Anda di halaman 1dari 16

EBNP (EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE)

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL dan PALIATIF

PERAN dan FUNGSI KELUARGA DALAM PERAWATAN PALIATIF

Oleh SGD 6 A3 A2016:

Khilyatud Diniyah (131611133107) Ariska Windy H. (131611133131)

Yohana Rahmawati S. (131611133111) Adji Yudho P. (131611133133)

Ismi Shon’atul Chofifah (131611133118) Fitrinia Puspita S. (131611133139)

Handini Indah R. (131611133122) Restu Windi (131611133144)

Dosen Pembimbing:

Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
Peran dan Fungsi Keluarga dalam Perawatan Paliatif

No. Judul Karya Ilmiah Variabel Jenis Artikel Hasil


1. Pemberdayaan Keluarga Subjek penelitian terdiri Jenis penelitian Pemberdayaan keluarga melalui dukungan sosial
Melalui Dukungan Sosial dari 2 informan utama dan kualitatif dengan dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
Dalam Pencegahan Penularan 5 informan pendukung. pendekatan kepada ibu HIV positif dilakukan oleh anggota
HIV dari Ibu ke Anak Kepada Penentuan sampel secara fenomenologi. keluarga, pendamping pengidap HIV positif
Ibu HIV Positif (Lusa non-random dengan (ODHA), teman sebaya, petugas kesehatan maupun
Rochmawati, 2019) menggunakan teknik pihak yang menangani kasus HIV-AIDS. Bentuk
purposive sampling dukungan sosial yang diberikan kepada ibu HIV
dilanjutkan snowball positif berupa emotional support, esteem support,
sampling. Teknik instrumental support, informational support, dan
pengumpulan data dengan companionship support. Dampak pemberdayaan
observasi partisipasi, keluarga dilihat dari aspek psikologis, kesehatan
wawancara mendalam dan dan lingkungan sosialnya
dokumentasi lapangan
menggunakan panduan
wawancara. Triangulasi
sumber data untuk
keakuratan data, dan
dianalisa dengan model
interaktif
1. Menjelaskan tentang permasalahan dengan menggunakan PICOT
Peran dan fungsi keluarga dalam Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak Kepada Ibu HIV Positif.

Patient or Problem (P) Intervention (I) Comparison Intervention (C) Outcome (O) Time (T)
Ibu M terdiagnosa HIV Berdasarkan data di lapangan Pemberdayaan dalam program Hasil pemberdayaan Selama perawatan di
semenjak pacaran dengan bahwa dukungan sosial yang PMTCT yang terintegrasi dalam keluarga dilihat dari rumah sakit dan di rumah
WNA sampai memiliki diberikan kepada ibu HIV layanan kesehatan ibu dan anak respon Klien terhadap
anak yang sama positif selama ini masih (KIA) antara lain: pemberdayaan penyakitnya dalam aspek
terdiagnosa HIV. Ibu M, diberikan oleh Kelompok individu, keluarga dan psikologis, kesehatan dan
baru terbuka akan status Dukungan Sebaya (KDS atau masyarakat (Depkes RI, 2008). lingkungan sosialnya
HIVnya dengan keluarga sesama penderita HIV). Pendekatan yang berpusat pada seperti sebelum sakit.
setelah 2 tahun terdiagnosa, Pendampingan saat ibu HIV keluarga dalam pencegahan
kedua orangtuanya hanya positif dirawat, dukungan penularan HIV dari ibu ke anak;
tahunya Ibu M dan anaknya kegiatan peningkatan meningkatkan kesehatan
minum obat ARV rutin dan ekonomi keluarga, dukungan keluarga secara keseluruhan; dan
makanan sehat terjadwal. perawatan dan pendidikan memperkaya konteks
Kemudian Ibu M menikah bagi anak juga masih perkembangan anak yang lahir
dengan sesama ODHA dilakukan oleh LSM dalam keluarga dengan HIV
bekerja sebagai tukang tato. pendamping yang bergerak di positif (Betancourt, 2010).
Selama Ibu M hamil anak bidang HIV-AIDS dan KDS. Bentuk dukungan sosial yang
kedua, sering mendapat Pemberian dukungan dari diberikan oleh keluarga kepada
perlakuan kurang baik dari keluarga maupun masyarakat ibu HIV positif berupa
suaminya karena khawatir belum optimal dikarenakan emotional support, esteem
anak mereka terkena virus adanya stigma dan support, instrumental support,
HIV. Keluarga Ibu M juga diskriminasi. informational support, dan
tidak mengetahui companionship support
bagaimana pengendalian
resiko virus HIV agar tidak
seperti cucu nya yang
pertama
2. Latar belakang
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) disebabkan oleh virus
yang dapat menyebabkan menurunnya imunitas tubuh seseorang. Di sejumlah
negara berkembang, HIV/AIDS merupakan penyebab utama kematian

perempuan usia reproduksi. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam
kehidupan ibu serta ibu dapat menularkan virus kepada bayinya. Di Indonesia,
infeksi HIV merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu
penyakit yang dapat mempengaruhi kematian ibu dan anak.(Kemenkes RI,
2011)
Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa sejak pertama kali kasus HIV
ditemukan yaitu pada tahun 1987 sampai dengan Juni 2012, terdapat 32.103
kasus AIDS, 86.762 kasus HIV dan 5.681 kasus kematian akibat HIV & AIDS
di 33 provinsi di Indonesia. Provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi adalah
DKI Jakarta sebanyak 20.775 kasus. Persentase kumulatif AIDS tertinggi pada
kelompok umur 20-29 tahun (41,5%,). Rasio kasus AIDS antara laki-laki
dengan perempuan adalah 2:1 (laki-laki: 70% dan perempuan 29%). Selama
periode pelaporan bulan Januari hingga Juni 2012, persentase kasus AIDS
menurut faktor risiko tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada
heteroseksual (82,6%), penggunaan jarum suntik steril pada pengguna napza
suntik/penasun (6,6%), dari ibu (positif HIV) ke anak (4,2%) dan LSL (Lelaki
Seks Lelaki) (3,6%).
Jumlah penderita HIV/ AIDS perempuan semakin bertambah seiring
dengan meningkatnya penularan pada perilaku seksual tidak aman pada laki-
laki yang kemudian menularkan HIV kepada pasangan seksualnya. Selain itu,
penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan yang terinfeksi
HIV. Berkembangnya virus penyakit HIV/ AIDS menular melalui kontak
seksual yaitu terdapat pada cairan sperma dan cairan vagina. Penularan HIV
dari ibu ke anak dapat tersebut dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan,
dan menyusui (Kartika, 2018). Apabila seseorang sudah dinyatakan postif HIV
harus melakukan pengobatan yaitu terapi Antiretroviral (ARV). ARV tidak
membunuh virus itu, namun hanya dapat memperlambat laju pertumbuhan
virus, begitu juga penyakit HIV. Tidak hanya mengonsumsi obat ARV saja
tetapi menjalani program PPIA bertujuan untuk mengendalikan penularan
HIV/AIDS, menurunkan kasus HIV serendah mungkin serta menurunkan
kematian akibat AIDS (Getting to Zero). Bagi individu yang positif terinfeksi
HIV, menjalani kehidupannya akan terasa sulit karena dari segi fisik individu
tersebut akan mengalami perubahan yang berkaitan dengan perkembangan
penyakitnya, tekanan emosional dan stres psikologis yang dialami karena
dikucilkan oleh keluarga dan teman karena takut tertular, serta adanya stigma
sosial dan diskriminasi di masyarakat (Sistiarani, 2018). Stigma dan
diskriminasi merupakan kendala dalam upaya pendekatan program
penanggulangan HIV dan AIDS. Adanya stigma dan diskriminasi membuat
seseorang tidak mau melakukan tes HIV dan menyembunyikan status
penyakitnya sehingga pengobatan dan akses layanan kesehatan kurang optimal.
Hal membuka peluangpenyebaran penyakit yang sulit dikendalikan
(Shaluhiyah et al.,2013).
Salah satu cara untuk membantu pengelolaan masalah yang membuat
perasaan tertekan/stres agar tidak membawa pengaruh negatif terhadap
kesehatan adalah adanya dukungan keluarga. Dukungan ini bisa berasal dari
pihak manapun yang merupakan significant others bagi orang yang
menghadapi masalah atau situasi stres, seperti orang tua, pasangan, sahabat,
ataupun anak.

3. Tujuan
Ibu yang positif mnderita HIV mendapat dukungan keluarga dalam
melakukan pencegahan agar anak tidak tertular virus HIV juga dengan
memberikan dukungan seperti mengingatkan minum obat, mengantar ke klinik
VCT dan CST, maupun memberikan dukungan secara finansial.
4. Hasil pencarian dari Evidence Based Practice
Hasil pencarian dari evidence based practice
NO JUDUL ARTIKEL
1. ‘‘You only have one chance to get it right’: A qualitative study of relatives’
experiences of caring at home for a family member with terminal cancer’ (Totman,
J. et al., (2015).
2. Peran Keluarga Dan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks, (Tiyas, 2016)
3. Supporting family carers in homebased end-of-life care: using participatory action
research to develop a training programme for support workers and volunteers,
(Glenys Caswell, et al., 2017)
4. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif, (Mugiyanto & Dwi susilawati, 2014)
5. Pemberdayaan Keluarga Melalui Dukungan Sosial Dalam Pencegahan Penularan
Hiv Dari Ibu Ke Anak Kepada Ibu Hiv Positif, (Lusa Rochmawati, 2019)
6. Pengaruh Family Psikoedukasi Terhadap Peningkatan Self Care dalam Merawat
Anak Thalasemia, (Farida, Ana Ulfa & Hasyim Masruroh, 2018)
7. Family Relationships and Psychosocial Dysfunction Among Family Caregivers of
Patients With Advanced Cancer. (Kathrine G., et al. 2016) Family Relationships
and Psychosocial Dysfunction Among Family Caregivers of Patients With
Advanced Cancer. (Kathrine G., et al. 2016)
8. Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker Servik,
(Natalia, L.S 2017)

Strategi kami dalam pencarian literatur yang didapatkan dengan cara


mencari di situs Google Scholar, NCBI, dan Scopus. Kami memasukan kata kunci
sesuai dengan tema kami yaitu “Peran dan Fungsi Keluarga Perawatan Paliatif
dalam Evidence Based Practice”, dan memodifikasi beberapa kata untuk
menemukan pencarian yang lainnya. Untuk mencari literatur di situs internasional
seperti NCBI dan Scopus kami memasukan kata kunci “The Role and Function of
the Family in Palliative Care”.

5. Rangkuman dari Research Evidence


Rangkuman dari Research Evidence

NO JUDUL METODE HASIL


1. ‘‘You only have one D: Studi kualitatif Pengalaman peserta
chance to get it menggunakan wawancara menjadi pengasuh dan
right’: A qualitative semi-terstruktur. dukungan profesional
study of relatives’ S: Penelitian ini sangat bervariasi. Analisis
experiences of berlangsung di dalam yang dihasilkan
caring at home for rumah sakit kota London. berdasarkan 15
a family member Peserta (n = 15) baru-baru tema yang diorganisasikan
with terminal ini adalah orang dewasa ke dalam kerangka kerja
cancer’ yang berduka, merupakan berdasarkan empat
(Totman, J. et al. kerabat pasien kanker yang 'kondisi eksistensial'
(2015)). merawat anggota keluarga bahwa, professional
mereka di rumah. kesehatan dipersepsikan
V: Tanggungjawab, isolasi, dapat membantu pengasuh
kematian, kebermaknaan. memenuhi kebutuhan,
I: Wawancara mengikuti memiliki efek kuat
format semi-terstruktur. meredakan kecemasan,
Jadwal wawancara mengurangi isolasi, dan
dikembangkan berdasarkan memungkinkan kerabat
pertanyaan penelitian dan untuk terhubung dengan
pedoman metodologi kebermaknaan
kualitatif. Wawancara pengasuhan.
menjelajahi seluruh
lintasan pengasuhan,
termasuk pengalaman
peserta tentang dukungan
profesional (baik dari
rumah sakit dan di tempat
lain).
2. Supporting family D: Penelitian aksi Hasil menunjukan
carers in partisipatif (PAR) program pelatihan aksi
homebased end-of- dilakukan secara partisipatif ini mendukung
life care: using kolaboratif. pengasuh keluarga untuk
participatory action merawat sesorang yang
research to develop S: di ujicobakan 4 kali dan mendekati akhir
a training dievauasi oleh 36 peserta kehidupan.
programme for dan 3 pelatih
support workers V: pengasuh keluarga,
and volunteers, relawan, pekerja dukungan
(Glenys Caswell, et
al., 2017) I: dikembangkan,
diujicobakan dan
disempurnakan program
pelatihan selama 2,5 tahun
dan melibatan tahapan
yang saling berkaitan.
3. Peran Keluarga Dan D/Jenis Penelitian: Studi Sebagian besar keluarga
Kualitas Hidup korelasi memiliki tugas kesehatan
Pasien Kanker V: Peran Keluarga Dan keluarga tingkat sedang,
Serviks Kualitas Hidup sedangkan mayoritas
(Tiyas,2016) pasien juga memiliki
kualitas hidup tingkat
sedang. Tidak ada korelasi
yang signifikan antara
tugas kesehatan keluarga
pada kualitas hidup pada
pasien dengan kanker
serviks
4. Hubungan antara D/Jenis Penelitian: Hasil penelitian ini
dukungan Deskriptif korelatif dengan sesuai dengan beberapa
keluarga dengan rancangan crossectional teori yang berpendapat
tingkat V: Dukungan keluarga dan bahwa penderita kanker
kecemasan kecemasan penderita serviks
penderita kanker kanker serviks paliatif membutuhkan dukungan
serviks paliatif. keluarga karena dukungan
(Mugiyanto & Dwi keluarga sangat
susilawati, 2014) berpengaruh
terhadap kesehatan mental
anggota keluarganya yang
menderita kanker serviks.
hubungan yang kuat antara
keluarga dan status
kesehatan
anggotanya dimana peran
keluarga sangat penting
bagi setiap aspek
perawatan
kesehatan anggota
keluarga, mulai dari
strategi-strategi hingga
fase rehabilitasi.
5. Pemberdayaan D/Jenis Penelitian: Jenis Pemberdayaan keluarga
Keluarga Melalui penelitian kualitatif dengan melalui dukungan sosial
Dukungan Sosial pendekatan fenomenologi. dalam pencegahan
Dalam Pencegahan V: Subjek penelitian terdiri penularan HIV dari ibu ke
Penularan Hiv Dari dari 2 informan utama dan anak kepada ibu HIV
Ibu Ke Anak 5 informan pendukung. positif dilakukan oleh
Kepada Ibu Hiv Penentuan sampel secara anggota keluarga,
Positif (Lusa non-random dengan pendamping pengidap HIV
Rochmawati, 2019) menggunakan teknik positif (ODHA), teman
purposive sampling sebaya, petugas kesehatan
dilanjutkan snowball maupun pihak yang
sampling. Teknik menangani kasus HIV-
pengumpulan data dengan AIDS. Bentuk dukungan
observasi partisipasi, sosial yang diberikan
wawancara mendalam dan kepada ibu HIV positif
dokumentasi lapangan berupa emotional support,
menggunakan panduan esteem support,
wawancara. Triangulasi instrumental support,
sumber data untuk informational support, dan
keakuratan data, dan companionship support.
dianalisa dengan model Dampak pemberdayaan
interaktif keluarga dilihat dari aspek
psikologis, kesehatan dan
lingkungan sosialnya
6. Pengaruh Family D/Jenis Penelitian: Pre Ada pengaruh yang sangat
Psikoedukasi eksprerimental design signifikan self care
Terhadap V: Family Psikoedukasi, keluarga dalam merawat
Peningkatan Self Peningkatan Self Care anak thalasemia, 13
Care dalam keluarga berada pada
Merawat Anak tingkat supportive
Thalasemia (Farida, educative, hal ini artinya
Ana Ulfa & Hasyim keluarga sudah mampu
Masruroh, 2018) untuk memberikan
perawatan anak thalasemia
di rumah dengan baik.
7. Family D/Jenis Penelitian: Temuan ini menunjukkan
Relationships and Survey analitik bahwa fungsi keluarga
Psychosocial berhubungan dengan
Dysfunction Among V: Keluarga, dukungan fungsi psikososial dari
Family Caregivers social, kualitas hidup
of Patients With pengasuh pasien kanker
Advanced Cancer. stadium lanjut. Oleh
(Kathrine G., et al. karena itu, memperhatikan
2016) kemampuan dukungan
keluarga dan anggota
keluarga untuk berbagi
perasaan dan mengelola
konflik dapat berfungsi
sebagai alat penting untuk
meningkatkan fungsi
psikososial dalam keluarga
yang terkena kanker.
8. Dukungan Keluarga D/Jenis Penelitian: Ada hubungan yang
Dalam Korelasional dengan signifikan antara dukungan
Meningkatkan pendekatan cross sectional keluarga dengan kualitas
Kualitas Hidup V: Kualitas hidup pasien hidup pasien kanker.
Pasien Kanker kanker servik, dukungan Kekuatan hubungan kuat
Servik. (Natalia, L.S keluarga dan searah berarti semakin
2017) tinggi dukungan keluarga
semakin tinggi kualitas
hidupnya.
6. Critical Analysis
Dalam literatur kami menganalisis artikel yang akan digunakan untuk
mengembangkan peran dan fungsi keluarga perawatan paliatif dalam Evidence
Baced Practice, kami memilih 3 artikel yang akan dikembangkan, judul yang kami
pilih yaitu: (1) Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien
Kanker Serviks (Natalia, L.S 2017), (2) Hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif (Mugiyanto &
Dwi susilawati, 2014), dan (3) Pengaruh Family Psikoedukasi Terhadap
Peningkatan Self Care dalam Merawat Anak Thalasemia (Farida, Ana Ulfa &
Hasyim Masruroh, 2018)

1. Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker


Serviks (Natalia, L.S 2017): menggunakan jenis penelitian korelasional
dengan pendekatan cross sectional, veriabel yang digunakan yaitu Kualitas
hidup pasien kanker servik, dukungan keluarga menggunakan hasil, hasil
yang didapatkan yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker. Kekuatan hubungan kuat
dan searah berarti semakin tinggi dukungan keluarga semakin tinggi
kualitas hidupnya.
2. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif (Mugiyanto & Dwi susilawati, 2014):
penelitian ini menggunakan
Metode Deskriptif korelatif denganrancangan crossectional, variabel yang
digunakan yaitu dukungan keluarga dan kecemasan penderita kanker
serviks paliatif, terdapat hasil yang sesuai dengan beberapa teori yang
berpendapat bahwa penderita kanker serviks membutuhkan dukungan
keluarga karena dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
kesehatan mental anggota keluarganya yang menderita kanker serviks.
hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya
dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan
kesehatan anggota keluarga, mulai dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.
3. Pengaruh Family Psikoedukasi Terhadap Peningkatan Self Care dalam
Merawat Anak Thalasemia (Farida, Ana Ulfa & Hasyim Masruroh, 2018)
menggunakan metode Pre eksprerimental design, dengan variabel Family
Psikoedukasi, Peningkatan Self Care dan hasil yang didapatkan ialah Ada
pengaruh yang sangat signifikan self care keluarga dalam merawat anak
thalasemia, 13 keluarga berada pada tingkat supportive educative, hal ini
artinya keluarga sudah mampu untuk memberikan perawatan anak
thalasemia di rumah dengan baik.

7. Aplikasi dari Evidence


No Judul Karya Jenis
Variabel Hasil
Ilmiah & Penulis Penelitian
1. Dukungan Kualitas hidup Korelasional Ada hubungan yang signifikan
Keluarga Dalam pasien kanker dengan antara dukungan keluarga dengan
Meningkatkan servik dan pendekatan kualitas hidup pasien kanker.
Kualitas Hidup dukungan cross sectional Kekuatan hubungan kuat dan searah

Pasien Kanker keluarga berarti semakin tinggi dukungan

Servik. (Natalia, keluarga semakin tinggi kualitas

L.S 2017) hidupnya.

2. Hubungan antara Dukungan Deskriptif Hasil penelitian ini


dukungan keluarga dan korelatif sesuai dengan beberapa teori yang
keluarga dengan kecemasan dengan berpendapat bahwa penderita
tingkat penderita rancangan kanker serviks
kecemasan kanker serviks crossectional membutuhkan dukungan keluarga
penderita kanker paliatif karena dukungan keluarga sangat
serviks paliatif berpengaruh
(Mugiyanto & terhadap kesehatan mental anggota

Dwi susilawati, keluarganya yang menderita

2014). kanker serviks. hubungan yang


kuat antara keluarga dan status
kesehatan
anggotanya dimana peran keluarga
sangat penting bagi setiap aspek
perawatan
kesehatan anggota keluarga, mulai
dari strategi-strategi hingga fase
rehabilitasi.
3. Pengaruh Family Family Pre Ada pengaruh yang sangat
Psikoedukasi Psikoedukasi eksprerimental signifikan self care keluarga dalam
Terhadap dan design merawat anak thalasemia, 13
Peningkatan Self Peningkatan keluarga berada pada tingkat
Care dalam Self Care supportive educative, hal ini
Merawat Anak artinya keluarga sudah mampu
Thalasemia untuk memberikan perawatan anak
(Farida, Ana Ulfa thalasemia di rumah dengan baik.
& Hasyim
Masruroh, 2018)

Aplikasi dari Evidence

Dalam literatur kami menganalisis rekomendasi yang tepat digunakan untuk


mengembangkan peran dan fungsi keluarga perawatan paliatif dalam Evidence
Baced Practice, kami memilih 3 artikel yang akan dikembangkan, judul yang kami
pilih yaitu: (1) Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien
Kanker Serviks (Natalia, L.S 2017), (2) Hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif (Mugiyanto &
Dwi susilawati, 2014) dan (3) Pengaruh Family Psikoedukasi Terhadap
Peningkatan Self Care dalam Merawat Anak Thalasemia (Farida, Ana Ulfa &
Hasyim Masruroh, 2018)

1. Hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas


hidup pasien kanker serviks dengan kekuatan hubungan kuat dan searah
yang berarti semakin tinggi dukungan keluarga semakin baik kualitas
hidup pasien kanker serviks. Dukungan keluarga dalam bentuk dukungan
informasi, dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan
penilaiaan sangat berkontribusi dalam peningkatan kualitas hidup.
Dukungan tersebut menimbulkan perasaan dicintai, dihargai, memberikan
rasa nyaman dan meningkatkan rasa percaya diri pasien kanker serviks
sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap kondisi fisiologi tubuh baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup pasien akan meningkat. Hal ini dapat digunakan perawat
sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu keperawatan paliatif dengan
melibatkan keluarga sebagai sumber dukungan sosial untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien kanker. Pelayanan Keperawatan diharapkan mampu
meningkatkan promosi kesehatan keperawatan paliatif terhadap keluarga
dan pasien kanker tentang pentingnya dukungan emosional, dukungan
instrumental dan dukungan penilaian keluarga (motivasi, perhatian, dan
cinta) terhadap pasien dengan diagnosa kanker.
2. Hasil penelitian menunjukkan responden menyatakan dukungan keluarga
sangat diperlukan. Selain potensial menberikan penderitaan bersifat fisik
juga memberikan penderitaan bersifat psikis. Gangguan psikis bisa
dimanifestasikan dalan bentuk keluhan, depresi, cemas, gugup dan
perasaan tidak berguna. Mengingat dampak penderita kanker serviks
membutuhkan dukungan keluarga. Adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggota yang sakit. Disarankan bagi perawat agar
senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker serviks
dengan memperhatikan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan
kesehatan konseling kepada penderita maupun keluarga
3. Pengaruh family psikoedukasi yang sangat signifikan terhadap self care
keluarga dalam merawat anak dengan diagnosa thalasemia. Family
psikoedukasi memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
meningkatkan pengetahuannya tentang thalasemia, mengungkapkan
masalah keluarga terkait perawatan pada anak dengan diagnosa
thalasemia, mendapatkan dukungan lansung dari orang lain yang diangap
cukup berperan dalam hidup anak dengan diagnosa thalasemia dalam hal
ini adalah perawat. Selama proses psikoedukasi keluaga menunjukkan
perilaku yang semakin baik dalam perawatan anak dengan diagnosa
thalasemia, misalanya terkait diit dan aktifitas yang harus dijalani anak
dengan diagnosa thalasemia di rumah. Dukungan yang diberikan tenaga
kesehatan dan sesama keluarga penderita thalasemia efektif untuk
menurunkan kecemasan keluarga. Hal ini dapat digunakan perawat sebagai
acuan dalam mengembangkan ilmu keperawatan paliatif dengan
melibatkan tingkat pengetahuan keluarga dalam melakukan perawatan
pada anggota keluarga yang sakit. Pelayanan Keperawatan diharapkan
mampu meningkatkan promosi kesehatan keperawatan paliatif terhadap
keluarga dan pasien thalasemia tentang pentingnya pengetahuan keluarga
terhadap pasien dengan diagnosa thalasemia.

8. DAFTAR PUSTAKA

Dyah, Nurina Larasaty. 2015. Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga Terhadap Ibu


dengan HIV Positif dalam Kepatuhan Terapi ARV di Kota Semarang.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 10(2), pp. 116-130
Kartika, Inka Ningsih. 2018. Kajian Pencegahan Penularan Hiv dari Ibu Ke Anak
pada Antenatal Care oleh Bidan Praktik Mandiri di Yogyakarta. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(1), pp. 61-67
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Jakarta: Kemenkes RI.
Mugiyanto, dkk. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita kanker serviks paliatif. Staf Pengajar Departemen Keperawatan
Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro. JURNAL KEPERAWATAN, ISSN: 2086-3071
Volume 5, Nomor 1, Januari 2014 : 01 – 15.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/issue/view/226/showToc
Rochmawati, Lusa. 2019. Pemberdayaan Keluarga Melalui Dukungan Sosial
Dalam Pencegahan Penularan Hiv Dari Ibu Ke Anak Kepada Ibu Hiv
Positif. Jurnal Kebidanan Indonesia. Vol 10 No 1 (74 – 85)
Sistiarani, Colti. 2018. Peran Keluarga dalam Pencegahan HIV/ AIDS di
Kecamatan Purwokerto Selatan. Jurnal Ilmu. Kel. & Kons, 11(2), pp. 96
-107

Anda mungkin juga menyukai