PENDAHULUAN
dan pemulihan kesehatan yang setelah sembuh dari sakit (rehabilitatif) dan
dan anak; kematian bayi dan balita; usia sekolah dan remaja; usia kerja dan usia
lingkungan; kesehatan jiwa; dan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyakit
1
kematian di seluruh dunia dibandingkan dengan infeksi lain. Kebanyakan infeksi
muncul di daerah tropis tetapi jumlah penderita meningkat di Eropa dan Amerika
Serikat, sebagai akibat dari kasus-kasus yang terjadi pada orang kurang mampu,
sering pada tuna wisma, dan pada penderita HIV. Penderita HIV telah
sub Sahara.
pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian tubuh yang lain seperti kelenjar,
selaput otak, kulit, tulang dan persendian. Penyakit ini masih menjadi perhatian
dunia dan hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas Tuberkulosis
memilih bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat
Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah kavitas, fibrosis, pneumonia progresif
dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan bagian tubuh ekstra paru yang sering
infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan
perilaku masyarakat. Penyakit ini ditularkan melalui udara yaitu lewat percikan
2
ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB paru banyak menyerang kelompok usia
produktif dan kebanyakan berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah dan
berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat
sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di
seluruh dunia. Kematian akibat TB menurun rata-rata 1,5% per tahun sejak tahun
2000, dan sekarang 18% lebih rendah dari tahun 2000. Penurunan ini sangat
dengan kematian karena TBC sekitar 140.000, secara kasar diperkirakan setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB Paru dengan BTA
negara ini termasuk daerah endemis TBC. Kasus TB Baru di dunia sekitar 40%
dan India. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 10% dari total
3
jumlah pasien TB di dunia, yaitu di antara 100.000 penduduk terdapat 100-300
orang yang terinfeksi TB Paru. TB Paru di kawasan ini menjadi pembunuh nomor
satu, kematian akibat TB Paru lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS yang
Angka penemuan kasus TB untuk semua kasus di Indonesia tahun 2013 sebesar
196.310 kasus, dimana kasus paling banyak terdapat di Papua dan yang paling
sebesar 90,8%, yang berarti telah melampaui target WHO sebesar 85%. Kasus TB
paru menurun di tahun 2014 yaitu sebanyak 176.677 kasus. Kasus TB paru ini
lebih tinggi 1,5 kali pada laki-laki di bandingkan perempuan, selain itu menurut
kelompok umur kasus paling banyak ditemukan pada umur 25-34 tahun yaitu
sebesar 20,76% diikuti umur 45-54 tahun sebesar 19,57% dan umur 35-44 tahun
sebesar 19,24%.(1)
adalah 15.414 kasus atau 72,29% dari target nasional adalah 75%. Angka ini
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 82,57% dan
tahun 2011 sebesar 76,57%. Sedangkan pada tahun 2016 jumlahnya mencapai
4
ditemukan sebanyak 9 orang penemuan kasus baru, PRM Tanjung langkat
PRM Tj. Beringin sebanyak 39 orang, Puskesmas Hinai Kiri sebanyak 12 orang,
Besitang sebanyak 104 orang, Puskesmas PRM Pkl. Susu sebanyak 48 orang, dan
merupakan salah satu unsur upaya pelayanan kesehatan sama halnya dengan
puskesmas, seharusnya mampu ikut berperan serta dalam upaya penemuan kasus
5
yang bersinergi serta saling membantu antara dokter praktek swasta dengan
paru yang telah dilaksanakan adalah melalui strategi Directly Observed Treatment
individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan
berjumlah 53 penderita dengan CDR 71,62 %, keadaan ini masih belum sesuai
(DOTS). (6)
Kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon yang hanya muncul
adanya reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah menjadi
ketetapan dapat dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat dapat dipengaruhi
beberapa oleh variabel salah satunya adalah PMO (Pengawas Menelan Obat). (7)
6
Masuknya standar pengobatan TB sebagai salah satu komponen akreditasi
rumah sakit dan puskesmas merupakan salah satu terobosan terpenting dari
(UPK), meliputi puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, balai pengobatan
penyakit paru (BP-4), serta praktek dokter swasta dengan melibatkan peran serta
dilakukan secara rawat inap baru setelah tahun 1995 Departemen Kesehatan
rumah penderita atau yang tinggal satu rumah dengan penderita hingga dapat
mengawasi penderita sampai benar-benar menelan obat setiap hari sehingga tidak
terjadi putus obat dan ini dilakukan dengan suka rela.(8) Yang menjadi seorang
PMO sebaiknya adalah anggota keluarga sendiri yaitu anak atau pasangannnya
dengan alasan lebih bisa dipercaya. Selain itu adanya keeratan hubungan
emosional sangat mempengaruhi PMO selain sebagai pengawas minum obat juga
7
mencegah penularan penyakit TB Paru. Dalam hal ini diperlukan perilaku
penderita yang positif terutama dalam pencegahan dan pengobatan yang pada
pendidikan, status gizi, faktor lingkungan dan kepatuhan pasien dalam minum
penyerapan obat. Semakin tua, maka proses metabolisme akan semakin menurun.
biasanya bertindak lebih preventif pada suatu penyakit. Untuk status gizi, pada
orang dengan berat badan kurang akan mempunyai risiko terhadap penyakit
infeksi, sementara orang yang mempunyai berat badan di atas ukuran normal akan
penderita TB Paru dan cenderung meningkat. Pada tahun 2013 dan 2014 adalah
53 dan 77 orang , tahun 2015 sebanyak 75 orang. Pada tahun 2016 terdapat 52
masyarakat di Kecamatan Kuala. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis
yang dilakukan memerlukan waktu 6 bulan secara rutin untuk memperoleh hasil
8
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti di wilayah kerja
memenuhi aturan minum obat karena kurangnya informasi dan support dari
keluarga yang dalam hal ini bertindak sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO) dan
sampai tuntas karena adanya dukungan dari keluarga. Adanya beberapa PMO
yang tidak menjalankan perannya secara maksimal merupakan salah satu faktor
Langkat”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “hubungan kepatuhan minum obat
Kabupaten Langkat?”.
1.3 Hipotesis
dapat diperinci sebagai berikut bahwa ada hubungan kepatuhan minum obat
Kabupaten Langkat
9
1.4. Tujuan Penelitian
b) Bagi Peneliti
10
untuk meningkatkan pelaksanaan penyuluhan dan meningkatkan kinerja
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 TB Paru
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. (12)
dunia ini. Pada tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per
100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu
12
350 per 100.000 penduduk.(3)
juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar
kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka
terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang
Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita
kematian TB Paru merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat
penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. (13)
Tuberkulosis ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah
suatu basil yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula
bersifat aerob, panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron.
Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan
sesuai dengan tubuh manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada
suhu kamar dan dalam ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena
sinar matahari langsung (sinar ultraviolet), dalam jaringan tubuh kuman ini
13
bersifat dormant (tertidur lama) selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif
Kuman TB Paru bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu
sinar matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap
dan lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Famili : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
14
Mycobacterium tuberculosis dapat diklasifikasikan sebagai bakteri parasit
Positif. Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita
batuk, berbicara atau meludah. Kuman TB Paru dari percikan tersebut melayang
di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi dan
Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit
TB Paru dapat terjadi akibat dari komponen lingkungan yang tidak seimbang
sejak zaman pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan
manusia, tentu dimulai sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah
untuk kehidupan. Jadi jika seorang penderita TB Paru positif membuang dahak di
sembarang tempat, maka kuman TB dalam jumlah besar berada di udara. (15)
memilih bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat
predileksi utama kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat
endobronkhial. Sedangkan bagian tubuh ekstra paru yang sering terkena TB Paru
adalah pleura, kelenjar getah bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang.
15
pada konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh. Sumber penularan
adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam
dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular
tergantung dari tingkat paparan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan
BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien
yang berisiko Terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10
16
2.1.1.4 Diagnosa TBC (Tuberkulosis) Paru
Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang
arnat penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang
secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga
pertarma kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
(2) P (Pagi): dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK
17
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, Tuberkulosis Paru dibagi dalam:
Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA Positif dan foto rontgen dada
selanjutnya dibagi menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran
luas kerusakan paru pada foto rontgen dan melihat kepada keadaan penderita yang
buruk. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
dimulai.
berdasarkan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
khas pada TB Paru. Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai berikut:
khusus. (4)
18
Gambar 2.2. Hasil Pemeriksaan Foto Thoraks Pasien TB Paru
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan terjadi
iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif
2) Dahak
3) Batuk Darah
19
bercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang
4) Sesak Nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
yang cukup luas atau pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi
tuberkulosis paru.
5) Nyeri Dada
menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot karena batuk.
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
20
pindahan tersebut harus membawa Surat rujukan/pindah (Form TB. 09).
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti
5) Lain-lain
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
2. (4)
1) Infeksi Primer
basil tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pemah mempunyai kekebalan
yang spesifik terhadap basil tersebut. Terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten
21
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghen-
akan menjadi penderita tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan
tahun sesudah tuberkulosis primer. Infeksi dapat berasal dari luar (eksogen) yaitu
infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis, infeksi dari dalam
(endogeny yaitu infeksi berasal dari basil yang sudah ada dalam tubuh, merupakan
proses lama yang pada mulanya, tenang dan oleh suatu keadaan menjadi aktif
kembali, misalnya karena daya tahan tubuh yang menurun akibat terinfeksi HIV
1) Host
(1) Umur
tetapi tetap tinggal dalam paru sampai ia menjadi dewasa. Di negara berkembang
cenderung terjadi pada kelompok umur produktif (15-50 tahun). Hal ini
22
mobilitas yang tinggi, selain itu adanya kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
Paru.(16)
Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di negara miskin, baik
2) Agent
3) Lingkungan
rumah yang lembab, gelap dan kamar tanpa ventilasi serta lingkungan kerja yang
23
jelek akan mempermudah penularan infeksi TB Paru.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada
tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir
pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih
Kombinasi Dosis Tetap (KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau
4 jenis obat yang dikemas dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan penderita TB. Sediaan seperti ini dibuat dengan tujuan agar memudahkan
a. Prinsip pengobatan
yang cukup dan dosis yang tepat. Jangan menggunakan OAT tunggal
(monoterapi).
24
2) Dilakukan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed Treatment)
3) Diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. (17)
b. Tahap Pengobatan TB
1) Tahap Awal
Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan perlu
waktu dua minggu jika pengobatan yang diberikan pada tahap intensif
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih sedikit dari
tahap awal namun pengobatan yang dilakukan lebih lama yaitu selama
1) Kategori-1
Dosis Tetap (KDT) yang terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R).
Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E). Dalam satu tablet dosisnya telah
25
disesuaikan dengan berat badan pasien yang dikemas dalam satu paket
kategori-1
2) Kategori-2
Untuk kategori ini, tahap intensif dilakukan selama 3 bulan terdiri dari 2
berobat (after default). Sediaan pada Tabel 2 di bawah ini berbentuk KDT yang
telah dikemas satu paket untuk satu pasien dengan dosis yang telah ditetapkan
26
Tabel 2 menjelaskan tentang dosis OAT KDT kategori 2:
Tahap Lanjutan 3
Tahap Intensif Tiap Hari RHZE
kali seminggu RH
Berat Badan (150/75400/275)
(150/150) + E (400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab
500mg Ethambutol
Streptomisin inj
38-54 kg 3 tab 4KDT + 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab
750mg Ethambutol
Streptomisin inj
56-70 kg 4 tab 4KDT + 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
1000mg Ethambutol
Streptomisin inj
≥71 kg 5 tab 4KDT + 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
1000mg Ethambutol
Streptomisin inj
Sumber : Depkes RI. 2014. (17)
a. Isoniazid
biosintesis asam mikolat, INH juga mencegah perpanjangan rantai asam lemak
yang sangat panjang yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat.
dengan antasida yang mengandung alumunium. Efek samping yang paling sering
27
terjadi, seperti neuritis perifer diakibatkan oleh defisiensi pirodoksin,
b. Rifampisin
menghambat sintesis mRNA dengan menekan langkah inisiasi. Obat ini bersifat
bakterisidal. Efek samping yang sering terjadi, seperti mual, muntah, dan ruam
p450, rifampisin dapat memendekkan waktu paruh obat lain yang diberikan secara
bersamaan.
c. Pirazinamid
Pirazinamid aktif melawan basil tuberkel dalam lingkungan asam lisosom dan
d. Streptomisin
sedikit yang berada dalam eritrosit. Efek samping streptomisin adalah ototoksik,
e. Ethambutol
sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati. Obat ini
28
dapat diberikan kombinasi bersama pirazinamid, rifampisisn, dan isoniazid. Efek
menurunkan angka kasus dan kematian yang disebabkan oleh TB dalam rangka
meningkat. (17)
strategis kementrian kesehatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 yaitu
menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per
ini pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan pada tingkat pelayanan
mereka yang bekerja pada institusi pemerintahan dan swasta maupun lembaga
untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga yang paling murah untuk
29
a) Tepat diagnosis
Untuk diagnosis yang tepat agar obat yang diberikan sesuai dengan
Dengan demikian, pemberian obat ini hanya untuk pasien yang memberi
d) Tepat dosis
tersebut.
2.1.2. Kepatuhan
2.1.2.1 Pengertian
30
Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam literatur
Compliance adalah secara pasif mengikuti saran dan perintah dokter untuk
biasanya dilaporkan sebagai persentase dari dosis resep obat yang benar-benar
ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau
nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang
diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan
dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa.
dan afektif apa yang penting untuk memprediksi kepatuhan dan juga penting
perilaku yang tidak patuh. Pada waktu-waktu belakangan ini istilah kepatuhan
(misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup)
sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak
31
sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokternya. Dikatakan lebih lanjut, bahwa tingkat kepatuhan pada
seluruh populasi medis yang kronis adalah sekitar 20% hingga 60%.
tidak mematuhi tujuan atau mungkin melupakan begitu saja atau salah mengerti
membantu
32
j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan penyediaan
layanan kesehatan
Tak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang
instruksi yang diberikan padanya. Lcy dan Spelman dalam Niven,Neil (23)
dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka.
media dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien.
b. Kualitas Interaksi
Negrete dalam Niven,Neil (23) telah mengamati 800 kunjungan orang tua
menemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kepuasaan ibu terhadap
konsultasi dengan seberapa jauh mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada
33
yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif jika diberikan perhatian
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima. Pratt dalam Niven,Neil (23)
Becker dalam Niven,Neil (23) telah membuat suatu usulan bahwa model
dengan gagal ginjal kronis tahap akhir yang harus mematuhi program
34
model tersebut sangat berguna sebagai peramal dari kepatuhan terhadap
pengobatan.
a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang
lama serta paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif
pada penderita sehingga awal mula pasien mempunyai sikap patuh bisa
berubah menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri
pasien.
b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat dalam
35
kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang
a. Segi Penderita
dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita akan semakin
dapat dilakukan meliputi kontrol berat badan, kontrol makan dan emosi.
36
elektronik atau melalui program pendidikan di rumah sakit. Penderita
dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan
yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan
37
tersebut bisa diberikan dengan bentuk perhatian dan memberikan
pengobatan.
2.1.3 Kesembuhan
bulan
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari diri manusia (misalnya fisik dan psikis), sedangkan faktor
eksternal berasal dari luar diri manusia (misalnya lingkungan, sosial, budaya,
a. Usia
atau daya tahan tubuh yang dimilikinya. Daya tahan tubuh pada orang dewasa
lebih bagus dibandingkan dengan orang lanjut usia. Pada penderita lanjut usia
sering terjadi efek samping obat sehingga membuat mereka malas meminum obat
38
Resiko efek samping yang ditimbulkan oleh streptomisin yang berupa
pendengaran dapat meningkat seiring dengan dosis yang digunakan dan umur
penderita. (24)
b. Jenis Kelamin
sama banyaknya dengan perempuan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Nizar pada tahun 2002 yang menunjukkan bahwa proporsi penderita laki-laki dan
menyebutkan bahwa kematian wanita akibat tuberkulosis lebih banyak dari pada
kesembuhan penderita TB paru pada wanita cenderung lebih besar karena tingkat
c. Tipe Penderita
akan lebih lama dari pada penderita yang mendapatkan OAT kategori1 (penderita
yang baru).(24)
d. Keteraturan Berobat
39
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru adalah agar penderita dapat
dinyatakan sembuh. Pengobatan diberikan dalam dua tahap yaitu tahap intensif
dan tahap lanjutan. Pada tahap intensif diharapkan penderita TB paru BTA positif
menjadi BTA negatif dalam waktu dua bulan pertama pengobatan. Sedangkan
disebabkan karena pasien tidak meminum obatnya secara teratur selama periode
pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan bertujuan untuk
pengobatan selesai. Hal ini dapat terjadi karena penderita belum memahami
bahwa obat harus ditelan seluruhnya dalam waktu yang telah ditetapkan. Oleh
sebagaimana sesuai dengan salah satu komponen dalam program DOTS yaitu
40
Sebaiknya PMO berasal dari petugas kesehatan karena mereka yang
jika seluruh penderita memiliki PMO dari petugas kesehatan karena keterbatasan
tenaga kesehatan di setiap wilayah. Oleh karena itu dianjurkan persyaratan dalam
memilih PMO adalah orang yang terdekat, di percaya, disegani dan dihormati
kesembuhannya. (4)
b.Jarak ke Puskesmas
mengambil obat dan memeriksakan dahak ulang. Penelitian Tarigan pada tahun
2005 menunjukkan bahwa semakin dekat jarak tempat tinggal ke puskesmas maka
c. Status Puskesmas
pelayanannya yaitu:
41
(cross check) hasil pemeriksaan laboratorium oleh BLK biasanya BLK di
propinsi. (4)
laboratorium.
d. Pendidikan Petugas
Penelitian oleh Nizar di Bogor tahun 2002 menunjukkan bahwa penderita yang
ditangani oleh perawat lebih berpeluang untuk sembuh 2 kali lebih besar dari pada
42
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu kepatuhan minum obat pasien TB Paru dengan variabel dependen yaitu
Kabupaten Langkat.
September 2018.
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
43
Penentuan sampel didasarkan atas kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
Desember 2017).
2. Kriteria Eksklusi
1) Semua pasien TB paru yang Drop Out (DO) dari program pengobatan.
1) Data Primer
Data Primer dalam penelitian ini didapat dari jawaban subyek atas
pertanyaan yang diberikan peneliti yang diperoleh dari variabel yang akan
2) Data Sekunder
penderita TB Paru.
3) Data Tertier
terdahulu, tesis baik dari internet maupun perpustakaan yang bisa digunakan
44
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Collecting
2. Checking
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan
3. Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada veriabel – variabel
4. Entering
Data entry, yakni jawaban – jawaban dari masing – masing responden yang masih
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf ) dimasukkan kedalam aplikasi SPSS.
5. Data Processing
Semua data telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai dengan
1) Analisis Univariat
45
2) Analisis Bivariat
terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai α<0,05, dan atau α<0,2.
Analisis uji Chi Square pada batas kemaknaan p < 0,05 dengan tingkat
kepercayaan 95%.(26)
1) Uji Validitas
Jika nilai korelasi yang diperoleh adalah positif, kemungkinan butir yang
diuji tersebut adalah valid. namun walaupun positif perlu nilai korelasi tersebut
1) Jika r hitung > r tabel (0,514) dengan sig. 0,05 maka instrumen atau item-item
46
pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
2) Jika r hitung < r tabel (0,514) dengan sig. 0,05 maka instrumen atau item-item
valid). (27)
product moment. Kuesioner yang valid adalah apabila nilai pertanyaan lebih besar
dari nilai tabel product moment. Dimana nilai tabel untuk 15 orang responden
sebesar 0,514 atau ritung > rtabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Pertanyaan yang
dibandingkan r-tabel atau semua butir soal mempunyai nilai > 0,514. Hasil
47
18. Kepatuhan 18 0,945 0,514 Valid
19. Kepatuhan 19 0,800 0,514 Valid
20. Kepatuhan 20 0,945 0,514 Valid
21. Kepatuhan 21 0,746 0,514 Valid
22. Kepatuhan 22 0,800 0,514 Valid
23. Kepatuhan 23 0,746 0,514 Valid
24. Kepatuhan 24 0,800 0,514 Valid
25. Kepatuhan 25 0,945 0,514 Valid
26. Kepatuhan 26 0,746 0,514 Valid
27. Kepatuhan 27 0,800 0,514 Valid
28. Kepatuhan 28 0,746 0,514 Valid
29. Kepatuhan 29 0,746 0,514 Valid
30. Kepatuhan 30 0,800 0,514 Valid
2) Uji Reliabilitas
Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai cronbach alpha > 0,60.(40)
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan batas ketentuan nilai r-tabel yaitu
0,60. Untuk variabel kepatuhan diperoleh nilai sebesar 0,982. Selengkapnya dapat
48
Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepatuhan
1. Kepatuhan
(b) Patuh, jika responden memperoleh skor jawaban sebanyak >50% dari
2. Kesembuhan
b) Sembuh
49
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
Jenis
Jumlah Cara dan Alat Skala
No Variabel Value Skala
Soal Ukur Pengukuran
Ukur
Variabel Independen
1. Kepatuhan 30 Menghitung skor skor ≤50% (0-15) Tidak Patuh Ordinal
kepatuhan (skor skor >50% (16-30) (1)
max = 30) Patuh (2)
Variabel Dependen
2. Kesembuhan Melihat rekam Tidak Nominal
medik Sembuh (1)
Sembuh (2)
50