Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SOSIOLOGI

IMPLEMENTASI SOSIAL BUDAYA DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN DAN PERBANDINGANANTAR BUDAYA

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Ikhlima Elfiani (PO.71.20.4.15.08 )
Meiriana Pratiwi (PO.71.20.4.15.011)
Minanti Ananda Putru (PO.71.20.4.15.013)
Pandu Rifqi Amalia (PO.71.20.4.15.014)
Tasya Syafira (PO.71.20.4.15.20)

DOSEN PEMBIMBING : Azwaldi, APP, M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2016/2017

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya
kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Implementasi Sosial Budaya Dalam Asuhan Keperawatan
danPerbandinganantar Budaya”.

Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas kelompok
ini tapi dengan semangat dan kegigihan Penulis mampu menyelesaikan tugas kelompok ini
dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada

 Dua orang istimewa Ibu dan Ayah yang selalu menjadi inspirasiku, serta mencurahkan
kasih sayang tanpa pamrih.
 Kepada dosen mata kuliah sosiologi.

Penulis menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum sempurna, oleh
karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas kelompok ini dan
bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.

Palembang, September 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………..…………...… i

KATA PENGANTAR………………………………………………..…. ii

DAFTAR ISI………………………………………...………….……..… iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….

2.1 Pengertian Sosiologi ............................................................... 3

2.2 Teori Sosial Budaya dan Teori Asuhan Keperawatan ……… 4

2.3 Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status kesehatan

dan perilaku kesehatan............................................................. 9


2.4 Perbandingan Antar Budaya.................................................... 11
Gambaran Kasus ……………………………………………... 15
Pembahasan Kasus …………………………………………… 17
BAB III PENUTUP ……………………………………………………..
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 23
3.2 Saran ……………………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini banyak ahli kesehatan yang menaruh minat pada sosiologi. Ada anggapan
bahwa faktor kebutuhanlah yang mendorong mereka untuk memanfaatkan sosiologi guna
mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktik medis.
Tujuan penerapan sosiologi dalam kesehatan antara lain untuk menambah kemampuan
para tenaga kesehatan dalam melakukan penilaian klinis secara lebih rasional. Menambah
kemampuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami dalam praktek,
memahami dan menghargai perilaku pasien dan dapat menambah kemampuan dan keyakinan
tenaga kesehatan dalam menangani kebutuhan dan emosional pasien karena seorang
dikatakan berperilku sehat ada reaksi optimal dari individu jika dia terkena sesuatu penyakit.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas tentang implementasi sosial budaya dalam
askep sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu), keluarga, masyarakat serta
perbandingan antar budaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sosiologi?
2. Bagaimana teori sosial budaya dan teori asuhan keperawatan?
3. Bagaimana implementasi sosial budaya dalam askep sehubungan dengan sudut pandang
manusia (individu), keluarga dan masyarakat?
4. Bagaimana perbandingan antar budaya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa
tentang hal – hal apa saja yang perlu dipahami mengenai implementasi sosial budaya dalam
askep sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu), keluarga dan masyarakat serta
perbandingan antar budaya. Untuk memberikan gambaran kasus terkait implementasi sosial

iv
budaya khususnya dibidang keperawatan serta lain-lain yang bisa berdampak positif bagi
penulis dan para pembaca yang utamanya ditujukan untuk para mahasiswa keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dari sosiologi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori sosial budaya dan teori asuhan
keperawatan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami implementasi sosial budaya dalam askep
sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu), keluarga dan mayarakat.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami perbandingan antar budaya.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat menambah wawasan pembaca mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipahami
mengenai implementasi sosial budaya dalam askep sehubungan dengan sudut
pandang manusia (individu), keluarga dan masyarakat serta perbandingan antar budaya.
2. Mampu menerapkan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan masalah sosial
budaya baik dalam lingkup individu/manusia, keluarga dan masyarakat

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiologi


Aguste Comtee yang hidup pada tahun 1798-1857 dari Prancis, menggabungkan dua kata
dari bahasa yang berlainan yaitu:
 Socius dari bahasa latin yang berarti teman
 Logos dari bahasa yunani yang berarti ilmu
Jadi dapat dianggap sosiologi sebagai study tentang masyarakat sehingga sosiologi
adalah ilmu pengetahuan tentang perkawanan dan dalam arti luas adalah ilmu pengetahuan
tentang masyarakat.

Definisi Sosiologi Menurut Para Ahli


 Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari antara manusia dengan kelompok.
 Mayor Polak
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan
yaitu hubungan antar manusia, manusia dengan kelompok, kelomok dengan kelompok
baik kelompok formal maupun kelompok material.
 Kingsley Davis
Sosiologi adalah suatu pelajaran khusus yang ditunjukan kepada cara-cara masyarakat
untuk mencapai kesatuan, perkembangan dan perubahan tertentu.

Sifat Hakikat Sosiologi


 Sosiologi adalah ilmu social
 Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif, melainkan disiplin ilmu yang
ketegoris
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni
 Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pola-pola umum serta mencuri prinsip-prinsip
dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi dan struktur
masyarakat manusia
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum
vi
 Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional

2.2 Teori Sosial Budaya dan Teori Asuhan Keperawatan


2.2.1 Teori Sosial Budaya
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat pada
kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu. Teori ini
menekankan interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di mana mereka
tinggal. Kebudayaan merupakan suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang
diperoleh dengancara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986).
Kebudayaan itu ada 3 (tiga) wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-
norma, peraturan dsb.
Merupakan wujud dari ide kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau
difoto. Letaknya ada di dalm pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan bersan gkutan itu
hidup. Dikenal den gan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil
karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Saat ini kebudayaan ideal lebih
banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder
dan pita komputer.
2. Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dari
masyarakat,disebut juga sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yanbg berinteraksi,
berhub ungan, bergaul yang berdasarkan adat tata kelaku an. Sistem sosial itu bersifat konkret,
terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobserv asi, difoto dan didokumentasi.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan
fisik, dan tak memerlukan banyak penjelasan.
Merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan d an karya semua
manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-
hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, dapat
diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal,
batik sampai kancing baju dsb.

2.2.2 Teori Asuhan Keperawatan

vii
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan budaya,
mengakomodasi / negoasiasi budaya dan mengubah / mengganti budaya klien.
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatankesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan


keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model). Model ini menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien. Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)

viii
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Pada tahap
ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.

ix
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga

g. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkulturalyaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini

3. Intervensi dan Implementasi


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalamkeperawatan transkultural yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.

x
Apabila budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu melakukan 3 hal
dibawah ini:
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction


1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami
oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya
klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin

xi
sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

2.3 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan
a. Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan.
Mencakup perilaku-perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak
menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan dari penyakit yang dijalankan dengan
sengaja atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan, atau orang-
orang lain, atau suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan ini, kebutuhan-kebutuhan
pelayanan dan perawatan medis dipenuhi melalui fasilitas - fasilitas yang tersedia yang
mencakup;
(1) sistem perawatan rumah tangga,
(2) sistem perawatan tradisional yang diberikan oleh Prametra (pemraktek atau praktisi medis
tradisional), dan
(3) sistem perawatan formal (biomedis atau kedokteran).

b. Perilaku sadar yang merugikan kesehatan


Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui tetapi tidak menguntungkan
kesehatan terdapat pula di kalangan orang berpendidikan atau profesional, atau secara umum
pada masyarakat-masyarakat yang sudah maju. Kebiasaan merokok (termasuk kalangan ibu
hamil), pengabaian pola makanan sehat sesuai dengan kondisi biomedis, ketidakteraturan
dalam pemeriksanaan kondisi kehamilan, alkoholisme, pencemaran lingkungan, suisida,
infantisida, pengguguran kandungan, perkelahian, peperangan dan sebagainya.

c. Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan


Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena penanggulangannya
merupakan salah satu tujuan utama berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat,
misalnya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan kalangan pasangan usia subur, pada
ibu hamil, dan anak-anak Balita pada berbagai masyarakat pedesaan dan lapisan sosial bawah
di kota-kota.
d. Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan.

xii
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar pengetahuan manfaat biomedis
umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan
tertentu yang secara langsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajat
kesehatan mereka.

Dalam berbagai model penyakit, faktor sosial berperan menghasilkan unsur penyebab
peyakit atau memperbesar peluang orang untuk kontak dengan kuman (agen) penyakit.
 Faktor sosial dapat mempengaruhi konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan perilaku
seksual. Namun faktor sosial tersebut tidak berperan dalam etiologi penyakit karena
timbulnya penyakit pada seseorang ada mekanismenya tersendiri.
 Stres atau ketegangan sosial mengakibatkan reaksi tubuh tidak dapat menyesuaikan
sehingga menimbulkan penyakit.
 Bagi orang yang berpendidikan rendah maka peningkatan penghasilan bekaitan dengan
kemungkinan menderita rematik arthritis. Akan tetapi angka rematik lebih tinggi pada
mereka yang berpenghasilan rendah di antara mereka yang berpendidikan tinggi (King
dan Cobb,1958:474)
 Status perkawinan memberi penjelasan tentang angka kematian. Tingginya angka bunuh
diri pada bujangan , janda dan duda dibandingkan dengan orang yang sedang menikah
menunjukkan bahwa mereka lebih rawan untuk melakukan perbuatan tersebut, dan bila
angka bunuh diri pada kedua kelompok jenis kelamin dijadikan standar maka pria
bujangan atau duda lebih rawan dibandingkan dengan para gadis dan janda
(Durkheim,1952:197-198)
 Status sosial ekonomi merupakan ukuran yang penting. Dengan melihat pekerjaan orang
tua maka proporsi orang yang mendapat gangguan jiwa mulai dari status teringgi hingga
terendah adalah 17,5%; 16,4%; 20,9%; 24,5%; 29,4% dan 32,7% (Srolle dkk.,1962)

Disintegrasi sosial memiliki 10 indikator yaitu: kesulitan ekonomi, kekacauan budaya,


sekularisasi, lemahnya asosiasi, lemahnya kepemimpinan, sedikitnya pola rekreasi, tingginya
angka kejahatan dan pelanggaran, tingginya angka perceraian, tingginya permusuhan dan
lemahnya jaringan komunikasi.

2.4 Perbandingan Antar Budaya

xiii
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.

Konsep dalam Transcultural Nursing


1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan
yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

xiv
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat,
berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk


memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa
ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu :
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
1. Manusia

xv
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 2002). Kesehatan merupakan suat
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suat totalitas
kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995). Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke
dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien
dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan klien sesuai dengan budaya klien.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan

xvi
keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawanan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).

xvii
GAMBARAN KASUS

Ny. H seorang ibu rumah tangga yang berusia 24 tahun datang dari UGD ke ruang
perawatan penyakit dalam bersama perawat, suami, dan anaknya. dengan keluhan Ny. H
adalah badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala terasa sakit, mual, muntah, tidak nafsu
makan dan lemas. Pendidikan terakhir Ny. H adalah SMP (MTS). Ny. H beragama Islam, iya
berpandangan bahwa sakitnya karena ujian dari Allah SWT. Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh perawat didapatkan TTV TD 100/ 70 mmHg, suhu 38, Nadi 60 x/mnt, pernafasan 17 x/
mnt, bercak merah pada kulit, uji bendung positif, terdapat hematomegali dan hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan Ht > 20 %, penurunan trombosit < 50
Rb/ul, dan penurunan leokosit sampai 4 rb/ul . dan dokter mendiagnoasa Ny. H DHF. Dokter
menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi
trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Ny. H
langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit Akan
tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali dokter pernah
menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H mengabaikannya dengan
alasan kedokterpun sudah bisa sembuh. Dalam biaya pengobatan Ny. H dan suaminya tidak
ada masalah karena Ny. H dan suaminya sudah mempunyai tabungan. Ny. H dan keluarga
mempunyai kebiasaan makan sehari – hari adalah makanan hewani jarang memakan
makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi.

xviii
PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus diatas


4.1 Implementasi Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang
Manusia (Individu) Yaitu pada Kasus Saat:
Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit. Akan tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan
hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali dokter pernah menyarankan pemeriksaan
berlanjut ke laboratorium namun Ny. H mengabaikannya dengan alasan kedokterpun sudah
bisa sembuh.

4.2 Implementasi Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang
Keluarga Yaitu pada Kasus Saat:
Ny. H dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari – hari adalah makanan hewani
jarang memakan makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi.

4.3 Implementasi Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang
Masyarakat Yaitu p ada Kasus Saat:
Dokter menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi
trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Ny. H
langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain.

4.4 Berikut Asuhan Keperawatan Yang Akan Dibahas Secara Lengkapnya:


4.4.1 Pengkajian Keperawatan Lintas Budaya
A. Faktor teknologi (tecnological factors)
1. Persepsi Sehat Sakit : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat harus mengkaji
kepada pasien.
2. Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan : Ny. H pernah jatuh sakit dan
hanya berobat keklinik dokter saja
3. Alasan mencari bantuan kesehatan : klien mengatakan dengan berobat kedokterpun
sudah sembuh.

xix
4. Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini : Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit
Akan tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali
dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H
mengabaikannya dengan alasan kedokterpun sudah bisa sembuh

B. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)


1. Agama yang dianut : Islam
2. Status pernikahan : Sudah menikah
3. Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit : iya berpandangan bahwa sakitnya
karena ujian dari Allah SWT
4. Cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan :
Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat harus mengkaji kepada pasien.

C. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


1. Nama lengkap : Ny. H
2. Nama panggilan : Ny. H
3. Umur : 24 tahun
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Status : Sudah menikah
6. Tipe keluarga : keluarga tradisional
7. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ny. H langsung menolak setelah
mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit dengan alasan dalam
kepercayaan tidak boleh menerima tranfusi dari orang lain.
8. Hubungan klien dengan kepala keluarga : Istri

D. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
1. Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga : Seorang suami dan karyawan
swasta
2. Bahasa yang digunakan : Istri dan suaminya menggunakan bahasa Indonesia.
3. Kebiasaan makan dan makanan yang dipantang dalam kondisi sakit : Ny. H dan keluarga
mempunyai kebiasaan makan sehari –har makanan hewani jarang memakan makanan
nabati. Makanan yang dipantang adalah daging baby.

xx
4. Persepsi sakit yang berkaitan dengan aktivitas sehari – hari : Dalam Kasus tidak
dijelaskan sehingga perawat harus mengkaji kepada pasien.

E. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
1. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung : didalam kasus tidak
tercamtum akan tetapi berdasarkan kebijakan beberapa rumah sakait jam
berkunjungPertama, di pagi hari yang di mulai pukul 10.00 sampai 12.00. Serta sore hari
yang dimulai pukul 16.00 sampai 18.00. Untuk mengefektifkan jam kunjungan tersebut,
kini rumah sakit menertibkannya dengan menempatkan petugas di seluruh pintu masuk.
2. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu : berdasarkan kebijakan beberapa rumah
sakit jumlah keluarga yang boleh menunggu tidak lebih dari 2 orang.
3. Cara pembayaran untuk perawatan : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat
harus mengkaji kepada pasien.

F. Faktor ekonomi (economical factors)


1. Pekerjaan klien : ibu rumah tangga
2. Sumber biaya pengobatan : tabungan kelurga
3. Tabungan ynag dimiliki oleh keluarga : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat
harus mengkaji kepada pasien.

G. Faktor pendidikan (educational factors)


1. Tingkat pendidikan klien : SMP
2. Jenis pendidikan : MTS

4.4.2 Diagnosa Keperawatan Lintas Budaya


A. Rumusan Diagnosa Keperawatan Lintas Budaya
1. Resiko tinggi : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak ade kuat.
2. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai budaya
yang diyakini.

B. Data Subyektif dan Data Obyektif

xxi
1. Resiko tinggi : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak ade kuat.
DS : Pasein mengatakan perutnya terasa mual, muntah, tidak nafsu makan dan lemas
DO : Perawat melakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan hepatomegali.
2. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan sistem nilai budaya yang diyakini.
DS : Pasien mengatakan dirinya tidak ingin dilakukan trasnfusi trombosit dari orang lain.
DO : Ny. H langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan
tranfusi trombosit dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku
kalimantan tidak boleh transfusi dari orang lain.

4.4.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan Lintas Budaya


Diagnosa Keperawatan No. 1
Resiko tinggi :Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak ade kuat.
Tujuan jangka panjang :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam,
keluhan pasien dapat diatasi.
Tujuan jangka pendek :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan dihabiskan 3 x 1 porsi.
Kriteria Hasil :setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
menghabiskan makanan yang disediakan rumah sakit, menunjukan penigkatan berat badan
yang progresif, dan tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
a. lakukan pemeriksaan TTV setiap 6 jam sekali pada pukul 06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00
WIB
b. kaji faktor penyebab mual dan muntah yang menimbulkan tidak nafsu makan. Hal yang
dikaji adalah kebiasaan sebelum makan pasien, dan makanan yang biasa dimakan pasien.
c. Lakukan pengukuran berat badan pasien dan menghitung berat badan ideal pasien
dengan rumus BB ideal = (TB – 100 ) – 10 %
d. Anjurkan makan sedikit tapi sering seperti makan roti setiap setengah jam.
e. Anjurkan makanan yang halus seperti makan biskuit, bubur, dan roti,
f. Anjurkan banyak minum air mineral minimal 8 – 10 gelas / hari
g. Kolaborasikan dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi Tinggi kalori dan tinggi protein
(TKTP) atau sesuai kebutuhan pasien.

xxii
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen tambahan dan obat antiemetik

Diagnosa Keperawatan No. 2


Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai budaya yang diyakini.
Tujuan jangka panjang : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam klien
mengalami peningkatan jumlah trombosit samapai 150 – 450 rb/ul.
Tujuan jangka pendek : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam klien mampu
menunjukan keinginannya untuk dilakukan transfusi trombosit sampai nilai 50 – 100 rb/ul.
Kriteria hasil : setelah melakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat menyetujui
transfusi, dan komplikasi dapat diminimalkan dan dicegah.

Intervensi :
Tanggal 20 mei 2013 pukul 09.00 WIB
a. Lakukan identifikasi alasan menolak transfusi trombosit. Menanyakan kepada pasien
mengapa tidak setuju dilakukan transfusi trombosit
b. Bersikap tenang dan tidak terburu - buru saat berinteraksi dengan klien.
c. Lakukan negosiasi untuk menjelaskan dan meyakinkan kepada pasien tentang kemanfaatan
pengobatan yang diberikan. Berikan penjelasan bahwa keadaan trombosit saat ini sangat
rendah yang tidak dapat dilakukan dengan bantuan makanan, obat oral dan transfusi dari
anggota keluarga karena harus mencari trombosit yang cocok untuk diri yang akan
memakan waktu lama sehingga harus malalui transfusi trombosit yang sudah ada dirumah
sakit. Apabila tidak dilakukan akan berdampak negatif bagi pasien
d. Gunakan bahasa dan terminologi yang mudah dipahami oleh pasien.
e. Menggunkan pihak ketiga yaitu suami atau anaknya untuk membantu meyakini transfusi
trombosit.
f. Lakukan Informed Consent apabila pasien tetap tidak ingin transfusi trombosit.

4.4.4 Evaluasi
Diagnosa I
Tanggal 20 mei 2013 pukul 13.00 WIB
S : Pasien mengatakan dirinya setuju dilakukan transfusi trombosit agar suami dan istrinya
dapat bahagia.

xxiii
O : wajah pasien menunjukan kesetujuannya, pasien tidak menolak ketika perawat mulai
melakukan tindakan, adanya peningkatan trombosit sampai 5 rb/ul.
A : Masalah meyakinkan klien untuk melakukan transfusi teratasi namun belum mengalami
peningkatan trombosit yang cukup.
P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan untuk pemberian kembali transfusi trombosit 400 cc/
jam.
I : pukul 15.00 WIB Transfusi trombosit 400 cc/jam dilakukan
E : Pasien tampak tenang dan tidak ada penolakan untuk dilakukan transfusi trombosit
kembali.
R : kaji ulang

Diagnosa II
Tanggal 24 mei 2013 pukul 08.00 WIB
S : Pasien mengatakan dirinya sudah tidak merasakan mual, nafsu makan meningkat
O : pasien menghabiskan makanan yang disediakan dirumah sakit dan pasien tampak tenang.
A : pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi sehingga masalah teratasi.
P : lanjutkan intervensi keperawatan untuk perawatan dirumah
• anjurkan banyak makan sayur
• anjurkan berorahraga
• mengenakan pakainya panjang
• mengenakan obat penangkal ketika tidur
• membersihan kamar mandi dan bak mandi
• Tetap Menjaga kesehatan
I : 08.30 WIB Melaksanakan intervensi Keperawatan
E :pasien menerima informasi yang disampaikan dan menunjukan pemahamannya.
R : Kaji Ulang

xxiv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perkawanan dan dalam arti luas adalah
ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status
kesehatan dan perilaku kesehatan terdiri dari perilaku sadar yang menguntungkan
kesehatan, perilaku sadar yang merugikan kesehatan, perilaku tidak sadar yang merugikan
kesehatan, perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan.
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat
pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.2 Saran
Kami menyarankan agar tenaga kesehatan tidak meremehkan ilmu sosiologi karena
sosiologi juga berperan dalam ilmu kesehatan dan juga banyak manfaatnya dalam praktik
keperawatan.

xxv
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin,2007. (http://nurs1ng.wordpress.com transkultural-nursing) (Diakses pada tanggal


09 September 2016 pukul 15.30 WIB)

Dahlan, S. 2008 (http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi) Diakses pada tanggal 09 September


2016 pukul 15.15 WIB

Fahran. A. 2010 (http://organisasi.org/definisi-pengertian-sosiologi-objek-tujuan-pokok-


bahasan-dan-bapak-ilmu-sosiologi)Diakses pada tanggal 09 September 2016 pukul
15.15 WIB

Gunawan, Wahid. 2009 (http://www.docstoc.com/docs/6850304/Teori-teori-Keperawatan)


(Diakses pada tanggal 09 September 2016 pukul 15.20 WIB)

Iskandar, Ayu. 2008. Transcultural Nursing. http://ayubth.blogspot.co.id/2008/11/teori-


transcultural-nursing-dalam.html. (Diakses pada tanggal 09 September 2016 pukul
15.00 WIB)

Wulandari, Artika. 2016. Implementasi social budaya dalam asuhan keperawatan. http://
jemariinspirasimu. blogspot. co.id/ 2016/ 01/ implementasi-sosbud dalam askep. html.
(Diakses pada tanggal 09 September 2016 pukul 15.15 WIB)

xxvi

Anda mungkin juga menyukai