Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus

dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau

menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus pada traktus intestinal (Price and Wilson, 2007).

Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah

aliran normal melalui saluran pencernaan (Brunner and Suddarth, 2001).

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).

2. KLASIFIKASI

Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruksi dibagi menjadi dua :

a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

Pada obstruksi usus halus dapat di sebabkan oleh perlekatan

usus, hernia, neoplasma, intususepsi (melipatnya bagian suatu alat ke

dalam bagian yang lain), volvulus, benda asing, batu empedu yang

masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus

(inflammatory bowel disease), steiktur, fibrokistik dan hematoma.


b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar

Kira-kira 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi

dapat terjadi di setiap bagian kolor terapi paling sering di sigmoid.

Penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, kelainan di vertikular,

inflamasi, tumor jinak, impkasi fekal atau pemadatan dan lain-lain.

3. ETIOLOGI

a. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering

ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa

disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau

proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh

adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi

abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat

menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.

b. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal,

insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua

sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab

tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi

abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan

hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.

c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi

intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal

dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.


d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia

terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip,

atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk

awal adanya intususepsi.

e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai

inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.

f. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,

seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab

obstruksi usus besar.

g. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong

empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau

usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,

umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang

menyebabkan obstruksi.

h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia,

inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.

i. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau

penumpukan cairan.

j. Benda asing, seperti bezoar.

k. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi,

atau hernia Littre.


l. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada

ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti

mekonium.

4. TANDA DAN GEJALA

a. Nyeri tekan pada abdomen

b. Muntah

c. Konstipasi (sulit BAB)

d. Distensi abdomen

e. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus

5. PATOFISIOLOGI

Ileus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ

abdomen, peritonitis, sepsis dan lain-lain, sedang ileus mekanis

disebabkan oleh perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dan lain-

lain. Adanya penyebab tersebut dapat mengakibatkan passage usus

terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus.

Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20

dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20 dan

natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler

sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan

perfusi jaringan, hipotensi dan asidosis metabolik.


Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding usus

sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Distensi dinding usus juga dapat

menekan kandung kemih sehingga terjadi retensi urine. Distensi juga

dapat menekan diafragma sehingga ventilasi paru terganggu dan

menyebabkan sulit bernafas. Selain itu juga distensi dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik dinding

usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi

pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam

peritoneum dan sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke

peritoneum akan menyebabkan peritonitis septikemia.

Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat

menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang

peristaltik dapat berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke

mulut, keadaan ini akan menimbulkan muntah-muntah yang akan

mengakibatkan dehidrasi. Muntah-muntah yang berlebihan dapat

menyebabkan kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung serta

penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan tanda dan

gejala alkalosis metabolik.

Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu : nyeri akut,

retensi urinarius, pola nafas tak efektif, perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, dan risiko kekurangan volume cairan.


6. KOMPLIKASI

a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga

terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.

b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada

organ intra abdomen.

c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan

baik dan cepat.


d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume

plasma.

7. PATHWAY
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan sinar x untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas

atau cairan dalam usus.

b. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan

jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan

kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.

c. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan

diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh

udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto

fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk

mengetahui tempat obstruksi

9. TINDAKAN PENANGANAN

a. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.

b. Menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan intubasi

dan didekompresi.

c. Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada).

d. Menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi

usus kembali normal.

e. Pembedahan :

1) Obstruksi Usus Halus

Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau

nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus


halus. Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi

yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum

pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti

kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).

Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus

tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari

obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan

pembedahannya adalah herniotomi.

2) Obstruksi Usus Besar

Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi

dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus.

Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum,

dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap

pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi.

Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk

mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan

permanen mungkin diperlukan.


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan

klien.

a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama, suku dan gaya hidup.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat

dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri

pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan

lepas, abdomen tegang dan kaku.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari

pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :

P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan

Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul

atau terus-menerus

R : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai

skala numeric 1 s.d 10


T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan

memperingan keluhan

3) Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,

riwayat ketergantungan terhadap makanan/ minuman, zat dan

obat-obatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang

sama dengan klien.

c. Pemeriksan fisik

1) Aktivitas/ istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk

Tanda : Kesulitan ambulasi

2) Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)

3) Eliminasi

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda : Perubahan warna urine dan feces

4) Makanan/ cairan

Gejala : Anoreksia, mual/ muntah dan haus terus menerus

Tanda : Muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa

pecah-pecah, kulit buruk


5) Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat

kolik

Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan

6) Pernapasan

Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan

Tanda : Napas pendek dan dangkal

d. Diagnostik Test

1) Pemeriksaan sinar X : akan menunjukkan kuantitas abnormal dari

gas dan cairan dalam usus.

2) Pemeriksaan simtologi

3) Hb dan PCV : meningkat akibat dehidrasi

4) Leukosit : normal atau sedikit meningkat

5) Ureum dan eletrolit : ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah

6) Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen

7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang : mencari penyebab

(batu empedu, volvulus, hernia)

8) Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder terhadap

distensi dinding usus

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

muntah

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2 sekunder

terhadap tekanan pada diafragma

d. Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar kandung

kemih sekunder terhadap tekanan pada kandung kemih

e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah

3. PERENCANAAN TINDAKAN

a. Dx 1 Nyeri akut berhubungan dengan kram abdomen sekunder

terhadap distensi dinding usus

Kriteria tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Rencana tindakan :

1) Catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10) dan karakteristik

nyeri

Rasional : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat

menunjukkan penyebaran penyakit atau terjadinya komplikasi


2) Beri tindakan nyaman (relaksasi, ubah posisi)

Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali

perhatian dan meningkatkan kemampuan koping

3) Observasi vital sign

Rasional : Respon autonomic meliputi perubahan TD, nadi dan

pernafasan yang berhubungan dengan keluhan nyeri.

Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi

lanjut

4) Kolaborasi dalam pemberian analgesic

Rasional : Pemberian analgesic membantu mengurangi rasa

nyeri

b. Dx 2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan muntah

Kriteria tujuan : mempertahankan nutrisi pasien adekuat

Rencana tindakan :

1) Catat masukan dan haluaran, timbang berat badan sesuai

indikasi

Rasional : Mengidentifikasi status asupan makanan

2) Batasi makanan yang menyebabkan kram abdomen (missal

produk susu)

Rasional : Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala

3) Konsul dengan ahli gizi

Rasional : Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien


4) Kolaborasi dalam pemberian antiemetic

Rasional : Pemberian antiemetik diharapkan mampu mencegah

muntah

c. Dx 3 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan O2

sekunder terhadap tekanan pada diafragma

Kriteria tujuan : Mempertahankan ventilasi adekuat

Rencana tindakan :

1) Awasi frekuensi, kedalaman pernapasan

Rasional : Pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada

sehubungan dengan akumulasi cairan dalam abdomen

2) Auskultasi bunyi napas

Rasional : Menunjukkan terjadinya komplikasi (adanya bunyi

tambahan menunjukkan akumulasi cairan/ sekresi)

3) Pantau tanda vital

Rasional : Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan

evaluasi lanjut

4) Ubah posisi dengan sering, dorong latihan napas dalam

Rasional : Membantu ekspansi paru dan memobilisasi secret

5) Berikan tambahan O2 sesuai indikasi

Rasional : Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

d. Dx 4 Retensi urinarius berhubungan dengan obstruksi jalan keluar

kandung kemih sekunder terhadap tekanan pada kandung kemih

Kriteria tujuan : berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi


Rencana tindakan :

1) Catat keluaran urine, selidiki penurunan aliran urine tiba-tiba

Rasional : Penurunan aliran urine tiba-tiba menunjukkan adanya

obstruksi. Penurunan haluaran urine berhubungan dengan

distensi abdomen.

2) Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian

kapiler dan mukosa mulut

Rasional : merupakan indicator keseimbangan cairan

e. Dx 5 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan yang berlebihan sekunder akibat muntah

Kriteria tujuan : Mempertahankan/ menunjukkan keseimbangan

cairan

Rencana tindakan :

1) Awasi jumlah dan tipe masukan cairan

Rasional : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali

mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan

kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit

2) Observasi tanda vital

Rasional : Hipotensi, takikardia dan demam dapat menunjukkan

respon thd dan atau efek kehilangan cairan

3) Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,

penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat

Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi


4) Kolaborasi pemberian cairan parenteral sesuai indikasi

Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan

penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan

5) Kolaborasi pemberian antiemetic

Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual dan muntah

4. EVALUASI

a. Nyeri berkurang atau hilang

b. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

c. Pasien mampu bernafas secara normal

d. Pasien mampu berkemih secara normal

e. Volume cairan pasien adekuat


DAFTAR PUSTAKA

Alief. M, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku

Kedokteran, EGC: Jakarta

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih Bahasa Setiawan,

dkk. Jakarta

Price and Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC

Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Diakses pada tanggal 3 Februari 2016, pukul 16.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai