Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

Bab I ............................................................................................................... 1

Pendahuluan ................................................................................................... 1

A. Latar belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

Bab II.............................................................................................................. 2

Pembahasan .................................................................................................... 2

A. Anatomi Saraf .................................................................................... 2


B. Pemeriksaan Neurologis..................................................................... 4
C. Pemeriksaan Neurologis Pada Kasus Hemiplegia ........................... 10

Bab III .......................................................................................................... 12

Penutup......................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................. 12

Daftar Pustaka .............................................................................................. 13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit saraf termasuk salah satu jenis penyakit yang menyerang
sistem saraf manusia. Terutama pusat sistem saraf manusia yang berada di
otak. Penyakit saraf dapat menyerang segala usia, mulai dari usia bayi
hingga orang tua. Gangguan atau kelainan sistem saraf pada manusia dapat
menimbulkan efek yang sangat kritikal sekali.
Terganggunya sistem saraf pada tubuh manusia, berakibat fatal
bagi kesehatan. Jika sudah begitu, manusia tidak akan bisa menjalankan
rutinitas kehidupannya secara normal. Biasanya, gejala awal suatu
penyakit saraf menyerang saraf manusia ditandai dengan gejala-gejala
tertentu yang muncul dalam skala yang sering.
Alternatif yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil diagnosis
yang lebih baik adalah pemeriksaan laboratorium, akan tetapi cara ini
relatif mahal dan butuh waktu lama untuk mengetahui hasilnya, selain itu
tidak semua daerah di Indonesia memiliki laboratorium diagnosis dengan
fasilitas yang memadai.
Oleh karena itu, guna mengurangi kesalahan diagnosa dan untuk
mempermudah mayarakat atau penderita mengetahui sejak dini penyakit
yang diderita sehingga tidak terlambat mendapatkan pengobatan
dikarenakan seorang dokter atau pakar memiliki keterbatasan waktu. Maka
dibangun suatu sistem yang dapat membantu menyelesaikan masalah
tersebut berupa sistem pakar penyakit saraf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi saraf pada extremitas?
2. Bagaimana pemeriksaan neurologis secara umum?
3. Bagaimana pemeriksaan neurologis pada kasus hemiplegi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi saraf pada extremitas superior dan inferior.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan neurologis secara umum.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan neurologis pada kasus hemiplegi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Saraf

Ada delapan saraf yang keluar dari tulang belakang leher, akan
tetapi hanya ada tujuh tulang belakang leher. Yang pertama melalui saraf
serviks ketujuh keluar di atas vertebra serviks dengan nomor yang sesuai,
sedangkan saraf serviks kedelapan keluar di bawah vertebra serviks
ketujuh dan di atas vertebra toraks pertama. Saraf toraks pertama
kemudian keluar di bawah vertebra toraks pertama (Gbr. 31).
Pleksus brakialis tersusun atas saraf yang berasal dari toraks
pertama dan empat level serviks yang lebih rendah (C5 hingga T1). Tak
lama setelah mereka keluar dari tubuh vertebral dan melewati antara
skalenus anticus dan otot-otot medius, akar saraf C5 dan C6 bergabung
membentuk batang atas. Akar saraf C8 dan Tl bergabung membentuk
batang bawah. C7 tidak bergabung dengan akar saraf lainnya; itu sendiri
membentuk batang tengah. Ketika batang-batang itu lewat di bawah
klavikula, mereka kemudian membelah untuk membentuk tali. Batang
atas (C5 dan C6) dan batang bawah (C8 dan T1) berkontribusi pada batang
tengah (C7), untuk membentuk kabel posterior. Batang tengah, pada
gilirannya, mengirimkan kontribusi untuk membentuk, dengan C5 dan C6,
kabel lateral. Penahan C8 dan Tl membentuk saraf medial . Tali ini
disebut "posterior," "lateral," dan "medial" dalam hubungannya dengan
nort kedua dari arteri aksila.

2
Cabang (saraf tepi) berasal dari persyarafan lateral. Saraf lateral
mengirim satu cabang untuk menjadi saraf muskulokutaneus. Cabang lain
dari saraf lateral bergabung dengan cabang dari saraf medial untuk
membentuk saraf median. Cabang kedua dari saraf medial menjadi saraf
ulnaris dan saraf posterior terbagi menjadi dua cabang: saraf axillary dan
saraf radial. Cabang-cabang dari persyarafan dapat diringkas sebagai
berikut:

 Dari saraf lateral:


1) saraf muskulokutaneus
2) bercabang ke saraf median

 Dari medial cord:


1) saraf ulnar
2) bercabang ke saraf median

 Dari cord posterior:


1) saraf axillary
2) saraf radial

Distribusi Sensori

Dari C5 ke Tl, setiap tingkat neurologis memasok sensasi ke sebagian


ekstremitas dalam suksesi dermatom di sekitar ekstremitas. Garis besar berikut
mencantumkan saraf primer yang terlibat dalam distribusi sensorik pleksus
brakialis:

 C5-lateral lengan

Saraf aksilaris lengan

 C6-lateral, ibu jari, indeks, dan setengah cabang

Sensoris jari tengah dari saraf muskulokutaneus

 C7-jari tengah
 C8-cincin dan jari-jari kecil, medial medial saraf antebrachial-
cutaneous (dari kabel posterior)
 T1-medial arm

Nervus Cutaneus medial brachial (dari kabel posterior) (Gbr. 32)

3
B. Pemeriksaan Neurologis
Pengujian Otot
Extremitas Atas
 Deltoid: C5 Saraf Aksila
Deltoid adalah otot tiga bagian: (1) anterior deltoid melipat, (2)
deltoid tengah menculik dan (3) Deltoid posterior adalah bahu. Untuk
menguji kekuatan deltoid, tahan gerakan fleksi bahu, abduksi, dan
ekstensi, seperti yang dijelaskan pada halaman 25 hingga 27 (Gambar
57 hingga 59 Bahu Bab).
 Bisep: Saraf Musculocutaneous C5-C6
Bisep bertindak sebagai fleksor untuk bahu dan siku dan sebagai
supinator untuk lengan bawah. Tes kekuatan biseps relatif terhadap
fleksi siku untuk menentukan integritas neurologisnya. Karena otot
brachialis (fleksor utama siku lainnya) juga dipersarafi oleh saraf
muskulokutaneus, uji siku siku harus memberikan indikasi integritas C5
yang memadai.
Untuk menguji fleksi siku, instruksikan pasien Anda untuk
melenturkan sikunya perlahan-lahan dengan lengannya di atas saat
Anda menahan gerakannya. Untuk perincian lebih lanjut, lihat halaman
52 (Gbr. 38, Bab Siku).
 C7
1. Fleksi wrist
(Fleksor carpi radialis, nervus medianus)
(Fleksor carpi ulnaris, nervus ulnaris)
2. Ekstensi jari jari
(Extensor Digitorum Communis, nervus radial)
(Extensor Indicis, nervus radialis)
(Extensor Digiti Minimi, nervus radialis)

Extremitas Bawah

 Iliopsoas: saraf yang berasal dari T12, LI, L2, L3

Iliopsoas adalah fleksor utama pinggul. Untuk mengujinya,


mintalah pasien duduk di tepi meja pemeriksaan dengan kakinya
menggantung. Pertama, menstabilkan panggulnya dengan
meletakkan tangan Anda di atas iliac crest dan memintanya dari
meja. Sekarang, letakkan tangan Anda yang lain di atas bagian
femur distal lututnya dan minta dia untuk mengangkat pahanya
lebih jauh saat Anda menahan gerakannya. Setelah menentukan
resistensi maksimum yang dapat diatasi, ulangi tes untuk otot

4
iliopsoas yang berlawanan dan bandingkan kekuatan relatifnya.
Untuk detail pengujian, lihat halaman 160 secara aktif menaikkan
pahanya.

 L2, L3, L4 (Quadricep)


1. Extensi
(Femoral nerve)
 L5 (Hamstring)
1. Fleksi
(Semimembranosus, Tibial Portion of nervus sciatic)
(Semitendinosus,Tibial Portion of Nervus sciatic)
(Bicep Femoris, Tibial portion of nervus sciatic)
 L4,L5, S1, S2
1. Dorsifleksi
(Tibialis Anterior, deep peroneal nerve)
(Extensor Hallucis Longus, deep peroneal nerve)
(Extensor Digitorum Longus, deep peroneal Nerve)
2. Plantar Fleksor
(Peroneus longus and brevis, superficial peroneal nerve)
(Gastrocnemius and soleus, tibial nerve)
(Flexor Hallucis Longus, tibial nerve)
(Flexor Digitorum Longus, tibial nerve)
(Tibialis Posterior, tibial nerve)

Pengujian Refleks
Metodologi untuk menguji refleks :
Tujuan : Untuk mengukur Kualitas Tendon Bicep refleks
Instrument :
1. Pastikan palu karet atau ruber hummer telah tersedia disamping
ppemeriksa.
2. Pastikan bahwa pemeriksa telah mengetahui lokasi tendon yang
dlibatkan untuk membangkitkan refleks dengan tepat.

Persiapan Pasien :

1. Jelaskan prosedur test kepada pasien untuk memastikan pasien


paham dan koperatif.
2. Pastikan pasien tidak tegang atau rileks.
3. Posisikan Pasien senyaman mungkin dan tendon yang dites berada
pada posisi yang tepat.

5
Teknik Operasional:

1. Intruksional : “Saya akan menilai seberapa kuat refleks anda.


Cobalah untuk rileks dan alihkan perhatian anda sejenak dari
melihat test ini”. (Catatan : Bisa juga dengan mengajak Pasien
bercakap cakap atau memintanya melihat sesuatu)
2. Perhatian : jangan mengetuk tendon terlalu keras.
3. Upayakan Regio yang akan di Test, bebas dari pakaian yang dapat
menghambat atau menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat.
4. Ulangin test minimal tiga kali, untuk memperoleh hasil yang
akurat.
5. Catat hasil pengukuran refleks test pada medical record pasien.
 Bicep Tendon Refleks C5
1. Tetempatkan ibu jari tangan pemeriksa diatas tendon bicep
pasien pada fossa cubiti, lalu ketuklah jari anda dengan palu
refleks atau rubber hummer.
2. Lakukan test pada kedua tendon bicep untuk membandingkan
hasil keduanya.
3. Normal bila arkus refleks masih utuh, dan kontraksi yang cepat
dari otot bicep berupa fleksi elbow dan di ikuti relaksasi segera.
 Brachioradialis Tendon Refleks C6
1. Tempatkan ibu jari tangan pemeriksa diatas tendon
brachioradialis pasien pada processus styloideus radi, lalu
ketuklah jari anda dengan palu refleks atau rubber hummer.
2. Lakukan test pada kedua tendon untuk membandingkan
hasil keduanya.
3. Normal bila arkus refleks masih utuh, ada kontraksi yang
cepat dari otot brachioradialis berupa fleksi elbow dan di
ikuti relakksasi segera.
 Tricep Tendon Refleks C7
1. Tempatkan ibu jari tangan pemeriksa diatas tendon tricep
pasien pada fossa olecranon, lalu ketuklah jari anda dengan
palu refleks atau rubber hummer.
2. Lakukan test pada kedua tendon untuk membandingkan
kedua hasilnya.
3. Normal bila arkus refleks masih utuh, ada kontraksi yang
cepat dari otot tricep berupa ekstensi elbow dan diikuti
relaksasi segera.
 Patellar Tendon Refleks (L4)

6
1. Ketuklah tendon patella pasien dengan palu refleks atau
rubber hummer.
2. Lakukan test pada kedua tendon untuk membandingkan
hasil keduanya.
3. Normal bila arkus refleks masih utuh, ada kontraksi yang
cepat dari otot quadricep berupa ekstensi knee dan di ikuti
relaksasi segera.
 Achilles Tendon Refleks (S1)
1. Ketuklah tendon Achilles pasien dengan palu refleks atau
rubber hummer.
2. Lakukan test pada kedua tendon untuk membandingkan
hasil keduanya.
3. Normal bila arkus refleks masih utuh, ada kontraksi yang
cepat dari calf musculus berupa plantar ankle dan diikuti
relaksasi segera.

Parameter :
1. Grade 0 : tidak ada respon
2. Grade 1+ : refleks minimal (low normal)
3. Grade 2+ : Refleks sedang, respon yang diharapkan
(normal)
4. Grade 3+ : refleks cepat, sedikit hiperrefleks, tanpa
klonus.

Uji Sensori
 Sensasi taktil (Thigmesthesia)
1. Gunakan gumpalan kapas atau kertas atau kain dimana
ujungnya di upayakan sekecil mungkin untuk memperoleh
respon sensasi taktil sebagai media stimuli.
2. Instruksikan kepada pasien “Beritahukan kepada saya
dengan menjawab “Ya” terus setiap kali anda merasakan
sentuhan, dan di area tubuh mana anda merasakannya. Saya
akan menguji anda dengan mata anda tertutup”.
3. Sentuhkan salah satu media stimuli yang telah dipersiapkan
secara ringan dan lembut pada area wajah, punggung dan
ekstremitas pasien.
Parameter :
1. Anasthesia : Tidak adanya apresiasi sentuhan.
2. Hipoesthesia : Penurunan apresiasi sentuhan.

7
3. Hiperesthesia : Sensasi sentuhan berlebihan, sering terasa
tidak nyaman.
 Sensasi nyeri (Algesia)
1. Gunakan jarum pentul atau peniti (sejenis jarum dengan
salah satu ujungnya tajam dan tumpul) untuk memperoleh
respon sensasi nyeri sebagai media stimuli.
2. Instruksikan kepada pasien agar menjawab “Tajam” atau
“Tumpul” dalam keadaan mata tertutup untuk setiap kali
jarum pentul atau peniti disentuhkan kekulit pasien.
3. Sentuhkan salah satu media stimuli yang telah diersiapkan
secara ringan dan lembut pada jari tajam, lengan, tungkai,
dan area punggung pasien.
Parameter :
1. Analgesia : Tidak ada apresiasi nyeri.
2. Hypoalgesia : Penurunan apresiasi nyeri.
3. Hyperalgesia : Apresiasi nyeri berlebihan, sering
terasa tidak nyaman.
 Sensasi Suhu (Thermesthesia)
1. Gunakan tabung reaksi yang masing masing berisi air dingin
(suhu <5°𝐶), dan air panas (Suhu >45°𝐶) untuk memperoleh
respon sensasi suhu yang berbeda sebagai media stimuli.
2. Instruksikan kepada pasien agar menjawab “Panas” atau
“Dingin” dalam keadaan mata tertutup untuk setiap kali
tabung reaksi berbeda disentuhkan kekulit pasien.
3. Sentuhkan salah media stimuli yang telah dipersiapkan
secara ringan dan lembut pada area lengan, tungkai, dan area
punggung pasien.
Parameter :
1. Thermanalthesia : Tidak adanya apresiasi suhu.
2. Thermhyposthesia : Penurunan apresiasi suhu.
3. Thermhypheresthesia : Apresiasi suhu berlebihan dan
sering terasa tidak nyaman.
 Test Rasa Getar (Vibrasi)
1. Gunakan garpu tala 128 Hz atau C.
2. Mulailah pada sendi bagian distal terlebih dahulu. Ingat, jika
getaran tidak dirasakan pada sendi bagian distal, maka test
harus dilanjutkan pada sendi bagian proksimal atau pada
prominences tulang (seperti : Processus styloideus wrist,
Malleolus Ankle, SIAS, Processus Spinosus Vertebra,
sternum, dan Clavicula)

8
3. Tes dilakukan dengan mata tertutup.
4. Mintalah pasien untuk menggambarkan apa yang
dirasakannya (biasanya pasien akan mengatakan
“Berdengung atau seperti getaran listrik”), dan minta
kepadanya untuk menunjukkan langsung lokasi getaran
ketika sensasi berhenti.
5. Catat total waktu yang telah berlalu sejak garpu tala
dipukulkan.
Parameter :
Ketidakmampuan pasien merasakan dan menggambarkan
lokasi getaran disebut pallasthesia.
 Test Topognosis
1. Dengan mata tertutup, sentulah bagian tubuh pasien seperti
bahu, punggung, lengan dan atau tungkai.
2. Mintalah pasien untuk membuka matanya, untuk
menunjukkan lokasi tepat dimana stimulan diberikan.
3. Bandingkan antara bagian tubuh yang kanan dan yang kiri.
Parameter :
Ketidakmampuan pasien mengenali ransangan stimulan
pada bagian tubuh yang disentuh disebut topagnosia.

Area :
C5 : Deltoid dan Bicep
C6 : Bicep
C7 : Tricep, Group otot fleksor, group otot extensor
C8 : fleksor digitorum superficialis, fexor digitorum
profundis
Iliopsoas: saraf yang berasal dari T12, LI, L2, L3
L2, L3, L4 (Quadricep)
L5 (Hamstring)
L4,L5, S1, S2
(Tibialis Anterior)
(Extensor Hallucis Longus)
(Extensor Digitorum Longus)
(Peroneus longus and brevis)
(Gastrocnemius and soleus)
(Flexor Hallucis Longus)
(Flexor Digitorum Longus)
(Tibialis Posterior)

9
C. Pemeriksaan Neurologis pada Kasus Hemiplegia

Hemiplegia adalah jika satu tangan atau satu kaki atau bahkan satu
sisi wajah menjadi lumpuh dan tak dapat bergerak. Hemiparesis adalah
jika satu tangan atau satu kaki atau satu sisi wajah menjadi lemah, namun
tak sepenuhnya lumpuh.

Terkadang hemiparesis dan hemiplegia mempengaruhi satu tangan


dan satu sisi wajah di sisi tubuh yang sama, atau satu tangan dan satu kaki
di sisi tubuh yang sama.

Hemiplegia dan hemiparesis adalah kelumpuhan yang serius,


namun bisa membaik seiring berjalannya waktu jika Anda menjalani terapi
dan rehabilitasi fisik.

Pemeriksaan

1. Anamnesis

 Anamnesis Umum

Berisi identitas pasien

 Anamnesis Khusus

1. “ Keluhan utamanya “ yaitu keluhan yang mendorong pasien


datang berobat ke dokter.
2. Kemudian ditelusuri tiap keluhan dengan mencari “Riwayat
penyakit yangsedang dideritanya.”
3. Mulai timbulnya
4. Krononologi timbulnya gejala gejala.
5. Perjalanan penyakitnya dimana perlu ditanyakan.
6. Lokalisasi keluhan atau kelainan.
7. Bagaimana sifat keluhan atau kelainan?
8. Seberapa kerasnya keluhan atau seberapa besarnya kelainan
itu?
9. Kapan timbulnya dan bagaimana perjalanan selanjutnya.
10. Bagaimana mula timbulnya?
11. Faktor-faktor apakah yang meringankan atau memperberat
keluhan, gejala atau kelainan?
12. Gejala – gejala atau tanda – tanda patologik apakah yang
menyertai /mengiringinya?
2. Inspeksi
 Statik
 Dinamis

10
Gaya berjalan dan tingkah laku.
Simetri tubuh dan ektremitas.
Kelumpuhan badan dan anggota gerak. dll.
3. Pemeiksaan fungsi Dasar
 Gerakan aktif
Pada kasus hemiplegi, tidak ada gerakan pada setengah bagian
yang terkena.
 Gerakan Pasif
Tidak mampu mempertahankan gerakan yang diberikan
fisioterapis.
 TIMT
Tidak ada tahanan yang diberikan pasien.
4. Tes Spesifik
 Uji Otot
 Uji Sensasi
 Uji Refleks

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Anatomi saraf pada extremitas atas berbeda dengan extremitas bawah.
Pusat akar saraf pada extremitas atas berada pada area cervical
sedangkan pusat akar saraf pada extremitas bawah berada pada lumbal.
2. Pemeriksaan neurologis secara umum dapat dilakukan dengan
beberapa test. Yaitu uji otot, uji sensasi, dan uji refleks.
B. Saran
Dari hasil pembuatan makalah ini, tim menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu terdapat beberapa saran yaitu
makalah ini masih perlu pengkajian lebih lanjut dan materi yang di ambil
perlu di upgrade lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto Petrus, tidak diketahui. Tes tes Diagnostik dalam Neurologi. Tidak
diketahui

https://www.academia.edu/25741717/CARA_PEMERIKSAAN_NEUROLOGI
(Diakses pada tanggal 7 Oktober 2019)

Hutton Richard, 1976. Physical Examination of The Spine and Extremities. New
York : Appleton-Century-Crofts

J.magee David, 2006. Orthopedic Physical Assesment Enhanced Edition. USA :


Elsevier Science

13

Anda mungkin juga menyukai