Anda di halaman 1dari 3

Fagositosis merupakan awal mekanisme pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme

dan benda asing lainnya. Fagositosis secara umum adalah proses pemasukan partikel padat
melalui membran sel. Fagositosis juga berarti sel di dalam tubuh manusia melawan infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen dengan cara menelannya. Pada manusia,
fagositosis terutama dilakukan oleh fagosit mononuklear (monosit) dan polimorfonuklear
leukosit (neutrofil). Fagositosis yang efektif pada invasi dini bakteri akan dapat mencegah
timbulnya infeksi. Dalam kerjanya fagosit juga berinteraksi dengan sistem komplemen dan
sistem imun spesifik. Penghancuran bakteri dalam proses fagositosis terjadi dalam beberapa
fase, yaitu kemotaksis, menangkap, memakan, fagositosis, memusnahkan dan mencerna.
Sel PMN bergerak cepat dan sudah berada di area infeksi dalam 2 hingga 4 jam untuk
sampai tempat tujuan. Ini berbeda dengan monosit bergerak lebih lambat dan memerlukan
waktu sekitar 7 hingga 8 jam. Destruksi mikroba itraseluler terjadi karena di dalam sel PMN
terdapat berbagai bahan antibakterial seperti lisosom, hidorgen peroksida (H2O2),
mieloproksidase dan terutama calprotectin yang merupakan protein sitosol paling dominan di
dalam sel PMN. Diketahui memiliki fungsi ekstraseluler sebagai bahan antibakterial melalui
mekanisme non oksidatif. Mekanisme kontrol bakteri dengan cara non oksidatif tidak
memerlukan oksigen dan melibatkan komponen sitosolik terutama calprotectin, serta
beberapa komponen granul lainnya seperti defensin, laktoberin, kobafilin, katepsin G, dan
elsatase.
Proses fagositosis adalah sebagian dari respon imun non spesifik dan yang pertama
kali menerima paparan dari benda asing. Sel yang berperan dalam proses fagositosis disebut
fagosit yang umumnya adalah leukosit.
Leukosit yang bersifat fagosit yaitu monosit, neutrofil,dan eosinofil. Monosit tidak
terlalu bersifat fagosit sampai mereka distimulasi oleh limfokin, tipe lain dari protein.
Monosit berkembang jadi fagosit aktif atau makrofag. Neutrofil juga disebut
polimorfonuklear leukosit (PMN) dan bersifat sangat fagosit. PMN dapat meninggalkan
darah dan memasuki jaringan yang terinfeksi, dimana mereka memfagosit mikroorganisme
patogen. Eosinofil merupakan fagosit lemah dan dapat meninggalkan darah untuk masuk ke
jaringan.
Proses menelan dan mencerna mikroorganisme dalam tubuh manusia diperankan oleh
dua golongan sel yaitu sel polimorfonuklear (neutrofil) dan makrofag (monosit), yaitu sel
darah yang datang ke tempat infeksi kemudian mengenali mikroba intraseluler dan
memfagositnya.
Proses fagositosis PMN yaitu bila terjadi infeksi, produksi neutrofil di sumsum tulang
meningkat dengan cepat lalu distimulasi oleh sitokinin yang disebut colony stimulating
factor. Neutrofil merupakan sel yang pertama berespons terhadap infeksi, terutama infeksi
bakteri dan jamur.
Proses fagositosis pertama membutuhkan perlekatan mikroba terhadap sel fagosit.
Setelah fagosit menyentuh suatu mikroba dalam permukaanya, melalukan penonjolan yang
disebut pseudopodia. Psedopodia melebut membentuk suatu vakuola fagositik yang disebut
fagosom yang mengandung mikroba. Fagosom selanjutnya memisahkan diri dan memasuki
sitoplasma. Lisosom bergerak menuju fagosom melebur dengan membrannya dan
membentuk suatu vakuola pencernaan yang disebut fagolisosom. Lisosom melepaskan
racunnya ke dalam fagolisosom, maka dimulai proses fagosit mikroorganisme.
Proses fagositosis makrofag diawali proses perlekatan lalu penelanan dan pencernaan
mikroba hampir serupa dengan PMN. Perbedaannya makrofag tidak memiliki protein
kationik yang sama seperti ditemukan pada granula polimorf dan tidak menghasilkan
metabolit oksigen yang sangat toksik.
Dapus
1. Karnen GB, Iris Rengganis. 2009. Imunologi Dasar ed. Ke-4. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
2. Syaify, Ahmad. 2012. Pengaruh Level HBA1C Terhadap Fungsi Fagositosis Neutrofil
(PMN) pada Penderita Periodontitis Diabetika. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai