Baru datang


Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang
adalah meliputi :
1. Peraturan-peraturan rumah sakit
2. peraturan jam berkunjung
3. peraturan makan sehari 3 kali
4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang
membawa makanan sendiri
5. bel dimeja bila keperluan memanggil perawat
6. jam kunjungan dokter

12
7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC
dan sebagainya.
8. waktu jam mandi
9. Memperkenalkan teman klien sekamar (klien di bed sebelahnya).

Budi Pekerti Dalam Keperawatan


Budi pekerti keperawatan merupakan salah satu pendorong kekuatan
(stimulus) bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Karena
dari budi pekertilah yang menentukan martabat/derajat tinggi rendahnya
sifat manusia itu sendiri.

Kejujuran
Untuk keberhasilan suatu pekerjaan tergantung pada manusia yang
jujur dalam menjalankannya. Lebih-lebih pekerjaan di rumah sakit, di mana
hidup dan mati sering tergantung pada hal-hal yang remeh saja. Orang yang
jujur dapat menjamin kekekalan persahabatan, keberesan pekerjaan dan
kehormatan. Mempertebal kejujuran itu bukan suatu usaha yang mudah. Hal
ini memerlukan latihan intensif dari athun ke tahun yang sabar. Jujur serta
bertanggung jawab dalam mengurus klien setiap hari. Dalam dunia
keperawatan kejujuran itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam
kelakuan dan tindakan serta pembicaraan adalah penting untuk klien dan
lingkungannya.
Kejujuran dalam keperawatan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) :
1. Jujur terhadap pekerjaan misalnya mengenai pengobatan,
laporan-laporan yang berhubungan dengan keadaan pasien.
2. jujur terhadap lingkungan. Hal ini penting karena perawat dalam
melaksanakan pekerjaannya setiap hari selalu berhubungan
dengan orang banyak. Hendaknay jangan sekali-kali memiliki
atau menggunakan barang orang lain secara tidak sah tanpa ijin

13
pemiliknya. Kejujuran ini penting bagi perawat itu sendiri
maupun bagi rumah sakit dan masyarakat umum.
3. Jujur dalam perkataan. Tidak membohong, melaporkan hal
sebenarnyatentang keadaan klien kepada atasan secara benar.
Tidak menceritakan kejengkelan orang lain ataupun mengadu
domba.
Kejujuran dalam menunaikan tugas bagi perawat sangat penting
karena bertalian dengan keselamatan jiwa pasien. Mengisi status atau
daftar mengenai pasien harus tepat dan yakin akan ketepatannya.
Menuliskan suhu klien tidak bisa dikira-kira begitu saja karena
mengacaukan diagnosis nantinya tindakan demikian tidak jujur
namanya. Jika menemukan kesalahan dalam mengambil tindakan atau
dalam pelaksanaan tugas, hendaknya segera lapor kepada atasan atau
kepala ruangan. Sehingga kesalahan itu dapat segera
dibetulkan/diperbaiki atau sekurang-kurangnya bisa disederhanakan.
Bila menemukan perawat tidak jujur dalam arti kata memalsukan
laporan atau membuat laporan tidak betul sehingga fatal bagi pasien
seharusnya tidak diberi tanggung jawab atau diskors sama sekali dari
tugas-tugasnya. Karena menjadi perawat tidak boleh sembrono dalam
bertindak.

H. Teknik Komunikasi Terapeutik


1. Mendengarkan dg penuh perhatian
2. Menunjukkan penerimaan
3. Menanyakan pertanyaan yg berkaitan
4. Open-ended question
5. Mengulang ucapan klien dg kata-kata sendiri
6. Mengklarifikasi
7. Memfokuskan
8. Menyatakan hasil observasi
9. Menawarkan informasi

14
10. Diam ( memelihara ketenangan )
11. Meringkas
12. Memberikan penghargaan
13. Menawarkan diri
14. Memberikan kesempatan pd klien utk memulai pembicaraan
15. Menganjurkan utk meneruskan pembicaraan
16. Menempatkan kejadian scr berurutan
17. Memberikan kesempatan pd klien utk menguraikan persepsi
18. Refleksi
19. Assertive (mengekspresikan pikiran & perasaan diri)
20. Humor

I. Proses Komunikasi terapeutik


Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi.
Unsur komunikasi terdiri dari :
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang
yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam makalah ini adalah para
perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit
kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam
membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah pasien. Kemampuan
komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi
(TAN, 1981:104).
Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur
penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi
tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan
dapat diterima komunikan.
Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan komunikasi
sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41) mengatakan bahwa komunikasi akan
berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan
2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

15
4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami
5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
Prinsip komunikasi terapeutik
Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa
prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu
keterbukaan, empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

J. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dengan Komunikasi Sosial

1. Komunikasi terapeutik :
a. Terjadi antara nurse ‘n klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
b. Komunikasi ini umumnya lebih akrab, karena mempunyai tujuan, dan berfokus pd
pasien yg membutuhkan bantuan
c. Nurse secara aktif mendengarkan & memberi respon kepada klien dg cara
menunjukkan sikap mau menerima & mau memahaminya
2. Komunikasi Sosial :
a. Terjadi setiap hari antar-orang per orang
b. Komunikasi bersifat dangkal, tidak mempunyai tujuan
c. Lebih banyak terjadi dlm pekerjaan, aktifitas sosial, dll
d. Pembicara tidak mempunyai focus tertentu, hanya kebersamaan dan rasa senang
e. Dapat direncanakan tetapi juga dapat tidak direncanakan

16
BAB III
Role Play
BAB III
B. Roleplay

Asslm...kami dari kelompok 10 akan menampilkan rolepaly mengenai komunikasi


terapeutik yang dilakukan perawat terhadap pasiennya.Roleplay ini akan dimainkan oleh :
Pasien : Muhammad Riduan
Perawat : Monicha Edita Prima
Keluarga Pasien : M. Reza Azmei
Leader : Janiati
Pasien tiba di rumah sakit Medika tadi pagi sekitar jam 03:00 dan diinapkan sementara di
ruangan Unit Gawat Darurat.Pagi ini pasien dipindahkan ke ruangan Melati no.7,pasien ini
bernama Bapak Riduan Burhanuddin,berumur 45 tahun.Dari pemeriksaan yang dilakukan pasien
ini mengalami demam yang sangat tinggi dan timbul bercak-bercak merah di kulitnya. Pasien
didiagnosa menderita DBD (Demam Berdarah ).Pasien ini masih mampu memberi respon
terhadap setiap stimulus yang diberikan kepadanya, baik berupa respon berbicara maupun gerak
tubuhnya.Berikut ini kami akan menampilkan roleplaynya.

17
Perawat : “Assalammuala’ikum....”.
(sambil tersenyum).
Keluarga : “Wa’alaikumsalam.....”.
(Pasien diam dan terlihat lemah )
Perawat : “Perkenalkan nama saya suster Monika...(sambil tersenyum)”.
“Saya akan membantu bapak selama berada di rumah sakit ini”.
“Oh...iya Pak untuk mempermudah dan memperlancar proses
pengobatan Bapak disini, boleh saya tahu nama Bapak siapa...?”
(sambil tersenyum).
Pasien :( Pasien hanya diam....sambil meringis)
Keluarga : “Namanya Pak Ridwan Burhanudin”.
(sambil tersenyum ramah...).
Perawat : “Bapaknya senang dipanggil apa?”
Pasien : ( Pasien tidak menjawab...)
Keluarga : “Bapak biasanya dipanggil Pak Ridwan...Sus...”.
Perawat : “Oh....Kalau begitu saya panggil Pak Ridwan saja ya...”.
(sambil tersenyum ramah)....
Pasien : ( Pasien mengangguk...)
Perawat : “Hmm...Mas ini siapanya Pak Ridwan...?”
Keluarga : “Oh saya anaknya Sus...”.
(sambil tersenyum...).
Perawat : “Hmm..Terima kasih atas informasinya Pak, dengan tahu siapa nama
Bapak, Jadi saya enak memanggil Bapak...”.
“Pak, Bapak sekarang berada di Rumah Sakit Medika Ruangan Melati
No.7, semoga bapak merasa nyaman selama disini....”.
(sambil tersenyum....).
Pasien : (Pasien tersenyum....).
Keluarga : “Iya, Sus...”.
(sambil tersenyum ramah...).
Perawat : “Permisi Pak, saya mau bertanya sebelum Bapak masuk

18
rumah sakit apa keluhan-keluhan yang bapak rasakan.....?”
(Perawat mulai mengintrogasi....).
Pasien : “Saya sering menggigil, Panasnya tinggi...Sus...!”
(wajah pasien memelas dan berbicara dengan nada rendah )
Keluarga : “Iya. Sus....Kemarin. Panasnya sangat tinggi dan kulit Bapak mulai
timbul seperti bercak-bercak merah”. (wajah keluarga kelihatan khawatir).
Perawat : “Oh....Sejak kapan bapak mulai demam panas..?” dan suka
menggigil.....?” (perawat empati......).
Pasien : “Tiga hari yang lalu...Sus...!”
(suara pasien parau.....).
Keluarga : “Tapi, demam panasnya yang tinggi baru kemarin Sus....”.
(keluarga kelihatan khawatir...).
Perawat : “Menurut Bapak apa yang menyebabkan Bapak suka menggigil dan
upaya apa saja yang telah Bapak lakukan untuk mengurangi rasa
menggigil Bapak itu”. (Perawat kelihatan serius...).
Pasien : “Saya merasa dingin...sekali Sus..., tapi tidak tahu apa sebabnya.”
(Pasien merintih....).
Keluarga : “Selama di rumah, Bapak hanya meminum obat penurun panas
biasa...Sus...”. (keluarga berusaha menjelaskan....).
Perawat : “Pak untuk mengetahui keluhan-keluhan yang bapak rasakan..., saya
akan melakukan pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah bapak....!”
(Perawat menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan....).
Pasien : (Pasien hanya menganggukkan kepala...).
Perawat : “Bapak tenang saja ya pak, selama saya periksa....!”
(Perawat menyiapkan alat....).“Permisi ya... Pak saya mau mengukur
suhu tubuh bapak dulu!” (sambil tersenyum ramah kepada pasien....).
“Bapak mau melakukan sendiri atau saya bantu Pak....?” (Perawat sambil
memegang alat....).
Pasien : “Maaf saya dibantu saja Sus...!”
(Pasien kelihatan lemah hampir tidak berdaya.... ).

19
Perawat : “Baiklah.... Pak”.(Perawat tersenyum.....). (Beberapa menit
kemudian......).
Perawat : “Hmm.... baiklah pak saya sudah melakukan pengukuran suhu tubuh
Bapak”. “ Sekarang kita periksa tekanan darah Bapak ya!” (sambil
mempersiapkan tensi.....).
Pasien : “Baiklah ....Sus...”.
(Beberapa menit kemudian....).
Perawat : “Baiklah Pak ternyata suhu tubuh Bapak 40*C dan tekanan darah Bapak
70/60mmHg”. (Perawat menerangkan kepada keluarga dan pasien....).
Keluarga : “Jadi, Bapak sakit apa ya...Sus...?”
“Jadi, bagaimana pengobatannya .....Sus...?”
(keluarga kelihatan panik sekali....).
Perawat : “Mas tenang saja, karena saya belum konsultasi dengan dokternya, jadi
saya belum tahu penyakitnya. (Perawat menenangkan pasien dan
keluarga....).
Pasien & Keluarga : “Terima kasih....Sus...”.
(Pasien dan keluarga menjawab serentak...)
Keluarga : “Jadi apa yang harus kami lakukan Sus?”
(wajah keluarga memelas.....).
Perawat : “Begini saja mas....,karena obatnya belum diambil, kita kompres
Bapaknya dulu ya....untuk menurunkan panasnya....!” (Perawat
mempersiapkan alat......).
“Maaf ....Pak saya kompres dulu ya....!”
(Perawat mengompres pasien.....). “Mas....bisa tolong saya...?” “Selama
saya pergi mas....kompres dulu ya....Bapaknya...!” “Seperti ini ya....mas
kompresnya....!” (Perawat memperagakan cara mengompres kepada
keluarga pasien....). “Coba mas....lakukan....!” (sambil tersenyum....).
Keluarga : “Begini ya....Sus...?”
(Keluarga kelihatan sudah mengerti.....).

20
Perawat : “Iya....Mas nanti kalau kompresnya sudah kering nanti celupkan lagi ya
waslapnya...!” (Beberapa menit kemudian.....). “Bagaimana keadaan
Bapak setelah di kompres....?”
“Apa Bapak merasa lebih enakan.....?”
Pasien : “Masih sama....Sus....!”
(Pasien kelihatan lemah.....).
Perawat : “Baiklah Pak.....saya ukur lagi ya suhu tubuh Bapak...!”
(Perawat mempersiapkan alat...).
Pasien : “Iya.....Sus...!”
(Pasien kelihatan....pasrah....).
Perawat : “Oh.....iya...Pak mau saya bantu lagi atau Bapak sendiri yang
mengukurnya?” (sambil tersenyum...ramah...).
Pasien : “Dibantu saja...Sus...!” (suara pasien parau.....).
Perawat : “Baiklah.....Pak saya ukur ya.....!” (Beberapa menit kemudian....).
“Pak....suhu tubuh Bapak belum ada perubahan”.”Mas....kompres terus
Bapaknya seperti yang saya ajarkan tadi ya....!” “Maaf.....Pak saya tinggal
dulu ya....sekitar 1 jam lagi saya kembali”. ”Mas....tolong di jaga ya
Bapaknya....! ”Nanti saya lihat perubahan suhu tubuh Bapak dan tindakan
apa yang tepat untuk Bapak”.
Pasien & keluarga : “Iya....Sus...”.
(Pasien dan keluarga menjawab serentak.....).
Perawat : “Saya permisi dulu ya....Pak....”.
“Sampai jumpa nanti.....Assalammuala’ikum....”.
(Sambil tersenyum.....ramah).

21
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN

PENGKAJIAN KEPEAWATAN KESEHATAN JIWA


Ruang rawat :
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/ Jenis Kelamin : Umur :
Tanggal masuk RS : No CM :
Alamat : Pendidikan :
Status Perkawinan : Pekerjaan :
Sumber Data : Suku :
Bentuk tubuh :

II. ALASAN MASUK

III. FAKTOR PRESDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
( ) ya,tahun ( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya kemana :
3. Trauma

Usia Pelaku Korban Saksi

22
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan Kriminal
Jelaskan :
4 Adakah anggota keluarga yang mengalami ganguang jiwa? ( )ya ( ) tidak
Hubungan keluarga :
Gejala:
Riwayat pengobatan:
5 Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? (perceraian/perpisahan/konflik
dsb)

IV FAKTOR PRESPITASI

V PRESEPSI DAN HARAPAN KLIEN DAN KELUARGA


1. PRESEPSI KLIEN ATAS MASALANYA

2. PRESEPSI KELUAGA TAS MASALAHNYA

3. HARAPAN KLIEN SEHUBUNGAN DENGAN PEMECAHAN MASALAH

4. HARAPAN KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN PEMECAHAN MASALAH

VI. KOPING DAN HARAPAN KLIEN/KELUARGA

23
1. Koping klien terhadap masalah yang dihadapi

2. Koping keluarga terhadap masalah klien

VII. PEMERIKAAN FISIK


o
1. TD mmHg N x/menit S C P x/menit

2. Berat Badan kg TB Cm

3. Keluhan Fisik

VIII. KELUARGA
GENOGRAM

1. POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

2. PRESEPSI PERAN DALAM KELUARGA

3. PRESEPSI GANGGUAN KELUARGA

IX. PSIKOSOSIAL
1. KONSEP DIRI
Citra Tubuh

Identitas

Peran

Ideal diri

Harga diri

24
2. HUBUNGAN SOSIAL
Orang yang berarti

Peran serta dalam kehdupan masyarakat/kelompok

Hambatan hubugan dengan orang lain

3. PENDIDIKAN DAN PERKEJAAN

4. GAYA HIDUP

5. BUDAYA

6. SPIRITUAL
Nilai dan keyakinan

Kegiatan Ibadah

X. STATUS MENTAL
1. penampilan
( ) tidak rapi ( ) penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan :

2 Aktifitas motorik
( ) lesu ( ) tik ( ) gelisah ( )tremor
( )tegang ( )grimasem ( ) agitasi ( ) kompulsif
25
Jelaskan :

3 Alam perasaan
( ) sedih ( ) kuatir ( ) gembira berlebihan ( ) Ketakutan ( )putus asa
Jelaskan :

4 EFEK
( ) labil ( ) datar ( ) tumpul ( ) tidak sesuai
Jelaskan :

5 Interaksi selama wawancara

( ) bermusuhan ( )deensif ( ) curiga


( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
Jelaskan ;

6. Persepsin : halusinasi
( ) pengecapan ( ) pendengaran ( ) perabaan ( )pengelihatan
Jelaskan :

7. Isi piker
( ) obsesi ( ) depersonalisasi ( ) pikiran magis
( ) phobia ( ) ide yang terkait ( ) hipokondria
Waham
( ) agama ( ) nihilistis ( ) curiga ( ) control piker
( ) somatic ( ) sisip piker ( ) kebesaran ( ) siar piker
Jelaskan :

8. Arus pikir
( ) sirkumstansial ( ) flight of idea ( ) perseverasi
( ) tangensial ( ) blocking ( ) kehilangan asosiasi
Jelaskan :

9. Tingkat kesadaran

26
( ) bingung ( ) stupor ( ) disorientasi orang
( ) sedasi ( ) disorientasi waktu ( ) disorientasi tempat
Jelaskan :

10. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat saat ini
( ) gangguan daya ingat jangka pendek ( ) konfabulasi
Jelaskan :

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi ( ) tidak mampu berhitung

12. Kemampuan penilaian


( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna
Jelaskan :

13. Daya tilik diri


( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :

XI. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

( ) makanan ya tidak ( ) transportasi ya tidak


( ) keamanan ya tidak ( ) tempat tinggal ya tidak
( ) perawatan kesehatan ya tidak ( ) uang ya tidak
( ) pakaian ya tidak
Jelaskan :

2. Kegiatan hidup sehari – hari


a. Perawatan diri
Bantuan Total Bantuan Minimal

27
( ) mandi
( ) kebersihan
( ) makan
( ) BAK / BAB
( ) ganti pakaian
Jelaskan :

b. Nutrisi

Apakah anda puas dengan pola makan anda : ( ) ya ( ) tidak


Apakah anda makan memisahkan diri :
( ) ya, jelaskan ( ) tidak
Frekuensi makan sehari : x sehari frekuensi kudapan sehari : x
sehari
Nafsu makan : ( ) meningkat ( ) menurun ( ) berlebihan ( ) sedikit –
sedikit
Berat badan : ( ) meningkat ( ) menurun
Berat Badan Terendah : kg Berat Badan Tertinggi :
kg

Jelaskan :

c. Tidur

Apakah ada masalah tidur :


Apakah merasa segar setelah bangun tidur :
Apakah ada kebiasaan tidur siang :
Lama tidur siang : jam
Apa yang menolong tidur :
Tidur malam : bangun jam :
Apakah ada gangguan tidur :
( ) sulit untuk tidur ( ) bangun terlalu pagi ( )
sonambulisme
( ) terbangun saat tidur ( ) gelisah saat tidur ( ) berbicara saat
tidur
Jelaskan :

3. Kemampuan klien dalam :

28
Mengantisipasi kebutuhan sendiri ( ) ya ( ) tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri ( ) ya ( ) tidak
Mengatur penggunaan obat ( ) ya ( ) tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan ( ) ya ( ) tidak
Jelaskan :
4. Klien memiliki system pendukung
Keluarga : ya tidak
Terapis : ya tidak
Teman sejawat : ya tidak
Kelompok social : ya tidak
Jelaskan :

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ? ( ) ya ( )


tidak
Jelaskan :

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik :

Terapi Medik :

29
XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
FORMAT ANALISA DATA
No. Data Subyektif dan Data Obyektif Masalah Keperawatan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA MAHASISWA :
NAMA PASIEN / RUANG :
NO MEDREK :
HARI/TANGGAL :
HARI KE / PERTEMUAN KE :
FASE :

30
I. PROSES KEPERAWATAN
1. KONDISI KLIEN
(Gambarkan kondisi klien pada saat terakhir bertemu)
DO:

DS :

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Tuliskan diagnose keperawatan yang akan diatasi pada pertemuan ini berdasarkan data di
atas, tulis diagnose ke berapa)

SP ………. (Sebutkan Sp keberapa yang akan dilaksanakan)


3. TUJUAN KEPERAWATAN
(Tuliskan tujuan khusus keperawatan. yang akan dicapai pada pertemuan ini sesuai dengan
dignosa dan SP yang dimaksud)

4. TINDAKAN KEPERAWATAN
(Tuliskan tindakan keperawatan secara teroritis dari tujuan keperawatan di atas yang akan
diselesaikan pada pertemuan ini)

II. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


(Penjabaran dari semua tindakan keperawatan, buat semua dalam bentuk kalimat langsung)
1. ORIENTASI
 Salam terapeutik

31
 Memperkenalkan diri

 Membuka pembicaraan dengan topic umum

 Evaluasi / validasi kontrak (topic,waktu, tempat)

2. KERJA
(Penjabaran tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada pertemuan dengan kalimat
langsung)

3. TERMINASI
 Evaluasi perasaan klien setelah berbincang-bincang

 Evaluasi isi materi yang sudah dibicarakan pada pertemuan ini

32
 Tindak lanjut (dalam bentuk kalimat langsung)
(PR untuk klien) ------ diingat/ditulis dengan melihat hasil evaluasi. Bila klien belum
bisa menyebutkan/paham, beri PR untuk mengingat/memahami (topic berikutnya
masih ini). Bila klien sudah paham, beri PR berkaitan dengan topic yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya

 Kontak untuk pertemuan yang akan datang (topic, waktu, tempat)

33
BAB V

PENUTUP

34
DAFTAR PUSTAKA

35

Anda mungkin juga menyukai