Disusun Oleh :
Kelompok 10
Ikhlima Elfiani (PO.71.20.4.15.08 )
Meiriana Pratiwi (PO.71.20.4.15.011)
Minanti Ananda Putru (PO.71.20.4.15.013)
Pandu Rifqi Amalia (PO.71.20.4.15.014)
Tasya Syafira (PO.71.20.4.15.20)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya
kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Implementasi Sosial Budaya Dalam Asuhan Keperawatan
danPerbandinganantar Budaya”.
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas kelompok
ini tapi dengan semangat dan kegigihan Penulis mampu menyelesaikan tugas kelompok ini
dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dua orang istimewa Ibu dan Ayah yang selalu menjadi inspirasiku, serta mencurahkan
kasih sayang tanpa pamrih.
Kepada dosen mata kuliah sosiologi.
Penulis menyimpulkan bahwa tugas kelompok ini masih belum sempurna, oleh
karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas kelompok ini dan
bermanfaat bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………..…………...… i
KATA PENGANTAR………………………………………………..…. ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
budaya khususnya dibidang keperawatan serta lain-lain yang bisa berdampak positif bagi
penulis dan para pembaca yang utamanya ditujukan untuk para mahasiswa keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dari sosiologi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori sosial budaya dan teori asuhan
keperawatan.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami implementasi sosial budaya dalam askep
sehubungan dengan sudut pandang manusia (individu), keluarga dan mayarakat.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami perbandingan antar budaya.
v
BAB II
PEMBAHASAN
vii
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi
yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan / mempertahankan budaya,
mengakomodasi / negoasiasi budaya dan mengubah / mengganti budaya klien.
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatankesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang
lebih
viii
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Pada tahap
ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien
yang dirawat.
ix
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki
untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkulturalyaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
x
Apabila budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu melakukan 3 hal
dibawah ini:
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
xi
sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
2.3 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan
a. Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan.
Mencakup perilaku-perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak
menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan dari penyakit yang dijalankan dengan
sengaja atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan, atau orang-
orang lain, atau suatu kelompok sosial. Sehubungan dengan ini, kebutuhan-kebutuhan
pelayanan dan perawatan medis dipenuhi melalui fasilitas - fasilitas yang tersedia yang
mencakup;
(1) sistem perawatan rumah tangga,
(2) sistem perawatan tradisional yang diberikan oleh Prametra (pemraktek atau praktisi medis
tradisional), dan
(3) sistem perawatan formal (biomedis atau kedokteran).
xii
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar pengetahuan manfaat biomedis
umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan
tertentu yang secara langsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajat
kesehatan mereka.
Dalam berbagai model penyakit, faktor sosial berperan menghasilkan unsur penyebab
peyakit atau memperbesar peluang orang untuk kontak dengan kuman (agen) penyakit.
Faktor sosial dapat mempengaruhi konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan perilaku
seksual. Namun faktor sosial tersebut tidak berperan dalam etiologi penyakit karena
timbulnya penyakit pada seseorang ada mekanismenya tersendiri.
Stres atau ketegangan sosial mengakibatkan reaksi tubuh tidak dapat menyesuaikan
sehingga menimbulkan penyakit.
Bagi orang yang berpendidikan rendah maka peningkatan penghasilan bekaitan dengan
kemungkinan menderita rematik arthritis. Akan tetapi angka rematik lebih tinggi pada
mereka yang berpenghasilan rendah di antara mereka yang berpendidikan tinggi (King
dan Cobb,1958:474)
Status perkawinan memberi penjelasan tentang angka kematian. Tingginya angka bunuh
diri pada bujangan , janda dan duda dibandingkan dengan orang yang sedang menikah
menunjukkan bahwa mereka lebih rawan untuk melakukan perbuatan tersebut, dan bila
angka bunuh diri pada kedua kelompok jenis kelamin dijadikan standar maka pria
bujangan atau duda lebih rawan dibandingkan dengan para gadis dan janda
(Durkheim,1952:197-198)
Status sosial ekonomi merupakan ukuran yang penting. Dengan melihat pekerjaan orang
tua maka proporsi orang yang mendapat gangguan jiwa mulai dari status teringgi hingga
terendah adalah 17,5%; 16,4%; 20,9%; 24,5%; 29,4% dan 32,7% (Srolle dkk.,1962)
xiii
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar
dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur
satu tempat dengan tempat lainnya.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daei
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan
yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
xiv
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi
kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat,
berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.
xv
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 2002). Kesehatan merupakan suat
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suat totalitas
kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995). Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke
dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien
dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan klien sesuai dengan budaya klien.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
xvi
keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawanan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).
xvii
GAMBARAN KASUS
Ny. H seorang ibu rumah tangga yang berusia 24 tahun datang dari UGD ke ruang
perawatan penyakit dalam bersama perawat, suami, dan anaknya. dengan keluhan Ny. H
adalah badannya terasa panas sudah 3 hari, kepala terasa sakit, mual, muntah, tidak nafsu
makan dan lemas. Pendidikan terakhir Ny. H adalah SMP (MTS). Ny. H beragama Islam, iya
berpandangan bahwa sakitnya karena ujian dari Allah SWT. Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh perawat didapatkan TTV TD 100/ 70 mmHg, suhu 38, Nadi 60 x/mnt, pernafasan 17 x/
mnt, bercak merah pada kulit, uji bendung positif, terdapat hematomegali dan hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan Ht > 20 %, penurunan trombosit < 50
Rb/ul, dan penurunan leokosit sampai 4 rb/ul . dan dokter mendiagnoasa Ny. H DHF. Dokter
menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi
trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Ny. H
langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain. Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit Akan
tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali dokter pernah
menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H mengabaikannya dengan
alasan kedokterpun sudah bisa sembuh. Dalam biaya pengobatan Ny. H dan suaminya tidak
ada masalah karena Ny. H dan suaminya sudah mempunyai tabungan. Ny. H dan keluarga
mempunyai kebiasaan makan sehari – hari adalah makanan hewani jarang memakan
makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi.
xviii
PEMBAHASAN KASUS
4.2 Implementasi Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang
Keluarga Yaitu pada Kasus Saat:
Ny. H dan keluarga mempunyai kebiasaan makan sehari – hari adalah makanan hewani
jarang memakan makanan nabati. Makanan yang dipantang adalah daging babi.
4.3 Implementasi Soial Budaya dalam Askep Sehubungan dengan Sudut Pandang
Masyarakat Yaitu p ada Kasus Saat:
Dokter menyarankan Ny. H harus dirawat kurang lebih 5 hari dan harus melakukan transfusi
trombosit sampai pada keadaan normal karena penurunan trombosit yang rendah. Ny. H
langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan tranfusi trombosit
dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku kalimantan tidak boleh
menerima tranfusi dari orang lain.
xix
4. Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini : Ny. H jarang memeriksakan dirinya ke rumah sakit
Akan tetapi Ny. H pernah jatuh sakit dan hanya berobat keklinik dokter saja. Sesekali
dokter pernah menyarankan pemeriksaan berlanjut ke laboratorium namun Ny. H
mengabaikannya dengan alasan kedokterpun sudah bisa sembuh
D. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
1. Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga : Seorang suami dan karyawan
swasta
2. Bahasa yang digunakan : Istri dan suaminya menggunakan bahasa Indonesia.
3. Kebiasaan makan dan makanan yang dipantang dalam kondisi sakit : Ny. H dan keluarga
mempunyai kebiasaan makan sehari –har makanan hewani jarang memakan makanan
nabati. Makanan yang dipantang adalah daging baby.
xx
4. Persepsi sakit yang berkaitan dengan aktivitas sehari – hari : Dalam Kasus tidak
dijelaskan sehingga perawat harus mengkaji kepada pasien.
E. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
1. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung : didalam kasus tidak
tercamtum akan tetapi berdasarkan kebijakan beberapa rumah sakait jam
berkunjungPertama, di pagi hari yang di mulai pukul 10.00 sampai 12.00. Serta sore hari
yang dimulai pukul 16.00 sampai 18.00. Untuk mengefektifkan jam kunjungan tersebut,
kini rumah sakit menertibkannya dengan menempatkan petugas di seluruh pintu masuk.
2. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu : berdasarkan kebijakan beberapa rumah
sakit jumlah keluarga yang boleh menunggu tidak lebih dari 2 orang.
3. Cara pembayaran untuk perawatan : Dalam Kasus tidak dijelaskan sehingga perawat
harus mengkaji kepada pasien.
xxi
1. Resiko tinggi : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak ade kuat.
DS : Pasein mengatakan perutnya terasa mual, muntah, tidak nafsu makan dan lemas
DO : Perawat melakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan hepatomegali.
2. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan sistem nilai budaya yang diyakini.
DS : Pasien mengatakan dirinya tidak ingin dilakukan trasnfusi trombosit dari orang lain.
DO : Ny. H langsung menolak setelah mendengar bahwa dirinya harus melakukan
tranfusi trombosit dengan alasan dalam kepercayaan dan budayanya yaitu suku
kalimantan tidak boleh transfusi dari orang lain.
xxii
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen tambahan dan obat antiemetik
Intervensi :
Tanggal 20 mei 2013 pukul 09.00 WIB
a. Lakukan identifikasi alasan menolak transfusi trombosit. Menanyakan kepada pasien
mengapa tidak setuju dilakukan transfusi trombosit
b. Bersikap tenang dan tidak terburu - buru saat berinteraksi dengan klien.
c. Lakukan negosiasi untuk menjelaskan dan meyakinkan kepada pasien tentang kemanfaatan
pengobatan yang diberikan. Berikan penjelasan bahwa keadaan trombosit saat ini sangat
rendah yang tidak dapat dilakukan dengan bantuan makanan, obat oral dan transfusi dari
anggota keluarga karena harus mencari trombosit yang cocok untuk diri yang akan
memakan waktu lama sehingga harus malalui transfusi trombosit yang sudah ada dirumah
sakit. Apabila tidak dilakukan akan berdampak negatif bagi pasien
d. Gunakan bahasa dan terminologi yang mudah dipahami oleh pasien.
e. Menggunkan pihak ketiga yaitu suami atau anaknya untuk membantu meyakini transfusi
trombosit.
f. Lakukan Informed Consent apabila pasien tetap tidak ingin transfusi trombosit.
4.4.4 Evaluasi
Diagnosa I
Tanggal 20 mei 2013 pukul 13.00 WIB
S : Pasien mengatakan dirinya setuju dilakukan transfusi trombosit agar suami dan istrinya
dapat bahagia.
xxiii
O : wajah pasien menunjukan kesetujuannya, pasien tidak menolak ketika perawat mulai
melakukan tindakan, adanya peningkatan trombosit sampai 5 rb/ul.
A : Masalah meyakinkan klien untuk melakukan transfusi teratasi namun belum mengalami
peningkatan trombosit yang cukup.
P : Lanjutkan Intervensi Keperawatan untuk pemberian kembali transfusi trombosit 400 cc/
jam.
I : pukul 15.00 WIB Transfusi trombosit 400 cc/jam dilakukan
E : Pasien tampak tenang dan tidak ada penolakan untuk dilakukan transfusi trombosit
kembali.
R : kaji ulang
Diagnosa II
Tanggal 24 mei 2013 pukul 08.00 WIB
S : Pasien mengatakan dirinya sudah tidak merasakan mual, nafsu makan meningkat
O : pasien menghabiskan makanan yang disediakan dirumah sakit dan pasien tampak tenang.
A : pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi sehingga masalah teratasi.
P : lanjutkan intervensi keperawatan untuk perawatan dirumah
• anjurkan banyak makan sayur
• anjurkan berorahraga
• mengenakan pakainya panjang
• mengenakan obat penangkal ketika tidur
• membersihan kamar mandi dan bak mandi
• Tetap Menjaga kesehatan
I : 08.30 WIB Melaksanakan intervensi Keperawatan
E :pasien menerima informasi yang disampaikan dan menunjukan pemahamannya.
R : Kaji Ulang
xxiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perkawanan dan dalam arti luas adalah
ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Aspek sosial budaya yang mempengaruhi status
kesehatan dan perilaku kesehatan terdiri dari perilaku sadar yang menguntungkan
kesehatan, perilaku sadar yang merugikan kesehatan, perilaku tidak sadar yang merugikan
kesehatan, perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan.
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat
pada kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.2 Saran
Kami menyarankan agar tenaga kesehatan tidak meremehkan ilmu sosiologi karena
sosiologi juga berperan dalam ilmu kesehatan dan juga banyak manfaatnya dalam praktik
keperawatan.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Artika. 2016. Implementasi social budaya dalam asuhan keperawatan. http://
jemariinspirasimu. blogspot. co.id/ 2016/ 01/ implementasi-sosbud dalam askep. html.
(Diakses pada tanggal 09 September 2016 pukul 15.15 WIB)
xxvi