Dokumen - Tips - Pilokarpin Tetes Mata PDF
Dokumen - Tips - Pilokarpin Tetes Mata PDF
JURNAL
OBAT TETES MATA PILOKARPIN
Disusun oleh:
Kelompok Rabu III
1. Ruri Ernanda (10700021)
2. Fanny Dwi P. (10700025)
3. Eka Fransiska (10700046)
4. Sintaria Elfina (10700101)
I PENDAHULUAN
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di
sekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Obat tetes mata harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- Steril.
- Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel.
- Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4.(Diktat Kuliah,
Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisa
ditolerir adalah 3,5 – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).
- Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – 1,5 %. (TPC, p.
163).
- Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan
obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan
kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas
(NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan
pengawet.
Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan
NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang
disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat
mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal
untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin
menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan
penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan
merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan
kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari
pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu
atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata.
Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam-
garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap
garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan
penurunan pH.
Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral.
Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni
seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata
digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan
peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata:
1. Sterilitas
Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yang
sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah
pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan.
2. Iritasi
pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang
disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah
obat tidak efektif.
3. Pengawet
Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat
pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan
pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis.
Akan dibuat obat tetes mata pilokarpin. Pilokarpin adalah senyawa alkaloid yang
berasal dari tanaman Pilocarpus jaborandi dan Pilocarpus microphyllus, termasuk obat
kolinergik parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai obat tetes
mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin yaitu pilokarpin
hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa alkaloid bebas kurang larut air daripada
bentuk garamnya sedangkan sediaan obat tetes mata yang akan dibuat berupa larutan yang
harus jernih. Tidak dipilih bentuk pilokarpin nitras karena pada pemeriannya dinyatakan
beracun. (FI III, hal 499).
II ANALISIS FARMAKOLOGI
II.1 Indikasi:
- Digunakan dalam pengobatan glaukoma. (GG, p. 129)
- Memberi efek miotik untuk mengatasi midriasis yang disebabkan oleh atropin.
(GG, p. 129).
- Menurunkan tekanan intraokular dan memberi efek miosis intensif sebelum
pembedahan pada penanganan darurat glaukoma sudut terbuka. (AHFS, 2718).
II.8 Farmakokinetik
- Penurunan tekanan intraokular maksimum terjadi dalam 1,5 – 2 jam setelah
pemberian ke sistem okular dan biasanya bertahan selama 7 hari. (AHFS, p. 2719).
III PREFORMULASI
III. 1 Zat aktif
Pilocarpini hydrochloridum
o pilokarpin monohidroklorida, C11H16N2O2.HCl, BM 244.72.
o
o Pemerian: hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak
pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap
kertas lakmus.
o Jarak lebur: antara 199 ° dan 205 °
o Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol; sukar
larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam
alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform.
o Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
o pH larutan 5 % dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396).
o pH larutan tetes mata 3,5 – 5,5. (TPC, p. 1005).
o Stabilitas: mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan
hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akan
meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitas
maksimum 5,12.
o Inkompatibilitas: inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam
fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.
o Ekivalensi NaCl untuk Pilokarpin HCl 2 % = 0,23 dan ∆Tf-nya = 0,26 °.
III. 2 Eksipien
a. Natrii chloridum (FI III, hal 403)
o Pemerian: hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa asin
o Kelarutan: larut dalam 2,8 bagian air; dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95 %) P.
o Wadah: dalam wadah tertutup baik.
o Khasiat: sumber ion klorida dan natrium.
d. Dinatrium-EDTA.
o C10H14N2Na2O8, BM : 336,21
o Pemerian: serbuk krital putih, tidak berbau dengan sedikit rasa asam.
o Keasaman/ kebasaan: pH = 4.3 – 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas
karbon dioksida.
o Penuruan titik beku: 0,14 °C (1 % b/v larutan berair).
o Titik leleh: dekomposisi pada 252 °C untuk dihidrat.
o Kelarutan: hampir tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit larut dalam
etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air.
o Viskositas: 1,03 mm3/s (1cSt) untuk 1 % b/v larutan berair.
o Dalam formulasi farmasetikal dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan
pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.
e. PVP (Povidone)
o (C6H9NO)n, BM : 2500 – 3000000.
o Povidon adalah polimer sintetik yang terutama terdiri dari gugus linier 1-
vinil-2-pirolidinon, tingkat polimerisasi yang menghasilkan polimer dengan
bobot molekul bervariasi.
o Fungsi: bahan pensuspensi, pengikat tablet.
o Penggunaan dalam formulasi farmasetikal atau teknologi: terutama dipakai
dalam sediaan bentuk padat. Dalam pembuatan tablet, larutan povidon
digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Juga digunakan
sebagai pensuspensi, penstabil, atau peningkat viskositas dalam sejumlah
suspensi dan larutan topikal dan oral.
o Konsentrasi untuk tetes mata : 2 – 10 %.
o Deskripsi: halus, putih sampai putih kekreman, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, serbuk higroskopis.
o Keasaman/ kebasaan: pH = 3 – 7 untuk 5 % b/v larutan berair.
o Titik leleh: melunak pada 150 °C.
o Kelarutan: banyak larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol dan
air; hampir tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.
o Stabilitas dan kondisi penyimpanan: menjadi gelap jika dipanaskan pada
150 °C, yang menurunkan kelarutannya dalam air. Stabil pada siklus
singkat dengan panas 110 – 130 °C. Sterilisasi uap pada larutan berair tidak
mengubah sifatnya. Disimpan dalam wadah kedap udara dalam suhu dingin,
kering.
IV PENDEKATAN FORMULASI
IV. 1. Zat aktif yang dipilih adalah pilokarpin hidroklorida dan dipilih bentuk garamnya
karena kelarutan dalam air jauh lebih baik daripada bentuk basa bebasnya, sediaan
obat tetes mata yang ingin dibuat adalah larutan.
IV. 2. Dibuat sediaan 10 ml dengan kandungan pilokarpin hidroklorida 2 %. Jumlah
pilokarpin hidroklorida yang dibutuhkan:
2 % = 2 gr / 100 ml
maka untuk 10 ml = ( 2 gr / 100 ml ) x 10 ml
= 0,2 gr
dengan pemakaian 1 kali = 0,05 ml (atau 1 tetes). Volume 1 tetes dari kebanyakan
penetes mata adalah 50 µL. (TPC, p. 162).
IV. 3. Eksipien yang dibutuhkan
a. Pengawet
Walaupun OTM yang dibuat sudah steril tetapi perlu penambahan pengawet
karena OTM yang dibuat digunakan dalam multiple dose sehingga besar
kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba saat OTM dibuka. Pengawet dalam
OTM harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif terhadap
Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien lain,
tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Dipilih beczalkonium klorida karena
efektif dalam dosis rendah (dalam OTM = 0,01 – 0,02 %), sangat aktif terhadap
Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi
pada rentang pH lebar; tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien
lain. Pada OTM ini dipilih konsentrasi 0,01 %.
b. Pengisotonis
Tonisitas sediaan = % NaCl, sudah termasuk di dalam batas toleransi normal
mata yaitu 0,7 – 1,5 % (TPC, p. 163), maka iritasi mata dan konsekuensi
hipotonis atau lisis sel-sel jaringan mata tidak terjadi. Tetapi bisa juga
ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis.
c. Pendapar
Tidak memakai pendapar karena dari suatu percobaan diketahui bahwa
benzalkonium klorida pada konsentrasi 0,01% menstabilkan larutan pilokarpin
hidroklorida yang tidak didapar terhadap hidrolisis, dibandingkan dengan
larutan yang didapar. (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal. 565).
d. Pengatur tegangan permukaan (surfaktan)
Diperlukan untuk meningkatkan penetrasi obat melalui kornea. Tidak perlu
lagi ditambahkan karena sudah ada surfaktan yaitu benzalkonium klorida yang
juga berfungsi sebagai pengawet.
e. Pengatur viskositas
Penambahannya bertujuan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan
dengan korneal sehingga jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam mata akan
semakin tinggi sehingga dicapai harapan efek terapi. Tidak digunakan turunan
metilselulosa karena pengental ini dapat menurunkan aktivitas benzalkonium
klorida (TPC, p. 164) dan mengkatalisis hidrolisis pilokarpin dalam larutan
yang tidak didapar (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal 565). Dipilih
pengental PVP karena kompatibel dengan zat aktif dan tidak perlu
pengembangan terlebih dahulu. Selain itu, belum ditemukan pengaruh PVP
terhadap stabilitas zat aktif. Konsentrasi yang dipilih adalah 2 % supaya tidak
terlalu kental.
f. Bahan Pengkelat
Dipilih dinatrium EDTA untuk mengikat logam berat yang berfungsi
sebagai katalis oksidasi dan meningkatkan aktivitas benzalkonium klorida
karena benzalkonium klorida dapat dipengaruhi oleh logam. Konsentrasi yang
digunakan adalah 0,02 %. (TPC, p.165).
V FORMULASI
OTM Pilokarpin hidroklorida tiap 10 ml mengandung:
Pilokarpin hidroklorida 2%
Benzalkonium klorida 0,01 %
Dinatrium EDTA 0,02 %
PVP 2%
NaCl 0,42 %
Aquades ad 10 ml
VI PERHITUNGAN
VI. 1. Perhitungan Tonisitas
- Sediaan yang akan dibuat adalah OTM 10 ml dengan kadar pilokarpin hidroklorida
2 %.
- ∆Tf 2 % P. hidroklorida = 0,262 ° dan ∆Tf 0,5 % Benzalkonium klorida = 0,048 °
(FI IV, hal 1254). ∆Tf 0,5 % dinatrium EDTA = 0,07 ° dan ∆Tf 2 % PVP = 0,01 °.
- Kadar P. hidroklorida 2 % b/v = 2 gr / 100 ml maka ∆Tf-nya (∆Tf 1) = 0,262 °
Kadar benzalkonium klorida adalah 0,01 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 2):
0,5 % benzalkonium klorida ~ 0,048 °
0,01 % benzalkonium klorida ~ (0,01 % / 0,5 %) x 0,048 °
~ 0,00096°
Dinatrium EDTA yang dibutuhkan adalah 0,02 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 3):
0,5 % dinatrium EDTA ~ 0,07 °
0,02 % dinatrium EDTA ~ 0,0028 °
PVP yang dibutuhkan adalah 2 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 4):
2 % PVP ~ 0,01°
∆Tf total = ∆Tf 1 + ∆Tf 2 + ∆Tf 3 + ∆Tf 4 = 0,262 ° + 0,00096° + 0,0028 ° + 0,01°
= 0,27576 °
∆Tf 0,9 % NaCl = 0,52 °
supaya ∆Tf total = ∆Tf 0,9 % NaCl, maka perlu ditambahkan NaCl sejumlah:
selisih ∆Tf = 0,52 ° - 0,27576 ° = 0,24424 °
NaCl yang ditambahkan = (0,24424 ° / 0,52 °) x 0,9 %
= 0,42 % (artinya 0,42 g dalam 100 ml)
untuk 10 ml dibutuhkan = (10 / 100) x 0,42 g
= 42 mg
VI. 2. Perhitungan Dapar
Tidak menggunakan dapar sehingga tidak ada perhitungan untuk dapar.
VI. 3. Perhitungan Formula
Formula 1 botol OTM 10 ml
Pilokarpin hidroklorida 2% = 2 gr x 10 ml / 100 ml
= 0,2 g
Benzalkonium klorida 0,01 % = 1 mg
Dinatrium EDTA 0,02 % = 2 mg
PVP 2% = 0,2 g
NaCl 0,42 % = 42 mg
Aquades ad 10 ml
VII PENIMBANGAN
Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml
= 10,5 ml
Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya
volume terpindahkan tetap 10 ml.
Untuk 2 botol dibutuhkan 21 ml. Untuk pembuatan dilebihkan 10 %, menjadi:
= 21 ml + ( 21 x 10 % ) ml = 23,1 ml
Volume total yang akan dibuat = 25 ml
Penimbangan bahan-bahan:
Setiap bahan dilebihkan 5 %
Pilokarpin HCl 2 % x 25 ml = 0,5 g + (5% x 0,5) g = 0,525 g
Benzalkonium klorida 0,01% x 25 ml = 2,5 mg + (5% x 2,5) mg = 2,625 mg
Dinatrium EDTA 0,02 % x 25 ml = 5 mg + (5% x 5) mg = 5,25 mg
PVP 2 % x 25 ml = 0,5 g + (5 % x 0,5) g = 0,525 g
NaCl 0,42 % x 25 ml = 0,105 g + (5% x 0,105) g = 0,11 g
VIII STERILISASI
1. Sterilisasi dengan etanol 70 % selama 24 jam, untuk:
o botol kemasan : 2 botol
o buret 25 ml :1
2. Sterilisasi dengan autoklaf (115 – 116 °C) selama 30 menit, untuk:
o pipet ukur 2 ml : sebanyak 1
o corong gelas dan kertas saring lipat terpasang : sebanyak 1
o corong gelas : sebanyak 1
o labu takar 10 ml : sebanyak 1
o labu takar 25 ml : sebanyak 1
3. Sterilisasi dengan oven (170 °C) selama 2 jam, untuk:
o beker glass 10 ml :1
o beker glass 20 ml :1
o Erlenmeyer 100 ml :1
4. Sterilisasi dengan flambir selama 20 detik, untuk:
o Kaca arloji :3
o Cawan penguap :2
o Batang pengaduk :1
5. Sterilisasi sediaan dengan autoklaf (115 – 116 °C) selama 30 menit.
Sediaan larutan pilokarpin untuk mata dapat disterilisasi menggunakan autoklaf.
Larutan pilokarpin hidroklorida masih mempunyai aktivitas 97 % setelah pemanasan
pada suhu 110 °C selama 30 menit dan aktivitasnya dipertahankan selama
penyimpanan 12 bulan setelah sterilisasi tersebut. Percobaan yang sama
menunjukkan bahwa stabilitas pilikarpin di bawah kondisi tersebut identik dengan
yang diperlakukan tanpa pemanasan. (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal 563 –
564).
IX CARA PEMBUATAN
Metode aseptis
X EVALUASI SEDIAAN
1. Kejernihan Larutan (FI IV, <881>)
Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm
hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.
Prosedur kerja:
1. Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspensi
padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan
dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
2. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan,
dengan latar belakang hitam.
3. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah
bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga Suspensi
padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi padanan II.
Suspensi padanan
I II III IV
Baku opalesen (ml) 5 10 30 50
Air (ml) 95 90 70 50
3. Penetapan pH
Diuji dengan:
o Kertas indikator pH
kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk
dibandingkan terhadap warna standar.
o pH meter (FI IV, <1071>)
Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH
meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang
mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan
dapar harus sama dengan pelarut sediaan.
XI DESIGN KEMASAN
1. Primer:
Zat aktif tidak stabil terhadap cahaya sehingga dipakai kemasan primer yang
tidak tembus cahaya. Botol plastik tidak tembus cahaya 10 ml.
2. Sekunder: kotak dari dus
Pilokarp ® Pilokarp ®
Solution teardrops K Cara pakai :
K
Indikasi:
Midriasis karena Pilokarp ® Satu tetes pada
Atropin, glaukoma dan Artificial teardrops tiap mata, atau Pilokarp ®
sebelum pembedahan sesuai petunjuk Solution teardrops
glaucoma sudut 10 ml
dokter. 10 ml
terbuka.
Kontraindikasi: Komposisi :
Pasien resiko retinal 10 ml
detachment mengandung:
Efek samping: 2% PilokarpinHCl
Iritasi dan efek miosis
awal 0,01%Benzalkoni
Tutup wadah rapat- um klorida
rapat. PT. Van Laboratoria 0,02% Na2-EDTA
b/v PT. Van Laboratoria
Bandung-Indonesia
No. Reg : Daluwarsa : Bandung-Indonesia
DKL02 005 010 07A 1
No. Batch : 63367
November 2004
Etiket
Pilokarp ®
Larutan tetes mata steril
Pilokarp ®
Tetes mata
_________________________________________________________________________
Mengandung Pilokarpin HCl 2%, Benzalkonium klorida 0,01%, dan Na2-EDTA 0,02 % b/ v
Komposisi:
Tiap 10 ml larutan mengandung
Pilokarpin HCl 2%
Benzalkonium klorida 0,01 %
Na2 – EDTA 0,02 %
Mekanisme kerja:
Menurunkan tekanan intraokular, kontraksi sfinkter iris dan otot iris sehingga kontriksi pupil
Indikasi:
Midriasis karena Atropin, glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka.
Kontraindikasi:
Pasien resiko retinal detachment
Efek samping:
Iritasi dan efek miosis awal
Dosis:
1 tetes pada mata setiap 6 jam
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering.
Kemasan:
Tiap dus berisi satu wadah @ 10 ml
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT Van Laboratoria
No. Reg : DKL02 005 010 07A 1
No. Batch : 63367
Tgl. Daluwarsa : November 2004
XII DAFTAR PUSTAKA
1. The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, 1994, The
Pharmaceutical Codex, 12th ed., Principles and Practice of Pharmaceutics, The
Pharmaceutical Press, London, p. 160 – 167.
2. Depkes RI, 1979, FI ed III, Jakarta, hal 10, 86, 403, 498, 499, 983.
3. Depkes RI, 1995, FI ed IV, Jakarta, hal 675 – 676, 1144
4. Laboratorium Teknologi Sediaan Steril Farmasi ITB, 1994, Diktat kuliah Teknologi
Farmasi Sediaan Steril, Bandung, hal 303.
5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 2000, Farmakologi dan Terapi, ed. 4,
Gaya Baru, Jakarta, hal 155.
6. Wade, A and P. J. Weller, 1994, Handbook of Pharmaceutical Exipients, 2nd ed.,
America Pharmaceutical Association, London, p. 27, 177, 392.
7. Lachman, L., H. Lieberman, and J. L. Kanig, 1986, The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia, p. 779.
8. American Society of Health Pharmaticist, 2002, AHFS Drug Information, American
Society of Health-System Pharmacists, Inc., Bethesda, p. 2718 – 2720.
9. Goodman and Gilman, 1995, The Pharmacological Basis of Therapeutics, Vol. I, 8th
ed., Mc Graw Hill International Editions, New York, p. 129.
10. Connors, K. A., G. L. Amidon, dan V. J. Stella, 1992, Stabilitas Kimiawi Sediaan
Farmasi, Terjemahan Didik Gunawan, edisi kedua, IKIP Semarang Press, Semarang,
hal 559 – 565.
PRAKTIKUM TEKNOLOGI STERIL
JURNAL
OBAT TETES MATA PILOKARPIN
Disusun oleh:
Kelompok Rabu III
5. Ruri Ernanda (10700021)
6. Fanny Dwi P. (10700025)
7. Eka Fransiska (10700046)
8. Sintaria Elfina (10700101)