Anda di halaman 1dari 9

1.

2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopik Proses penyembuhan tulang sebagai


berikut:
1. Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri.Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera
dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh
magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi
inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
2. Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang- benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi
fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel,
dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).Dari
periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh
gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan
merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial
elektronegatif
3. Tahap Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan volume dibutuhkan
untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan
pergeseran tulang.Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
4. Tahap Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu
patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa
normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.Mineral terus menerus
ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.Permukaan kalus tetap
bersifat elektronegatif.
5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa
(Remodeling) Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan
mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling
memerlukan waktu berbulan- bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi
tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
kanselus stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan
remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak
langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami
remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang
secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan
resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung
sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan
(balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative.
Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.

2. MM Fraktur
2.1 Definisi
Memahami dan Menjelaskan Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Fraktur
berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang.
2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi
Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan):
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas
kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak Ekstensif.

Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:


1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
 Hair Line Fraktur (patah seperti rambut)
 Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
 Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi
pada tulang panjang.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:


1. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
3. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
4. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang
ke arah permukaan lain.
5. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.

Berdasarkan jumlah garis patah:


1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
Berdasarkan pergeseran fragmen tulang:
1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
2. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi atas:
 Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).
 Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
 Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

Berdasarkan posisi frakur:


Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : 1)
1/3 proksimal 2)
1/3 medial 3)
1/3 distal
2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi
Paling sering adalah trauma, jatuh dan cedera adalah penyebab umum disebut
fraktur traumatik. Beberapa factor dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan
apabila tulang lemah disebut fraktur patologis contohnya osteoporosis atau individu yang
mengalami tumor tulang infeksi yang biasa terkena factor patologis. Fraktur stress atau
fraktur kelebihan dapat terjadi pada tulang normal akibat stress yang berkepanjangan.

Penyebab lainnya dalam fraktur adalah:


1. Trauma tukang di kenai tekanan atau stress yang lebih besar
2. Kecelekaan kendaraan bermotor
3. Kecelakan karena perkejaan dan olahraga
4. Osteoporosis
5. Pukulan langsung
6. Gaya remik
7. Gerakan punter mendadak
8. Kontraksi otot ekstrem

Pada dasarnya tulang bersifat relative rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
 Peristiwa trauma tunggal. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba
dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.
 Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan
lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan
menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
 Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin
tidak ada. Kekuatan dapat berupa:

1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral


2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai
fragmen kupu-kupu berbentuk segitiga yang terpisah
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq
pendek
5. Tekanan yang berulang-ulang Retak dapat terjadi pada tulang, sepertihalnya pada logam
dan benda lain, akibat tekanan berulang-ulang.
6. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan
yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat
rapuh (misalnya pada penyakit paget).
2.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi
Ketika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh truma, peristiwa tekanan ataupun
patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks,
pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom
pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah
ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang,
tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa
menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang
pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang
mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik
dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan
terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila
berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.
2.5 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal,dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yangdirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderungbergerak secara
alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada frakturlengan dan tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ektremitas normal.Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya
otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu
sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanyaderik tulang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur.
Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan
patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda
fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera
pada daerah tersebut. Gambaran klinis yang terlihat adalah
 Nyeri biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak.
Spasme otot dapat terjadi setelah patah tulang dan menimbulkan nyeri. Sedangkan
pada fraktur stres nyeri biasanya menyertai aktivitas dan berkurang dengan
istirahat. Sedangkan fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.
 Posisi tulang atau ekstremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas.
 Pembengkakan di sekitar tempat fraktur akan menyertai proses inflamasi.
 Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi, yang menandakan kerusakan
syaraf. Denyut nadi bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian
nonfraktur. Hilangnya denyut nadi di sebelah distal dapat menandakan sindrom
kompartemen walaupun adanya denyut nadi tidak menyingkirkan gangguan ini.
 Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung
patahan tulang bergeser satu sama lain.

2.6 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan


Terapi Konservatif
1. Proteksi Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan
kedudukan baik.
2. Immobilisasi saja tanpa reposisi Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur
inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips Misalnya fraktur supracondylair, fraktur
colles,fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan
menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada
kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang
stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan
fleksi pergelangan.
4. Traksi Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau
dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton
Russel/traksi Bryant).Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-
anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana
tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus
traksi skeletal berupa balanced traction.
Terapi Operatif
1. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (image
intensifier, C-arm):
a. Reposisi tertutup - Fiksasi eksterna
Setelah reposisi baik berdasarkan control radiologi sintra operatif maka
dipasang alat fiksasi eksterna.
b. Reposisi tertutup dengan control radiologis di ikuti fiksasi interna Misalnya: reposisi
fraktur tertutup supra condylair pada anak di ikuti dengan pemasangan paralel pins.
Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak di ikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara
ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur dan tibia,
yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.
2. Terapi operatif dengan membuka frakturnya:
a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah:
 Reposisi anatomis.
 Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.Indikasi ORIF:
1. Fraktur yang tak bias sembuh atau bahaya avascular nekrosis tinggi, misalnya:
Fraktur talus Frakturcollum femur.
2. Fraktur yang tidak bias direposisi tertutup. Misalnya: Fraktur avulse Fraktur
dislokasi.
3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya:
 Fraktur Monteggia.
 Fraktur Galeazzi.
 Fraktur antebrachii.
 Fraktur pergelangan kaki.

Pengobatan Fraktur Terbuka Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan segera.

Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit:


 Pembidaian
 Menghentikan perdarahan dengan perban tekan
 Menghentikan perdarahan besar dengan klem
Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari
fraktur terbuka merupakan poly trauma. Tindakan life-saving harus selalu didahulukan
dalam kerangka kerja terpadu (team work).
2.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Sindrom Emboli Lemak
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.
Hal ini terjadi ketika gelembung-gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi
dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh -pembuluh darah pulmonary yang
menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup
dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
Sindrom Kompartemen
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
kerusakan pada otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena
ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang
berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot
yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur
tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks
tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur
terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang,
fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur -
fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar.
Gangren Gas
Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium
saprophystik gram- positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau
clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang
mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus
terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung-gelembung gas pada tempat luka.
Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal

2.8 Pencegahan Patah Kaki dan Tungkai


Patah kaki dan tungkai bukanlah kondisi yang selalu bisa dicegah penyebabnya.
Namun, seseorang dapat memperkecil risiko terjadinya patah kaki dan tungkai dengan
melakukan beberapa upaya berikut:
 Menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dengan mengonsumsi minuman atau makanan
tinggi kalsium, seperti susu, yogurt, atau keju. Kesehatan dan kekuatan tulang juga dapat
terjaga dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung kalsium dan vitamin D.
Namun, terlebih dahulu diskusikan penggunaan suplemen dengan dokter.
 Gunakan sepatu yang sesuai dengan jenis aktivitas, terutama saat berolahraga.
 Lakukan olahraga berbeda secara bergantian, karena melakukan olahraga yang sama
terus menerus akan memberikan tekanan pada bagian tulang yang sama.
 Gunakan perlengkapan pelindung diri yang tepat saat melakukan olahraga ekstrim,
seperti panjat tebing.
3. MM Pandangan Islam mengenai hukum solat dalam kasus ini
Jika orang yang sakit masih sanggup berdiri tanpa kesulitan, maka waijb baginya
untuk berdiri. Karena berdiri adalah rukun shalat. Shalat menjadi tidak sah jika
ditinggalkan. Dalil bahwa berdiri adalah rukun shalat adalah hadits yang dikenal sebagai
hadits al musi’ shalatuhu, yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat,
hingga setelah ia shalat Nabi bersabda kepadanya:
‫ص ِِّل فإنك لم تُص ِِّل‬ َ َ‫ارج ْع ف‬
ِ
“Ulangi lagi, karena engkau belum shalat”
Menunjukkan shalat yang ia lakukan tidak sah sehingga tidak teranggap sudah
menunaikan shalat. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan shalat
yang benar kepadanya dengan bersabda:
‫ ثم اسْتقبل ال ِقبْلةَ فك ِبِّر‬،‫الوضُو َء‬ َّ ‫…إذا قُمتَ إلى ال‬
ُ ‫صالةِ فأ ْس ِبغ‬
“Jika engkau berdiri untuk shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan
bertakbirlah…” (HR. Bukhari 757, Muslim 397).
Namun jika orang yang sakit kesulitan untuk berdiri dibolehkan baginya untuk shalat
sambil duduk, dan jika kesulitan untuk duduk maka sambil berbaring. Dari Imran bin
Hushain radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan:
‫ فإن لم‬، ‫ فإن لم تست َِطع فقاعدًا‬، ‫ص ِِّل قائ ًما‬ َ : ‫ فقال‬، ِ‫عن الصالة‬ ِ ‫ي صلَّى هللاُ عليه وسلَّم‬
َّ ‫ فسأَلتُ النب‬، ‫واسير‬
ُ ْ
َ‫كانت بي ب‬
‫تست َِط ْع فعلى َجنب‬
“Aku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda:
shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak
mampu maka shalatlah dengan berbaring menyamping” (HR. Al Bukhari, no. 1117)

Syariat Islam dibangun di atas ajaran yang ringan dan mudah. Allah Ta’ala
memberikan keringanan bagi hamba yang memiliki udzur/kesulitan dalam melaksanakan
ibadah sesuai dengn udzur yang ada agar mereka dapat melaksanakan ibadah tanpa
mengalami kesulitan. Allah Ta’ala berfirman :

‫علَ ْي ُك ْم ِفي ال ِدِّي ِن ِم ْن ح ََرج‬


َ ‫َو َما َج َع َل‬

“Allah sekali-kali tidak menjadikan kesulitan bagimu dalam beragama “ (Al Hajj:78).

Juga firman-Nya,

ْ ُ‫س َر َوالَ يُ ِري ُد ِب ُك ُم ا ْلع‬


‫س َر‬ ْ ُ‫ّللاُ ِب ُك ُم ا ْلي‬
ِّ ‫يُ ِري ُد‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu“ (Al
Baqarah:185).

Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

‫ست َ َط ْعت ُ ْم‬ َّ ‫فَاتَّقُوا‬


ْ ‫ّللاَ َما ا‬

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu “ (At Taghabun:16).


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم‬

“Jika Aku memerintahkan kalian maka lakukanlah semampu kalian”.

Dan juga sabda beliau,

‫إن الدين يسر‬

“Sesungguhnya agama itu mudah”.

Anda mungkin juga menyukai