Anda di halaman 1dari 11

Gambar 1.9.

Profil Temperatur dalam Perpindahan Panas Konveksi dan konduksi

Aliran panas yang mengalir secara konveksi adalah,

𝑞 = ℎ 𝐴 (𝑇 − 𝑇𝑤 ) 1.7.1

Koefisien pindah panas h bukan sifat fisik dari suatu material tetapi besarnya bergantung dari keadaan,
seperti laju alir fluida, suhu, bentuk antar muka dan jenis materialnya.
Secara empiris besarnya koefisien pindah panas dipengaruhi beberapa bilangan tidak berdemensi seperti
bilangan Prandtl, Reynold dan Nusselt.

𝜌𝜗𝐷
𝑁𝑅𝑒 = 1.7.8
𝜇

ℎ. 𝐷
𝑁𝑁𝑢 = 1.7.9
𝑘

𝜇𝐶𝑃
𝑁𝑃𝑟 = 1.7.10
𝑘

Koefisien pindah panas h

Untuk aliran laminer Nre < 2100

ℎ𝑖. 𝐷 𝐷 𝜇𝑏
𝑁𝑁𝑈 = = 1,86 [𝑁𝑅𝑒 . 𝑁𝑃𝑟 . ] 1/3 [ ] 0,14 1.7.11
𝐾 𝐿 𝜇𝑤

Untuk aliran turbulen Nre> 6000 dan L/D > 60

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/1
ℎ𝑖. 𝐷 1 𝜇𝑏
𝑁𝑁𝑈 = = 0,027[𝑁𝑅𝑒 ] 0,8 [𝑁𝑃𝑟 ] ⁄3 [ ] 0,14 1.7.12
𝐾 𝜇𝑤

Koreksi harga hi apabila L/D < 60 ;

2<(L/D)<20
ℎ𝑖′ 𝐷
= 1 + [ ]0,7 1.7.13
ℎ𝑖 𝐿

20<(L/D)<60
ℎ𝑖′ 𝐷
= 1 + 6[ ] 1.7.14
ℎ𝑖 𝐿

Untuk Aliran transisi

Gambar 1.10. Kurva Hubungan Antara Konveksi terhadap Aliran Transisi

Soal 1.1
Udara pada tekanan 206,8 kPa dan temperatur rata-ratanya 477,6 K dipanaskan dan mengalir dalam pipa
yang berdiameter dalam 25,4 mm dengan kecepatan alir 7,62 m/s. Media pemanasnya adalah steam
488,7 K terkondensasi di luar pipa. Koefisien pindah panas konveksi dari steam ke dinding pipa adalah
beberapa ribu W/m2. Dan tahanan dari dinding logam sangat kecil, sehingga temperatur dinding sebelah
dalam dapat dianggap sama dengan temperatur steam. Hitung koefisien pindah panas konveksi untuk
L/D > 60 dan juga laju alir flux panas q/A. Diketahui udara pada 477,6 K (204,4), μb = 2,60 X 10-5 Pa.s, k=
0,03894 W/m, NPr= 0,686. Pada 488,7 K (215,5) μw = 2,64 X10-5 Pa.s.

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/2
3. Evaporator
Operasi perpindahan panas menggunakan alat ini disertai dengan pendidihan dan perpindahan
massa dikarenakan proses pendidihan. Dalam alat evaporator uap dari cairan yang dididihkan diambil
sehingga konsentrasinya meningkat. Pemakaian alat ini dalam industri sangat luas, seperti pemekatan
larutan gula, sodium hidroksida, gliserol, perekat, susu, dan jus buah. Pada operasi ini tujuannya adalah
memperoleh cairan pekat sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam kasus lain adalah mengevaporasi air
laut untuk memperoleh air minum. Kasus lain pula adalah pemekatan untuk tujuan memperoleh kristal,
proses ini disebut kristalisasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap operasi evaporasi ini adalah konsentrasi liquid,
kelarutan padatan, sensitifitas material terhadap suhu, foaming dan frothing, tekanan dan temperatur
operasi juga bahan kontruksi dan kerak yang terbentuk.
Gambar di bawah adalah contoh dari beberapa tipe alat evaporator.

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/3
Gambar 3.1. Tipe Dari Evaporator
Metode operasi dari evaporator adalah: Singgle-effect evaporators, forward-feed multiple-effect
evaporator, backward-feed multiple-effect evaporator dan Paralel-feed multiple-effect evaporators.

Gambar 3.2. Singgle Effect Evaporator

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/4
Gambar 3.3. Multiple Effect Evaporator

Koefisien pindah panas keseluruhan U


Koefisien pindah panas ini tersusun dari konveksi yang terjadi pada pengembunan steam yang
harganya kira-kira 5700 W/m2.K, konduksi metal yang biasanya berharga sangat besar, sehingga
hambatannya sering diabaikan, tahanan kerak pada sisi liquid dan koefisien film liquid. Berikut tabel
berbagai harga U dari tipe-tipe evaporator

Tabel 3.1. Harga (U) dalam Berbagai Evaporator


Overall U
Tipe Evaporator
W/m2.K Btu/h.ft2.oF

Short tube vertical, natural circulation 1100 – 2800 200 - 500

Horizontal-tube, natural circulation 1100 – 2800 200 - 500

Long-tube vertical, natural circulation 1100 – 4000 200 - 700

Long-tube vertical, force circulation 2300 – 11.000 400 - 2000

Agitated film 680 – 2300 120 - 400

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/5
Metode Perhitungan Untuk Single Effect Evaporator
𝑞 = 𝑈𝐴 ∆𝑇 2.5.1

Gambar 3.4. Neraca Massa dan Energi Untuk Singgle Effect


𝐹 =𝐿+𝑉 2.5.2
𝐹𝑋𝐹 = 𝐿𝑋𝐿 + 𝑉𝑦 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑦 = 0 2.5.3
𝐹ℎ𝐹 + 𝑆𝐻𝑆 = 𝐿ℎ𝐿 + 𝑉𝐻𝑉 + 𝑆ℎ𝑆 2.5.4
𝜆 = 𝐻𝑆 − ℎ𝑆 2.5.5
𝐹ℎ𝐹 + 𝑆𝜆 = 𝐿ℎ𝐿 + 𝑉𝐻𝑉
𝑞 = 𝑆(𝐻𝑆 − ℎ𝑆 ) = 𝑆𝜆 2.5.6

Contoh
Evaporator efek tunggal kontinyu memekatkan larutan garam 9.072 kg/h dari 1,0 % berat ke 1,5 % berat.
Aliran larutan garam ini masuk dengan suhu 311,0 K dan tekanan dalam evaporator adalah 101,325 kPa
(1 Atm). Steam yang digunakan adalah saturated steam pada 143 kPa. Koefisien pindah panas
keseluruhan U = 1.704 W/m2.K. Hitung produk/hasil dari uap dan fasa cair dan luas penampang pindah
panas dari evaporator yang diperlukan. Asumsikan titik didih dari larutan sama dengan titik didih dari air
(karena larutan encer).

Jawab
Neraca massa
𝐹 = 𝐿 + 𝑉+V
.072=L+V
𝐹𝑋𝐹 = 𝐿𝑋𝐿
9.072 . (0,01) = 𝐿 . (0,015))
=6048 kg/h

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/6
𝑉 = 3024 𝑘𝑔/ℎ

Kapasitas panas dari feed diasumsikan 𝑐𝑝 = 4,14 𝑘𝐽⁄𝑘𝑔. 𝐾 ; titik didih larutan diasumsikan sama

dengan air, dalam hal ini adalah 373,2 K sehingga 𝐻𝑉 adalah panas laten dari air pada 373,2 K, dari
steam tabel diperoleh 2.257 kJ/kg. Panas laten dari steam pada 143,3 kPa adalah 2.230 kJ/kg (TS =
383,2 K)
Entalpy dari feed dapat dihitung dari
ℎ𝐹 = 𝑐𝑃𝐹 (𝑇𝐹 − 𝑇1 )
ℎ𝐿 = 𝑐𝑃𝐿 (𝑇𝐿 − 𝑇1 )
𝑇𝐿 = 𝑇1
ℎ𝐿 = 0
𝐹ℎ𝐹 + 𝑆𝜆 = 𝐿ℎ𝐿 + 𝑉𝐻𝑉
9.072(4,14)(311,0 − 373,2) + 𝑆(2.230) = 6.048(0) + 3.024(2.257)
𝑆 = 4.108 𝑘𝑔 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚/ℎh
=SH_S- h_S= Sλ=4.1082.2301.000/3.600= 2.544.000 W
𝑞 = 𝑈𝐴 ∆𝑇T
.544.000=UA ∆T=1704A(383,2-373,2)
𝐴 = 149,3 𝑚2

Larutan Dengan Titik Didih Bertambah


Dalam mayoritas kasus larutan yang digunakan bukan encer, sehingga sifat-sifat dari larutan tidak sama
dengan air saja. Sifat-sifat yang berbeda seperti titik didih yang lebih tinggi dan kapasitas panasnya.
Sebagai contoh adalah kenaikan titik didih dari larutan NaOH, semakin besar konsentrasi akan semakin
tinggi titik didihnya.

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/7
Gambar 3.5. Garis Duhring untuk Larutan NaOH

Contoh
Pada pemekatan larutan dalam evaporator, tekanan yang digunakan adalah 25,6 kPa dan larutan yang
ada dalam evaporator konsentrasinya 30% NaOH. Tentukan berapa titik didih larutan dalam evaporator
dan berapa kenaikan titik didihnya (Boling Point Rise) terhadap air murni pada tekanan yang sama?

Jawab
Dari steam table, titik didih air pada 25,6 kPa adalah 65,6 oC kemudian digunakan untuk plot ke grafik
diperoleh titik didih larutan 30% NaOH adalah 79,5 oC.
BPR = 79,5 – 65,6 = 13,9 oC.

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/8
Diagram Entalpi-konsentrasi Larutan
Dalam larutan dengan konsentrasi padatan yang cukup tinggi, mengabaikan kehadiranya dalam
memperhitungkan entalpinya akan menyebabkan kesalahan dalam perhitungan neraca energi.

Gambar 3.6. Konsentrasi – Enthalpy untuk sistem Air – larutan NaOH

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/9
Soal 3.1
Sebuah evaporator digunakan untuk memekatkan 4.536 kg/h dari larutan 20% NaOH dalam air masuk
pada 60oC menghasilkan 50% larutan NaOH. Steam yang digunakan adalah saturated steam dengan
tekanan 172,4 kPa dan tekanan yang digunakan dalam evaporator adalah 11,7 kPa. Koefisien pindah
panas adalah 1.560 W/m2.K. Hitung kebutuhan steam yang digunakan, ekonomi steam (kg uap yang
diuapkan/kg steam yang digunakan) dan luas permukaan pindah panas dalam m2!

--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/10
--------------------------------------------------------------------------------Perpan/Agus-Dj/11

Anda mungkin juga menyukai