TINJAUAN UMUM
8
9
Tabel 2.1 Pembagian Jam Kerja Kimia Farma Sutoyo 546 Banjarmasin
NO. PEMBAGIAN JAM KERJA
2.4.1 Obat bebas, bebas terbatas, keras, obat wajib apotek (OWA)
Menurut Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas
Tahun 2007, penggolongan obat yaitu :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebernarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau di beli bebas tanpa resep dokter,
dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan
dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam.
14
c. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek
dengan resep. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf
“K” dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hijau.
d. Obat Wajib Apotek (OWA)
Menurut Pharmacy Care 2015 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek (DOWA), Obat wajib apotek yaitu obat-obatan yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter, namun harus diserahkan oleh
apoteker di apotek.
a. Perencanaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan
pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
1. Pola Penyakit
Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang
timbul disekitar masyarakat sehingga Apotek dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit
tersebut.
2. Budaya Masyarakat
Perdagangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan
iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-
obatan khususnya obat-obat tanpa resep. Demikian juga dengan
budaya masyarakat yang senang berobat kedokter, maka Apotek
perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh
dokter tersebut.
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan yang
berat yang harus dihadapi oleh Apoteker yang bekerja
dipelayanan kesehatan dasar ataupun di unit pengelolaan
obat/gudang farmasi.
15
3. Kemampuan Masyarakat
Tingkat ekonomi masyarakat disekitar Apotek juga akan
mempengaruhi daya beli untuk obat-obatan. Jika masyarakat
sekitar memiliki tingkat perekonomian menengah kebawah
maka Apotek perlu menyediakan obat-obat yang harganya
terjangkau seperti obat generik berlogo. Demikian pula
sebaliknya, jika masyarakat sekitar memiliki tingkat
perekonomian menengah keatas yang cenderung memilih obat-
obat paten, maka Apotek juga baru menyediakan obat-obat
paten yang sering diresepkan.
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam tahap
perencanaan adalah dengan melakukan persiapan awal terlebih
dahulu, misalnya dengan membentuk tim perencanaan
pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penggunaan dana obat melalui kerjasama antar
instansi yang terkait dengan masalah obat. Setelah itu tentukan
obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan kebutuhan,
dengan prinsip dasar menentukan jenis obat yang akan
digunakan atau dibeli. Selanjutnya hitung jumlah kebutuhan
obat yang dibutuhkan untuk menghindari masalah kekosongan
obat atau kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat
tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Metode yang biasa
digunakan dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu:
1. Metode epidemiologi
Metode morbiditas/epidemiologiyaitu metode yang
digunakan berdasarkan pada penyakit yang ada. Metode ini
dibuat berdasarkan pola penyakit dan pola pengobatan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat sekitar. Tahapan-
tahapan yang dilakukan yaitu:
16
2. Metode Konsumsi
Perencanaan dengan metode ini dibuat dengan data
pengeluaran barang periode lalu. Selanjutnya data tersebut
dikelompokan dalam kelompok fast moving (barang yang
bergerak cepat) maupun yang slow moving (barang yang
bergerak lambat).
3. Metode Kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode
epidemologi dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan
barang dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan
melihat kebutuhan farmasi periode sebelumnya.
4. Metode Just in Time
Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat
yang ada di Apotek dalam jumlah terbatas. Perencanaan ini
untuk obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan harganya
mahal serta memiliki kadar waktu yang pendek (Siahaya,
2012).
b. Pengadaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, Pengadaan dilakukan untuk menjamin kualitas Pelayanan
Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur
resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tujuannya
adalah tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan
mutu yang tinggi dan dapat diperoleh pada jangka waktu yang tepat.
Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan didasari
oleh perencanaan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan
anggaran yang ada. Pengadaan barang meliputi proses pemesanan,
pembelian, dan penerimaan barang. Pengadaan ini dilakukan untuk
menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-
17
d. Penyimpanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek :
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out).
e. Pelaporan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan
21
Dalam pasal 26 :
1. Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang
dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci
yang berbeda
b. Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi
c. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi
d. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin
apoteker penanggung jawab, dan
e. Kunci gudang dikuasai oleh apoteker penanggung jawab dan
pegawai lain yang dikuasakan.
2. Ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat
b. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi
c. Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang
berbeda
d. Kunci ruang khusus dikuasai oleh apoteker penanggung
jawab/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan, dan
e. Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin apoteker
penanggung jawab/apoteker yang ditunjuk.
3. Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci
yang berbeda
25
6. Interaksi.
5. Uraian pertanyaan,
6. Jawaban pertanyaan,
7. Referensi,