Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

MODUL BENDAHARA
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAH

DISUSUN OLEH:
NO. NAMA NPM NO. URUT
1. DARREN DWITAMA 1401180070 6
2. REISA MAHARDIKA 1401180114 27
3. RIZKY RIDHO DWINANDA 1401180116 29

KELAS 9-01
PRODI DIPLOMA IV AKUNTANSI ALIH PROGRAM (NON AKT)
NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga karya
tulis ini dapat diselesaikan. Karya tulis ini juga dapat diselesaikan atas bantuan Bapak Agung
Triyanto Joko Marsono selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi
Pemerintah yang telah berbagi pengetahuan, serta semua pihak yang telah menyediakan data untuk
keperluan penulisan karya tulis ini.
Karya tulis yang berjudul “Modul Bendahara Sistem Informasi Akuntansi Pemerintah”
membahas proses pelaksanaan anggaran oleh Bendahara Satker yang dilakukan di Indonesia
menggunakan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Sistem Aplikasi Keuangan
Tingkat Instansi (SAKTI).
Penulisan karya tulis ini hanya terbatas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan literatur lain yang terkait. Oleh karena itu, tidak dilakukannya penelitian langsung di
lapangan membuat karya tulis ini tidak sempurna sehingga masih banyak ruang untuk perbaikan ke
depannya.

Tangerang Selatan, November 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
B. Ruang Lingkup.............................................................................................................................. 2
C. Tujuan dan Manfaat ...................................................................................................................... 2
D. Sistematika Pembahasan ............................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................................. 4
A. Gambaran Umum Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara ............................................... 4
B. Gambaran Umum Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi ................................................... 5
C. Koneksitas SPAN dan SAKTI ...................................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................................................... 11
A. Sumber Data Penelitian............................................................................................................... 11
B. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................................... 11
C. Teknik Analisis Data................................................................................................................... 11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................... 12
A. Modul Bendahara SAKTI ........................................................................................................... 12
B. Pelaksanaan Modul Bendahara oleh Bendahara Pengeluaran .................................................... 13
C. Pelaksanaan Modul Bendahara oleh Bendahara Penerimaan ..................................................... 20
D. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara................................................................................... 21
E. Integrasi Modul Bendahara dengan Modul SAKTI Lainnya ...................................................... 22
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................. 25
A. Simpulan ..................................................................................................................................... 25
B. Saran ........................................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Garis Besar Flow Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi 9
Gambar II.2 Interaksi SAKTI dengan SPAN 10
Gambar IV.1 Siklus Transaksi Uang Persediaan (UP) 14
Gambar IV.2 Siklus Penggantian Uang Persediaan (GUP) 15
Gambar IV.3 Siklus Tambahan Uang Persediaan (TUP) 16
Gambar IV.4 Siklus GUP Nihil/PTUP 16
Gambar IV.5 Siklus Transaksi UPKP dan GUPKP 17
Gambar IV.6 Siklus Pembayaran LS Bendahara/Dana Titipan 18
Gambar IV.7 Siklus Setoran PNBP SBS 18
Gambar IV.8 Siklus Setoran PNBP Non SBS 19
Gambar IV.9 Siklus Pengembalian Belanja 19
Gambar IV.10 Unduh Daftar RPL dan ADK SPRINT 21
Gambar IV.11 Integrasi Modul Bendahara dengan Modul SAKTI Lainnya 22
Gambar IV.12 Integrasi Modul Bendahara dengan Modul Persediaan dan Aset Tetap 23
Gambar IV.13 Mekanisme Perolehan Pembelian 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya tuntutan masyarakat akan pengelolaan anggaran negara yang transparan, akuntabel,
terintegrasi, dan berbasis kinerja menjadi faktor pendorong bagi pemerintah untuk melaksanakan
reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara. Hal tersebut selaras dengan kebutuhan dari
internal pemerintah untuk mengantisipasi perkembangan tumbuh pesatnya kemajuan di bidang
teknologi informasi.
Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 merupakan komitmen bersama dalam memperbaiki sistem penganggaran negara.
Pelaksanaan peraturan keuangan negara perlu didukung oleh sistem manajemen penganggaran dan
perbendaharaan yang menunjang pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan oleh pengelola
keuangan baik oleh Chief Financial Officer (CFO) sebagai Bendahara Umum Negara maupun Chief
Operating Officer (COO) sebagai pengguna anggaran.
Pemerintah melalui Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 Tahun 2003 tanggal 9 Juni
2003, melaksanakan proses transformasi menuju e-government. Untuk mewujudkan terbentuknya e-
government di lingkup Kementerian Keuangan dan memungkinkan tercapainya profesionalitas dan
kualitas pengelolaan keuangan negara, pemerintah melaksanakan sebuah proyek penyempurnaan
manajemen keuangan dan administrasi penerimaan pemerintah yang dikenal dengan nama
Government Financial Management and Revenue Administration Project (GFMRAP). GFMRAP
meliputi 4 bidang besar, yaitu Manajemen Keuangan Publik, Administrasi Pendapatan, Tata kelola
dan Akuntabilitas, serta Tata kelola Proyek dan Implementasi.
Sebagai pelopor, Kementerian Keuangan telah memulai proses reformasi sejak tahun 2004.
Perubahan yang dilaksanakan mencakup aspek penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan
peningkatan manajemen sumber daya manusia. Saat ini perubahan sedang dilakukan pada sisi
pembenahan proses bisnis dan sistem informasi manajemen. Hal inilah yang melatarbelakangi
munculnya Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Sistem Aplikasi Keuangan
Tingkat Instansi (SAKTI).
Ide dasar dari SPAN dan SAKTI adalah integrasi sistem informasi manajemen keuangan
negara ke dalam satu kesatuan sistem. Proses bisnis yang selama ini terpisah-pisah diupayakan
1
terhubung satu sama lain dalam satu jaringan dan database. Tujuannya adalah peningkatan kualitas
pengelolaan keuangan negara, akurasi dan akuntabilitas data, serta kualitas laporan keuangan yang
lebih baik.
SPAN merupakan komponen terbesar GFMRAP yang selanjutnya menjadi pondasi untuk
reformasi manajemen keuangan negara. SPAN diimplementasikan dengan menggunakan Treasury
Reference Model (TRM) sebagai dasar atau acuan, dengan modifikasi sesuai dengan kebutuhan
Pemerintah Indonesia. TRM tersebut menggarisbawahi pentingnya integrasi pengelolaan keuangan
negara sebagai dasar bagi tata kelola dan akuntabilitas keuangan negara. Sebagai pondasi
manajemen keuangan publik, SPAN akan memfasilitasi arah kebijakan penganggaran, mendukung
pertanggungjawaban dari para pengguna anggaran, meningkatkan efisiensi pengelolaan
perbendaharaan, memfasilitasi reformasi akuntansi dan pelaporan, mengurangi biaya pinjaman, dan
memperkuat keamanan dan kredibilitas data keuangan.
Di sisi satuan kerja (satker), perubahan yang akan dilaksanakan meliputi penyederhanaan
aplikasi yang saat ini jumlahnya sangat banyak pada satuan kerja dengan database yang terpisah-
pisah, menjadi satu aplikasi dengan database yang terintegrasi. Penyederhanaan sistem aplikasi ini
bertujuan untuk mengurangi terjadinya duplikasi pekerjaan dan pengulangan entry data. Duplikasi
pekerjaan dan entry data pada praktiknya seringkali menyebabkan terjadinya perbedaan data antara
satu aplikasi dengan aplikasi lainnya sehingga informasi yang dihasilkan pun menjadi tidak akurat.
Penggabungan aplikasi dan database pada tingkat satuan kerja akan diwujudkan dalam SAKTI.

B. Ruang Lingkup
Karya tulis ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai proses pelaksanaan anggaran
menggunakan SPAN dan SAKTI yang dilakukan oleh bendahara satker. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan literatur lain
yang terkait dengan SPAN dan SAKTI.

C. Tujuan dan Manfaat


Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai proses pelaksanaan
anggaran yang dilakukan oleh bendahara satker saat ini dengan menggunakan sistem informasi
manajemen keuangan negara yang terintegrasi yang diwujudkan oleh SPAN dan SAKTI.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagaimana pelaksanaan anggaran
harus dilaksanakan oleh bendahara satker. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

2
evaluasi bagi instansi pemerintah dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
anggaran di Indonesia. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif bagi penelitian selanjutnya terkait pelaksanaan anggaran oleh bendahara satker.

D. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini direncanakan akan terdiri dari lima bab, di mana tiap-tiap bab tersebut akan
berisi pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan yang menggambarkan garis
besar/pokok-pokok pembahasan secara menyeluruh.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai berbagai macam teori yang diambil dari berbagai literatur
yang dianggap relevan dengan penelitian serta aturan-aturan terkait SPAN dan SAKTI.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, serta
teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjabarkan hasil penelitian mengenai penerapan SPAN dan SAKTI di
Indonesia.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi simpulan dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan. Pernyataan-
pernyataan singkat sebagai simpulan akan dikemukakan sebagai pencapaian tujuan
penulisan. Di samping itu, akan disampaikan saran-saran yang dipandang perlu.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Gambaran Umum Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara


Dengan adanya SPAN, fungsi-fungsi pengelolaan keuangan yang ada pada beberapa unit
yang berbeda seperti perencanaan dan penganggaran di Direktorat Jenderal Anggaran (DJA),
manajemen DIPA, pembayaran, serta penyusunan laporan keuangan di Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPb) dan fasilitasi dukungan teknologi informasi di Pusat Sistem Informasi dan
Teknologi Keuangan (Pusintek) dapat terintegrasi ke dalam suatu sistem yang sama.
Dengan mengacu pada TRM yang digunakan di beberapa negara, SPAN memfasilitasi arah
kebijakan penganggaran, mendukung pertanggungjawaban dari para pengguna anggaran,
meningkatkan efisiensi pengelolaan perbendaharaan, memfasilitasi reformasi akuntansi dan
pelaporan, mengurangi biaya pinjaman, serta memperkuat keamanan dan kredibilitas data keuangan.
Implementasi SPAN yang merupakan bagian dari Program Reformasi Pengganggaran dan
Perbendaharaan dalam lingkup Kementerian Keuangan dilaksanakan melalui tiga komponen utama,
yaitu reformasi proses bisnis, reformasi sistem teknologi informasi, dan tata kelola perubahan.
Dengan mendasarkan pada program tersebut, SPAN dibangun dengan menggunakan tiga pilar, yaitu
penyempurnaan proses bisnis, dukungan teknologi informasi, dan manajemen komunikasi dan
perubahan.
Dalam rangka penyempurnaan proses bisnis, maka di dalam SPAN disusun modul-modul
yang dapat dikelompokkan dalam tiga proses, yaitu:
1. Perencanaan Anggaran, yang terdiri atas Modul Penyusunan Anggaran (Budget Preparation).
2. Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri atas:
a. Modul Manajemen DIPA (Management of Spending Authority),
b. Modul Manajemen Komitmen (Commitment Management),
c. Modul Manajemen Pembayaran (Payment Management),
d. Modul Penerimaan Negara (Government Receipt), dan
e. Modul Manajemen Kas (Cash Management).
3. Akuntansi dan Pelaporan, terdiri atas:
a. Modul Buku Besar dan Bagan Akun Standar (General Ledger and Chart of Accounts) dan
b. Modul Pelaporan (Reporting).
4
Di sisi lain, SAKTI adalah aplikasi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan SPAN
pada instansi pemerintah, meliputi antara lain modul penganggaran, modul komitmen, modul
pembayaran, modul bendahara, modul persediaan, modul aset tetap, modul piutang, serta modul
akuntansi dan pelaporan. SPAN digunakan dalam lingkup Kementerian Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara (BUN), sedangkan SAKTI digunakan oleh Kementerian/Lembaga (K/L) selaku
Pengguna Anggaran (PA).
Adapun sasaran yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN meliputi:
1. otomasi proses operasional penganggaran dan pengelolaan kas, aset, dan utang pemerintah,
2. peningkatan keandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, aset, dan utang pemerintah,
3. peningkatan efisiensi layanan kepada K/L, masyarakat, dan perbankan,
4. peningkatan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang lebih
komprehensif, akurat, dan tepat waktu,
5. penyediaan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat, serta tepat waktu antara pemerintah dan
perbankan,
6. penyediaan jejak audit (audit trail) untuk memfasilitasi proses audit akun pemerintah, dan
7. mengintegrasikan data pada berbagai subsistem manajemen keuangan pemerintah.

B. Gambaran Umum Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi


Satker merupakan unit terkecil dalam lingkup K/L yang melakukan pengelolaan dana
APBN dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional melalui DIPA. Dengan demikan,
penyempurnaan aplikasi keuangan satker harus sesuai dengan SPAN mengingat kualitas data SPAN
sangat bergantung pada kemampuan sistem aplikasi keuangan di satker yang akan dikembangkan.
Adapun SAKTI adalah sistem aplikasi keuangan yang meliputi seluruh proses pengelolaan
keuangan negara pada satker dimulai dari proses penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan
pelaporan keuangan. SAKTI akan digunakan oleh satuan kerja yang tersebar di seluruh Indonesia
yang memiliki karakteristik yang beragam, mulai dari yang memiliki fasilitas infrastruktur dan
teknologi informasi yang sangat lengkap sampai dengan fasilitas yang sangat minim. SAKTI
merupakan gabungan beberapa aplikasi yang sebelumnya tersebar pada beberapa kewenangan,
seperti bendahara, KPB, PPK, dan PPSPM. Dengan adanya SAKTI, maka satker difasilitasi untuk
menyusun laporan keuangan tingkat satker.
Idealnya, pengembangan SPAN diarahkan agar dapat diakses oleh seluruh satker dari
seluruh K/L. Akan tetapi, pengembangan jaringan sistem informasi dengan melibatkan satuan kerja

5
yang mencapai lebih dari 24.000 satuan kerja tentu membutuhkan ketersediaan infrastruktur yang
sangat besar. Selain itu, penggunaan aplikasi untuk pengguna yang sangat banyak, tentu saja
membutuhkan investasi yang sangat besar, terutama dalam hal lisensi penggunaan aplikasi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dikembangkanlah SAKTI yang pada dasarnya
merupakan SPAN mini. Hal ini disebabkan adanya prinsip mirror berupa kesesuaian antara SAKTI
dan SPAN yang bertujuan agar SAKTI dan SPAN tidak mengalami kesulitan dalam transfer data
antar-aplikasi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan memberi kemudahan kepada satker,
maka dikembangkan pula Aplikasi Portal SPAN dan Aplikasi SMS Gateway. Bersama SAKTI,
ketiga aplikasi tersebut merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian dari reformasi pengelolaan
keuangan sektor publik pada tingkat satker.
SAKTI mencakup seluruh proses pengelolaan keuangan negara pada satker dimulai dari
proses penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan. Tiap-tiap proses pengelolaan
keuangan diperankan oleh modul-modul aplikasi sebagai berikut:
1. proses penganggaran diperankan oleh Modul Penganggaran,
2. proses pelaksanaan diperankan oleh beberapa modul, yaitu Modul Komitmen, Modul
Bendahara, dan Modul Pembayaran,
3. proses akuntansi pelaporan diperankan oleh Modul Aset Tetap, Modul Persediaan, Modul
Piutang, dan Modul GL dan Pelaporan, serta
4. pengelolaan referensi yang diperankan oleh Modul Administrasi.
Adapun fitur-fitur yang dimiliki SAKTI antara lain:
1. Integrasi Database
Seluruh database modul-modul yang ada di dalam SAKTI terintegrasi. Integrasi database ini
memungkinkan untuk mengakses data melalui seluruh modul yang berhubungan. Dengan
demikian, database yang terdapat pada SAKTI dapat digunakan mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, hingga proses pertanggungjawaban.
2. Single Entry Point
Dengan sistem integrasi, sekali input data dapat digunakan oleh seluruh modul SAKTI sehingga
tidak perlu dilakukan input database berkali-kali.
3. Multi User Multi Satker
SAKTI dapat digunakan oleh seluruh kementerian pada setiap level satker di seluruh Indonesia.
SAKTI dapat digunakan untuk user Pengguna Anggaran atau pun Bendahara Umum Negara.

6
SAKTI juga dapat memiliki beberapa user yang dapat dipakai oleh seluruh satker. Seluruh data
dari perekaman tersebut akan disimpan dalam peladen yang dikelola oleh Kementerian
Keuangan selaku BUN, melalui sistem SPAN. Dengan demikian, proses rekapitulasi data dapat
dilakukan secara real time.
4. Level User
Pada SAKTI terdapat beberapa level user yang memiliki fungsi dan tugas yang berbeda
disesuaikan dengan kewenangan dan jabatan user. Level Maker digunakan oleh operator untuk
merekam data transaksi. Hasil dari perekaman tersebut masih dapat diubah atau pun dihapus.
Transaksi yang direkam oleh operator tidak tampil dalam laporan sebelum dilakukan validasi
oleh user checker. Level Checker bertugas untuk melakukan validasi dengan output yang tidak
dapat diubah dan dihapus, tetapi tidak tampil dalam laporan, siap untuk disetujui atau dibatalkan
dan level ini dilakukan oleh validator. Level Approver bertugas melakukan approve dengan
hasil yang tidak dapat diubah dan dihapus, tampil dalam laporan, terbentuk jurnal.
5. Penerapan Access Control List (ACL)
ACL adalah pengelompokan paket menu berdasarkan kategori sehingga Administrator dapat
menentukan menu transaksi ataupun izin akses menu transaksi tersebut. Setiap pengguna akan
memilki batasan-batasan kewenangan sesuai dengan tingkatannya. Kebenaran transaksi yang
direkam akan dicek melalui mekanisme check and balance oleh beberapa pihak sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing.
6. Kompatibilitas SPAN
Interkoneksi antara SAKTI dan SPAN yang digunakan secara internal oleh Kementerian
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara memberikan kemudahan bagi satker dengan
ditiadakannya kebutuhan untuk datang ke KPPN.
7. Basis Akuntansi Akrual Secara Transaksional
SAKTI menggunakan pencatatan berbasis akrual secara transaksional sesuai amanat undang-
undang. Jurnal yang dihasilkan terbentuk di tiap-tiap tahapan transaksi. Setiap informasi pada
pencatatan didasarkan pada dokumen yang muncul pada saat transaksi dilakukan.
8. Open-Closing Period
Open-Closing Period merupakan fitur untuk melakukan buka-tutup periode buku saat periode
transaksi dinyatakan berakhir. Closing Period dapat dilakukan oleh setiap modul. Pada saat
Modul Akuntansi dan Pelaporan melakukan closing period maka modul lainnya secara otomatis
melakukan tutup buku pada periode berkenaan. Penambahan pencatatan transaksi setelah proses

7
closing dapat dilakukan pada periode selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan
konsistensi laporan keuangan yang telah terbit.
9. Locking Transaksi
Semua transaksi yang sudah melewati proses persetujuan dikunci sehingga tidak dapat diubah
atau dihapus. Dengan demikian, apabila dibutuhkan penyesuaian terhadap transaksi
bersangkutan, pengguna harus mencatat jurnal koreksi. Hal ini untuk menjamin validitas dari
tiap-tiap transaksi yang ada.
10. Periode Akuntansi (Unaudited dan Audited)
Periode Akuntansi pada SAKTI terdiri dari 12 periode normal, periode unaudited, dan periode
audited. Periode normal terdiri dari periode Januari sampai dengan Desember. Periode 13
(Periode Unaudited) digunakan untuk mencatat transaksi koreksi pada periode 12 setelah
dilakukan tutup buku sampai dengan periode sebelum audit. Transaksi Periode 14 (Periode
Audited) adalah transaksi koreksi ketika periode 13 telah dilakukan tutup buku sampai berakhir
periode telah dilakukan audit.
11. ADK Interface (Encrypted, Hashed, PIN)
Untuk meningkatkan keamanan data, setiap data yang dihasilkan dari aplikasi SAKTI akan
ditandatangani secara digital menggunakan PIN oleh pejabat yang berwenang. Untuk membuka
data tersebut diperlukan kode encrypt yang dibuat dengan sistem hashed yang terdapat dalam
aplikasi SAKTI.
12. Historical dan Log Data
Setiap pencatatan, perubahan, dan penghapusan data akan dicatat dalam database SAKTI.
SAKTI juga mempermudah dalam melakukan penelusuran data dari setiap transaksi yang
dilakukan. Dengan demikian, setiap perubahan pada data pada pembukuan dapat dilakukan
penelusuran dan perbandingan dari data.

C. Koneksitas SPAN dan SAKTI


Untuk berkomunikasi dengan SPAN, perlu dibuat aplikasi-aplikasi pendukung sebagai
media untuk mengirimkan, menerima, dan memonitor data transaksi keuangan, yaitu Portal SPAN
dan SMS Gateway. Secara garis besar, gambar SAKTI dan model integrasinya serta interkoneksi
dengan SPAN dapat dilihat pada Gambar II.1
Satker tidak dapat mengakses sistem SPAN secara langsung, melainkan dengan
menggunakan interkoneksi antara SAKTI dan SPAN. Sebagai sebuah aplikasi SPAN mini, SAKTI

8
pada satker akan terhubung dengan SPAN pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
dengan menggunakan beberapa metode, baik dengan menggunakan ADK seperti yang telah
dilaksanakan selama ini, dengan dikirim oleh kurir maupun ekspedisi, atau melalui jaringan internet.
Untuk memperlancar koneksitas Aplikasi Satker, maka perlu dibuat aplikasi-aplikasi
pendukung yang bertujuan memudahkan satker dalam mengirimkan dan memonitor data transaksi
keuangannya. Beberapa aplikasi pendukung yang dibutuhkan antara lain Portal SPAN dan SPAN-
SMS Service. Secara umum koneksitas ketiga aplikasi tersebut dengan SPAN dapat digambarkan
dalam Gambar II.2.
Gambar II.1 Garis Besar Flow Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi

Dengan demikian, fasilitas pengiriman, konfirmasi, dan pengambilan data dapat dilakukan
melalui kurir, ekspedisi, internet, ataupun SMS. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh
SAKTI dalam berkoneksi dengan SPAN bersifat optional dalam arti satuan kerja yang berada di
daerah terpencil dan memiliki hambatan dalam komunikasi internet, tetap diberi kesempatan untuk
melakukan interaksi dengan KPPN melalui cara dan sistem lama.
9
Gambar II.2 Interaksi SAKTI dengan SPAN

10
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Sumber Data Penelitian


Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan literatur yang terkait dengan SPAN dan SAKTI.

B. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka untuk mengumpulkan
berbagai teori dan konsep yang relevan dalam buku, jurnal, artikel, dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data mengurangi atau mengeliminasi data-data yang tidak penting bagi penelitian
agar dapat dipilih hal-hal pokok yang membantu mencapai tujuan penulisan.
2. Penyajian data (data display)
Penyajian data yang digunakan adalah teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan simpulan
Dari data yang didapatkan, dikategorikan, dan dicari polanya, dilakukan penarikan
simpulan akhir. Simpulan awal masih bersifat sementara dan dapat berubah apabila tidak ditemukan
bukti yang cukup dan memadai untuk mendukung simpulan awal.

11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Modul Bendahara SAKTI


Modul Bendahara SAKTI merupakan bagian dari kelompok Modul Pelaksanaan Anggaran
yang fungsinya adalah menitikberatkan pada proses penatausahaan penerimaan dan pengeluaran
negara melalui Bendahara. Kewenangan pengguna Operator dalam Modul Bendahara adalah
melakukan perekaman, perubahan, dan penghapusan data transaksi bendahara melalui SAKTI.
Operator Modul Bendahara antara lain Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan. Adapun
fungsi dari Modul Bendahara meliputi:
1. Pengelolaan UP/GUP dan TUP/PTUP,
2. Pengelolaan dana titipan/LS bendahara,
3. Pengelolaan penerimaan PNBP Umum,
4. Pengelolaan penerimaan PNBP Fungsional, dan
5. Penyusunan LPJ Bendahara.
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja
Negara dalam pelaksanaan APBN pada Kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.
Penatausahaan transaksi Bendahara Pengeluaran dalam Modul Bendahara antara lain terdiri atas:
1. migrasi Saldo Awal Bendahara Pengeluaran;
2. transaksi Uang Persediaan (UP);
3. transaksi Penggantian Uang Persediaan (GUP)/GUP Nihil;
4. transaksi Tambahan Uang Persediaan (TUP);
5. transaksi Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan (PTUP);
6. transaksi Uang Persediaan Kembali Pajak (UPKP);
7. transaksi Penggantian Uang Persediaan Kembali Pajak (GUPKP);
8. transaksi dan Pembayaran LS Bendahara/dana titipan;
9. transaksi Setoran PNBP Umum;
10. transaksi Pungutan dan Setoran Perpajakan;
11. transaksi Setoran Pengembalian Belanja;
12. transaksi Pengelolaan Kas Hibah;
12
13. transaksi Pencatatan Dana Kas Masuk Badan Layanan Umum; dan
14. transaksi Pengelolaan Rekening Pemerintah.
Dalam menatausahakan transaksi, Bendahara Pengeluaran dapat dibantu oleh 1 (satu) atau
beberapa Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) dengan menggunakan kewenangan Operator
Bendahara Pengeluaran Pembantu. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah orang yang ditunjuk
sebagai pembantu bendahara pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak
guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu. Kewenangan Operator BPP meliputi seluruh
kewenangan Bendahara Pengeluaran, kecuali:
1. mencatat SP2D pada pembukuan bendahara;
2. merekam transaksi hibah;
3. membuat usulan UP; dan
4. membuat rincian pembiayaan TUP.
Sedangkan Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada Kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.
Penatausahaan transaksi Bendahara Penerimaan meliputi:
1. migrasi saldo awal Bendahara Penerimaan;
2. transaksi setoran PNBP Fungsional;
3. transaksi pengelolaan rekening pemerintah; dan
4. transaksi pengelolaan dana titipan Bendahara Penerimaan.

B. Pelaksanaan Modul Bendahara oleh Bendahara Pengeluaran


1. Migrasi Saldo Awal Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran melaksanakan Migrasi Saldo Awal dalam hal penggunaan SAKTI
untuk kali pertama dan/atau terjadi pergantian tahun anggaran. Migrasi saldo awal Bendahara
Pengeluaran dilakukan melalui perekaman data saldo akhir tahun anggaran yang lalu ke dalam
saldo awal tahun anggaran berjalan oleh Operator.
2. Transaksi Uang Persediaan (UP)
Penatausahaan transaksi UP pada Modul Bendahara terdiri atas membuat usulan UP dan
mencatat pembukuan SP2D UP. Usulan UP menjadi dasar pembuatan SPM UP. Dalam hal
SPM UP telah diterbitkan SP2D, Bendahara Pengeluaran melakukan pencatatan SP2D UP

13
dalam pembukuan bendahara. Siklus Transaksi Uang Persediaan (UP) ditunjukkan oleh Gambar
IV.1.
Gambar IV.1 Siklus Transaksi Uang Persediaan (UP)

3. Transaksi Penggantian Uang Persediaan (GUP)/GUP Nihil


Bendahara Pengeluaran melakukan penatausahaan transaksi GUP/GUP Nihil yang terdiri atas
penatausahaan transaksi GUP/GUP Nihil tanpa Uang Muka dan transaksi GUP/GUP Nihil
dengan Uang Muka. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan
yang dikelolanya setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
b. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:
i. pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
ii. nilai tagihan yang harus dibayar;
iii. jadwal waktu pembayaran; dan
iv. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
c. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian/kontrak; dan
d. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran (akun 6
digit).
Siklus Penggantian Uang Persediaan (GUP) dapat dilihat dalam Gambar IV.2.

14
Gambar IV.2 Siklus Penggantian Uang Persediaan (GUP)

4. Transaksi Tambahan Uang Persediaan (TUP)


Dalam penatausahaan transaksi TUP, Bendahara Pengeluaran merekam Rincian Pembiayaan
TUP. Bendahara Pengeluaran merekam rincian akun dan nilai TUP yang diminta dan apabila
SPM TUP telah diterbitkan SP2D, Bendahara Pengeluaran melakukan pencatatan SP2D TUP
dalam pembukuan bendahara. Siklus Tambahan Uang Persediaan (TUP) dapat dilihat dalam
Gambar IV.3.

15
Gambar IV.3 Siklus Tambahan Uang Persediaan (TUP)

5. Transaksi Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan (PTUP)


Penatausahaan transaksi PTUP dilakukan dengan mencatat SP2D PTUP pada pembukuan
bendahara setelah SPM PTUP diterbitkan SP2D. Transaksi PTUP terdiri atas transaksi PTUP
tanpa Uang Muka dan transaksi PTUP dengan Uang Muka. Adapun siklus GUP Nihil/PTUP
dapat dilihat dalam Gambar IV.4.
Gambar IV.4 Siklus GUP Nihil/PTUP

16
6. Transaksi Uang Persediaan Kembali Pajak (UPKP)
Penatausahaan transaksi UPKP dilakukan dengan mencatat SP2D UPKP pada pembukuan
bendahara setelah SPM UPKP diterbitkan SP2D.
7. Transaksi Penggantian Uang Persediaan Kembali Pajak (GUPKP)
Penatausahaan transaksi GUPKP dilakukan dengan mencatat SP2D GUPKP pada pembukuan
bendahara setelah SPM GUPKP diterbitkan SP2D. Siklus Transaksi Uang Persediaan Kembali
Pajak (UPKP) dan Transaksi Penggantian Uang Persediaan Kembali Pajak (GUPKP)
ditunjukkan oleh Gambar IV.5.
Gambar IV.5 Siklus Transaksi UPKP dan GUPKP

8. Transaksi dan Pembayaran LS Bendahara/Dana Titipan


Dana Titipan adalah dana yang dikelota oleh Bendahara Pengeluaran selain Uang Persediaan
dalam rangka pelaksanaan APBN. Bendahara Pengeluaran melakukan penatausahaan transaksi
LS Bendahara/dana titipan dengan membukukan SP2D LS Bendahara pada pencatatan kas
masuk bendahara pengeluaran. Penatausahaan dana titipan selain LS Bendahara dilakukan
dengan mencatat dana titipan pada pembukuan bendahara. Penyaluran Dana LS Bendahara/dana
titipan kepada pihak yang berhak menerima dilakukan dengan pembayaran dana titipan.
Sedangkan penyaluran dana titipan selain LS Bendahara kepada pihak yang berhak menerima
dilakukan dengan membukukan dana titipan pada pencatatan kas keluar Bendahara
pengeluaran. Adapun siklus Pembayaran LS Bendahara/Dana Titipan dapat dilihat dalam
Gambar IV.6.
17
Gambar IV.6 Siklus Pembayaran LS Bendahara/Dana Titipan

9. Transaksi Setoran PNBP Umum


Penatausahaan transaksi Setoran PNBP Umum terdiri atas penatausahaan transaksi Setoran
PNBP tanpa SBS (non SBS) dan transaksi Setoran PNBP dengan SBS. SBS adalah tanda bukti
penerimaan yang diberikan oleh Bendahara pada penyetor. Penatausahaan Setoran PNBP non
SBS dilakukan dengan mencatat detil setoran dan NTPN. Sedangkan terhadap Setoran PNBP
dengan SBS, Bendahara Pengeluaran melakukan antara lain mencatat uang masuk, mencatat
setoran PNBP umum, dan mencetak SBS. Siklus Setoran PNBP SBS dapat dilihat dalam
Gambar IV.7 sedangkan Siklus Setoran PNBP Non SBS dalam Gambar IV.8.
Gambar IV.7 Siklus Setoran PNBP SBS

18
Gambar IV.8 Siklus Setoran PNBP Non SBS

10. Transaksi Pungutan dan Setoran Perpajakan


Penatausahaan transaksi Pungutan dan Setoran Perpajakan merupakan penatausahaan terhadap
pajak yang berasal dari transaksi uang persediaan Bendahara Pengeluaran. Penatausahaan
Pungutan Perpajakan dilakukan dengan mencatat pungutan perpajakan atas dasar Surat Perintah
Bayar atau dokumen lainnya yang ditentukan. Sedangkan penatausahaan Setoran Perpajakan
dilakukan dengan mencatat detil setoran atas pungutan pajak terkait.
11. Transaksi Setoran Pengembalian Belanja
Penatausahaan transaksi Setoran Pengembalian Belanja merupakan penatausahaan terhadap
setoran pengembalian belanja yang telah dilakukan proses pencatatan SP2D. Hal tersebut
dilakukan dengan mencatat detil setoran pengembalian belanja dan pengesahan pengembalian
belanja. Siklus Pengembalian Belanja dapat dilihat dalam Gambar IV.9.
Gambar IV.9 Siklus Pengembalian Belanja

19
12. Transaksi Pengelolaan Kas Hibah
Penatausahaan transaksi Pengelolaan Kas Hibah merupakan penatausahaan terhadap dana hibah
yang telah tercatat dalam DIPA. Penatausahaan transaksi kas hibah tersebut dilakukan dengan
merekam transaksi masuk kas hibah dan kuitansi kas hibah.
13. Transaksi Pencatatan Dana Kas Masuk Badan Layanan Umum
Penatausahaan transaksi Pencatatan Dana Kas Masuk Badan Layanan Umum merupakan
penatausahaan terhadap pencatatan uang masuk dana kas BLU. Transaksi tersebut dilakukan
dengan merekam transaksi uang masuk bendahara penerimaan.
14. Transaksi Pengelolaan Rekening Pemerintah
Penatausahaan transaksi Pengelolaan Rekening Pemerintah merupakan penatausahaan terhadap
informasi rekening pemerintah berupa pengelolaan rekening Bendahara Pengeluaran dan
Rekening Pemerintah Lainnya.

C. Pelaksanaan Modul Bendahara oleh Bendahara Penerimaan


1. Migrasi Saldo Awal Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan melaksanakan Migrasi Saldo Awal dalam hal penggunaan SAKTI untuk
kali pertama dan/atau terjadi pergantian tahun anggaran. Migrasi saldo awal Bendahara
Penerimaan dilakukan melalui perekaman data saldo akhir tahun anggaran yang lalu ke dalam
saldo awal tahun anggaran berjalan oleh Operator.
2. Transaksi setoran PNBP Fungsional
Penatausahaan transaksi Setoran PNBP Fungsional dilakukan sesuai dengan pengaturan
mengenai penatausahaan transaksi Setoran PNBP Umum.
3. Transaksi Pengelolaan Rekening Pemerintah
Penatausahaan transaksi Pengelolaan Rekening Pemerintah merupakan penatausahaan terhadap
informasi rekening pemerintah berupa pengelolaan rekening Bendahara Penerimaan dan
Rekening Pemerintah Lainnya.
4. Transaksi Pengelolaan Dana Titipan Bendahara Penerimaan
Penatausahaan transaksi Pengelolaan Dana Titipan Bendahara Penerimaan merupakan
penatausahaan terhadap dana titipan yang dikelola oleh Bendahara Penerimaan. Hal tersebut
dilakukan dengan pencatatan kas masuk Dana Titipan pada pembukuan Bendahara Penerimaan.
Pengembalian Dana Titipan kepada pihak yang berhak menerima dilakukan dengan pencatatan
kas keluar Dana Titipan.

20
D. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara adalah laporan yang dibuat oleh Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran atas uang/surat berharga yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban
pengelolaan uang. Penyusunan LPJ Bendahara meliputi dua kondisi, yaitu secara periodik dan
secara insidentil/sewaktu-waktu. LPJ Bendahara terdiri atas LPJ Bendahara Pengeluaran, LPJ
Bendahara Pengeluaran Pembantu, dan LPJ Bendahara Penerimaan. LPJ Bendahara disampaikan ke
KPPN sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai kedudukan dan
tanggung jawab Bendahara pada Satker pengelola APBN.
LPJ Bendahara yang dibuat di dalam SAKTI merupakan turunan (subledger account) dari
akun-akun terkait bendahara yang disajikan dalam laporan keuangan satker. Dengan menggunakan
SAKTI, tidak diperlukan lagi rekonsiliasi internal antara SAI dan LPJ mengingat keduanya disusun
dalam sistem yang sama. Penyusunan LPJ Bendahara meliputi Buku Kas Umum, Buku Pembantu,
LPJ Bendahara, Pemeriksaan Kas, Monitoring UP, dan Monitoring Uang Muka.
Pembuatan LPJ bulanan pada SAKTI terdiri dari proses cetak LPJ, cetak Daftar RPL, dan
proses unduh ADK SPRINT untuk kebutuhan rekonsiliasi bulanan dengan KPPN mitra. Untuk saat
ini, cetak LPJ dilakukan pada aplikasi SAKTI, sementara cetak Daftar RPL dan unduh ADK
SPRINT untuk LPJ SAKTI diunduh secara terpisah pada tautan
http://intra.perbendaharaan.go.id/modul/mon_sakti/. Contoh pengunduhan Daftar RPL dan ADK
SPRINT dapat dilihat dalam Gambar IV.10.
Gambar IV.10 Unduh Daftar RPL dan ADK SPRINT

21
Pada tampilan laman intra, user hanya perlu memilih satker dan periode LPJ yang akan
diunduh ADK-nya kemudian mengklik tombol Lanjut. Setelah klik tombol Lanjut, secara otomatis
akan muncul tabel yang berisi data RPL Bendahara Pengeluaran ataupun rekening Bendahara
Penerimaan (jika ada). Selanjutnya user hanya perlu mengklik tombol Cetak untuk mencetak lembar
daftar rekening dan mengklik tombol Download ADK untuk mengunduh ADK LPJ bulanan untuk
selanjutnya diproses di KPPN mitra untuk rekonsiliasi LPJ bulanan.

E. Integrasi Modul Bendahara dengan Modul SAKTI Lainnya


Gambar IV.11 menunjukkan integrasi Modul Bendahara SAKTI dengan modul lainnya.
Gambar IV.11 Integrasi Modul Bendahara dengan Modul SAKTI Lainnya

Salah satu cara perolehan barang persediaan dan aset tetap pada aplikasi SAKTI adalah
melalui kuitansi yang dihasilkan dari siklus GUP/TUP. Pada saat membuat kuitansi yang merupakan
belanja akun 5218 (Belanja Barang Persediaan), 523112 (Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan
Gedung dan Bangunan), 523123 (Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin),
523134 (Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan), 523135 (Belanja Barang
Persediaan Pemeliharaan Irigasi), 523136 (Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jaringan),
22
523191 (Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Lainnya), dan akun 53 (aset tetap), bendahara
pengeluaran akan menginput kode barang beserta kuantitasnya. Bendahara pengeluaran hanya
menginput kode barang dan kuantitas, sementara pendetilan jenis barang lebih lanjut dilakukan oleh
operator Modul Persediaan. Penginputan kode serta kuantitas barang persediaan/aset tetap ini
ditujukan agar operator Modul Persediaan dan Modul Aset Tetap dapat langsung melanjutkan
pendetilan barang yang bersumber dari kuitansi. Integrasi Modul Bendahara dengan Modul
Persediaan dan Aset Tetap ditunjukkan oleh Gambar IV.12.
Gambar IV.12 Integrasi Modul Bendahara dengan Modul Persediaan dan Aset Tetap

Mekanisme perolehan pembelian Barang Milik Negara ditunjukkan oleh Gambar IV.13.

23
Gambar IV.13 Mekanisme Perolehan Pembelian

24
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan APBN yang
meliputi modul penganggaran, modul komitmen, modul pembayaran, modul penerimaan, modul
kas, dan modul akuntansi dan pelaporan.
2. Salah satu tujuan pengembangan sistem SPAN adalah mempermudah proses penganggaran
yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Dalam sistem SPAN, proses
penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran akan makin terintegrasi sehingga meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara.
3. SPAN dan SAKTI merupakan respons atas tuntutan masyarakat akan pengelolaan anggaran
negara yang transparan, akuntabel, terintegrasi, dan berbasis kinerja.
4. SPAN memfasilitasi arah kebijakan penganggaran, mendukung pertanggungjawaban dari para
pengguna anggaran, meningkatkan efisiensi pengelolaan perbendaharaan, memfasilitasi
reformasi akuntansi dan pelaporan, mengurangi biaya pinjaman, dan memperkuat keamanan
dan kredibilitas data keuangan.
5. SAKTI adalah aplikasi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan SPAN pada instansi
pemerintah, meliputi antara lain modul penganggaran, modul komitmen, modul pembayaran,
modul bendahara, modul persediaan, modul aset tetap, modul piutang, serta modul akuntansi
dan pelaporan.
6. SAKTI merupakan penyederhanaan sistem aplikasi yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya
duplikasi pekerjaan dan pengulangan entry data dengan menyatukan aplikasi yang saat ini
jumlahnya sangat banyak pada satuan kerja dengan database yang terpisah-pisah menjadi satu
aplikasi dengan database yang terintegrasi.
7. SAKTI pada satker dapat terhubung dengan SPAN pada KPPN dengan menggunakan beberapa
metode, baik dengan menggunakan ADK seperti yang telah dilaksanakan selama ini, dengan
dikirim oleh kurir maupun ekspedisi, atau melalui jaringan internet.

25
8. Modul Bendahara SAKTI merupakan bagian dari kelompok Modul Pelaksanaan Anggaran yang
fungsinya adalah menitikberatkan pada proses penatausahaan penerimaan dan pengeluaran
negara melalui Bendahara.
9. Operator Modul Bendahara antara lain Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan.
10. Penatausahaan transaksi Bendahara Pengeluaran dalam Modul Bendahara antara lain terdiri atas
migrasi Saldo Awal Bendahara Pengeluaran, transaksi UP, transaksi GUP/GUP Nihil, transaksi
TUP, transaksi PTUP, transaksi UPKP, transaksi GUPKP, transaksi dan Pembayaran LS
Bendahara/dana titipan, transaksi Setoran PNBP Umum, transaksi Pungutan dan Setoran
Perpajakan, transaksi Setoran Pengembalian Belanja, transaksi Pengelolaan Kas Hibah,
transaksi Pencatatan Dana Kas Masuk BLU, dan transaksi Pengelolaan Rekening Pemerintah.
11. Bendahara Pengeluaran dapat dibantu oleh 1 (satu) atau beberapa BPP yang kewenangannya
meliputi seluruh kewenangan Bendahara Pengeluaran, kecuali mencatat SP2D pada pembukuan
bendahara, merekam transaksi hibah, membuat usulan UP, dan membuat rincian pembiayaan
TUP.
12. Penatausahaan transaksi Bendahara Penerimaan meliputi migrasi saldo awal Bendahara
Penerimaan, transaksi setoran PNBP Fungsional, transaksi pengelolaan rekening pemerintah,
dan transaksi pengelolaan dana titipan Bendahara Penerimaan.
13. LPJ Bendahara yang dibuat di dalam SAKTI merupakan turunan (subledger account) dari akun-
akun terkait bendahara yang disajikan dalam laporan keuangan satker. Dengan menggunakan
SAKTI, tidak diperlukan lagi rekonsiliasi internal antara SAI dan LPJ mengingat keduanya
disusun dalam sistem yang sama.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. SAKTI perlu dikembangkan secara berkesinambungan agar dapat dijalankan dengan lebih stabil
sehingga proses perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran dapat berjalan
lancar.
2. Pemerintah seyogyanya mengupayakan agar dapat mengintegrasikan aplikasi KRISNA
Bappenas ke dalam SPAN sehingga Indonesia hanya memiliki satu sistem penganggaran yang
terintegrasi.

26
3. Di samping itu, perlu juga mengintegrasikan e-billing pajak dan Modul Penerimaan Negara
Generasi 3 ke dalam SPAN dan/atau SAKTI.
4. Sistem lain yang juga seyogyanya diupayakan untuk diintegrasikan ke dalam SPAN dan/atau
SAKTI antara lain sistem e-procurement, SIMAN DJKN, dan sistem SDM dan Gaji.
5. Pemerintah seyogyanya dapat menyediakan data warehouse untuk mendukung SPAN dan
SAKTI.
6. Pemerintah juga perlu mengupayakan untuk mengintegrasikan antarmuka sistem dengan sistem
keuangan daerah dan sistem jaminan sosial.
7. Pemerintah perlu mempertimbangkan penggunaan teknologi Social Media, Mobile Apps, Data
Analytics, Cloud, Internet of Things (SMACIT) dan blockchain.
8. Penelitian selanjutnya seyogyanya dapat menambah teknik pengumpulan data melalui observasi
secara langsung terhadap proses bisnis yang ada.

27
DAFTAR PUSTAKA

Islam, Saiful dkk. 2010. Modul Manajemen DIPA. Jakarta: Direktorat Transformasi
Perbendaharaan.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2013. Modul SPAN dan SAKTI Manajerial. Jakarta.
Direktorat Transformasi Perbendaharaan. 2013. Panduan Aplikasi SPAN Berbasis Peran Buku
KPPN Ver 2.2. Jakarta.
Sudarto. 2019. Pengembangan Integrated Financial Management Information System (IFMIS) di
Indonesia. Indonesian Treasury Review, 4(2), 87-103.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003, Nomor 47. Jakarta:
Sekretariat Negara.
------------. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 5.
Jakarta: Sekretariat Negara.
------------. 2012. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012, Nomor 1191. Jakarta:
Sekretariat Negara.
------------. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 154/PMK.05/2014
tentang Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 1062. Jakarta: Sekretariat Negara.
------------. 2018. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 159/PMK.05/2018
tentang Pelaksanaan Piloting Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018, Nomor 1715. Jakarta: Sekretariat Negara.
------------. 2018. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 178/PMK.05/2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018, Nomor 1736. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2014. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
PER-3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan
Pertanggungjawaban Bendahara pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara. Jakarta.
------------. 2018. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018 tentang
Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar. Jakarta.
djpbn.kemenkeu.go.id. (2018, 03 Juli). Cukup Satu Aplikasi SAKTI (Sistem Aplikasi Keuangan
Tingkat Instansi). Diakses pada 20 Oktober 2019, dari
http://www.djpbn.kemenkeu.go.id/kppn/tanjung/id/berita/berita-terbaru/202-berita-kantor-
pelayanan-perbendaharaan-negara/2817-cukup-satu-aplikasi-sakti-sistem-aplikasi-
keuangan-tingkat-instansi.html

Anda mungkin juga menyukai