DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
a. Kandungan organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat
meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan
organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah
harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen.
Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses
dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik
mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa
pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
b. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan
berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).Menurut Hardjowigeno
(2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus dan
bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari nitrogen udara, pupuk, dan air
hujan.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas
didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada
tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga membebaskan N
dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
1
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme.
Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm
tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta
berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-
bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini
terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan
urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam
tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N
terangkut, sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi,
hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau
bertambah karena pengendapan.
c. Fosfor
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral
di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7
(Hardjowigeno 2003). Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil
keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-
terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman
fiksasi dan pelindian (Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor
yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik.
Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan
organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman
yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar
alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai
P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994)
jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
2
d. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik
yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986),
menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan
dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri
dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung
kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut
dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau
tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik.
Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah.
Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion
kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman.
Tanah-tanah organik mengandung sedikit kalium.
e. Kalsium
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan
Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik,
terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder
dan tercuci (Leiwakabessy 1988).
Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji
serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan
sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
f. Magnesium
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara
lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun.
3
Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan
magnesium (Hanafiah 2005).
g. Belerang
Belerang dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO4- . Di suatu daerah
terjadi pencemaran SO2 d iatmosfer, maka belerang dapat diadsorpsi oleh daun daun tanaman
sebagai sulfur oksida. Kandungan SO2 yangcukup tinggi di atmosfer dapat mematikan
tanaman.
Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi (Fe),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B) dan Klor(Cl).
a. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero
(Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral
Fe antara lain olivin, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe
O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe
dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan
khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau
sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan
lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan demikian
pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien.
Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam
perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja
katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
4
Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.
Proses tersebut misalnya reduksi N2 , reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe
menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein
menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar asam amino pada daun
dan penurunan jumlah ribosom secara drastik. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat
disebabkan oleh kekurangan Fe dan juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua
enzim.
b. Mangan (Mn)
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn2+ seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat
diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun.
Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ
lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat
dan silikat dengan nama pirolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan
rhodoinit (MnSiO3).
Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn
dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah
mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam
tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm.
c. Seng (Zn)
Zink diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap
dalam bentuk monovalen Zn(OH)2 . Di samping itu, Zn diserap dalam bentuk kompleks
khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadar Zn
dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara
20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida (ZnS), spalerit [(ZnFe)S],
smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain :
pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat dekarboksilase, lesitimase, sistein
desulfihidrase, histidin deaminase, super okside demutase (SOD), dehidrogenase, karbon
5
anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel
dan ruas batang.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk
senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid) dan
Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem
maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu
dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam tanah, Cu
berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS),
kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu 5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe).12SO4S3 )],
kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2 CO3], adirit [(Cu3 (OH)2 (CO3)], brosanit
[Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin. Senyawa ini
mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom
Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
6
e. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif
besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan
yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas,
kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo. Mineral
lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit (MoS), powellit (CaMo)3
.8H2O.
Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun anion. Pada tanah gambut atau tanah
organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo. Walaupun demikian dengan senyawa
organik Mo membentuk senyawa khelat yang melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang
disawahkan menyebabkan kenaikan ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena
dilepaskannya Mo dari ikatan Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat. Fungsi Mo dalam
tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase.
Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan
Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan
pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun
bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit.
Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang
daun lebih dominan.
f. Boron (B)
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80
ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron yang tersedia
untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan
dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron
sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi
mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+ .
Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin (H2MgNaAl3 (BO)2
Si4O2)O20 yang mengandung 3 - 4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari batuan asam dan
sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung boron adalah
7
kernit (Na2B4O7 . 4H2O), kolamit (Ca2B6O11 . 5H2O), uleksit (NaCaB5O9 . 8H2O) dan
aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam nukleat,
karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam
pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan
serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan
meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang
berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.
g. Klor (Cl)
Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat
diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl
dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada
tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor
dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air
draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan
menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor
berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan
air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa
sawit dianggap hara makro yang penting dan juga berperan dalam fotosistem II dari proses
fotosintesis
8
HUBUNGAN KIMIA TANAH DAN KUALITAS AIR TANAH
Sifat kimia airtanah merupakan salah satu sifat utama air yang mempengaruhi
kualitas airtanah selain sifat fisik, biologi dan radioaktif. Sifat kimia airtanah
sangat berguna untuk penentuan kualitas airtanah. Sifat kimia airtanah antara lain
adalah kesadahan/kekerasan (total hardness), jumlah padatan terlarut (total
dissolved solid), daya hantar listrik (electric conductance), keasaman dan
kandungan ion. Sifat kimia airtanah yang akan dibahas lebih rinci dalam
pembahasan ini adalah kandungan ion.
Kandungan ion dalam air yang penting antara lain Na, K, Ca, Mg, Al, Mn, Cu, Fe,
Zn, Cl, SO4, CO2, CO3, HCO3, H2S, F, NH4, NO3, NO3, NO2, KMNO4, SiO2
dan Boron. Selain itu ion – ion logam yang biasanya jarang tapi bersifat racun
antara lain As, Pb, Se, Cr, Cd, Hg, CO.
Kandungan ion – ion mayor yang akan dibahas yaitu magnesium (Mg), kalsium
(Ca), Potassium (K), Sodium (Na), sulfat (SO4), nitrat (NO3), klorida (Cl) dan
alkalinitas (HCO3).
1. Magnesium (Mg2+)
Magnesium (Mg2+) sebagai kation yang dijadikan parameter besar kecilnya
pengaruh pelarutan litologi dalam air. Magnesium pada batuan beku berasal dari
9
mineral-mineral feromagnesium berwarna gelap,yakni olivine, piroksen, amfibol.
Dalam batuan alterasi hadir dalam klorit, montmorilonit dan serpentin. Magnesium
juga hadir dalam sedimen karbonat sebagai magnesit dan hidromagnesit serta
hydroxide brucite.
2. Kalsium (Ca2+)
Nilai kandungan kalsium (Ca2+) terlarut akan digunakan untuk menganalisis
pengaruh litologi terhadap komposisi kimia airtanah. Kalsium adalah salah satu
unsur penting dalam mineral-mineral batuan beku yakni dalam rantai silika,
piroksen, amfibol dan feldspar. Kalsium berada dalam air karena kontak air dengan
batuan beku dan batuan metamorf umumnya mempunyai konsentrasi yang rendah
karena laju dekomposisinya lambat. Kebanyakan kalsium terdapat dalam batuan
sedimen karbonat. Kalsium hadir dalam gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4),
dan florit (CaF2). Dalam batupasir sebagai semen.
3. Potassium (K+)
Potassium merupakan kation yang tidak dominan ditemukan dalam airtanah.
Terdapat dalam feldspar ortoklas dan mikroklin (KAlSI3O8), mika, feldspathoid
leucite (KAlSi2O6). Dalam batuan sedimen Potassium umumnya hadir sebagai
feldspar, mika atau illit atau mineral lempung lainnya.
4. Sodium (Na+)
Sodium melimpah dalam grup logam alkali. Dalam batuan sedimen, Sodium hadir
dalam mineral-mineral yang resisten sebagai semen. Air yang terjebak dalam
sedimen dan tersimpan dalam waktu yang lama akan mempunyai konsentrasi Na+
yang tinggi.
5. Sulfat (SO42-)
Kandungan sulfat (SO42-) terlarut merupakan parameter utama yang digunakan
untuk menentukan ada tidaknya proses oksidasi mineral sulfida terhadap komposisi
kimia airtanah. Sumber lain adalah dari mineral gipsum (CaSO4.2H2O) dan
mineral anhidrit (CaSO4) yang akan mudah terlarut oleh air menjadi Ca2+ dan
SO42-.
6. Nitrat (NO3-)
Nitrat (NO3-) merupakan anion yang penting. Nitrat dengan konsentrasi tinggi
merupakan indikasi adanya sumber polutan dalam airtanah. Kandungan nitrat
umumnya kurang dari 10 mg/l untuk airtanah dengan komposisi biasa (Todd,
1980). Tingginya konsentrasi nitrat (NO3-) dalam airtanah dapat disebabkan
karena adanya aktivitas mikroba nitrat.
Kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran
10
antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Air hujan
memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/l. Pada perairan yang menerima limpasan air
dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat
mencapai 1.000 mg/l.
7. Klorida (Cl-)
Analisis klorida (Cl-) dimaksudkan untuk memperkecil nilai ketidakseimbangan
kation-anion dalam hasil perhitungan. Selain itu klorida juga digunakan untuk
mengetahui berapa besar kadar Sodium klorida (NaCl) yang terlarut dalam air.
Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan.
8. Alkalinitas (HCO3-)
Tingkat kebasaan suatu sampel airtanah dinyatakan dalam nilai yang disebut
alkalinitas. Dengan kata lain alkalinitas dapat diartikan sebagai berapa besar asam
yang digunakan untuk menetralkan airtanah. Tingginya alkalinitas dalam air
disebabkan oleh ionisasi asam karbonat, terutama pada air yang banyak
mengandung karbondioksida (kadar CO2 mengalami saturasi/jenuh).
Karbondioksida dalam air bereaksi dengan basa yang terdapat pada batuan dan
tanah membentuk bikarbonat.
11
TEKNIK SAMPLING KIMIA TANAH
A. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak
ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil
penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun
karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa
dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
12
jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan
sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang
diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil
secara sistematis
2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi.
Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah
diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”.
Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per
harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan
populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8
unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata
sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh
karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang
dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error).
Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan
simpangan baku dari populasi (, makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya,
tingkat presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena
kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ).
Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel
bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.
13
B. Teknik Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan
kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila
contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak
dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting
di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam
namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat
pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah).
Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
1. Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung), cangkul,
sekop.
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok tanah
untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong plastic
untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
Hal- hal yang perlu diperhatikan :
1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah tererosi
sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami, bekas
penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan ternak.
2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-
rumputan, sisa tanaman, bahyan organic/ serasah, dan batu- batuan atau kerikil.
14
3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastic yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai untuk
keperluan lain.
Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr badan tanah yang
sedang dipantau. Sampel ini hanya menggmbarkan karakteritik tanah pada saat
pengambilan sampel.
Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang diambil secara
terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain itu ada juga satu
metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel penelitian yaitu:
· Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu (disturb
soil samples)
· Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah (bobot
isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah terganggu
diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur,
kadar air tanah/pF).
15
· Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah terganggu dapat diambil
dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor tanah).
· Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang akan
dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.
· Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang homogen (10 – 15
Ha).
· Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat mewakili
tidak kurang dari 5 hektar.
· Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah individu (sub
samples).
Ø Sampling Time
· Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis
di laboratorium.
· Pengambilan contoh tanah terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam suatu kegiatan perencanaan pengelolaan tanah-tanaman.
16
· Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
· Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.
17
pengambilan, nama dan alamat pemohon. Selain label yang diberi keterangan, akan
lebih baik jika sampel tanah yang dikirim dilengkapi dengan peta situasi atau peta
lokasi .
18
Prosedur kerja
· Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger / bor tangan dengan
kedalaman 15 – 25 cm
· Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan dengan mengunakan sekop
kecil
19