Anda di halaman 1dari 24

METABOLISME PROTEIN

A. DEFINISI PROTEIN

Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul


asam amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang
dinamakan ikatan peptida.

Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang
memiliki banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara
umum protein berfungsi dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian
sistem buffer plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan
ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon,
enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus.

B. METABOLISME PROTEIN

Metabolisme protein meliputi:

1. Degradasi protein ( makanan dan protein intraseluler) menjadi asam amino

Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino
untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Pemecahan
protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses, deaminasi atau
transaminasi.

a. Transaminasi adalah proses perubahan asam amino menjadi asam keto.


Reaksi adalah sebagai berikut :

Alanin + alfa-ketogutarat → piruvat + glutamat

b. Deaminasi adalah proses pembuangan gugus amino dari asam amino.


Reaksi adalah sebagai berikut:

Asam amino + NAD+ → asam keto + NH3

NH3 merupakan racun bagian tubuh, tetapi tidak dapat di buang oleh ginjal
sehingga harus di ubah dahulu jadi urea (di hati) agar dapat di buang oleh
ginjal. Jika hati ada kelainan (sakit) menyebabkan proses perubahan NH3
menjadi urea terganggu sehingga terjadi penumpukan NH3 dalam darah hal ini
dapat mengakibatkan uremia. NH3 bersifat racun dan dapat meracuni otak, hal
ini disebut coma. Karena hati yang rusak maka disebut koma hepatikum.
Deaminasi maupun Transaminasi merupakan proses perubahan protein
menjadi zat yang dapat masuk kedalam siklus skrebs. Zat hasil deaminasi/
transaminasi yang dapat masuk siklus krebs adalah: alfa ketoglutarat, suksinil
ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat.

Pembongkaran protein menjadi asam amino memerlukan bantuan dari


enzim-enzim protease dan air untuk mengadakan proses hidrolisasi pada ikatan-
ikatan peptida. Hidrolisis ini juga dapat terjadi, jika protein di panasi, di beri
basa, atau diberi asam. Dengan cara demikian, kita dapat mengenal macam-
macam asam amino yang tersusun di dalam suatu protein.

Namun, kita tidak dapat mengetahui urutan-urutan susunannya ketika


masih berbentuk molekul protein yang utuh. Di samping itu, asam amino dapat
di kelompokkan menjadi Asam Amino Esensial dan asam Asam Amino Non
Esensial.

Ø Asam Amino Esensial Ø Asam Amino Nonesensial

Asam amino esensial atau asam Asam amino nonesensial adalah


amino utama adalah asam amino asam amino yang dapat disintesis
yang sangat di perlukan oleh tubuh sendiri oleh tubuh manusia.
dan harus di datangkan dari luar
tubuh manusia karena sel-sel tubuh Contohnya: tirosin, glisin, alanin, dan
manusia tidak dapat mensintesis prolin.
sendiri. Asam amino esensial hanya
dapat disintesis oleh sel-sel
tumbuhan. Contoh asam amino
esensial, yaitu leusin, lisin, histidin,
arginin, valin, treonin, fenilalanin,
troptofan, isoleusin, dan metionin.

2. Oksidasi asam amino


Pada umumnya, degradasi asam amino di mulai dengan pelepasan gugus
amino sehingga menghasilkan kerangka C yang diubah menjadi senyawa antara
metabolisme utama tubuh. Metabolisme asam amino pada umumnya terjadi di
hati. Kelebihan di luar liver di bawa ke hati diekskresikan ammonia digunakan
kembali untuk proses blosintesis. Diekskresikan secara langsung atau di ubah
terlebih dahulu menjadi asam urat/ urea.
3. Biosintesis protein
Penyusunan protein yang merupakan bagian dari protoplasma berbentuk
suatu rantai panjang, sedangkan molekul protein-protein yang lain mirip bola.
Sintesis protein adalah proses pembentukan protein dari monomer peptida yang
di atur susunannya oleh kode genetik. Sintesis protein dimulai dari anak inti sel,
sitoplasma dan ribosom. Sintesis protein terdiri dari 2 tahapan besar yaitu:

a. Transkripsi b. Translasi

DNA membuka menjadi 2 rantai Translasi adalah proses


terpisah, karena mRNA berantai penerjemahan urutan nukleotida atau
tunggal, maka salah satu rangkai DNA kodon yang ada pada molekul mRNA
ditranskripsi (dicopy). Rantai yang menjadi rangkaian asam-asam amino
transkripsi dinamakan DNA sense atau yang menyusun suatu polipeptida atau
template dan kode genetik yang dikode protein.
disebut kodogen. Sedangkan yang
tidak di transkripsi disebut DNA
antisense/komplementer. RNA
polimerase membuka pilihan rantai
DNA dan memasukkan nukleotida-
nukleotida untuk berpasangan dengan
DNA sense sehingga terbentuklah
rantai MrNa

C. Fungsi Protein
Dalam tubuh kita protein mempunyai beberapa fungsi antara lain :
a. Bahan enzim untuk mengkatalisi reaksi-reaksi biokimia misalnya tripsin.
b. Protein cadangan disimpan dalam beberapa bahan sebagai cadangan makanan
misalnya dalam lapisan aleuron (biji jagung) , ovalbumin (putih telur).
c. Protein transport , mentransfer zat-zat atau unsure-unsur tertentu misalnya
hemoglobin untuk mengikat O2.
d. Protein kontraktil , untuk kontraksi jaringan tertentu, misalnya myosin untuk
kontraksi otot.
e. Protein pelindung, melindungi tubuh terhadap zat-zat asing, misalnya
antibody yang mengadakan perlawanan terhadap masuknya molekul asing
(antigen) ke dalam tubuh.
f. Toksin , merupakan racun yang berasal dari hewan, tumbuhan, misalnya bisa
ular.
g. Hormone merupakan protein yang berfungsi sebagai pengatur proses dalam
tubuh, misalnya hormone insulin, pada hewan hormone auksin dan gibberellins
pada tumbuhan.
h. Protein struktural, merupakan protein yang menyusun struktur sel, jaringan
dan tubuh organism hidup misalnya glikoprotein untuk dinding sel, keratin
untuk rambut dan bulu.

D. Ciri-ciri Molekul Protein


Beberapa ciri utama molekul protein yaitu:
 Berat molekulnya besar, yang merupakan suatu makromolekul.
 Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino, yang membentuk suatu
rantai polipeptida yang berikatan satu dengan yang lain.
 Ikatan peptida merupakan ikatan antara α-karboksil dari asam amino
yang satu dengan gugus α-amino dari asam amino yang lainnya.
 Terdapatnya ikatan kimia yang lain yang menyebabkan terbentuknya
lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi
protein.
 Sebagai contoh misalnya ikatan hidrogen dan ikatan hidrofob.
 Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi,
temperatur, dan sebagainya.
 Umumnya reaktif dan sangat spesifik, yang disebabkan terdapatnya
gugus samping yang reaktif dan susunan khas struktur
makromolekulnya.
 Beberapa gugus samping yang biasa terdapat diantaranya gugus kation,
anion, hidroksil aromati, hdroksil alifatik, amin, amida, tiol, dan gugus
heterosiklik.
E. Sumber Protein
Berdasarkan sumbernya protein ada dua macam :
a. Protein hewani , yaitu protein yang berasal dari hewan contohnya daging,
ikan, telur.
b. Protein nabati , yaitu protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
contohnya kacang kacangnya.

GANGGUAN METABOLISME PROTEIN


( Hipoalbuminemia dan Hiperglobulinemia )

HIPOALBUMINEMIA
A. Definisi Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang rendah/dibawah nilai
normal atau keadaan dimana kadar albumin serum < 3,5 g/dL (Muhammad
Sjaifullah Noer, Ninik Soemyarso, 2006 dan Diagnose-Me.com,
2007). Hipoalbuminemia mencerminkan pasokan asam amino yang tidak
memadai dari protein, sehingga mengganggu sintesis albumin serta protein lain
oleh hati (Murray, dkk, 2003).
Di Indonesia, data hospital malnutrition menunjukkan 40-50% pasien
mengalami hipoalbuminemia atau berisiko hipoalbuminemia, 12% diantaranya
hipoalbuminemia berat, serta masa rawat inap pasien dengan hospital
malnutrition menunjukkan 90% lebih lama daripada pasien dengan gizi baik
(Tri Widyastuti dan M. Dawan Jamil, 2005).
B. Klasifikasi Hipoalbuminemia
Defisiensi albumin atau hipoalbuminemia dibedakan berdasarkan selisih
atau jarak dari nilai normal kadar albumin serum, yaitu 3,5–5 g/dl atau total
kandungan albumin dalam tubuh adalah 300-500 gram (Albumin.htm, 2007 dan
Peralta, 2006). Klasifikasi hipoalbuminemia menurut Agung M dan Hendro W
(2005) adalah sebagai berikut:
1. Hipoalbuminemia ringan : 3,5–3,9 g/dl
2. Hipoalbuminemia sedang : 2,5–3,5 g/dl
3. Hipoalbuminemia berat : < 2,5 g/dl
C. Penyebab Hipoalbuminemia
Menurut Iwan S. Handoko (2005), Adhe Hariani (2005) dan Baron
(1995) hipoalbuminemia adalah suatu masalah umum yang terjadi pada pasien.
Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh masukan protein yang rendah,
pencernaan atau absorbsi protein yang tak kuat dan peningkatan kehilangan
protein yang dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi medis kronis dan
akut:
1. Kurang Energi Protein,
2. Kanker,
3. Peritonitis,
4. Luka bakar,
5. Sepsis,
6. Luka akibat Pre dan Post pembedahan (penurunan albumin plasma yang
terjadi setelah trauma),
7. Penyakit hati akut yang berat atau penyakit hati kronis (sintesa albumin
menurun),
8. Penyakit ginjal (hemodialisa),
9. Penyakit saluran cerna kronik,
10. Radang atau Infeksi tertentu (akut dan kronis),
11. Diabetes mellitus dengan gangren, dan
12. TBC paru.

D. Terapi Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia dikoreksi dengan Albumin intravena dan diet tinggi
albumin (Sunanto, 2006), dapat dilakukan dengan pemberian diet ekstra putih
telur, atau ekstrak albumin dari bahan makanan yang mengandung albumin
dalam kadar yang cukup tinggi. Penangan pasien hipoalbumin di RS dr. Sardjito
Yogyakarta dilakukan dengan pemberian putih telur sebagai sumber albumin
dan sebagai alternatif lain sumber albumin adalah ekstrak ikan lele (Tri
Widyastuti dan M. Dawan Jamil, 2005). Sedangkan pada RS dr. Saiful Anwar
Malang, penanganan pasien hipoalbuminemia dilakukan dengan pemberian
BSA (Body Serum Albumer), dan segi gizi telah dilakukan pemanfaatan bahan
makanan seperti estrak ikan gabus, putih telur dan tempe kedelai (Illy Hajar
Masula, 2005).

HIPERGLOBULINEMIA
A. Definisi Hiperglobulinemia
Hiperglobulinemia adalah simtoma peningkatan rasio serum globulin,
terutama gamma globulin, akibat infiltrasi kronis sel darah putih seperti sel
plasma dan limfosit ke dalam hati. Hiperglobulinemia sering merupakan
pertanda adanya penyakit hati kronis.

B. Klasifikasi Hiperglobulinemia
Di dalam darah, serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah,
juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen,
berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses pembuatan keju.
Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan
darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua
substansi exogenous. Rumusan umum yaitu: serum = plasma - fibrinogen -
protein faktor koagulasi. Studi yang mempelajari serum disebut serologi.
Serum digunakan dalam berbagai uji diagnostik termasuk untuk menentukan
golongan darah.
Simtoma, gejala, “simptom atau simtom” (dalam penyakit) ialah
pengindikasian keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang
tidak diinginkan, berbentuk tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat
dirasakan, seperti misalnya perasaan mual atau pusing. Akan tetapi, ada hal
yang tidak tercakup dalam pengertian istilah ini seperti halusinasi atau delusi,
karena cara melakukan pengindikasian ini bertumpuk pada diri pelaku sering
tanpa sadar, dan bukan hasil dari pengamatan yang dilakukan berdasarkan
pemeriksaan kedokteran.

Pada intinya, suatu 'gejala' atau 'simtoma' adalah subyektif, diamati oleh
seorang pasien, dan tidak bisa ditimbang atau diukur. Selain itu, suatu simtoma
atau gejala belum tentu terkait dengan penyakit.

C. Gejala Hiperglobulinemia pada penyakit hati kronis adalah :


 Selera makan yang menurun.
 Mengalami kekejangan.
 Mengalami masalah susah buang air besar atau konstipasi.
 Mengalami mual dan muntah-muntah.
 Terjadinya penggelapan warna disekitar borok.
 Berat badan menurun.
 Perut kembung.
 Sakit kepala atau pusing.
Bagaimana cara memeriksa fungsi Hati ?
Untuk menentukan fungsi hati seseorang memerlukan pemeriksaan yang
lebih kompleks mungkin kita tidak akan bingung. Karena sebenarnya banyak
pemeriksaan lain yang juga turut menentukan apakah seseorang sedang
mengalami sakit hati atau tidak. Ada pemeriksaan Billirubin, direct maupun
inderrect, albumin, globulin, jika di curigai ada peradangan karena serangn
virus hepatitis pasien harus diperiksa HBsAg, HBeAg/anti HBe , Anti HCV,
HCV-RNA,
Intinya untuk menntukan sesorang sehat atau tidak fungsi hatinya, banyak
komponen yang harus diperiksa. Bukan saja hanya sebatas SGOT-SGPT.
Diperlukan juga pemeriksaan dokter dari beberapa gejala yang mungkin muncul
pada pasien. Bahkan jika mungkin ditunjang dengan pemeriksaan USG maupun
CT Scan liver. Dua enzim ini hanya sebagi pintu gerbang menuju pemeriksaan
lanjutan yang lebih detail.
Penyakit-penyakit yang di kaitkan dengan ketidak normalan SGOT-SGPT
Sekali lagi bukan hanya SGOT-SGPT ini yang akan menentukan seseorang
sedang mengalami gangguan fungsi hati. Namun angka SGOT SGPT ini cukup
menjadi alasan seseorang atau dokter harus mulai waspada dengan kondisi
hatinya. Dan inilah penyakit atau gangguan kesehatan yang mungkin menjadi
sebab kenaikan kadar SGOT-SGPT seseorang :
1. Hepatitis
Orang yang terserang hepatitis baik itu jenis A, B, Ataupun C akan
mengalami peradangan di dalam organ hatinya. Sel-sel dalam hatinya bisa
saja mengalami kematian. Hal ini lah yang mengakibatkan terjadinya
kenaikan SGOT-SGPT, Pada serangan hepatitis akut atau penderita baru,
kenaikannya bisa mencapai 5-10 kali nilai normal. Hal ini akan di barengi
dengan peningkatan angka billirubin, penurunan albumin dan bebrapa
parameter kerusakan hati yang lain. Pada kasus kronis atau menahun, nilai
SGOT-SGPT bisa saja normal.
2. Fatty liver ( perlemakan hati )
Tes fungsi hati pada perlemakan hati Biasanya SGOT dan SGPT
meningkat sekitar 2 sampai 3 kali nilai normal sedang Albumin/globulin
dan Bilirubin biasanya masih normal. Kadar enzim yang di produksi hati
lainnya seperti triglyserida dan LDL (kolesterol) juga terlihat meninggi.
Kelainan ini sering terjadi pada orang dengan usia muda/pertengahan
berbadan gemuk. Biasanya penderita mengalami perasaan tak nyaman pada
perut bagian kanan atas atau bisa saja tidak menimbulkan keluhan sama
sekali.
3. Sumbatan empedu
Tes fungsi hati pada sumbatan saluran empedu akan mendapati
Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang
dari 4 kali nilai normal. Yah, tak bisa dipungkiri bahwa empedu
merupakan organ diluar hati yang juga berpengaruh bagi hati, jika empedu
terganggu otomatis kerja fungsi hati pun begitu. Kadar Bilirubin akan
tinggi sekali, utamanya jika sumbatan pada empedu sudah cukup lama. Ini
mengakibatkan pasien mengalami kulit dan mata kekuningan atau ikterus.
4. Penyakit non liver
Bebapa penyakit yang tidak ada hubungannya dengan organ hati pun bisa
mengakibatkan kadar SGOT-SGPT meninggi. Ini sekali lagi bisa di fahami
karena enzim ini bukan hanya di produksi di dalam hati. Penyakit seperti
penyakit thyroid/kelenjar gondok, Penyakit auto immune (AIH), Wilson
disease, Celiac disease, Muscle disorders. Bahkan penyakit seperti tipus dan
DHF (demam berdarah) pun juga bisa mengakibatkan kadar SGOT-SGPT
seseorang menjadi tinggi.
APA ITU SGOT DAN SGPT ?
SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase)
Sesungguhnya SGOT adalah enzim yang lebih sensitive untuk
mendeteksi kerusakan otot dan otot jantung daripada kerusakan hati.
Sebab utamanya adalah SGOT juga di produksi di otot dan otot jantung.
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase), seperti halnya
SGPT, SGOT merupakan enzim hati yang terdapat di dalam sel parenkim
hati. SGOT akan meningkat kadarnya di dalam darah jika terdapat
kerusakan sel hati. Kembali ke sebelumnya bahwa produksi SGOT
bukan hanya ada pada hati, karena itu peningkatan SGOT tidak selalu
menunjukkan adanya kelainan di sel hati.

SGPT (Serum Glutamic Pyruvate Transaminase)


merupakan suatu enzim yang terdapat di dalam sel hati. Karena itu,
SGPT lah yang lebih menggambarkan fungsi hati seseorang. Ketika sel
hati mengalami kerusakan akibat sesuatu baik itu gangguan virus atau
gangguan lainnya, akan terjadi pengeluaran enzim SGPT dari dalam sel
hati ke darah. Hal ini akan diketahui melalui pemeriksaan darah di
laboratorium. Itu kenapa dokter selalu menganjurkan periksa SGPT untuk
mengetahui kondisi fungsi hati seseorang.

Cara Pemeriksaan SOT-SGPT

1. SGOT

– Metode : Kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)

– Prinsip

Aminotransferasi ( AST ) mengkatalis transaminasi dari L aspartate dan a –


kataglutarate membentuk L – glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate
direduksi menjadi malate oleh enzym malate oleh enzym malate dehydrogenase
( MDH ) dan niconamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi
NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi, berbanding langsung dengan
aktivitas AST dan diukur secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm.

– Peralatan

 Kuvet
 Mikropipet 100µl , 1000 µl
 Tip kuning dan tip biru
 Spektrofotometer

– Bahan : Serum atau plasma heparin

– Reagensia

 Reagen 1 : TRIS pH 7,65 110 mmol/L

L-aspartate 320 mmol/L

LDH (Lactate dehydrogenase) ≥ 1200 U/L

MDH (Malate dehydrogenase) ≥ 800 U/L

 Reagen 2 : NADH 1 mmol

2-oxoglutarat 65 mmol

Dari ragen 1 dan 2 dibuat monoreagen dengan perbandingan 4 bagian reagen 1


ditambah 1 bagian reagen 2. Misalnya 20 mL R1 ditambah 5 mL R2.
Homogenkan dan stabilkan pada suhu 2-8 oC.
– Cara kerja

1. Masukkan ke dalam tabung reaksi

Blanko Pemeriksaan

Reagen
– 1000 µl

Serum 100 µl

1. Homogenkan, dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang


gelombang 340 nm dengan faktor 1745.
2. Pembacaan dilakukan pada menit 1, 2 , dan 3
3. Catat hasil pemeriksaan dan hitung kadar SGOT dengan rumus

∆A/min x faktor = aktivitas ASAT (U/L)

2. SGPT

– Metode : Kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)

– Prinsip

Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis transiminasi dari L – alanine dan


a – kataglutarate membentuk l – glutamate dan pyruvate, pyruvate yang
terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase ( LDH )
dan nicotinamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD.
Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan ( absobance )
berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik
dengan panjang gelombang 340 nm.

– Peralatan

 Kuvet
 Mikropipet 100µl , 1000 µl
 Tip kuning dan tip biru
 Spektrofotometer

– Bahan : Serum atau plasma heparin


– Reagensia

 Reagen 1 : THS pH 7,15 140 mmol/L

L-alanine 700 mmol/L

LDH (Lactate dehydrogenase) ≥ 2300 U/L

 Reagen 2 : NADH 1 mmol

2-oxoglutarat 85 mmol

Dari ragen 1 dan 2 dibuat monoreagen dengan perbandingan 4 bagian reagen 1


ditambah 1 bagian reagen 2. Misalnya 20 mL R1 ditambah 5 mL R2.
Homogenkan dan stabilkan pada suhu 2-8 oC.

– Cara kerja

1. Masukkan ke dalam tabung reaksi


Blanko Pemeriksaan

Reagen – 1000µl

Serum –
1. Homogenkan, dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 340 nm dengan faktor 1745.
2. Pembacaan dilakukan pada menit 1, 2 , dan 3
3. Catat hasil pemeriksaan dan hitung kadar SGPT dengan rumus

∆A/min x faktor = aktivitas ALAT (U/L)


Nilai normal
1. SGOT
ü Perempuan : < 31 U/L
ü Laki-laki : < 35 U/L
1. SGPT
ü Perempuan : < 31 U/L
ü Laki-laki : < 41 U/L
Nilai normal SGOT adalah 3-45 u/L, sedangkan nilai normal SGPT adalah 0-
35 u/L (terdapat sedikit variasi dari nilai normal dan sangat tergantung dari
laboratorium tempat pemeriksaan).
Akurasi pemeriksaan SGOT-SGPT
Pemeriksaan SGOT dan SGPT sering dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan fungsi hati akibat dari infeksi atau peradangan hati. Hanya
saja pemeriksaan SGOT dan SGPT tidak dapat mewakili fungsi hati yang
sebenarnya. Banyak pasien yang telah sembuh dari penyakit hatinya
(sederhananya hepatitis) tetapi menunjukkan nilai SGOT dan SGPT yang
masih tinggi di dalam darahnya. Sebaliknya orang yang terlihat mempunyai
nilai tes yang normal bisa saja ia sebenarnya mengalami gangguan fungsi
hati. Beberapa kasus menunjukkan, bahwa orang yang mengalami hepatitis
kronis atau sudah menahun, bahkan mempunyai nilai SGOT-SGPT yang
normal.

Alat menghitung SGOT-SGPT :


Cara Spektrofotometer (Drabkin's)

Prinsip :
Darah ditambah larutan yang berisi potasium cyanide dan potasium
Ferricyanide (Drabkins). Ferricyanide akan mengubah ion Fe dari bentuk
Ferro (++) menjadi bentuk ferri (+++) membentuk methemoglobin, yang
kemudian tergabung dengan potassium cyanidemembentuk pigmen yang
stabil yaitu sianmethemoglobin.

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan dengan metode DRABKIN'S adalah


Spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding
dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Keunggulan penggunaan speterofotometer alat ini dapat distandarisasi.


Sehingga hasil yang dikeluarkan bisa dipertanggungjawabkan. Kegunaan
Spektrofotometer bisa juga untuk pemeriksaan - pemeriksaan kimia lainnya
seperti, Gula darah, Cholesterol, trigliserida, HDL, LDL, SGOT, SGPT,
Ureum, Creatini, GGT, dan sebagainya.

Spektrofotometer

Namun, kembali kepada kemampuan fotometernya, berbagai produk


fotometer sekarang sudah semakin beragam, produk yang pertama saya lihat
adalah fotometer 4010. Namun secara prinsip kerja semua sama, yaitu
pembacaan warna dengan panjang gelombang terntentu Dilain kesempatan
akan saya coba ulas secara lengkap tentang Spektrofotometer itu secara
terpisah.

Hb pada Alat Hematologi Autoanalyzer

Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin
otomatis. Selain mengukur hemoglobin, mesin ini juga dapat mengukur
beberapa komponen darah yang lain. Mesin pengukur akan memecah
hemoglobin menjadi sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian
dipisahkan dari zat lain dengan menggunakan zat kimia yang bernama sianida.
Selanjutnya dengan penyinaran khusus, kadar hemoglobin diukur berdasarkan
nilai sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin.
Hematologi Autoanalyzer adalah pemeriksaan darah secara komputerisasi,
meliputi pemeriksaan Darah Rutin (Hemoglobin, Leukosit, Hematokrit, dan
Trombosit), DIFF COUNT (Eosinofil, Basofil, Netrofil Batang, Netrofil
Segmen, Limfosit dan Monosit), MCV, MCH, MCHC dan Eritreosit.

Pada alat ini biasanya terdapat dua chamber, chamber pertama untuk
pemeriksaan Hemoglobin atau Kelompok Sel Darah Merah dan Chamber
kedua untuk pemeriksaankelompok sel darah putih. Pembagiannya sudah
otomatis. Ketika hasil sudah selesai maka hasil pemeriksaan akan ditampilkan
pada layar (print out).
PEMERIKSAAN PROTEIN ( Albumin, Globulin dan Fraksi Protein )

Albumin dan Globulin


Albumin
A. Pengertian Albumin
Albumin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala
jenis protein monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan
mengalami koagulasi saat terpapar panas.. Pada manusia, albumin
diproduksi oleh retikulum endoplasma di dalam hati dalam bentuk
proalbumin, kemudian diiris oleh badan Golgi untuk disekresi memenuhi
sekitar 60% jumlah serum darah dengan konsentrasi antara 30 hingga 50
g/L dengan waktu paruh sekitar 20 hari. Albumin memiliki berat molekul
sekitar 65 kD dan terdiri dari 584 asam amino tanpa karbohidrat. Gen
untuk albumin terletak pada kromosom 4, dengan panjang sekitar 16.961
nukleotida dengan 15 ekson yang terbagi ke dalam 3 domain simetris,
sehingga diperkirakan merupakan triplikasi dari domain primordial yang
tunggal. Tiap domain terbagi lagi menjadi masing-masing 2 sub-domain.
Mutasi pada gen ini dapat mengakibatkan berbagai macam protein
dengan fungsi yang tidak beraturan oleh karena perubahan sifat pada
domain pencerapnya, oleh karena itu, spesi reaktif oksigen, spesi reaktif
nitrogen dan produk dari hasil reaksi dengan biomolekul lain seperti
produk peroksidasi lipid, terjadi secara fisiologi dan patofisiologi dengan
adanya albumin.
B. Klasifikasi Albumin
Albumin merupakan salah satu jenis protein yang paling berlimpah
dalam darah. Protein albumin dihasilkan oleh hati beredar ke aliran darah
untuk membantu tubuh menjaga keseimbangan cairan. Oleh sebab itu
jumlah protein darah ini harus selalu dalam keadaan seimbang untuk
menunjang fungsi normal dalam tubuh.
Keseimbangan jumlah albumin agar berada dalam rentang normal
bertujuan untuk menjaga cairan agar tidak bocor keluar dari pembuluh
darah. Selain fungsi utama ini, fungsi albumin lainnya yaitu membawa
nutrisi penting dan hormon, dan memberikan tubuh protein yang
dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
Untuk dapat mengetahui berapa kadar albumin dalam darah, maka
diperlukan pemeriksaan serum albumin. Sedangkan untuk mengetahui
apakah ada albumin dalam urine, maka diperlukan pemeriksaan
urinalisis. Kadar serum albumin normal dapat menunjukkan bahwa
ginjal dan hati bekerja dengan benar, begitu pula sebaliknya. Dokter
dapat menentukan kadar albumin dalam darah Anda dengan tes darah
sederhana dan menafsirkan hasil pemeriksaan tersebut dikaitkan dengan
status kesehatan Anda.
C. Kadar Pada Albumin
Berapakah kadar Albumin Normal? Nilai normal albumin serum
dalam darah adalah 3,4-5,4 g / dL. Sedangkan kisaran normal albumin
urin adalah sekitar 0 – 8 mg / dl.
Kapan Diperlukan Pemeriksaan Serum Albumin? Hati mengambil
protein dari makanan yang dikonsumsi, protein dari makanan ini
kemudian diolah oleh hati menjadi protein baru dalam jumlah tertentu
yang beredar ke berbagai organ dan jaringan dalam tubuh melalui aliran
darah. Oleh sebab itu, tes serum albumin dapat memberitahu dokter
seberapa baik hati bekerja. Ini sering digunakan sebagai bagian dari tes
yang dikenal sebagai panel hati, yang terdiri dari pemeriksaan darah
untuk memeriksa kreatinin, Blood Urea Nitrogen (BUN), dan
prealbumin. Kita tahu bahwa dalam tubuh kita juga ada ginjal yang
fungsinya menyaring darah untuk mengeluarkan limbah-limbah
metabolisme dan zat racun, namun fungsi penyaringan ginjal tidak akan
membuang sel-sel darah dan molekul protein yang besar, termasuk
albumin. Oleh sebab itu pemeriksaan albumin urin juga diperlukan untuk
mengetahui kesehatan ginjal. Dokter akan menganjurkan pemeriksaan
serum albumin jika mencurigai seorang pasien memiliki kondisi yang
mempengaruhi fungsi hati dan ginjal, seperti penyakit liver.
Kadar albumin yang rendah dapat menjadi peringatan dan indikasi
bahwa penyelidikan lebih lanjut mungkin diperlukan. Albumin rendah
mungkin mencerminkan kondisi ringan yang dapat sembuh sendiri atau
mungkin menggambarkan kondisi akut atau kronis yang memerlukan
intervensi medis. Kadar albumin bisa turun atau rendah ketika ada suatu
kondisi yang mengganggu produksi, meningkatnya pemecahan protein,
meningkatnya kehilangan protein, dan / atau bertambahnya volume
plasma (darah menjadi lebih encer). Tergantung pada riwayat kesehatan,
tanda-tanda seseorang dan gejala, serta pemeriksaan fisik, tes tambahan
mungkin diperlukan untuk menyelidiki penyebab albumin rendah.
D. Fungsi Albumin
• Mempertahankan pengaturan cairan dalam tubuh. Tubuh kita
terdiri atas 60 % plasa albumin
• Mengusung hormon tiroid
• Mengusung hormon lain, khususnya yang dapat larut dalam lemak
• Mengusung asam lemak menuju hati
• Mengusung obat-obatan dan memperpendek waktu paruh obat tersebut
• Mengusung bilirubin
• Mengikat ion Ca2+
• Sebagai larutan penyangga
• Sebagai protein radang fase-akut negatif. Konsentrasi albumin akan
menurun sebagai pertanda fase akut respon kekebalan tubuh setelah
terjadi infeksi, namun bukan berarti bahwa tubuh sedang dalam keadaan
kekurangan nutrisi.

Globulin
A. Pengertian Globulin
Globulin adalah protein utama yang ditemukan dalam plasma
darah, yang berfungsi sebagai pembawa hormon steroid dan lipid, dan
fibrinogen; yang diperlukan untuk pembekuan darah. Ada beberapa jenis
globulin dengan berbagai fungsi dan dapat dibagi menjadi empat fraksi
yaitu; globulin alpha-1, globulin alpha-2, globulin beta, dan globulin
gamma. Keempat fraksi dapat diperoleh secara terpisah melalui proses
elektroforesis protein. globulin Gamma membuat bagian terbesar dari
semua protein globulin. Tingkat globulin dapat meningkat karena infeksi
kronis, penyakit hati, sindrom karsinoid, dll, tetapi juga mungkin akan
menurun karena nephrosis, anemia hemolitik akut, disfungsi hati dll.
Menurut Harrow et al (1962), Globulin merupakan salah satu
golongan protein yang tidak larut dalam air, mudah terkoagulasi oleh
panas, mudah larut dalam larutan garam dan membentuk endapan dengan
konsentrasi garam yang tinggi. Glubolin disusun oleh dua komponen
yaitu legumin dan vicilin. Suhardi (1989) menambahkan bahwa dengan
ultrasentrifugasi ditemukan protein utama golongan 2S, 7S, 11S dan 15S.
Fraksi terbesar adalah globulin 7S yang merupakan glikoprotein. Protein
globulin dapat mencapai 70% dari total protein. Fraksi 11S sampai
sekarang baru dikenal sebagai protein tunggal sedangkan fraksi 15S
belum dapatdiidentifikasikan senyawa penyusunnya.
B. Klasifikasi Globulin
Globulin merupakan salah satu protein yang didapatkan dengan
fraksinasi melalui metode Osborne. Untuk memfraksinasi Globulin dan
Albumin dibutuhkan pelarut NaCl (PA), dan membutuhkan waktu kurang
lebih 6-8 jam untuk mendapatkan sampel kasarnya. Setelah dapat sampel,
harus dipekatkan dengan rotary evaporator yang kira2 memakan waktu
kurang lebih 6 jam. Setelah sampel pekat (kurang lebih 50ml dalam labu)
harus dilakukan dialisis. Prinsip dari dialisis yaitu protein dapat
dipisahkan dari molekul kecil melalui membran semipermeabel seperti
membran selulosa yang berpori. Untuk persiapan membran, harus
dilakukan pencucian dengan H2O (pure), Asam Asetat dll, yang
memakan waktu kurang lebih 24 jam. Sedangkan pada tahap dialisis
sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 72 dengan 8 jam sekali harus
melakukan pergantian pelarut. Setelah itu dipisahkan fraksi albumin dan
globulin dengan metode sentrifugasi yang kira-kira membutuhkan waktu
30 menit.
Gampangnya untuk mendapatkan Globulin adalah untuk mendapatkan
kadar kuantitatisnya harus dibaca melalui metode Lowry dengan
diencerkan terlebih dahulu. Yang menjadi masalah setelah diencerkan
Globulin tidak dapat dibaca dengan spektrofotometer. Itu artinya
pengenceran kurang tepat dan kurang pekat, harus mengekstrak globulin
untuk diencerkan hingga dapat dibaca spectro. Artinya lagi, untuk
mendapatkan ekstrak globulin ayas harus melakukan fraksinasi lagi.
Artinya, lagi-lagi harus menghabiskan waktu selama 4,6 hari dengan
Globulin.

C. Kadar pada Globulin


Kadar Glibulin yang tinggi mengindikasikan penyakit ginjal atau hati,
penyakit autoimun, infeksi, kanker, atau inflamasi kronis. Sedangkan
kadar Globulin yang rendah mengindikasikan disfungsi sistem imun,
kurang gizi, pemyakit hati atau ginjal, dan gangguan sirkulasi darah.

 Perbedaan antara Albumin dan Globulin


 plasma darah mengandung sekitar 54% dari albumin dan 38% dari
globulin.
 Albumin tekanannya lebih onkotik dari globulin.
 Diameter molekul globulin lebih tinggi dari albumin.
 Albumin merupakan salah satu protein spesifik, sedangkan ada
empat fraksi globulin.
 Albumin adalah pembawa asam lemak, kalsium, kortisol, pewarna
tertentu dan bilirubin, sedangkan globulin adalah pembawa hormon
steroid dan lipid, dan fibrinogen.
 Fraksi albumin merupakan fraksi yang homogen, sedangkan fraksi
globulin adalah fraksi yang heterogen yang terdiri dari berbagai
jenis fraksi yang berbeda.
Definisi Protein Total
Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam
serum/plasma, yang terdiri atas albumin, globulin dan fraksi protein (yang
kadarnya sangat rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor
perubahan kadar protein yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit.
Biasanya diperiksa secara bersama-sama dengan pemeriksaan lain. Misalnya
kadar albumin, faal hati, atau pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio
albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan dapat memberikan
keterangan tambahan. Kadar protein total meningkat pada keadaan dehidrasi,
multiple myeloma dan penyakit hati menahun, merendah pada penyakit ginjal
dan stadium akhir gagal hati.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti
halnya polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat
mengalami cross-linking dan lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperan
sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem makhluk hidup.
Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks
untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu sistem metabolisme
akan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami
kerusakan.
Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan
pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan
pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi
protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini
menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar
protein total dan albumin serum. Electroforesis pertama kali dikenalkan oleh
Tiselius,tahun 1930. selanjutnya berkembang untuk menentukan protein serum
dan urine. Elektroforese merupakan teknik pemisahan beradasarkan pergerakan
molekul bermuatan dalam suatu medan listrik.dimana percepatan pergerakan
molekul tergantung dari muatan, bentuk serta ukuran. Pemeriksaan yang
berguna untuk pemisahan dan mengukur kadar makromolekul (protein),
Elektroforesis protein serum merupakan sejenis investigasi untuk menganalisa
atau menegaskan kondisi inflamasi atau infeksi yang tidak diketahui klinisi.
Kurva yang ditampilkan dari electroforesis gel

Gambar skema serum protein elctroforesis yang normal

Reference Ranges :
Total protein = 6.0 - 8.0 g/dL
Albumin 3.8 - 5.0 g/dL
Perbandingan antara Albumin dengan Globulin =Albumin : globulin
(A/G) ratio 1.5:1 - 3.0:1
Namun biasanya Metode pemeriksaan kadar protein total yang umum
digunakan adalah metode Biuret.

FRAKSI PROTEIN Gram/dl SI Unit %

Gram/L

Albumin 3.8-5.0 38-50 56.0 – 65.6

Alpha-1 globulin 0.1-0.3 1-3 3.6 – 6.1

Alpha-2 globulin 0.6-1 6-10 7.3 – 12.0

Beta globulin 0.7-1.4 7-14 5.0 – 7.2 / 3.3 – 6.3

Gamma globulin 0.7-1.6 7-16 10.4 – 17.2

VARIASI PATOLOGI TOTAL PROTEIN SERUM


Harga normal orang dewasa yang sehat ; 6,5 - 8,0 g/dl. Meningkat
sebanyak 3 ,0 g/dl di plasma
Total protein bayi baru lahir tidak melebihi 4,0 – 6,0 g/dl,
Rasio albumin : globulin antara 1,2 - 1,8 pada anak-anak dan orang
dewasa tidaklah berbeda.

VARIASI RASIO ALBUMIN/GLOBULIN


Rasio akan berbalik (kurang dari 1) ; albumin mengalami penurunan
dan/atau globulin meningkat (contoh : sirosis).
Rasio menjadi lebih besar dari 2 ; Globulin menurun (contoh :
hipoglobulinemia atau agammaglobulinemia).
Beberapa Alat untuk menghitung Fraksi Protein ialah :

 SENTRIFUS

Semua laboratorium, baik itu laboratorium kimia maupun klinik pasti memiliki
alat sentrifus. Sentrifus merupakan alat yang biasanya digunakan untuk
memisahkan cairan serta padatan yang dilakukan dengan cara diputar dalam
kecepatan tertentu dimana dijalankan oleh rotor. Dalam laboratorium
medis, sentrifus ini biasanya digunakan untuk memeriksa darah dan juga urine.

 URINE ANALYZER

Urine analyzer adalah alat yang dugunakan untuk mengevaluasi dan membaca
hasil dari strip test urine. Alat ini bekerja dengan semi otomatis dalam
pengecekan yang dilakukan pada luar tubuh, yang hasil pengecekan urinenya
selalu tepat. Strip tes urine ini dilakukan ketika ingin mengetahui leukosit, pH,
berat jenis, protein, glukosa, dan lain sebagainya.
 BLOOD GAS ANALYZER

Blood gas analyzer merupakan alat yang digunakan dalam mengukur tekanan
parsial gas yang terdapat dalam darah, mengukur pH, dan mengukur elektrolit
yang terdapat pada tubuh seperti natrium, potassium, klorid serta zat kapur.
Tujuan dari mengetahui tekanan gas dalam darah adalah untuk melihat
kemampuan darah dalam mengangkut oksigen dan karbon dioksida, melihat
keefisiensian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam darah, dam melihat
keadaan oksigen serta metabolisme sel.

Anda mungkin juga menyukai